Latar Belakang Early Childhood Caries ECC yang sering dikenal sebagai karies botol, baby

BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Early Childhood Caries ECC yang sering dikenal sebagai karies botol, baby

bottle caries, atau babby bottle tooth decay merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius. The American Academy of Pediatric Dentistry AAPD mengemukakan sifat unik dan bahaya dari ECC. ECC dapat dijumpai segera setelah erupsi gigi dan berkembang sangat cepat pada permukaan gigi. ECC tidak hanya berdampak pada kesehatan gigi tetapi juga mempengaruhi kesehatan secara luas seperti gangguan pengunyahan, malnutrisi, gangguan gastrointestinal, gangguan pertumbuhan, gangguan artikulasi serta merasa rendah diri terhadap lingkungan sekitar. ECC merupakan penyakit kronik yang paling sering terjadi pada anak-anak bahkan lima kali lebih sering terjadi dibandingkan penyakit asma, tujuh kali dibanding demam dan empat belas kali dibanding kronik bronchitis. 1-5 Early Childhood Caries ECC menggambarkan karies yang terjadi pada gigi desidui. ’Nursing bottle mouth’, ’Bottle mouth caries’, atau ’Nursing caries’ sendiri merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan karies yang telah berkembang cukup parah pada incisivus desidui maksila dan molar satu desidui maksila. American Academy of Pediatric Denstistry AAPD mendefinisikan ECC yaitu satu atau lebih karies tanpa kavitas atau lesi, adanya gigi yang hilang karena karies atau gigi yang ditambal pada gigi desidui anak usia 0-71 bulan. 1,5-7 Universitas Sumatera Utara Sebuah penelitian mengevaluasi kondisi kesehatan rongga mulut anak-anak yang berusia 0-30 bulan di Salvador Brazil menunjukkan prevalensi karies secara keseluruhan sebesar 55,3 , dan gambaran tersebut bervariasi sesuai dengan umur : 25 pada anak yang berusia antara 0-12 bulan, 51,8 pada anak yang berumur 13-24 bulan dan 71,03 pada anak dengan usia 25-30 bulan. Data lain juga menunjukan prevalensi yang cukup besar, di Mexico, Rodriguez dkk., menunjukkan prevalensi karies yang tinggi pada anak usia tiga dan lima tahun, dan persentase dari anak usia tiga dan lima tahun yang bebas karies secara berturut-turut sekitar 39 dan 22 . Di India Hubli, Dharwad city, Mahajabeen dkk., menemukan prevalensi karies pada anak usia tiga, empat dan lima tahun adalah 42,6, 50,7, 60,9 dengan indeks dmf sebesar 2,31 untuk anak usia tiga tahun, 2,56 untuk anak usia empat dan 2,96 untuk anak usia lima tahun. Penelitian di United States melaporkan 23,7 dari anak usia dua sampai lima tahun memiliki pengalaman karies dan 18,7 anak mempunyai lubang gigi yang tidak dirawat. Mazhar dkk. menunjukan prevalensi ECC dengan lesi kavitas pada anak usia 6-60 bulan di Quchan Iran, sebesar 37 dan meningkat menjadi 595 ketika karies tanpa lesi kavitas diikut sertakan. Berdasarkan penelitian Marinela dkk, insiden ECC di Suceava tahun 2006 sebesar 0,047. Di UK sekitar 50 dari populasi anak-anak memiliki pengalaman karies pada usia lima tahun. 6,8-11 Sangat penting mengetahui multifaktorial etiologi dari karies untuk mencapai keberhasilan perawatan maupun pencegahan karies. Karies adalah penyakit yang dapat menyebar dengan cepat dan menghasilkan kerusakan struktur gigi akibat asam yang dihasilkan oleh bakteri yang melekat di plak dental atau intraoral biofilm karena konsumsi gula yang berlebihan. Host permukaan gigi, mikroorganisme mutans Universitas Sumatera Utara streptococci dan nutrisi karbohidrat yang dapat di fermentasi merupakan elemen- elemen yang mendukung terjadinya proses karies. AAPD menyebutkan frekuensi konsumsi cairan yang mengandung karbohidrat terfermentasi seperti jus, susu dan soda dapat meningkatkan resiko terjadinya karies. 12,13 Rongga mulut menyediakan lingkungan yang ideal untuk pertumbuhan dan kolonisasi mutans streptococci dan ketika bakteri ini berinteraksi dengan karbohidrat akan menghasilkan asam organik. 14 Penelitian bacteriologic menunjukkan bahwa pada anak yang menderita EEC biasanya dijumpai Streptococcus mutans melebihi 30. 3 Bakteri lain seperti Streptococcus sanguis, Streptococcus sobrinus, Lactobacillus dan Actinomyces spp juga dikatakan memiliki keterkaitan terhadap proses terjadinya karies, 2,15-20 namun banyak peneliti mengatakan bahwa kolonisasi dini dari Steptococcus mutans merupakan faktor resiko utama dari terjadinya ECC. 5,4,16,17,21,22 Sejak dulu Streptococcus mutans dipercaya dapat berkolonisasi didalam rongga mulut hanya ketika gigi desidui telah ada Loesche, 1986. Banyak penelitian melaporkan bahwa, awal kolonisasi Streptococcus mutans terjadi setelah gigi desidui erupsi Masuda et al.,1979, 23 namun penelitian lain mengatakan kolonisasi dari Streptococcus mutans dapat ditemukan pada anak umur tiga bulan sebelum gigi desiduinya erupsi Wan dkk., 2001 dan pada usia enam bulan, hampir 50 dari anak yang lahir prematur dan 60 anak yang lahir normal telah terinfeksi bakteri ini. 21 Beberapa penelitian menunjukan adanya transmisi vertical Streptococcus mutans dari ibu terhadap anaknya. Reservoir utama Streptococcus mutans kepada Universitas Sumatera Utara anak adalah ibunya sendiri. Streptococcus mutans yang berasal dari saliva ibu diduga menjadi sumber transmisi utama. 1,3,15,16,18,24,25 Selain Streptococcus mutans, beberapa faktor resiko juga turut mempengaruhi terjadinya ECC. Kondisi dan struktur dari gigi juga turut mempengaruhi kemungkinan terjadinya karies. Pit dan fisur yang dalam dapat mempermudah terjadinya karies. Pada gigi yang mengalami hipoplasia enamel dipercaya lebih mudah terkena karies. 26,27 Penelitian mengatakan bayi yang dilahirkan dengan proses caesar dan bayi yang dilahirkan prematur beresiko tinggi terkena karies. 27 Frekuensi konsumsi karbohidrat terfermentasi, minum minuman manis menggunakan botol pada saat malam hari, kandungan fluor dalam air minum, kebersihan rongga mulut juga berpengaruh terhadap terjadinya karies. 11,13,18,28.27 berdasarkan beberapa penelitian pengaruh sosial ekonomi, pendidikan dan psikologi orang tua juga memiliki andil terhadap proses terjadinya ECC. 7,11,25,26,28-30 . Pengaruh kebiasaan pemberian ASI ekslusif dan dalam waktu yang lama terhadap terjadinya ECC sampai saat ini masih kontroversial. 27, 31-35 Di Indonesia penelitian tentang prevalensi ECC sudah dilakukan oleh Febriana dan kawan-kawan di Jakarta dan diperoleh hasil prevalensi karies pada anak usia tiga tahun adalah 52,7. 35 Data mengenai prevalensi ECC dan penelitian mengenai hubungan jumlah koloni Streptococcus mutans dan pengalaman karies anak belum ditemukan di Sumatera Utara. Hal ini menyebabkan peneliti ingin mengetahui tentang hal tersebut. Penelitian ini dimaksudkan sebagai penelitian pendahuluan yang diharapkan nantinya dapat dijadikan sebagai dasar bagi penelitian selanjutnya Subjek Universitas Sumatera Utara diteliti dari anak yang belajar di Pendidikan Anak Usia Dini Ar-Raudhatul Hasanah Medan.

1.2 Perumusan Masalah