17. 4. 9. 16. 20. 24. 25. 28. 29. Metafora Bahasa Minangkabau Dialek Pariaman Di Kelurahan Banjai Kecamatan Medan Denai Kota Medan

mambuliak pintu pagang gadai yo mak. membuka pintu pegadaian ya mak.

26. 17.

Nan sakan-akan adat barat batu nan tak dipengaruhi cuaca. Yang seakan-akan adat ibarat batu yang tak dipengaruhi cuaca. Direktif

27. 4.

Makonyo, janganlah awak bak tapijak baro angek. Makanya, janganlah kami seperti terpijak bara panas. Fatik

28. 9.

Cepat-cepat meneken surat biar mendapat. Cepat—cepat menekan surat biar mendapat. Fatik

29. 16.

Sadangkan papatah lain nan babunyi “sakalia aie gadang, sakali tapian berubah” sedangkan pepatah lain yang berbunyi “sekali air besar, sekali tepian berubah” Fatik

30. 20.

Bulu baraso sogo jantan, si upiak batuka roman baitulah panilaian ninik mamaknyo. Bulu terasa saga jantan, si upik bertukar wajah begitulah penilaian ninik mamaknya. Fungsi Fatik

31. 24.

hiduang tajam hidung tajam Fungsi Fatik

32. 25.

suaro tarang suara terang Fungsi Fatik

33. 28.

kayo hati kaya hati Fungsi Fatik

34. 29.

gadang balega besar begelar Fungsi Fatik Dari tabel diatas maka di dalam Metafora BMDP di Kelurahan Banjai Kecamatan Medan Denai Kota Medan dominan menunjukkan fungsi informasi =47.05 yang fungsinya adalah sebagai sarana untuk menyampaikan informasi tentang pikiran dan perasaan dari penutur kepada lawan tuturnya. Ciri – cirinya yaitu menyampaikan pesan tersirat yang terdiri dari ide, keyakinan, kepastian, kemarahan, kekhawatiran, kegelisahan dan keberanian seorang penutur kepada lawan bicaranya. Lanjutan Tabel 2 Universitas Sumatera Utara

4.2.4 Makna yang Tersirat dari Bentuk Metafora BMDP

Makna yang tersirat dari bentuk metafora BMDP didasarkan pada makna asosiatif sejalan dengan yang disarankan Leech 1997:12-30. Ada tujuh tipe makna konseptual, yaitu 1 makna konotatif, 2 makna stilistik, 3 makna afektif, 4 makna reflektif, 5 makna kolokatif, 6 makna tematik, 7 makna stilistik. Lima dari tujuh tipe makna itu diklasifikasikan sebagai rujukan makna asosiatif dikaitkan dengan penelitian metafora BMDP ini. Tuturan metafora yang bermakna konotatif apabila maksud yang dikomunikasikan secara metaforis sesuai dengan apa yang diacu dalam bahasa itu. Hasil analisis data metafora BMDP menunjukkan adanya ciri-ciri yang menyatakan maksud perasaan marah. Contoh Data 12: nan hanyo dipakai dima tasasak, bukan jalan umum malenggang panjang ‘segala sesuatu yang dipaksakan untuk berfoya-foya’. Tuturan metafora bermakna stilistik apabila tuturannya bermaksud mengkomunikasikan gambaran atau keadaan sosial. Misalnya penggambaran sifat, kepribadian dan keadaan. Contoh Data 14: Basiang ateh tumbuah, batimbang ateh nan lalu ‘belajar dari pengalaman sebelumnya’, Data 22: kamanampuah gulanggang rami muluik manih kucindan murah, baso elok paroman jumbang pacikkan panggaja ibu, latakkan di hati ‘berkumpul atau bergabung dengan orang ramai, bersikaplah ramah-tamah’, Data 27: sogo jantan ‘perbedaan yang sangat mencolok’, Data 33: bak jangguik pulang ka daguik ‘ditempatkan pada tempat yang sesuai’ Universitas Sumatera Utara Tuturan metafora afektif biasanya untuk mengutarakan perasaan tingkah laku atau keadaan pribadi penutur. Misalnya ketidakmampuan secara ekonomi, pengetahuan, dan fisik. Data metafora bermakna afektif dalam penelitian ini misalnya Data 1: bak ayam lapeh malam ‘kehilangan pegangan hidup’, Data 2: bak kabau dicucuak idungnyo ‘terlalu penurut’, Data 5: bak bagantuang di aka lapuak ‘berharap banyak pada orang yang tidak mampu’, Data 34: aset dilego ‘aset dijual murah’. Tuturan BMDP yang bermakna reflektif biasanya tuturan yang dimaksudkan untuk menunjukkan simbol lingual bermakna ganda dan makna ekspresi tersebut telah ada sebelumnya. Misalnya Data 24: hiduang tajam, menggambarkan ‘penciuman yang tajam’, Data 27: baruak bagak menggambarkan ‘keberanian’, Data28: kayo hati menggambarkan ‘kebaikan’, Data 31 : aka banyak menggambarkan ‘kecerdikan’. Tuturan BMDP yang bermakna kolokatif apabila tuturan disampaikan dengan maksud untuk hal-hal yang berkonteks kultural dan sosial. Misalnya Data 21: baruak bagak untuk orang yang mempunyai sifat seperti ‘monyet yang berani’’ Data 22: kayo hati untuk orang yang ‘secara adat dan agama patut ditiru’ atau sebagai ‘panutan’; Data 24: putri malam untuk gadis yang mempunyai kecantikan batin yang baik seperti ‘rembulan’ yang memberi penerangan di kegelapan. Ada dua hal pokok yang perlu dipahami dikaitkan dengan makna ini, yaitu 1 interpretasi pesan, 2 penafsiran maksud Leech, 1997:12-30. Dikaitkan dengan penelitian metafora BMDP ini lebih ditekankan pada penentuan maksud Universitas Sumatera Utara yang dituturkan oleh penutur. Orientasinya adalah pada pesan apa yang ditransfer secara metaforis oleh penutur kepada lawan tuturnya, sesuai dengan situasi, peristiwa, dan lokasi tutur dimaksud. Dasar pemahaman metafora didasarkan atas tuturan kalimat penutur dan interpretasi didasarkan atas maksud metafora yang disampaikan. Dalam hal ini ada kaitannya antara penutur encoder dengan lawan tutur decoder. Tabel 3. Jenis Makna yang Tersirat dari Bentuk Metafora BMDP No. No. Data BMDP BS BI BT Makna Tersirat Jenis Makna 1. 4. Makonyo, jangan- lah awak bak tapijak baro angek. Makanya, janganlah kita seperti terpijak bara panas. Kata “seperti terpijak bara panas” memiliki makna Konotatif

2. 8.