sesuatu yang bersifat bebas, trust juga melibatkan resiko. Ada beberapa katagori dari kekecewaan tersebut, yang pertama adalah kekecewaan karena sesuatu tidak
berjalan sebagai mana mestinya. Ada kemungkinan besar bahwa sesuatu tdk berjalan sebagai mana mestinya. Ini bukan berarti kesalahan seseorang. Disini
trust merupakan dirinya sendiri dan trust di dalam perilaku nyata dan proses yang terhubung, menjadi sesuatu yang krusial. Dan hal yang paling esensial dari bagian
ini adalah ketika orang tersebut tetap melanjutkan untuk percaya dengan orang lain dan dapat berpikir bahwa ini merupakan sebuah kebijaksanaan dan
penerimaan kita setiap hari. Katagori kekecewaan yang kedua adalah karena adanya kesalahan. Terkadang hal ini disebabkan oleh sesuatu yang tidak berjalan
sebagai mana mestinya dan karena kesalahan dari seseorang. Setelah berada di dalam periode distrust, beberapa orang ada yang tidak
dapat melupakan dan juga tidak dapat memaafkan, tetapi tidak sedikit pula mereka tetap berubah dan belajar untuk trust kembali kepada pasangannya.
Reestablishing trust adalah membangun kembali struktur-struktir baru, memulihkan dan kembali melakukan rutinitas sehari-hari dan membangun
kembali hubungannya tersebut.
B. ABORSI B.1 Definisi Aborsi
Menurut Wikipedia, Aborsi adalah Menggugurkan kandungan atau dalam dunia kedokteran dikenal dengan istilah “abortus”. Berarti pengeluaran hasil
konsepsi pertemuan sel telur dan sel sperma sebelum janin dapat hidup di luar
Universitas Sumatera Utara
kandungan. Ini adalah suatu proses pengakhiran hidup dari janin sebelum diberi kesempatan untuk bertumbuh.
Sama halnya dengan yang diungkapkan oleh Dadang Hawari dalam bukunnya ‘ABORSI – Dimensi Psikoreligi’ 2006 bahwa aborsi merupakan
pengguguran kandungan atau terminasi penghentian kehamilan yang disengaja abortus provocatus, yaitu, kahamilan yang diprovokasi dengan berbagai macam
cara sehingga terjadi keguguran. Berdasarkan beberapa pengertian yang dikemukakan di atas ditarik
kesimpulan bahwa definisi aborsi adalah suatu terminasi kehidupan dari janin
sebelum ia diberi kesempatan hidup dan berkembang dengan cara yang disengaja dan diprovokasi dengan berbagai cara agar terjadi keguguran.
B. 2. Macam-macam Aborsi Dalam dunia kedokteran dikenal 3 macam aborsi Hawari, 2006, yaitu:
1. Aborsi Spontan Alamiah: berlangsung tanpa tindakan apapun. Kebanyakan disebabkan karena kurang baiknya kualitas sel telur dan sel sperma,
2. Aborsi Buatan Sengaja: pengakhiran kehamilan sebelum usia kandungan 28 minggu 7 bulan sebagai suatu akibat tindakan yang disengaja dan disadari oleh
calon ibu maupun si pelaksana aborsi dalam hal ini dokter, bidan atau dukun beranak.
3. Aborsi Terapeutik Medis: pengguguran kandungan buatan yang dilakukan atas indikasi medik. Sebagai contoh, calon ibu yang sedang hamil tetapi
Universitas Sumatera Utara
mempunyai penyakit darah tinggi menahun atau penyakit jantung yang parah yang dapat membahayakan baik calon ibu maupun janin yang dikandungnya.
Tetapi ini semua atas pertimbangan medis yang matang dan tidak tergesa-gesa. Pada penelitian ini dikhususkan pada jenis aborsi buatan atau aborsi yang
disengaja, yaitu suatu aborsi sebagai pengakhiran kehamilan sebelum usia kandungan 28 minggu 7 bulan sebagai suatu akibat tindakan yang disengaja dan
disadari oleh calon ibu maupun si pelaksana aborsi dalam hal ini adalah dokter, bidan, dukun beranak atau ibu dari janin tersebut.
Ada 2 macam tindakan aborsi yaitu:
1. Aborsi dilakukan sendiri
Aborsi yang dilakukan sendiri misalnya dengan cara memakan obat-obatan yang membahayakan janin, atau dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang
dengan sengaja ingin menggugurkan janin. 2. Aborsi dilakukan orang lain
Orang lain disini bisa seorang dokter, bidan atau dukun beranak. Cara-cara yang digunakan juga beragam.
Dalam penelitian ini, peneliti ingin meneliti perempuan yang melakukan aborsi yang dilakukan dengan cara sendiri dan dengan bantuan orang lain.
B.3. Faktor-faktor pendorong aborsi
Menurut Prof. Dr. Sarlito W. Sarwono, ada beberapa faktor yang mendorong
aborsi:
Dampak ekonomi jika tidak aborsi:
Universitas Sumatera Utara
a. anak terlalu banyak, penghasilan suami terbatas dsb. khususnya untuk ibu-ibu peserta KB yang mengalami kegagalan kontasepsi
b. PHK misal: pramugari, polwan c. Belum bekerja buat yang masih sekolahkuliah
Dampak sosial jika tidak aborsi khusus untuk kehamilan pra-nikah: a. Putus sekolahkuliah
b. Malu pada keluargatetangga c. Siapa yang akan mengasuh bayi
d. Kalau bayi diasuh nenek, akan dipanggil apa? Eyang dipanggil ibu, ibu dipanggil mbak?
e. Terputusterganggu karirmasa depan f. Dan sebagainya.
B.4. Dampak Kondisi Aborsi
Menurut Prof. Dr. Sarlito W. Sarwono ada beberapa Kondisi psikologik wanita pra-aborsi:
a. Takutcemas b. Butuh informasi tetapi tidak tahu mau bertanya ke manasiapa?
Masyarakat mentabukan sex, apalagi aborsi, dari semua yang belum menikah, khususnya wanita.
c. Butuh perlindungan tetapi laki-laki yang berbuat pada umumnya tidak mau, atau tidak mampu karena sama-sama masih di bawah umurmasih
Universitas Sumatera Utara
sekolah bertanggung jawab. d. Kebingungan sehingga menunda-nunda persoalan
e. Pada saat merasa sudah sangat terdesak, akhirnya nekad, mencari bantuan yang paling terjangkau dekat, mudah, murah
f. Tindakan nekad ini karena tidak didukung oleh pengetahuan yang cukup bisa sangat berbahaya dukunpara medikdokter yang tak bertanggung
jawab, komplikasi yang tidak segeera ditolong, infeksi karena tidak periksa ulang dsb..
Sedangkan Kondisi psikologis pasca-aborsi Burke, 2006: a. Ketakutan yang intens, anxiety, helplessness.
b. Perasaan kehilangan kontrol c. Mati rasa secara emosional, sulit mengingat suatu kejadian.
d. Merasa bersalah, perasaan sedih yang mendalam, depresi. e. Cepat marah, marah yang meledak-ledak, perilaku agrsif.
f. Sulit tidur, ketidakbeMikaungsian secara seksual. g. flashback, mimpi buruk.
h. Menghindar dari hubungan, menolak anak-anak. i. Pesimis terhadap masa depan.
j. Drugs, alcohol abuse dan berpikir untuk bunuh diri. Sama halnya dengan pendapat yang diungkapkan oleh Edmundson, 2009,
bahwa secara psikologis aborsi memberikan dampak hilangnya harga diri,
Universitas Sumatera Utara
perasaan dihantui dosa, lemahnya ikatan pasangan kedua belah pihak yang menyebabkan kegagalan setelah menikah, serta penghinaan terhadap
masyarakat. Beberapa dampak aborsi terhadap psikososial seorang perempuan yang
melakukan aborsi: 1.
Efek pada hubungan dengan pasangan Menurut Burke 2004, ada sekitar 40 – 50 pasangan mengakhiri
hubungan mereka setelah aborsi, sekitar 40 -75 dikarenakan gangguan pada intimacy dan trust terhadap pasangan mereka. Hal itu
didukung pula oleh penelitian Barnett, dkk 1992 yang menyatakan bahwa wanita yang memiliki hubungan yang cenderung stabil, setelah
melakukan aborsi dilaporkan berpisah. Dari 80 kelompok pasangan yang berpisah, kebanyakan wanita yang berinisiatif untuk melakukan
perpisahan dengan pasangannya. Hubungan setelah aborsi dilaporkan menjadi lebih buruk, dengan lebih banyak konflik dan kurangnya
saling trust satu dengan lainnya. 2.
Hubungan dengan orang tua dan keluarga Jika orang tua yang memaksakan untuk melakukan aborsi, maka
hubungan orang tua - anak menjadi rusak Rue, 1994. Jika ia menyembunyikannya maka hal itu akan membuat jarak hubungan
orang tua – anak akan semakin jauh Rue dalam Burke, 2004. 3.
Hubungannya dengan teman sebaya
Universitas Sumatera Utara
Perempuan yang pernah melakukan aborsi menjadi pesimis dan selalu berpikir negatif tentang hidupnya secara umum Burke, 2004. Self
esteem akan menurun dan ia akan menghindari kontak sosial. 4.
Hubungannya dengan pasangan masa depan. Pengalaman masa lalu tentang aborsi akan dirahasiakan dari
pasangannya karena takut akan judgement atau takut akan penolakan Burke, 2004. Sering kali perempuan yang telah melakukan aborsi
akan merasa tidak nyaman dan merasa takut dalam aktivitas seksual dengan pasangannya, dan sebagian akan menjadi sangat permisif
terhadap aktivitas seksual.
C. Pacaran C.1. Defenisi Pacaran