Internasional, dan berbagai negara ikut menandatangani dan meratifikasi konvensi tersebut termasuk negara Indonesia. Di antara konvensi yang di tandatangani oleh negara Indonesia adalah konvensi
mengenai hak-hak Politik Perempuan Convention On The Political Right of Woman pada tanggal 16 Desember 1958, bahkan lebih dahulu dari yang di lakukan oleh negara Amerika Serikat yang baru
meratifikasi tanggal 8 april 1976.
17
Dan permasalahannya terdapat pada Kendala struktural yang berkaitan dengan berbagai kebijakan baik yang umum maupun yang khusus di tujukan pada kaum perempuan yang secara prinsipil justru
bertentangan dengan prinsip-prinsip yang ada dalam konvensi ini seperti dalam pasal 1, dapat di simpulkan bahwa pemenuhan dan penghargaan terhadap Hak Asasi Manusia adalah prasyarat mutlak
untuk dapat terlaksananya konvensi ini. Namun tampaknya ada ketidakkonsistenan dari pemerintah, di satu pihak menandatangani dan meratifikasi konvensi hak asasi manusia lainnnya, seperti konvensi
Internasional tentang hak-hak sipil dan politik dan konvensi Internasional tentang hak-hak ekonomi, sosial, dan budaya.
18
c. Hukum
Sejak di sahkannya Undang- Undang No. 21 tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan
Orang yaitu bulan April 2007, maka yang di maksud dengan perdagangan orang termasuk perdagangan perempuan adalah
Tindakan perekrutan, pengangkutan, penampungan, pengiriman, pemindahan, atau penerimaan seseorang dengan ancaman kekerasan, penggunaan kekerasan, penculikan, penyekapan, pemalsuan,
penipuan, penyalahgunaan kekuasaan atau posisi rentan, penjeratan utang, atau memberi bayaran atau mamfaat, sehingga memperoleh persetujuan dari orang yang memegang kendali atas orang lain
17
Apik, Perisai Perempuan Kesepakatan Internasional Untuk Perlindungan Perempuan Bogor, 1996, hal. 118
18
Apik, Perisai Perempuan Kesepakatan Internasional Untuk Perlindungan Perempuan Bogor, 1996, hal. XIV
tersebut, baik yang dilakukan di dalam negara maupun antar Negara, untuk tujuan eksploitasi atau mengakibatkan orang tereksploitasi.
Pengertian perdagangan orang dalam Undang-Undang No. 21 tahun 2007 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Perdagangan Orang itu tidak jauh berbeda dengan pengertian dalam protokol yang
dikeluarkan oleh PBB. Begitu lambatnya penanganan perdagangan manusia ini oleh pemerintah, sampai-sampai
Departemen Luar Negeri Amerika memasukkan Indonesia ke dalam kelompok tier 3, yaitu kelompok negera-negara dengan penanganan perdagangan manusia terburuk. Lemahnya perangkat hukum,
mudahnya petugas di bayar, banyaknya daerah perbatasan antarnegara yang tidak di jaga dengan baik, adalah faktor yang menyebabkan perdagangan manusia di Indonesia di kategorikan terburuk.
Di sisi lain, undang-undang sebagai landasan hukum menghadang perdagangan manusia pun di Indonesia tidak memadai untuk menjerat dan menghukum si pelaku.
Kelemahan KUHP Menangani Tindak Kekerasan pada Perempuan Perkosaan: Dalam KUHP, perkosaan dibatasi bila hanya terjadi penetrasi. Yaitu, masuknya alat
kelamin laki-laki ke dalam vagina. Sehingga dalam pembuktiannya sangat sulit dilakukan. Karena harus adanya bukti sperma. Pasal yang mengatur tegas adalah pasal 285, 381 KUHP.
Masalah Pelecehan Seksual: Dalam KUHP, perbuatan itu hanya di kenal dengan istilah
perbuatan cabul. Sementara, perbuatan ini sendiri lebih banyak terjadi kepada korban yang berada dalam relasi kekuasaan yang tidak seimbang. Pasal yang mengatur adalah pasal 387, 294 KUHP.
Perdagangan Perempuan: Secara umum, perbuatan ini adalah dalam sektor pemaksaan
kehendak. Seperti memaksa seseorang untuk menjadi pelacur, tenaga kerja ataupun pekerjaan lainnya untuk keuntungan si pelaku. Pasal terkait yaitu pasal 295, 296, dan pasal 393 KUHP.
Kekerasan Dalam Rumah Tangga: Dalam peristiwa ini, baik KUHP maupun rancangan KUHP
tidak memuat secara tegas pasal-pasal yang mengatur atau memberikan ketegasan. Namun ada beberapa pasal seperti 338, 339 dan 340 tentang penganiayaan yang bisa dipakai menjerat para pelaku.
Pornografi: Dalam KUHP, pornografi diatur dalam pasal 282, yang terkait erat dengan pasal
281. Untuk pasal 282 sendiri, lebih di fokuskan untuk melindungi kesusilaan dan gangguan melalui media tulisan atau gambar.
Aborsi: Hukum kita dengan jelas melarang hal apapun mengenai hal ini, terkecuali dengan alasan medis
bagi si pengandung. Bahkan, sanksi yang diberikan menurut pasal 346 KUHP adalah empat tahun penjara. Sementara untuk pasal lainnya mengacu pada UU Kesehatan no 23 Tahun 1992 dan pasal 374,
375 KUHP.
d. Agama