Ekonomi dan Sosial Budaya Masyrakat

kesusilaan. Pandangan demikian biasanya berasal dari kelompok orang atau penguasa yang hanya melihat prostitusi sebagai bentuk pelampiasan seksual yang tidak sejalan dengan norma sosial masyarakat umum. Seks sebagai “komoditi” telah menimbulkan suatu profesi yang memerlukan totalitas dari sebagai modal kerja. Hubungan seks antara dua jenis manusia sudah setua adanya manusia di muka bumi ini.

2. Sebab-Sebab Terjadinya Prostitusi

Fenomena arus globalisasi yang membawa implikasi perubahan negatif pada pergaulan perempuan, menuntut keberanian perempuan untuk mengcounter budaya free-sex, pornografi, poligami yang senantiasa merebak meracuni pola hidup masyarakat modern. Masalah Drive Thru Girl penjualan diri yang di lakukan oleh laki-laki dan perempuan ABG di luar sekolah, seiring dengan maraknya gaya hidup dunia gemerlap tidak bisa di diamkan begitu saja. Menyimak kehidupan malam yang di lakukan oleh sebagian remaja yang masih sekolah di menengah atas SMA dan perguruan tinggi PT menarik di cermati. Betapa pendidikan yang di tempuhnya tidak bisa mengatur diri mereka, hingga larut dalam budaya free-sex yang sebenarnya melanggar aturan etika, norma, agama dan sosial.

a. Ekonomi dan Sosial Budaya Masyrakat

Dari aspek ekonomi, yang bekerjanya atas dasar hubungan supply and demand, jelas bahwa di dalam praktek prostitusi terlihat sebagaimana.tekanan ekonomi sebagai akibat di tinggal suami merupakan alasan klasik untuk timbulnya prostitusi, yang akan terus berkembang sesuai dengan perkembangan keadaan kuantitas dan kualitas kehidupan manusia khususnya di daerah-daerah perkotaan. Maka faktor-faktor yang menyebabkan timbul dan berkembangnya prostitusi antara lain: 1. Kondisi kependudukan, yang antara lain: jumlah penduduk yang besar dengan komposisi penduduk wanita lebih banyak dari pada penduduk laki-laki. 2. Perkembangan teknologi, yang antara lain: teknologi industri kosmetik termasuk operasi plastik, alat-alat danatau obat pencegah kehamilan; teknologi dalam telekomunikasi dan transportasi. Dalam hal ini yang jelas adalah penyalahgunaan terhadap produk-produk perkembangan teknologi di bidang industri. 3. Lemahnya penerapan, dan ringannya sanksi hukum positif yang di terapkan terhadap pelanggaran hukum. Pelanggaran hukum tersebut dapat di lakukan oleh pelaku subyek prostitusi, mucikari, pengelola hotelpenginapan, dan lain-lain. Mahalnya biaya resmi pernikahan, sulitnuya prosedur perceraian juga merupakan faktor pengembangan praktek prostitusi secara kuantitas. 4. Kondisi lingkungan, baik lingkungan sosial maupun lingkungan alam fisik yang menunjang. Kurangnya kontrol di lingkungan permukiman oleh masyarakat sekitar, serta lingkungan alam seperti: jalur-jalur jalan, taman-taman kota, atau tempat-tempat lain yang sepi dan kekurangan fasilitas penerangan di malam hari, sangat menunjang untuk terjadinya praktik prostitusi. Pada tingkat pasar, misalnya, penggunaan tubuh perempuan untuk keperluan iklan barang-barang konsumtif, menunjukkan telah terjadi pergeseran seksualitas dan tubuh dari domain privat ke domain publik; Menunjukkan bahwa masalah pelacuran adalah masalah yang multikompleks, yang tidak berhenti pada masalah ekonomi, namun juga kelonggaran culture masyarakat di sekitarnya, pengaruh gaya hidup, tradition setempat, juga persepsi para pelacur dan keluarganya terhadap profesi tersebut. Hal-hal itulah yang ditangkap para cukong atau para penyalur dengan memanfaatkan jaringan yang sangat rapi dan tak jarang malahan di dukung oleh backing aparat keamanan.

b. Politik