Kekerasan Dalam Rumah Tangga: Dalam peristiwa ini, baik KUHP maupun rancangan KUHP
tidak memuat secara tegas pasal-pasal yang mengatur atau memberikan ketegasan. Namun ada beberapa pasal seperti 338, 339 dan 340 tentang penganiayaan yang bisa dipakai menjerat para pelaku.
Pornografi: Dalam KUHP, pornografi diatur dalam pasal 282, yang terkait erat dengan pasal
281. Untuk pasal 282 sendiri, lebih di fokuskan untuk melindungi kesusilaan dan gangguan melalui media tulisan atau gambar.
Aborsi: Hukum kita dengan jelas melarang hal apapun mengenai hal ini, terkecuali dengan alasan medis
bagi si pengandung. Bahkan, sanksi yang diberikan menurut pasal 346 KUHP adalah empat tahun penjara. Sementara untuk pasal lainnya mengacu pada UU Kesehatan no 23 Tahun 1992 dan pasal 374,
375 KUHP.
d. Agama
Begitulah dari sisi mana kita melihat, akan menentukan warna pandangan. Sementara perilaku jual-beli itu tak pernah berubah dari abad ke abad. Dan semakin terbelah sikap memandang, semakin
bervariasi pula spektrum warna pandangan. Nilai sosial pun yang relatif. kecuali barangkali jika dikembalikan pada sumber nilai yang paling asasi, prinsip agama. Tapi sejauh manakah prinsip agama
masih fungsional dalam kehidupan sosial? Jika prinsip agama beranjak dari rasa taqwa pada Tuhan, dan ini sifatnya sangat individual, siapakah yang menganggapnya masih relevan terhadap kehidupan sosial
dalam lingkungan pelacur. Mau tak mau di sini agama di ajak bersikap adil dalam menilai. Keadilan hanya arti memberikan apa yang menjadi hak seseorang.
Lalu bagaimana perkiraan tentang hak sosial seorang pelacur? Lalu sampai berapa jauh batas toleransi akan hak sosial itu?
Kesemuanya pertanyaan tentang tak mungkin memperoleh jawaban dari prinsip-prinsip yang tegas. Norma hanya bersikap menghukum, barangkali penilaian yang adil memerlukan pemahaman realita.
Karena itu gambaran tanpa prasangka di perlukan agar kehidupan penjaja seks ini bisa di kendali lebih dalam lagi.
Remangkah kehidupannya, ataukah cemerlang dalam pesta pora eksekutif, sebenarnya menyatu dalam sikap dasar yang sama, sikap dasar ini bertolak dari pandangan mengenai tubuh sendiri, dan makna seks
bagi dirinya. Bahwa tubuh merupakan modal kerja, dan seks adalah aktivitas yang punya nilai
jangkauannya tidak sebatas rumah tangga. Dari sikap dasar semacam ini lahirlah motif yang beraneka. 3. Bentuk-Bentuk
Trafficking Ada beberapa bentuk trafficking manusia yang terjadi pada perempuan dan anak perempuan:
•
Kerja paksa dan eksploitasi seks, baik di luar negeri maupun di dalam negeri. Dalam banyak
kasus perempuan dan anak-anak di janjikan bekerja sebagai buruh migran. PRT, pekerja restoran, penjaga toko atau pekerjaan-pekerjaan tanpa keahlian tetapi kemudian di paksa bekerja pada
industri seks saat mereka tiba di daerah tujuan.
•
Pembantu rumah tangga PRT -baik di luar negeri maupun di dalam negeri. Di eksploitasi ke
dalam kondisi pekerjaan yang sewenang-wenang termasuk : jam kerja sangat panjang, penyekapan, upah yang tidak di bayar atau di potong, kerja karena jeratan hutang, penyiksaan fisik
ataupun psikologis, penyerangan seksual, tidak di beri makan atau kurang makanan dan tidak boleh menjalankan agamanya atau di perintah untuk melanggar agamanya. Beberapa majikan dan
agen menyita paspor dan dokumen lainnya untuk memastikan para pembantu tersebut tidak mencoba melarikan diri.
•
Bentuk lain dari kerja migran- baik di luar negeri maupun di wilayah Indonesia, meskipun
banyak orang Indonesia yang bermigrasi sebagai PRT, yang lainnya di janjikan mendapatkan pekerjaan yang tidak memerlukan keahlian di pabrik, restoran atau toko kecil, beberapa dari buruh
migran ini di eksploitasi ke dalam kondisi pekerjaan yang sewenang-wenang dan berbahaya dengan bayaran sedikit atau bahkan tidak di bayar sama sekali.
•
Penari penghibur dan pertukaran budaya, terutama di luar negeri, perempuan dan anak-anak di
janjikan bekerja sebagai duta budaya, penyanyi atau penghibur di negara asing, pada saat kedatangannya banyak dari perempuan di paksa untuk bekerja di industri seks atau pada pekerjaan
dengan kondisi yang sangat mirip dengan perbudakan.
•
Pengantin pesanan- terutama di luar negeri, beberapa perempuan dan anak yang bermigrasi
sebagai istri dari orang berkebangsaan asing, telah di tipu dengan perkawinan. dalam kasus semacam itu. Para suami mereka memaksa istri-istri baru itu untuk bekerja untuk keluarga dengan
kondisi yang sangat mirip dengan perbudakan, atau mereka menjual ke industri seks.
•
Beberapa bentuk buruhpekerja anak- terutama di indonesia beberapa anak yang berada di
jalanan untuk mengemis, mencari ikan di lepas pantai seperti jermal, dan bekera di perkebunan telah di eksploitasi ke dalam situasi yang mereka hadapi saat ini.
•
Traffickingpenjualan bayi- baik di luar negeri ataupun di Indonesia. Beberapa buruh migran
Indonesia TKI ditipu dengan perkawinan palsu saat negeri dan kemudian mereka di paksa untuk menyerahkan bayinya untuk di adopsi secara ilegal.
4. Pelaku Trafficking