Maka perempuan sebagai objek utama trafficking, akan terus-menerus menjadi korban, baik itu korban ekploitasi seksual, di pekerjakan dengan tanpa di beri upahgaji, ataupun berbagai korban
kekerasan lainnya. Dan biasanya perdagangan perempuan selalu bermuara pada eksploitasi seksual. Selain itu mengingat bahwa kemajuan bisnis pariwisata di seluruh dunia yang juga menawarkan
pariwisata seks, termasuk yang mendorong tingginya angka perdagangan perempuan, untuk memenuhi bisnis ilegal ini. Khususnya di Kota Surabaya, orang asing yang berdatangan di kota heterogen ini bukan
hanya untuk melakukan usaha dan bisnis semata, tetapi juga karena tertarik akan pelayanan seksual yang mudah didapat dan murah di lokalisasi gang Dolly.
a. Ekonomi dan Sosial Budaya Masyarakat
Ekonomi merupakan faktor yang sangat menentukan dalam memenuhi kebutuhan hidup. Kondisi ekonomi yang memprihatinkan seringkali membuat orang lupa diri dan dengan mudahnya melakukan
tindak pidana dengan faktor ekonomi sebagai alasan pembenarnya. Demikian pula dengan perdagangan perempuan. Faktor utama maraknya trafficking terhadap
perempuan dan anak adalah kemiskinan. Kemiskinan yang begitu akut dan langkanya kesempatan kerja mendorong jutaan penduduk Indonesia untuk berimigrasi ke luar ataupun di dalam negeri guna
menemukan cara agar dapat menghidupi diri mereka dan keluarga mereka sendiri. Kemiskinan akibat multi krisis, kurangnya kesempatan kerja dan peluang berusaha menyebabkan orang tua tega menjual
anaknya. Keinginan untuk hidup layak dan dengan kemampuan yang minim serta kurang mengetahui
informasi pasar kerja menyebabkan perempuan dan anak yang terjebak dalam lilitan hutang pada penyalur tenaga kerja dan menyeret mereka kedalam praktik prostitusi.
Selain itu materialisasi dan gaya konsumtif merupakan faktor yang menjerat gaya hidup anak baru gede ABG sehingga mendorong mereka memasuki dunia pelacuran secara dini.
Di samping itu dari sisi bisnis, trafficking ini merupakan bisnis yang menguntungkan hingga mencapai milyaran dolar setahun. Bahkan perdagangan perempuan dan anak ini di anggap sebagi sumber
keuntungan terbesar ketiga bagi kriminal yang terorganisir di dunia, setelah perdagangan obat-obatan terlarang dan senjata. Mereka bisa menghasilkan atau meraup keuntungan milyaran dolar setiap tahunnya
Perdagangan perempuan tidak terlepas dari keberadaan lingkungannya dan hubungannya dengan kondisi sosial masyarakat. Faktor sosial menjadi faktor yang dominan ketika dia berhadapan dengan
korban yang memiliki pendidikan rendah Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat menentukan apakah seorang perempuan dapat di rekrut dengan cara penipuan untuk kemudian di
perdagangkan Buta huruf dan pendidikan rendah merupakan faktor yang turut menyebabkan kerentanan terhadap perdagangan, rendahnya pendidikan dan kurangnya keterampilan menyebabkan para perempuan
sulit untuk mendapatkan pekerjaan lain untuk menghidupi keluarga mereka. Penyebab maraknya kasus trafficking, di sebabkan oleh faktor-faktor ekonomi miskin, budaya
patriarkhis seperti budaya pemaksaan menikah dini, pembatasan akses bagi anak dan perempuan dan keinginan orang tua yang menginginkan anaknya secepatnya bekerja tanpa di bekali dengan pendidikan
dan keterampilan yang memadai. Di lain pihak, para calo secara gencar mendatangi penduduk miskin untuk membujuk dan merayu para orang tua dan anak-anak untuk bekerja di kota atau di luar negeri.
Anak-anak di rekrut oleh calo melalui pendekatan dari rumah ke rumah di pedesaan dan pegunungan. Para calo menjanjikan penempatan kerja ke kota, bergaji tinggi dan hidup mewah. Berbagai tipu daya di
lakukan guna mengajak dan merayu anak-anak desa untuk bekerja di lain tempat.
b. Politik