Tanaman Obat di Indonesia Ocimum sp

8 Secara umum, morfologi dari berbagai spesies Ocimum sp dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 2.2 Morfologi berbagai species Ocimum sp Sumber : Jurnal littri 14 4 Desember 2008. Seperti tanaman lainnya, Ocimum sp juga dikenal dengan minyak atsirinya. Minyak atsiri merupakan produk hasil penyulingan dengan uap dari bagian-bagian suatu tumbuhan. Minyak atsiri mengandung ratusan bahan campuran yang mudah menguap dan tidak mudah menguap. Hal ini menjadi penyebab karakteristik aroma dan rasanya. 9 Bagian utama pada minyak atsiri adalah terpenoid yang terdapat pada atsiri yang tersuling uap. Zat ini merupakan penyebab wangi, harum atau bau yang khas pada banyak tumbuhan. Senyawa ini menjadi penting secara ekonomi sebagai dasar wangi-wangian alam serta sebagai rempah- rempah yang tentunya bisa digunakan sebagai senyawa cita rasa dalam NO Jenis tanaman Nama lokal Tinggi cm Jumlah cabang bh Diameter batang mm Lebar daun cm Panjang daun cm 1 Ocimum gratissimum Ruku- ruku hutan 140,58 21 2,3 9,56 12,78 2 Ocimum minimum Selasih ngombol 81,47 19,4 1,23 2,41 6,38 3 Ocimum basilicum daun hijau Basil 90,03 16,18 1,17 3,54 5,57 4 Ocimum basilicum daun keunguan Basil 97,89 29 1,47 3,36 6,70 5 Ocimum canum Kemangi 97,54 11,6 1,44 2,50 4,31 6 Ocimum sanctum Ruku- ruku 80,58 12,44 1,33 2,16 3,82 9 industri makanan. 10 Banyak sekali kegunaan minyak atsiri, antara lain sebagai salah satu campuran bahan baku pada industri kosmetik, sabun dan deterjen, farmasi, produk makanan dan minuman serta masih banyak yang lainnya. 9 Kandungan utama minyak atsiri pada berbagai spesies Ocimum sp berbeda-beda. Pada Ocimum basilicum mengandung linalol dan metil kavikol, Ocimum canum mengandung campor, limonen, metil sinamat dan linalol, Ocimum citriodorum terdapat sitral, Ocimum gratissimum mengandung eugenol atau timol, Ocimum sanctum adalah eugenol, karyophillene, pada Ocimum viride mengandung timol dan pada Ocimum klimandschavicum mengandung campor dan sineol. 10

2.1.3 Ocimum canum Sims

Ocimum canum Sims atau dikenal juga dengan nama Ocimum americanum L yang dalam bahasa sehari-hari disebut dengan kemangi, merupakan salah satu dari keluarga Lamiaceae. 10 Daun kemangi banyak sekali ditemukan di hampir seluruh daerah di Indonesia. Menurut sistematika, Ocimum canum Sims dapat dilihat sebagai berikut : Deskripsi tanaman kemangi adalah sebagai berikut : Perawakan: herba tegak atau semak, tajuk membulat, bercabang banyak, sangat Kingdom : Plantae Subkingdom : Tracheobionta Super divisi : Spermatophyta Divisi : Magnoliophyta Class : Magnoliopsida Sub kelas : Asteridae Ordo : Lamiales Famili : Lamiaceae Genus : Ocimum L Species : Ocimum canum Sims 11 Pada penelitian sebelumnya, menyebutkan bahwa Ocimum canum Sims memiliki khasiat sebagai anti diabetes yang telah diteliti terutama bagian benihnya. Suplementasi dari benih Ocimum canum dapat mengontrol diet yang dapat menurunkan kolesterol dalam darah. 12 Penelitian lain juga telah menyimpulkan bahwa, Ocimum canum Sims memiliki efek antibakteri yang sangat tinggi, baik bakteri gram positif seperti Staphylococcus aureus, Ocimum canum Sims juga memiliki aktifitas tinggi terhadap bakteri gram negatif yaitu Escherichia coli. 14 Aktivitas antituberkular terhadap Mycobacterium spp pada konsentrasi 100 ppm. Kandungan minyak pada daunnya ternyata dapat menghambat bakteri Xanthomonas malvacearum, Bacillus mycoides, Bacillus subtilis, Bacillus pumilus, Vibrio cholerae, Staphilococcus albus, Salmonella paratyphi dan Xanthomonas Campestris. Didapatkan pula aktivitas dalam menghambat berbagai jenis jamur termasuk beberapa patogen. Aktivitas antimikroba lain masih dalam penelitian. 5 Analisis fitokimia tanaman mengungkapkan bahwa Ocimum canum Sims memiliki konsentrasi tinggi flavonoid 10,00, saponin, dan tanin, namun rendahnya tingkat fenolat dan alkaloid. Daun menunjukkan kandungan tinggi karbohidrat 639,6 gkg, abu, serat kasar dan lemak kasar, tapi sangat rendah kandungan protein. Penelitian sebelumnya mengungkapkan bahwa Ocimum canun Sims memiliki konsentrasi tinggi kalsium 50.72 gkg dengan tingkat yang cukup kalium, fosfornatrium, dan magnesium. 14 Eugenol dan flavonoid yang larut dalam air orientin dan vicenin mempunyai efek antioksidan, membersihkan radikal bebas dan mencegah pertumbuhan dan penyebaran kanker dengan cara memblok suplai oksigen dan nutrien. Asam ursolat mempunyai aktivitas imunomodulator dan tissue protector seperti penelitian Balanehru dan Nagarajan tahun 1991 yang menyebutkan bahwa asam ursolat mempunyai aktivitas melawan peroksidasi lipid di mikrosomal hepar. 15 Asam ursolat dan karnosol mempunyai aktivitas inhibisi Nuclear Factor Kappa B NF-KB, menghambat aktivitas tirosin kinase dan ornitin dekarboksilase sehingga berpotensi menghambat proses angiogenesis. 16 12 Flavonoid adalah salah satu dari 4000 komponen polifenol yang terdapat secara alami pada makanan hasil bumi. Komponen ini memiliki struktur fenil benzopiron umum C6-C3-C6. Flavonoid telah menunjukkan dapat menginduksi apoptosis beberapa sel kanker. Mekanisme molekuler dari flavonoid mana yang dapat menginduksi apoptosis belum bisa di klarifikasi. Beberapa mekanisme termasuk inhibisi aktivitas DNA topoisomerase III, mengurangi Reactive Oxygen Species ROS, regulasi ekspresi protein heat shock, memodulasi jalur sinyal, pengeluaran sitokrom dengan aktivasi subsequent dari caspase 3 dan caspase 9, aktivasi endonukleus dan supresi protein Mcl-1. 17 Seperti species Ocimum sp lainnya, Ocimum canum Sims juga memiliki komponen lain berupa minyak. Minyak yang dibuat dari Ocimum canum Sims mengandung anti bakteri dan serangga. Metil kavikol dan linolol merupakan komponen utama dari minyak Ocimum canum Sims. Selain itu juga, kandungan lain dari minyak Ocimum canum Sims ini adalah estragole, eugole, sitral, geranio dan timol. Komponen ini biasa digunakan untuk pengobatan, kosmetik, industri makanan, dan sebagai anti serangga. Minyak dan bunga Ocimum canum Sims terutama terdiri masing-masing 1,8-sineol 60,1 dan cis, trans-piperitol 68,5. Beberapa kemotipe dari minyak Ocimum canum yang telah dilaporkan antara lain terdiri dari : tipe fenkone, tipe sitral, tipe eugenol, tipe terpineol, tipe 1,8 sineol, tipe E- α-bergamotenbisiklogermakren β- kariofilen, tipe metal sinamat, tipe metal kavikolα-terpineol, tipe campor, tipe linalool dan tipe limonen. 18

2.1.4 Toksikologi

Manusia tentu tidak dapat hidup tanpa obat atau zat kimia yang ada di sekitarnya. Zat tersebut dapat masuk ke dalam tubuh baik disengaja ataupun tidak disengaja dan melewati berbagai cara seperti inhalasi, kulit ataupun secara oral. Oleh karena itu, untuk dapat memanfaatkan dan terhindar dari dampak buruknya, manusia sangat perlu untuk mempelajari sifat-sifat dari zat-zat yang ada di sekitarnya. 19 Toksikologi 13 dapat diartikan sebagai cabang ilmu pengetahuan yang berhubungan dengan zat toksik atau racun yang dapat memberikan efek buruk bagi tubuh. Penelitian mengenai toksikologi dilakukan bukan hanya melindungi manusia dan lingkungan dari efek-efek zat toksik tapi juga untuk memfasilitasi pengembangan ilmu toksik yang lebih selektif seperti obat anti kanker dan obat-obatan klinis lain, serta pestisida. 20 Loomis 1978 mendefinisikan toksikologi sebagai ilmu yang mempelajari aksi berbahaya zat kimia atas sistem biologi. Sedangkan pakar lainnya, yaitu Timbrel 1989 mendefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari interaksi antara zat kimia dan sistem biologi. 21 Seiring berjalannya waktu, ilmu toksikologi dan aplikasinya semakin diperluas. 22 Agar dapat mengevaluasi keberbahayaan suatu zat, perlu dipahami kondisi, mekanisme, wujud dan sifat efek toksik suatu zat. Selanjutnya, dengan evaluasi tersebut, dapat digunakan untuk menentukan atau memperkirakan batas keamanan suatu zat bila digunakan agar efek buruk tidak ditimbulkan. 21 Oleh karena itu, salah satu metode yang dapat digunakan dalam bidang toksikologi adalah uji toksisitas.

2.1.5 Uji Toksisitas

Untuk dapat mengevaluasi keamanaan suatu zat yang akan digunakan merupakan salah satu tujuan dipelajarinya toksikologi. Suatu efek yang terjadi setelah pemberian secara oral maupun dermal dengan dosis tunggal maupun ganda yang diberikan selama 24 jam atau 4 jam setelah pemberian melalui inhalasi. 23 Efek berbahaya tersebut berarti suatu efek yang dapat menyebabkan gangguan fungsional, fisiologis struktural ataupun biokimiawi yang dapat berakibat terganggunya kondisi tubuh secara umum akibat kesakitan yang disebabkan oleh suatu zat. Definisi lain dari toksisitas adalah kapasitas suatu zat untuk menimbulkan efek bahaya. 21 14 Uji toksisitas dibagi menjadi 3 kategori, yaitu : 7 1. Uji toksisitas akut Uji ini dirancang untuk menentukan efek toksik suatu senyawa yang akan terjadi dalam masa pemajanan dengan waktu yang singkat atau pemberian konsentrasi tunggal senyawa uji pada hewan uji. Takaran konsentrasi yang dianjurkan paling tidak empat peringkat konsentrasi, berkisar dari konsentrasi terendah atau hampir tidak mematikan seluruh hewan uji sampai dengan konsentrasi tertinggi yang dapat mematikan seluruh atau hampir seluruh hewan uji. Biasanya pengamatan dilakukan selama 24 jam, kecuali pada kasus tertentu selama 7-14 hari. 2. Uji toksisitas subkronis atau subakut Uji ini dilakukan dengan memberikan zat kimia yang sedang diuji tersebut secara berulang-ulang terhadap hewan uji selama kurang dari 3 bulan. Uji ini ditujukan untuk mengungkapkan spektrum efek toksik senyawa uji, serta untuk melihat apakah spektrum toksik itu berikatan dengan takaran konsentrasi. 3. Uji toksisitas kronis Uji ini dilakukan dengan memberikan zat kimia secara berulang-ulang pada hewan uji selama lebih dari 3 bulan atau sebagian besar hidupnya. Meskipun pada penelitian digunakan waktu lebih pendek, tetapi tetap lebih lambat dibandingkan Uji Toksistas akut maupun subakut. Toksisitas akut dapat diukur sebagai jumlah atau konsentrasi yang dapat membunuh 50 hewan pada populasi uji. Ukuran ini biasanya ditentukan dalam LD 50 Lethal Dose 50 atau LC 50 Lethal Concentration 50. 20 LD 50 dan LC 50 dapat didefinisikan sebagai dosis atau konsentrasi yang diberikan sekali tunggal atau beberapa kali dalam 24 jam dari suatu zat yang secara statistik diharapkan dapat mematikan 50 hewan coba. 21

Dokumen yang terkait

Uji toksisitas akut ekstrak metanol daun laban abang (aglaia elliptica blume) terhadap larva udang (artemia salina leach) dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

4 23 58

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Metanol Buah Phaleria macrocarpa (Scheff) Boerl Terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). 2014

1 11 70

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol Daun Paku Pedang (Nephrolepis falcata) terhadap Larva Artemia Salina L dengan metode Brain Shirmp Lethaly Test (BSLT)

0 45 48

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Metanol Daun Garcinia benthami Pierre Terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

2 29 75

Uji toksisitas akut ekstrak etanol 96% biji buah alpukat (persea americana mill.) terhadap larva artemia salina leach dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

0 10 64

Uji Toksisitas Akut Ekstrak nheksan Daun Garcinia benthami Pierre Terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

0 5 63

Uji toksisitas akut ekstrak metanol buah phaleria macrocarpa (scheff) boerl terhadap larva artemia salina leach dengan metode brine shrimp lethality test (BSLT)

1 12 70

Uji toksisitas akut ekstrak metanol daun annona muricata l terhadap larva artemia salina leach dengan metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT)

3 54 69

Uji Toksisitas Akut Ekstrak Etanol 96% Biji Buah Alpukat (Persea americana Mill.) Terhadap Larva Artemia salina Leach dengan Metode Brine Shrimp Lethality Test (BSLT). 2014

1 23 64

UJI TOKSISITAS EKSTRAK DAUN Plantago lanceolata L. TERHADAP LARVA Artemia salina Leach. DENGAN METODE Brine Shrimp Lethality Test (BSLT).

0 0 14