Diagnosis Klasifikasi Klinis a. Klasifikasi Ohngren Stadium Tumor

g. Penyebaran limfatik jarang terjadi, hanya pada stadium lanjut. Paling sering adalah pembengkakan kelenjar getah bening di daerah sub mandibula. h. Metastasis jauh jarang terjadi, paling sering terjadi di paru dan kadang- kadang pada tulang Dhingra, 2007

2.1.7 Diagnosis

Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, radiologi dan biopsi. Diagnosis pasti ditegakkan berdasarkan pemeriksaan histopatologi Wong dan Krause, 2001; Roezin, Mangunkusumo, Soetjipto, 2004; Dhingra, 2007.

2.1.8 Klasifikasi Klinis a. Klasifikasi Ohngren

Bidang imajiner yang melalui kantus medius dan angulus mandibula. Bidang ini membagi rahang atas menjadi struktur superior posterior suprastruktur dan struktur inferior anterior infrastruktur. Adapun yang termasuk suprastruktur adalah dinding tulang sinus maksila bagian posterior dan separuh bagian posterior dinding atas. Tumor di daerah infrastruktur mempunyai prognosis yang lebih baik Universitas Sumatera Utara dibandingkan tumor di daerah suprastruktur Wong dan Kraus, 2001; Dhingra, 2007. b. Klasifikasi Lederman’s Membuat dua garis horizontal melalui dasar orbita dan melalui dasar antrum. Garis tersebut membagi daerah: 1 Suprastruktur: sinus etmoid, sinus sfenoid, sinus frontal serta daerah olfaktorius dari hidung. 2 Mesostruktur: sinus maksilaris dan daerah respiratori hidung. 3 Infrastruktur: meliputi prosesus alveolaris. Klasifikasi tersebut selanjutnya menggunakan garis vertikal sejajar dinding medial orbita dan membagi sinus etmoid dan fossa nasalis dari sinus maksila Dhingra, 2007

2.1.9 Stadium Tumor

Cara penentuan stadium tumor ganas hidung dan sinus paranasal yang terbaru adalah menurut American Joint Committee on Cancer AJCC 2006 yaitu Grene et al, 2006; Scurry et al, 2007: Tumor primer T Sinus maksila TX Tumor primer tidak bisa ditentukan T0 Tidak tampak tumor primer Tis Kasinoma insitu T1 Tumor terbatas pada mukosa sinus maksila tanpa erosi dan destruksi Universitas Sumatera Utara Tulang T2 Tumor menyebabkan erosi dan destruksi tulang hingga palatum dan atau meatus media tanpa melibatkan dinding posterior sinus maksila dan fossa pterigoid T3 Tumor menginvasi dinding posterior tulang sinus maksila, jaringan subkutan, dinding dasar dan medial orbita, fossa pterigoid, sinus etmoid. T4a Tumor menginvasi bagian anterior orbita, kulit pipi, fossa pterigoid, fossa infratemporal, fossa kribriformis, sinus sfenoid atau frontal T4b Tumor menginvasi salah satu dari apek orbita, dura, otak, fossa kranial medial, nervus kranialis selain dari divisi maksilaris nervus V, nasofaring atau klivus Kavum nasi dan sinus etmoid TX Tumor primer tidak bisa ditentukan T0 Tidak tampak tumor Tis Karsinoma insitu T1 Tumor terbatas pada salah satu bagian dengan atau tanpa invasi tulang T2 Tumor berada di dua bagian dalam satu regio atau tumor meluas dan melibatkan daerah nasoetmoidal kompleks dengan atau tanpa invasi tulang Universitas Sumatera Utara T3 tumor menginvasi dinding medial atau dasar orbita, sinus maksila, palatum atau fossa kribriformis. T4a Tumor menginvasi salah satu dari bagian anterior orbita, kulit hidung dan pipi, ekstensi minimal ke fossa kranialis anterior, fossa pterigoid, sinus sfenoid atau frontal. T4b Tumor menginvasi salah satu dari apeks orbita, dura, otak, fossa kranial medial, nervus kranialis selain nervus V, nasofaring atau klivus Kelenjar getah bening regional N NX Tidak dapat ditentukan pembesaran kelenjar N0 Tidak ada pembesarah kelenjar N1 Pembesaran satu kelenjar ipsilateral 3 cm N2 Pembesaran satu kelenjar ipsilateral 3-6 cm, atau multipel kelenjar ipsilateral 6 cm atau metastasis bilateral atau kontralateral 6 cm N2a Metastasis satu kelenjar ipsilateral 3-6 cm N2b Metastasis multipel kelanjar ipsilateral, tidak lebih dari 6 cm. N2c Metastasis kelenjar bilateral atau kontralateral, tidak lebih dari 6 cm. N3 Metastasis kelenjar limfe lebih dari 6 cm Metastasis jauh M MX Metastasis jauh tidak bisa ditentukan M0 Tidak ada metastasis jauh M1 Terdapat metastasis jauh Stadium tumor ganas hidung dan sinus paranasal Tis N0 M0 Universitas Sumatera Utara I T1 N0 M0 II T2 N0 M0 III T3 N0 M0 T1 N1 M0 T2 N1 M0 T3 N1 M0 IVA T4a N0 M0 T4a N1 M0 T1 N2 M0 T2 N2 M0 T3 N2 M0 T4a N2 M0 IVB T4b semua N M0 semua T N3 M0 IVC semua T semua N M1

2.1.10 Penatalaksanaan