Anatomi dan fungsi sinus paranasal

penghidu pada mukosa olfaktorius di daerah sepertiga atas hidung Ballenger, 1994; Hilger, 1997. Fisiologi hidung Hidung berfungsi sebagai indra penghidu, menyiapkan udara inhalasi agar dapat digunakan paru serta fungsi filtrasi. Sebagai fungsi penghidu, hidung memiliki epitel olfaktorius berlapis semu yang berwarna kecoklatan yang mempunyai tiga macam sel-sel syaraf yaitu sel penunjang, sel basal dan sel olfaktorius. Fungsi filtrasi, memanaskan dan melembabkan udara inspirasi akan melindungi saluran napas dibawahnya dari kerusakan. Partikel yang besarnya 5-6 mikrometer atau lebih, 85 - 90 disaring didalam hidung dengan bantuan transpor mukosiliar Ballenger, 1994 ; Hilger, 1997 ; McCaffrey, 2000. Fungsi hidung terbagi atas beberapa fungsi utama yaitu 1 Sebagai jalan nafas, 2 Alat pengatur kondisi udara, 3 Penyaring udara, 4 Sebagai indra penghidu, 5 Untuk resonansi suara, 6 Turut membantu proses bicara, 7 Reflek nasal Ballenger,1994.

2.1.2 Anatomi dan fungsi sinus paranasal

Sinus paranasal merupakan salah satu organ tubuh manusia yang sangat bervariasi pada setiap individu. Ada empat pasang sinus paranasal mulai dari yang terbesar adalah sinus maksilla, sinus frontalis, sinus etmoid dan sinus sfenoid. Sinus paranasal merupakan hasil pneumatisasi tulang- Universitas Sumatera Utara tulang kepala hingga terbentuk rongga didalam tulang. Semua sinus mempunyai muara kedalam hidung Lang,1989. Sinus maksila Sinus maksila merupakan sinus paranasal terbesar. Bentuknya segitiga, dengan dinding anterior sinus adalah permukaan fasial os maksila yang disebut fossa kanina, dinding posteriornya adalah permukaan infratemporal maksila, dinding medialnya ialah dinding lateral rongga hidung, dinding superiornya adalah dasar orbita dan dinding inferiornya ialah prosesus alveolaris dan palatum. Ostium sinus maksila berada disebelah superior dinding medial sinus dan bermuara ke hiatus semilunaris berjalan melalui infundibulum etmoid Ballenger,1994 ; Weir, 1997. Sinus frontal Sinus frontal yang terletak di os frontal mulai terbentuk sejak bulan keempat fetus, berasal dari sel-sel resesus frontal atau dari sel-sel infundibulum etmoid. Sesudah lahir, sinus frontal mulai berkembang pada usia 8-10 tahun dan akan mencapai ukuran maksimal sebelum usia 20 tahun Hilger,1997. Sinus frontal kanan dan kiri biasanya tidak simetris, satu lebih besar dari pada lainnya dan dipisahkan oleh sekat yang terletak digaris tengah. Kurang lebih 15 orang dewasa hanya mempunyai satu sinus frontal dan kurang lebih 5 sinus frontalnya tidak berkembang. Ukuran sinus frontal Universitas Sumatera Utara adalah 2,8 cm tingginya, lebarnya 2,4 cm dan dalamnya 2cm Hilger, 1994. Sinus frontal dipisahkan oleh tulang yang relatif tipis dari orbita dan fossa serebri anterior, sehingga infeksi dari sinus frontal mudah menjalar kedaerah ini. Sinus frontal ini berdrainase melalui ostiumnya dan bermuara ke meatus media Ballenger,1994. Sinus etmoid Dari semua sinus paranasal, sinus etmoid yang paling bervariasi dan akhir-akhir ini dianggap paling penting, karena dapat merupakan sumber infeksi bagi sinus-sinus lainnya. Sinus etmoid, mula-mula terbentuk pada janin berusia 4 bulan dan berkembang sesuai dengan bertambahnya usia hingga dewasa. Pada orang dewasa bentuk sinus etmoid seperti piramid dengan dasarnya dibagian posterior. Ukurannya dari anterior ke posterior 4-5 cm, tinggi 2,4 cm dan lebarnya 0,5 cm dibagian anterior dan 1,5 cm dibagian posterior Ballenger,1994 Sinus etmoid berongga-rongga, terdiri dari sel-sel yang menyerupai sarang tawon. Jumlah sel-selnya sangat bervariasi antara 4-17 sel rata-rata 9 sel. Ada dua kelompok sel-sel tersebut. Kelompok anterior yang bermuara kemeatus medius dan kelompok posterior yang bermuara ke meatus superior. Sel anterior dan posterior dipisahkan oleh lempeng tulang transversal yang tipis. Tempat perlekatan konka media pada dinding lateral hidung juga merupakan patokan letak perbatasan kelompok sel-sel anterior Universitas Sumatera Utara dan posterior. Kelompok sel anterior terdapat didepan dan bawahnya sedang kelompok posterior ada di atas dan belakangnya Ballenger,1994. Atap sinus etmoid yang disebut fovea etmoidalis berbatasan dengan lamina kribrosa. Dinding lateral sinus adalah lamina papirasea yang sangat tipis dan membatasi sinus etmoid dari rongga orbita. Dibagian belakang sinus etmoid posterior berbatasan dengan sinus sfenoid Ballenger,1994. Sinus sfenoid Sebelum anak berusia 3 tahun sinus sfenoid masih kecil, namun telah berkembang sempurna pada usia 12 sampai 15 tahun. Letaknya didalam os sfenoid dan ukuran serta bentuknya sangat bervariasi. Sepasang sinus ini dipisahkan satu sama lain oleh septum tulang yang tipis, letaknya jarang di tengah, sehingga salah satu sinus akan lebih besar dari pada sisi lainnya Ballenger,1994 Masing-masing sinus sfenoid berhubungan dengan meatus superior melalui celah kecil menuju ke resesus sfeno-etmoidalis. Ukuran ostium sinus sfenoid berkisar antara 0,5 sampai 4 mm dan letaknya kira 10 sampai 20 mm di atas dasar sinus. Ukuran sinus ini kira-kira : usia 1 tahun 2,5 x 2,5 x 1,5 mm dan pada usia 9 tahun 15 x 12 x 10,5 mm. Isi rata-rata sekitar 7,5 ml 0,05 sampai 30 ml. Batas-batasnya ialah sebelah superior terdapat fossa serebri media dan kelenjar hipofisa, sebelah inferiornya atap nasofaring, sebelah lateral berbatasan dengan sinus kavernosus dan arteri karotis Universitas Sumatera Utara interna dan disebelah posteriornya berbatasan dengan fossa serebri posterior didaerah pons Ballenger,1994. Fungsi sinus paranasal Beberapa teori yang dikemukakan sebagai fungsi sinus paranasal antara lain

a. Sebagai pengatur kondisi udara air conditioning