2.1.4 Etiologi
Etiologi tumor ganas hidung dan sinus paranasal masih belum diketahui dengan pasti, tetapi diduga terpapar beberapa zat hasil industri.
Pekerja-pekerja pada industri logam berat yang terpapar dengan nikel, chromium dan radium menunjukkan peningkatan insiden tumor ganas hidung
dan sinus paranasal. Selain itu terdapat beberapa zat yang diduga sebagai penyebab yaitu gas mustard, larutan isopropil dan senyawa hidrokarbon.
Rokok, alkohol, makanan yang diasinkan atau diasap diduga meningkatkan kemungkinan terjadi keganasan, sebaliknya buah-buahan dan sayuran
mengurangi kemungkinan terjadi keganasan Bhattacharyya, 2002; Lund, 2003; Roezin, Mangunkusumo, Soetjipto, 2004; Zimmer dan Carau, 2006.
2.1.5 Patologi
Tumor ganas di daerah hidung dan sinus paranasal menurut histopatologinya dibagi atas:
a. Epitel: - Karsinoma sel skuamus
- Karsinoma sel transisional - Adenokarsinoma
- Adenoid kistik karsinoma - Melanoma
- Neuroblastoma olfaktorius - Karsinoma tidak terdiferensiasi
Universitas Sumatera Utara
b. Non epitel - Sarkoma jaringan lunak
- Rhabdomyosarkoma - Leiomyosarkoma
- Fibrosarkoma - Liposarkoma
- Angiosarkoma - Miksosarkoma
- Hemangioperisitoma - Sarkoma jaringan penghubung
- Kondrosarkoma - Osteosarkoma
c. Tumor limforetikular: - limfoma
- Plasmasitoma - Tumor giant sel
Sebagian besar keganasan pada hidung dan sinus paranasal berasal dari epitel Zimmer dan Carrau, 2006.
2.1.6 Gejala Klinis
Gejala tergantung dari asal primer tumor serta arah dan perluasannya. Biasanya tumor didalam sinus maksila tidak memberikan gejala sampai
terjadi perluasan ke organ lain, dan sering ditemukan secara kebetulan pada pemeriksaan foto rontgen. Kadang-kadang keluhan awalnya hampir
Universitas Sumatera Utara
menyerupai gejala sinusitis seperti obstruksi hidung unilateral dan rinorea, sekretnya sering bercampur darah atau terjadi epistaksis Wong dan Krause,
2001; Roezin, Mangunkusumo, Soetjipto, 2004; Dhingra, 2007. Pada stadium lanjut dapat terjadi penyebaran ke organ lain sehingga
sukar ditentukan asal tumor primernya. Perluasan tumor dapat menimbulkan keluhan sebagai berikut:
a. Perluasan ke medial akan menyebabkan gejala hidung tersumbat, rinore kronik satu sisi disertai epistaksis. Tumor dapat juga terlihat di
kavum nasi. b. Perluasan keatas melalui dasar orbita menyebabkan diplopia dan
pendorongan bola mata. c. Perluasan kearah anterior menyebabkan pembesaran pipi satu sisi,
sehingga muka menjadi asimetris. Kadang-kadang terjadi infiltrasi dan ulserasi. Bila mengenai nervus infra orbitalis, dapat menyebabkan
parestesi kulit pipi. d. Tumor yang berasal dari dasar antrum dan meluas kearah bawah
menimbulkan keluhan-keluhan gigi. Dapat juga timbul bengkak dan ulserasi pada palatum, prosesus alveolaris atau sulkus gingivobukal.
e. Perluasan kearah belakang, dapat ke fossa pterigomaksila dan lamina pterigoid, dan penyebarannya juga dapat ke nasofaring, sinus sfenoid
dan dasar tengkorak. f. Penyebaran intrakranial dapat terjadi melalui etmoid, fossa kribiformis
atau foramen laserum.
Universitas Sumatera Utara
g. Penyebaran limfatik jarang terjadi, hanya pada stadium lanjut. Paling sering adalah pembengkakan kelenjar getah bening di daerah sub
mandibula. h. Metastasis jauh jarang terjadi, paling sering terjadi di paru dan kadang-
kadang pada tulang Dhingra, 2007
2.1.7 Diagnosis