Latar Belakang Berdirinya Asuransi Syariah

2.2. Latar Belakang Berdirinya Asuransi Syariah

Asuransi syariah sudah ada sejak pada zaman Rasulullah yang disebut Aqilah. Menurut Thomas Patrick 2001 dalam bukunya Dictionary of Islam, hal ini sudah menjadi kebiasaan suku Arab sejak zaman dulu bahwa jika ada satu anggota terbunuh oleh anggota suku lain, pewaris korban akan dibayar sejumlah uang darah diyat sebagai kompensasi oleh saudara terdekat dari pembunuh. Saudara terdekat pembunuh yang disebut Aqilah, harus membayar uang darah atas nama pembunuh. Kelahiran asuransi syariah di Indonesia tidak lepas dari peran bank-bank syariah. Dengan beroperasinya bank-bank syariah dirasakan pula kebutuhan akan jasa asuransi yang berlandaskan syariah. Hal ini yang diperakarsai olehIkatan Cendekiawan Muslim Indonesia ICMI melalui Yayasan Abdi Bangsa, Bank Muamalat Indonesia Tbk, dan Perusahaan Asuransi Tugu Mandiri sepakat mendirikan asuransi takaful dengan menyusun Tim Pembentukan Asuransi Takaful Indonesia TEPATI pada tanggal 27 Juli 1993 Training Development Department, 2002. Pada tanggal 25 Agustus 1994 akhirnya berdiri secara resmi.Pendirian ini dilakukan secara resmi di Puri Agung Room Hotel Syahid Jakarta.Dan izin operasional asuransi diperoleh dari Departemen Keuangan melalui Surat Keputusan Nomor Kep-385KMK.0171994 tertanggal 4 Agustus 1994 Janwari, 2005. Walaupun asuransi syariah belum terlalu banyak dikenal seperti halnya bank syariah, akan tetapi jumlah perusahaan asuransi syariah tidak kalah banyak Universitas Sumatera Utara dengan bank syariah. Perbankan syariah memiliki kaitan yang cukup erat dengan asuransi syariah. Semakin besar perkembangan perbankan syariah, maka akan berdampak positif terhadap perkembangan asuransi syariah. Pada tahun 2009, perbankan syariah masih menguasai lebih dari 90 pasar syariah di Indonesia.Sedangkan asuransi syariah baru memiliki market share di bawah 5 Republika Online, 2009. Saat ini, Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang mempunyai jumlah operator asuransi syariah yang cukup banyak. Berdasarkan data Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia DSN MUI, terdapat 49 pemain asuransi syariah di Indonesia yang telah mendapatkan rekomendasi syariah. Mereka terdiri 40 operator asuransi syariah, tiga reasuransi syariah , dan enam broker asuransi dan reasuransi syariah dimana perusahaan benar-benar secara penuh beroperasi sebagai perusahaan asuransi syariah ada tiga, yaitu Asuransi Takaful Keluarga, Asuransi Takaful Umum, dan Asuransi Mubarakah Amrin, 2011. Perkembangan asuransi syari’ah dalam lingkup nasional bisa dikatakan cukupsignifikan, dilihat dari pertambahan premi dari tahun ketahun dan bertambahnya perusahaan asuransi konvensional yang membuka unit layanan syari’ah.Pada tahun 2006, tercatat premi yang dikumpulkan sebesar Rp 497 miliar dengan asset Rp 917 miliar. Pada tahun berikutnya, yakni tahun 2007, pertambahan premi yang diperoleh sebesar Rp 703 miliar menjadi Rp 1,2 triliun dengan pertambahan total asset sebesar Rp 983 miliar menjadi Rp 1,9 triliun. Data dari Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia AASI menyebutkan, tingkat pertumbuhan asuransi syariah selama 5 tahun terakhir7 mencapai 40 persen, Universitas Sumatera Utara sementara asuransi konvensional hanya 22,7 persen. Melihat perkembangan asuransi syariah dari tahun-ketahun yang mengalami peningkatan yang cukup pesat, hal ini membuat sejumlah perusahaan asuransi konvensional membuka unit layanan syariah. Berdasarkan rekomendasi yang dikeluarkan oleh DSN MUI sampai dengan tanggal 21 Agustus 2007, tercatat ada 47 perusahaan yang telahmendapatkan izin membuka unit layanan syariah . Sedangkan menurut pemaparan Mohammad Shaifie Zein , selaku Ketua AASI periode 2008-2011, mengatakanbahwa “kini terdapat 38 perusahaan yang telah memiliki unit syariah. Zein, 2009 Asuransi syariah menurut Dewan Syariah Nasional No.21DSN-MUIX2001 adalah usaha untuk saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang melalui investasi dalam bentuk aset dan atau tabarru yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resikobahaya tertentu melalui akad yang sesuai dengan syariah Fatwa-fatwa Dewan Syariah Nasional, 2006. Asuransi syariah juga mengarah kepada berdirinya sebuah masyarakat yang tegak diatas saling membantu dan menopang, karena setiap muslim terhadap muslim lainnya sebagaimana sebuah bangunan yang saling menguatkan sebagian kepada sebagian yang lain Dewi, 2004. Keberadaan asuransi syariah juga selaras dengan firman Allah SWT yang diterjemahkan sebagai berikut: “Dan tolong menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan taqwa. Dan jangan tolong menolong dalam berbuat dosa dan permusuhan. Universitas Sumatera Utara Dan bertaqwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksaan-Nya” Surat Al-Maidah ayat 2 “….Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu….” Q.S, al-Baqarah 2:185 “ dan kami telah menjadikan untukmu dibumi keperluan-keperluan hidup, dan kami menciptakan pula makhluk-makhluk yang kamu sekali-kali bukan memberi rezeki kepadanya.” Q.S, Al-Hijr, 15:20. Pendirian asuransi syariah, khususnya di Indonesia didasarkan beberapa alasan Janwari. 2005, yaitu: 1. Landasan syariah Dengan asuransi syariah umat islam telah berupaya menghindarkan diri dari dari perolehan harta ganti rugi dengan jalan yang tidak dibenarkan oleh Syara’ , seperti jalan riba mengandung unsur gharar dan maysir. Hal ini disebabkan ganti rugi dalam asuransi konvensional memiliki tiga unsur tersebut, sementara dalam asuransi syariah ketiga unsur tersebut dilarang dan diganti berdasarkan pedoman syariah. 2. Landasan yuridis Pada landasan ini, asuransi syariah telah ikut serta dalam mengembangkan dunia perasuransian. Khusus di Indonesia, keberadaan asuransi syariah sebagai sebuah badan usaha di bidang perasuransian ini dilegalisir oleh Persetujuan Departemen Kehakiman Republik Indonesia Nomor: C2-18.286.MT.01.01 Th. 94 tertanggal 14 Desember 1994. Selain itu, asuransi syariah telah mendapatkan izin operasi Universitas Sumatera Utara dari Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor: 247KMK.0171995 tertanggal 5 Mei 1994. 3. Landasan filosofis Dalam landasan ini dimaksudkan bahwa asuransi syariah merupakan salah satu solusi bagi pihak-pihak yang hendak mengatasi musibah atau bencana yang bisa terjadi sewaktu-waktu. Melihat perkembangan asuransi syariah dari tahun-ketahun yang mengalami peningkatan, hal ini membuar sejumlah perusahaan asuransi konvensional membuka unit layanan syariah. Berdasarkan rekomendasi yang dikeluarkan oleh DSN MUI sampai dengan tanggal 21 Agustus 2007, tercatat ada 47 perusahaan yang telah mendapatkan izin membuka unit layanan syariah Ali, 2008. Mohammad Shaifie Zein selaku ketua Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia AASI periode 2008-2011 mengatakan bahwa “kini terdapat 38 perusahaan yang telah memiliki unit syariah dimana tiga perusahaan lainya adalah perusahaan murni syariah, Di tahun ini industri asuransi syariah pun akan semakin ramai. Pasalnya diperkirakan tiga perusahaan syariah akan membuka unit syariah pada tahun 2009” Zein, 2009. Definisi asuransi syariah menurut Dewan Syariah Nasional DSN adalah usaha untuk saling melindungi dan tolong menolong diantara sejumlah orang melalui investasi dalam bentuk aset dan atau tabarru yang memberikan pola pengembalian untuk menghadapi resiko bahaya tertentu melalui akad yang sesuai dengan syariah Nirmala Team, 2006. Universitas Sumatera Utara Asuransi syariah dikenal juga dengan namatakaful berasal darikata kafala- yakfulu-kafaalatan yang secara etimologi berarti menjaminatau saling menanggung, sedangkan dalam pengertian muamalah berartisaling memikul risiko di antara sesama orang sehingga antara satu danyang lain menjadi penanggung atas risiko yang lain. Hal itu dikenaldengan sistem sharing of risk.Amrin, 2006. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa Asuransi syariah prinsip dasarnya adalah dasar syariat yang saling toleran terhadap sesama manusia untuk menjalin kebersamaan dalam meringankan bencana yang dialami peserta.Prinsip ini sesuai dengan firman Allah SWT dalam surat Al Maidah ayat 2, yang artinya : Dan saling tolong menolonglah dalam kebaikan dan ketaqwaan dan jangan saling tolong menolong dalam dosa dan permusuhan. 2.3.Perbedaan asuransi syariah dan konvensional Sebagaimana telah dikemukakan bahwasannya asuransi syariah adalah asuransi yang berlandaskan atau mengacu pada syariat islam. Sedangkan asuransi konvensional mengacu pada sistem kapitalis Sudarsono, 2003. Sebagaimana ditunjukkan pada table berikut: Universitas Sumatera Utara No. Asuransi Syariah Asuransi Konvensional 1. Prinsip akad asuransi syariah adalah takafuli tolong menolong. Akad asuransi konvensional bersifat tadabuli jual beli antara nasabah dengan perusahaan. 2. Dana yang terkumpul dari nasabah perusahaan asuransi syariah premi diinvestasikan berdasarkan syariah dengan sistem bagi hasil mudharabah. Pada asuransi konvensional investasi dana dilakukan pada sembarang sektor dengan sistem bunga. 3. Premi yang terkumpul diperlakukan tetap sebagai dana milik nasabah. Perusahaan hanya sebagai pemegang amanah untuk mengelolanya. Pada asuransi konvensional, premi menjadi milik perusahaan dan perusahaanlah yang memiliki otoritas penuh untuk menetapkan kebijakan pengelolaan dana tersebut. 4. Bila ada peserta yang terkena musibah untuk pembayaran klaim nasabah dana diambilkan dari rekening tabarru’dana sosial seluruh peserta yang sudah diikhlaskan untuk keperluan tolong menolong. Dalam asuransi konvensional dana pembayaran klaim diambil dari rekening milik perusahaan. 5. Keuntungan investasi di bagi dua antara nasabah selaku pemilik dana dengan perusahaan selaku pengelola dengan prinsip bagi hasil. Pada asuransi konvensional keuntungan sepenuhnya menjadi milik perusahaan. Jika tidak ada klaim nasabah tak memperoleh apa-apa. 6. Adanya Dewan Pengawas Syariah dalam perusahaan asuransi syariah yang merupakan suatu keharusan. Dewan ini berperan dalam mengawasi manajemen produk serta kebijakan investasi supaya senantiasa sejalan dengan syariat Islam. Pada asuransi konvensional tidak ada dewan pengawas syariah. Universitas Sumatera Utara

2.4. Produk asuransi syariah