terhadap cumulative abnormal return saham perusahaan-perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2002 sampai dengan 2009.
Pratama 2013 menunjukkan hasil yang sama yaitu tidak ada pengaruh yang signifikan antara nilai dan rating penerbitan obligasi syariah perusahaan-
perusahaan yang menerbitkan obligasi syariah yang terdaftar di BEI selama tahun 2011 terhadap cumulative abnormal return saham baik secara parsial
maupun simultan. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk
melakukan penelitian lebih lanjut untuk menguji apakah terdapat pengaruh antara penerbitan obligasi syariah yang diwakili oleh nilai penerbitan dan
rating sukuk terhadap cumulative abnormal return saham perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2008 sampai dengan 2014 dengan
judul
“Pengaruh Nilai Penerbitan dan Rating Obligasi Syariah Terhadap Return
Perusahaan Penerbit di Indonesia”.
1.2 Perumusan Masalah
1. Adakah pengaruh nilai dan rating penerbitan obligasi syariah terhadap return perusahaan secara simultan?
2. Adakah pengaruh nilai dan rating penerbitan obligasi syariah terhadap return perusahaan secara parsial?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini berdasarkan perumusan masalah diatas adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui dan menganalisis adakah pengaruh nilai penerbitan obligasi syariah terhadap return saham perusahaan.
2. Untuk mengetahui dan menganalisis adakah pengaruh rating penerbitan obligasi syariah terhadap return saham perusahaan.
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu:
1. Manfaat Teoritis a. Bagi Peneliti
Penelitian ini menjadi sumber referensi dan sarana pembelajaran
dalam mengembangkan
penelitian selanjutnya yang berhubungan dengan pengaruh nilai
penerbitan terhadap return saham perusahaan. b. Bagi Akademisi
Penelitian ini bermanfaat sebagai tambahan referensi dan pengetahuan sebagai data dan informasi yang dapat
diterapkan dalam kegiatan akademis. 2. Manfaat Praktis
a. Bagi Investor Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi kepada
investor mengenai return saham perusahaan yang menerbitkan obligasi syariah sehingga dapat digunakan sebagai masukan dalam melakukan
investasi di pasar modal. Selain itu hasil dari penelitian ini juga dapat
digunakan sebagai bukti empiris untuk mengkaji dampak kebijakan perusahaan dalam penerbitan obligasi syariah.
b. Bagi Masyarakat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran dalam
menganalisis dan mengambil keputusan investasi di pasar modal sehingga masyarakat dapat mengenal lebih jauh salah satu instrumen
investasi yaitu obligasi syariah.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori 2.1.1 Obligasi Syariah
Pada masa awal Islam, sukuk merupakan salah satu alat pembayaran gaji para pegawai negara. Dalam sejarah disebutkan bahwa khalifah Umar bin Khattab
adalah khalifah pertama yang membuat sukuk dengan membubuhkan stempel dibawah kertas sukuk tersebut. Pada masa kontemporer, kemunculan sukuk
dilatarbelakangi oleh upaya untuk menghindari praktik riba yang terjadi pada obligasi konvensional dan mencari alternatif instrumen pembiayaan bagi
pengusaha atau negara yang sesuai dengan syariah. Obligasi dilarang dalam Islam karena mengandung unsur riba karena
mengharuskan peminjam untuk membayar nilai obligasi sesuai bunga yang sudah ditetapkan. Oleh karena itu dengan didukung oleh munculnya fatwa ulama yang
mengharamkan obligasi konvensional Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia mengeluarkan Fatwa No. 32DSN-MUIIX2002 atas instrumen
keuangan baru yang bernama obligasi syariah atau sukuk. Pasar keuangan syariah salah satunya adalah obligasi syariah atau Sukuk
tumbuh dengan pesat meskipun masih relatif kecil untuk mampu mengalahkan porsi dari pasar konvensional. Pemerintah telah mengesahkan RUU tentang Surat
Berharga Syariah Negara SBSSN untuk keperluan pengembangan sumber pembiayaan anggaran negara dan untuk pengembangan pasar syariah dalam
negeri.
2.1.2 Pengertian Obligasi Syariah
Obligasi syariah atau sukuk merupakan bentuk jamak dari kata shakk Luis, 1986. Secara terminologi shakk adalah sebuah kertas atau catatan yang
padanya terdapat perintah dari seseorang untuk pembayaran uang dengan jumlah tertentu padaorang lain yang namanya tertera pada kertas tersebut.
Menurut UU Surat Berharga Syariah Negara SBSN, sukuk merupakan surat berharga yang diterbitkan berdasarkan prinsip syariah, sebagai bukti atas
bagian penyertaan terhadap aset SBSN, baik dalam mata uang rupiah maupun valuta asing.
AAOFI Acounting and Auditing Organization For Islamic Financial Institutions mendefinisikan sukuk sebagai sertifikat bernilai sama yang
merupakan bukti kepemilikan yang dibagikan atas suatu aset, hak manfaat dan jasa-jasa atau kepemilikan atas proyek atau kegiatan investasi tertentu.
Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia DSN-MUI FatwaNo. 32DSN-MUIIX2002 mendefinisikan sukuk sebagai suatu surat berharga jangka
panjang yang berdasarkan prinsip syariah yang dikeluarkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah berupa bagi hasil,
margin dan fee, serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh tempo. Sukuk menurut Iqbal dan Mirakhor 2007 : 177 adalah representasi
kepemilikan yang proporsional dari aset untuk jangka waktu tertentu dengan risiko serta imbalan yang dikaitkan dengan cash flow melalui underlying aset
yang berada di tangan investor.
Sementara itu, menurut Peraturan Bapepam dan LK Nomor IX.A.13 tentang Penerbitan Efek Syariah memberikan definisi Sukuk sebagai berikut:
“ Efek syariah berupa sertifikat atau bukti kepemilikan yang bernilai sama dan mewakili bagian yang tidak tertentu tidak terpisahkan atau
tidak terbagi syuyu’undivided share atas:
a. aset berwujud tertentu ayyam maujudat; b. nilai manfaat atas aset berwujud manaful ayyam tertentu baik
yang sudah ada maupun yang akan ada; c. jasa al khadamat yang sudah ada maupun yang akan ada;
d. aset proyek tertentu maujudat masyru’ muayyan dan atau
e. kegiatan investasi yang telah ditentukannasyath istismarin khashah”.
2.1.3 Jenis Obligasi Syariah
Tariq 2004 menggolongkan sukuk dalam dua kategori berdasarkan kontrak aset finansial di pasar sekunder, yaitu:
1. Sukuk yang Dapat Diperdagangkan: a. Sukuk Mudharabah.
Menurut Muhammad Sya‟ban 2007 : 191 sukuk mudharabah yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad
mudharabah dimana satu pihak menyediakan modal rab al-Mal dan pihak lain mempunyai keahlian mudharb. Keuntungan dari
kerja sama tersebut dibagi berdasarkan persentase bagi hasil yang
telah disepakati pada awal transaksi, dan kerugian yang timbul ditanggung sepenuhnya oleh pemilik modal.
b. Sukuk Musyarakah, yaitu sukuk yang diterbitkan berdasarkan perjanjian atau akad musyarakah dimana dua pihak atau lebih
bekerja sama menggabungkan modal untuk membangun proyek baru, mengembangkan proyek yang sudah ada, atau membiayai
kegiatan usaha. Keuntungan maupun kerugian yang timbul akan ditanggung bersama sesuai dengan jumlah partisipasi modal
masing-masing. 2. Sukuk yang Tidak Diperdagangkan:
a. Sukuk Istishna dan atau Murabahah: kepemilikan utang yang semakin meningkat yang diperoleh dari jenis pembiayaan istishna
dan atau murabahah. b. Sukuk Salam: menurut Mahmoud A. 2006 : 114-115 dalam
bentuk ini, dana dibayarkan di muka dan komoditi menjadi utang. Dana juga dapat dalam bentuk sertifikat yang mempresentasikan
utang. Sertifikat ini juga tidak dapat diperdagangkan. Jenis sukuk berdasarkan Standar Syariah AAOFI No. 17 tentang
Investment Sukuk, terdiri atas: 1. Sertifikat kepemilikan dalam aset yang disewakan.
2. Sertifikat kepemilikan atas manfaat, yang terbagi menjadi empat tipe : sertifikat kepemilikan atas manfaat aset yang telah ada, sertifikat
kepemilikan atas manfaat aset di masa depan, sertifikat kepemilikan
atas jasa pihak tertentu, dan sertifikat kepemilikan atas jasa di masa depan.
3. Sertifikat salam. 4. Sertifikat istishna.
5. Sertifikat murabahah. 6. Sertifikat musyarakah.
7. Sertifikat muzara’a.
8. Sertifikat musaqa. 9.
Sertifikat mugharasa. Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia mengatur beberapa
jenis obligasi syariah yaitu: a. Obligasi Syariah Mudharabah Fatwa Nomor 33DSN-MUIIX2002.
b. Obligasi Syariah Ijarah Fatwa Nomor 41DSN-MUIIII2004. c. Obligasi Syariah Mudharabah Konversi Fatwa Nomor 59DSN-
MUIV2007.
2.1.4 Karakteristik Obligasi Syariah Sukuk
Menurut Fatah 2011 terdapat beberapa karakteristik sukuk, diantaranya: 1. merupakan bukti kepemilikan suatu aset berwujud atau hak manfaat
beneficial title; 2. Pendapatan berupa imbalan kupon, marjin, dan bagi hasil, sesuai dengan
jenis akad yang digunakan; 3. Terbebas dari unsur riba, gharar, dan maysir;
4. Penerbitan melalui special purpose vehicle SPV;
5. Memerlukan underlying asset; 6. Penggunaan proceeds harus sesuai dengan prinsip syariah.
Tujuan diterbitkannya sukuk adalah untuk memperluas basis sumber pembiayaan anggaran negara atau perusahaan, mendorong pengembangan pasar
keuangan syariah, menciptakan brenchmark di pasar keuangan syariah, diversifikasi basis investor, mengembangkan alternatif instrumen investasi,
mengoptimalkan pemanfaatan, dan memanfaatkan dana-dana masyarakat yang berlum terjaring oleh sistemn obligasi dan perbankan konvensional.
Hanafi 2006 menyatakan bahwa obligasi syariah memiliki karakteristik sebagai berikut:
1. Sukuk berbeda dari interestbunga. 2. Sukuk tidak dapat diubah dalam bentuk saham.
Menurut Adam 2006:63, sukuk memiliki sifat-sifat umum yang membuatnya memiliki kualitas yang sama dengan produk keuangan konvensional
lainnya, yaitu: 1. Dapat diperdagangkan Tradable
Sukuk mewakili pihak pemilik aktual dari aset yang jelas, manfaat aset, atau kegiatan bisnis, dan dapat diperdagangkan menurut harga
pasar. 2. Dapat diperingkat Rateable
Sukuk dapat diperingkat oleh agen pemberi peringkat, baikregional maupun internasional.
3. Dapat ditambah Enhanceable Sebagai tambahan terhadap aset yang mewadahinya underlying asset
atau aktivitas bisnis, sukuk dapat dijamin dengan jaminan lain berdasarkan prinsip syariah.
4. Fleksibilitas Hukum Legal Flexibility Sukuk dapat distruktur dan ditawarkan secara nasional dan global
dengan perlakuan pajak yang berbeda. 5. Dapat ditebus Reedamable
Struktur pada sukuk memungkinakn untuk dapat ditebus.
2.1.5 Perbedaan Obligasi Syariah dengan Obligasi Konvensional
Menurut Magginson 1997, Obligasi adalah instrumen hutang jangka panjang yang digunakan oleh perusahaan atas pemerintah untuk meningkatkan
uang modal, khusus dari sekelompok pemberi pinjaman yang berbeda. Pada umumnya obligasi membayar bunga setiap enam bulan pada tingkat bunga kupon
yang telah ditentukan, memiliki jatuh tempo awal 10 sampai 30 tahun. Bursa Efek Indonesia mendefinisikan obligasi sebagai surat utang jangka
menengah-panjang yang dapat dipindahtangankan yang berisi janji dari pihak yang menerbitkan untuk membayar imbalan berupa bunga pada periode tertentu
dan melunasi pokok hutang pada waktu yang telah ditentukan kepada pihak pembeli obligasi tersebut.
Menurut Tandelilin 2001, obligasi merupakan sekuritas yang memberikan pendapatan dalam jumlah tetap kepada pemiliknya. Pada saat
membeli obligasi, investor sudah dapat mengetahui dengan pasti berapa
pembayaran bunga yang akan diperolehnya secara periodik dan berapa pembayaran kembali nilai par pada saat jatuh tempo. Pembayaran bunga obligasi
ditentukan oleh seberapa besar kupon yang ditetapkan oleh penerbit obligasi. Obligasi merupakan fixed income security dengan memberikan bunga
kepada pemegangnya sebagai pendapatan dimana hal ini berbeda dengan karakteristik obligasi syariah yang mendasar pada bagi hasil, margin, dan fee.
Keunggulan sukuk terletak pada strukturnya yang berdasarkan aset nyata. Hal ini memperkecil kemungkinan terjadinya fasilitas pendanaan yang melebihi nilai dari
aset yang mendasari transaksi sukuk.
Tabel 2.1 Perbedaan Obligasi Syariah dan Obligasi Konvensional
Instrumen Obligasi Syariah
Obligasi Konvensional
Sifat Bukan merupakan hutang
bagi penerbitnya tetapi merupakan lembar saham
kepemilikan atas asetproyekjasa spesifik
yang tidak dibagikan Hutang bagi penerbitnya
Nilai buku asset Minimum 51 aset
berwujud tangible asset pada kontrak mereka
disyaratkan untuk menyokong penerbitan
sukuk al-ijarah Secara umum tidak
mensyaratkan
Tuntutan claim Pemilik menuntut atas
assetproyekjasa yang dijaminkan dan lain-lain
Kreditor menuntut atas peminjaman hutang, dan
pada beberapa kasus menerapkan hukum
gadai atas asset
Keamanan Keamanan dijamin oleh
hak kepemilikan atas aset atau proyek yang
dijaminkan dalam penjaminan asset atau
proyek selain bentuk- bentuk peningkatan
Secara umum obligasi tidak aman kecuali pada
kasus seperti firs mortgage bond obligasi
yang dijamin dengan properti, equipment
trust certificates
jaminan yang telah ditentukan
obligasi yang dijamin dengan aset tertentu
Lanjutan Tabel 2.1 Perbedaan Obligasi Syariah dan Obligasi Konvensional
Instrumen Obligasi Syariah
Obligasi Konvensional
Prinsip dan pengembalian return
Tidak dijamin oleh penerbit
Dijamin oleh penerbit Tujuan
Harus diterbitkan hanya untuk tujuan halal serta
Islami Dapat diterbitkan untuk
beberapa tujuan
Perdagangan sekuritas Penjualan atas minat
kepemilikan pada asetproyekjasa yang
spesifik dan lain-lain. Penjualan atas instrumen
hutang
Tanggung jawab
pemegangpemilik Tanggung jawab untuk
kewajiban yang telah ditentukan berkaitan
dengan asetproyektransaksi
yang dijaminkan terbatas pada partisipasi dalam
penerbitan Bondhoder pemegang
obligasi tidak bertanggung jawab atas
kondisi keuangan penerbit
Sumber: Adam Thomas 2004
Tabel 2.2 Perbandingan Obligasi Syariah dengan Obligasi Konvensional
Deskripsi Obligasi
Syariah Sukuk
Obligasi Konvensional
Penerbit Pemerintah, korporasi
Pemerintah, korporasi Sifat Instrumen
Sertifikat kepemilikanpenyertaan
atas suatu aset Instrumen pengakuan
utang
Penghasilan Imbalan, bagi hasil,
margin Bunga, kupon, capital
gain Jangka waktu
Pendek-menengah Menengah-panjang
Underlying asset perlu
Tidak perlu Price
Market price Market price
Investor Islami, konvensional
Konvensional Penggunaan dana hasil
penerbitan Harus sesuai syariah
Bebas
Sumber: Direktorat Kebijakan Pembiayaan Syariah
Secara umum, ketentuan mekanisme mengenai obligasi syariah adalah sebagai berikut:
a. Obligasi syariah haruslah berdasarkan konsep syariah yang hanya memberikan pendapatan kepada pemegan obligasi dalam bentuk bagi hasil
atau revenue sharing sertan pembayaran utang pokok pada saat jatuh tempo.
b. Obligasi syariah mudharabah yang diterbitkan harus berdasarkan pada bentuk pembagian hasil keuntungan yang telah disepakati sebelumnya
serta pendapatan yang diterima harus bersih dari non-halal. c. Nisbah rasio bagi hasil harus ditentukan sesuai kesepakatan sebelum
penerbitan obligasi tersebut. d. Pembagian pendapatan dapat dilakukan secara periodik atau sesuai
ketentuan bersama, dan pada saat jatuh tempo hal itu diperhitungkan secara keseluruhan.
e. Sistem pengawasan aspek syariah dilakukan oleh Dewan Pengawas Syariah atau oleh Tim Ahli Syariah yang ditunjuk oleh Dewan Syariah
Nasional Majelis Ulama Indonesia. f. Apabila perusahaan penerbit obligasi melakukan kelalaian atau melanggar
syarat perjanjian, wajib dilakukan pengembalian dana investor dan harus dibuat surat pengakuan utang.
g. Apabila emiten berbuat kelalaian atau cedera janji maka pihak investor dapat menarik dananya.
h. Hak kepemilikan obligasi syariah mudharabah dapat dipindah tangan kepada pihak lain sesuai kesepakatan akad perjanjian.
Menurut Sumarsih 2008, dalam penerbitan obligasi syariah akan melibatkan beberapa pihak yang saling terkai satu sama lain, yaitu:
1. Obligator
Obligator adalah pihak yang bertanggung jawab atas pembayaran imbalan dan nilai nominal sukuk yang diterbitkan sampai dengan
sukuk jatuh tempo. Dalam hal sovereign sukuk, obligornya adalah pemerintah.
2. Investor
Investor adalah pemegang sukuk yang memiliki hak atas imbalan, marjin, dan nilai nominal sukuk sesuai partisipasi masing-masing.
Investor yang dimaksud disini bisa Islami ataupun konvensional. 3. Special Purpose Vehicle SPV
Special Purpose Vehicle adalah badan hukum yang didirikan khusus untuk penerbitan sukuk. Special Purpose Vehicle SPV berfungsi : i
sebagai penerbit sukuk, ii menjadi counterpart pemerintah atau corporate, dalam transaksi pengalihan aset, iii bertindak sebagai wali
amanat trustee untuk mewakili kepentingan investor. 4. Trustee Principal Trustee atau Co Trustee
Tustee mewakili kepentingan pembeli obligasi. Trustee melakukan semacam penilaian terhadap perusahaan yang akan menerbitkan
obligasi untuk meminimalkan resiko yang akan ditanggung obligor.
5. Appraise Appraiser adalah perusahaan yang melakukan penilaian terhadap
aktiva tetap perusahaan yang akan melakukan emisi, untuk memperoleh nilai yang dipandang wajar.
6. Custody Custody menyelenggarakan kegiatan penitipan, bertanggung jawab
untuk menyimpan efek milik pemegang rekening dan memenuhi kewajiban lain sesuai kontrak antara kustodian dan pemegang
rekening. Kustodian bisa berupa Lembaga Penyimpanan dan Penyelesaian, Perusahaan Efek, dan Bank Umum yang telah
memperoleh persetujuan Bapepam. 7. Shariah Advisor
Penerbit sukuk harus terlebih dahulu mendapatkan pernyataan kesesuaian prinsip syariah syariah compliance endorsement untuk
meyakinkan investor bahwa sukuk telah distruktur sesuai syariah. Pernyataan syariah compliance tersebut bisa diperoleh dari individu
yang diakui secara luas pengetahuannya di bidang syariah atau institusi yang khusus membidangi masalah syariah. Untuk penerbitan sukuk di
dalam negeri, syariah compliance endorsement dapat dimintakan kepada Dewan Syariah Nasional-MUI. Untuk penerbitan sukuk
internasional, diperlukan endorsement dari ahlilembaga syariah yang diakui komunitas syariah internasional misalnya IIFM International
Islamic Financial Market.
8. Manajer Investasi Manajer investasi merupakan pihak yang megelola dana yang
dititipkan investor untuk diinvestasikan di pasar modal. 9. Paying Agent
Agen, biasanya sebuah bank komersial yang diberi wewenang oleh penerbit surat berharga untuk membayar kewajiban pokok dan bunga
kepada pemegan surat berharga, bertindak sebagai pembayar dan menarik biaya untuk jasa pelayanan.
2.1.6 Risiko Sukuk
Secara umum, risiko pada sukuk mirip dengan risiko obligasi konvensional dikarenakan keduanya merupakan instrumen pada pasar modal.
Menurut Chartered Financial Analyst 2007, risiko-risiko yang dihadapi investor sukuk adalah sebagai berikut:
1. Risiko Tingkat Pengembalian Rate of Return Risk Risiko tingkat pengembalian ada pada semua tipe sukuk dengan
pengembalian tetap fixed rate. Imbal hasil yang mengacu pada LIBOR atau benchmark konvensional lainnya membuat return pada sukuk
dipengaruhi suku bunga. Sedangkan pada akad mudharabah, imbal hasil sangat bergantung pada kinerja perusahaan yang dapat naik dan turun.
2. Risiko Kredit Credit Risk Risiko kredit pada sukuk ijarah dihadapi oleh investor disebabkan oleh
kegagalan pembayaran
default atas
sewa underlying
asset. Kecenderungan default menjadi lebih besar karena mekanisme
penjadwalan ulang atas hutang dengan imbal hasilsuku bunga lebih tinggi tidak diperbolehkan dalam hukum Islam. Risiko kredit pada sukuk harus
dinilai secara independen khususnya jika pemberi pinjaman memiliki alternatif penggantiian lain ketika underlying asset tidak dapat menutupi
kerugian yang terjadi. 3. Risiko Nilai Tukar Foreign Exchange Rate Risk
Risiko nilai tukar dapat terjadi jika return atas pengelolaan underlying asset diberikan dalam mata uang asing. Penerbit dapat menghitung dan
memberikan jaminan atas risiko tersebut dalam rangka melindungi investor dari pergerakan nilai tukar.
4. Risiko Tingkat Harga PriceCollateral Risk Risiko tingkat harga terjadi ketika spesifikasi aset yang tercermin pada
nilai penerbitan sukuk yang diajukan berbeda dengan nilai pasar sesungguhnya dan laporan atas nilai underlying asset. Sukuk ijarah palng
rentan menghadapi risiko ini karena aset yang disewakan dapat mengalami depresiasi hingga dibawah harga pasar. Pengelolaan yang baik atas aset
menjadi faktor penting dalam menghadapi risiko ini. 5. Risiko Likuiditas Liquidity Risk
Pertumbuhan pasar sekunder yang lambat membuat investor sukuk menghadapi risiko likuiditas. Kecenderungan membeli dan menahan pada
mayoritas investor sukuk membuat mekanisme transfer kepemilikan sukuk tidak efisien. Hal ini terjadi pula pada sukuk salam, dimana aset yang
mewadahi kontrak
merupakan komoditas
pertanian. Sehingga
perdagangan pada sekuritas tersebut menimbulkan unsur spekulai zero coupun sukuk sseperti sukuk istisna dan murabahah juga tidak dapat
diperdagangkan di pasar sekunder karena mirip dengan jual beli hutang yang dilarang oleh mayoritas ulama.
6. Risiko Kepatuhan Syariah Sharia Compliance Risk Perkembangan pasar yang pesat memungkinkan adanya struktur sukuk
yang tidak memenuhi aspek syariah. Standarisasi dan perhatian atas aturan-aturan syariah pada sukuk dibuat dalam rangka melindungi investor
dari praktek-praktek yang tidak sesuai prinsip-prinsip Islam.
2.1.7 Penerbitan Obligasi Syariah
Pada tahun 2002, Dewan Syariah Nasional mengeluarkan Fatwa No. 32DSN-MUIIX2002, tentang obligasi syariah atau sukuk. Obligasi syariah
diterbitkan selain untuk menutupi kebutuhan modal kerja juga bisa digunakan untuk pembangunan infrastruktur baik oleh perusahaan maupun pemerintah,
misalnya pembangunan jembatan, penambahan jalur jalan tol, dan lain-lain. Dengan demikian obligasi syariah bisa dimafaatkan sebagai alternatif sumber
pendanaan. Strategi penerbitan obligasi syariah terlah terbukti memberikan nilai lebih
kepada perusahaan maupun pemerintah dalam mendorong ekspansi perusahaan dan pembangunan negara seperti yang dikemukakan oleh Idris 2007, Sukuk
adalah instrumen yang sangat penting untuk mobilisasi dana syariah, sejak sejumlah besar jumlah pendanaan syariah tidak aktif dalam perekonomian.
Penerbitan sukuk telah berkontribusi secara baik dalam perkembangan
pertumbuhan infrastruktur di banyak negara-negara Islam dengan menerbitkan sukuk sebagai penyedia modal untuk projek-projek besar.
Perusahaan memerlukan modal untuk melakukan kegiatan operasionalnya. Modal ini di dapat dari ekuitas atau dari hutang. Ekuitas disini adalah modal
sendiri yang terdiri atas saham, retained earnings, dan agio saham. Namun, dari tiga jenis ekuitas tersebut, yang bisa diperoleh dari masyarakat adalah sahamdan
agio saham. Jika pemilik perusahaan bersedia berbagi kepemilikan dan menginginkan penggalian dana yang tidak terbatas. Maka perusahaan bisa
menjual saham kepada masyarakat melalui pasar modal. Sedangkan dana yang berasal dari hutang adalah berupa obligasi. Obligasi yang diterbitkan di pasar
modal tidak memerlukan jaminan aset karena sudah dijamin oleh penjamin emisi. Selanjutnya, hutang demikian memiliki jatuh tempo yang panjang karena memang
obligasi didesain sebagai hutang jangka panjang. Jumlahnya tidak terbatas karena dana digali dari masyarakat luas. Sepanjang masyarakat masih memiliki dana dan
percaya kepada pasar modal. Maka dana ini akan terus tersedia Widoatmodjo, 2009.
Penerbitan obligasi akan menyebabkan terjadinya peningkatan leverage perusahaan. Di satu sisi peningkatan leverage akan membawa keuntungan bagi
perusahaan berupa tax shield dimana perusahaan dapat mengurangi bagian earning yang dibayarkan untuk pajak sehingga perusahaan dapat meningkatkan
nilai dari perusahaan dan memberikan keuntungan bagi pemegang saham. Namun pada titik tertentu penggunaan hutang dapat menurunkan nilai saham karena
adanya penggunaan hutang. Reaksi investor terhadap perubahan struktur modal dapat dilihat dari pergerakan harga saham di pasar modal Afaf, 2008.
Hanafi 2006 menyatakan bahwa obligasi syariah yang merupakan salah satu instrumen dalam pasar modal memiliki kelebihan dan kekurangan
dibandingkan dengan instrumen lain, yaitu: 1. Obligasi syariah meningkatkan likuiditas pemula dan investor dan hal ini
akan mengurangi risiko tambahan risk premium pada produk pasar modal yang lain dan memberikan kontribusi pada biaya yang lebih rendah
untuk wirausahawan. 2. Obligasi syariah meningkatkan aliran dana terhadap total aset di pasar
modal. 3. Obligasi syariah meningkatkan diversifikasi instrumen di pasar modal.
4. Beberapa model dapat di derivasi dari obligasi syariah selamadibutuhkan. 5. Emiten terbatas dibanding dengan instrumen keuangan yang lain.
6. Biaya obligasi syariah cukup tinggi dan memiliki skala yang luas.
2.1.8 Nilai Penerbitan Obligasi
Nilai penerbitan obligasi merupakan nilai nominal yang dikeluarkan oleh perusahaan sesuai dengan kebutuhan dananya. Apabila perusahaan membutuhkan
dana sebesar Rp 100 milyar maka akan diterbitkan obligasi dengan jumlah yang sama senilai dana tersebut. Besar kecilnya jumlah penerbitan didasarkan oleh
kemampuan aliran kas perusahaan dan kinerja bisnisnya.
2.1.9 Rating Penerbitan Obligasi Syariah
Rating atau peringkat obligasi dikeluarkan oleh lembaga yang secara khusus bertugas memberikan peringkat atas semua obligasi yang diterbitkan
perusahaan. Semua obligasi yang diterbitkan wajib diberi peringkat sedemikian agar investor dapat mengukur atau memperkirakan seberapa besar risiko yang
akan dihadapi dengan membeli obligasi tertentu Darmadji dan Fakhruddin, 2006.
Untuk pasar modal Indonesia, perusahaan yang bergerak dalam pemberian peringkat suatu obligasi salah satunya adalah PT Pemeringkat Efek Indonesia
Pefindo. Peringkat obligasi hanya menjadi acuan bagi investor berdasarkan faktor-faktor risiko yang relevan dalam menilai suatu obligasi tetapi tidak
menjamin ketika suatu obligasi dengan peringkat AAA akan berjalan lancar. Peringkat obligasi memberikan analisis tentang kelayakan kredit perusahaan
sehingga dapat digunakan untuk berbagai macam tujuan finansial dan komersial, seperti negosiasi leasing jangka panjang atau meminimalisasi letter of credit
untuk vendor. Selain itu, perusahaan dapat memilih untuk menerbitkan peringkat yang didapatkan pada publik atau merahasiakannya Ong, 2002.
Peringkat obligasi penting karena obligasi dengan peringkat yang rendah biasanya memiliki biaya bunga yang lebih tinggi Ross et al, 2008. Perusahaan-
perusahaan umumnya berusaha untuk mempertahankan peringkat obligasi yang dimilikinya karena menguntungkan bagi perusahaan. Beberapa keuntungan yang
diperoleh adalah kemampuan untuk menerbitkan commercial paper, jalan masuk ke pasar modal dan investor, dan hubungan yang lebih baik dengan pihak ketiga.
Keuntungan-keuntungan yang diperoleh tersebut mendorong perusahaan untuk mempertahankan peringkat obligasinya dengan mengurangi penggunaan hutang
pada saat menjelang penerbitan peringkat obligasi. Penggunaan hutang yang lebih sedikit dapat mencegah penurunan peringkat obligasi dan mendorong peningkatan
peringkat obligasi tersebut Kisgen, 2006. Suatu rating terdiri dari dua bagian yaitu rating dan outlook. Rating adalah
kemampuan membayara hutang sedangkan outlook adalah pandangan dari perusahaan pemeringkat, apakah rating akan naik, turun, atau tetap pada periode
penilaian berikutnya. Rating terdiri dari dua yaitu 3 huruf yang disertai dengan tanda atau angka tergantung perusahaan pemeringkat. Sebagai contoh urutan dari
yang paling tinggi hingga yang paling rendah secara adalah sebagai berikut: 1. Investment Grade, merupakan kategori dimana suatu perusahaan atau
negara dianggap memiliki kemampuan yang cukup dalam melunasi hutangnya.
a. AAA atau Aaa b. AA+, AA dan AA- atau Aa1, Aa2, dan Aa3
c. A+, A, dan A- atau A1, A2, dan A3 d. BBB+, BBB, dan BBB- atau Baa1, Baa2, dan Baa3
2. Non Investment Grade, merupakan kategori dimana suatu perusahaan atau negara dianggap memiliki kemampuan yang meragukan dalam memenuhi
kewajibannya. a. BB+, BB, dan BB- atau Ba1, Ba2, dan Ba3
b. B+, B, dan B- atau B1, B2, dan B3
c. CCC+, CCC, dan CCC- atau Caa1, Caa2, dan Caa3 d. CC+, CC, dan CC- atau Ca1, Ca2,dan Ca3
e. C+, C, dan C- atau C1, C2, dan C3 f. Default
Tabel 2.3 Level dan Penilaian Rating oleh PT Pefindo
AAA
Obligasi dengan peringkat tertinggi dari Pefindo yang didukung oleh kemampuan obligor yang superior relatif dibanding entitas Indonesia
lainnya untuk memenuhi kewajiban finansial jangka panjang sesuai dengan yang diperjanjikan
AA Obligasi memiliki kualitas kredit sedikit di bawah peringkat tertingi,
didukung oleh kemampuan obligor yang sangat kuat untuk memenuhi kewajiban finansial jangka panjangnya sesuai dengan
yang diperjanjikan relatif dibandingkan dengan entitas lainnya.
A Obligasi memiliki dukungan kemampuan obligor yang kuat
dibandingkan dengan entitas lainnya untuk memenuhi kewajiban finansial jangka panjangnya sesuai dengan yang diperjanjikan,
namun cukup peka terhadap perubahan yang merugikan
BBB
Obligasi didukung oleh kemampuan obligor yang relatif memadai dibandingkan dengan entitas lainnya untuk memenuhi kebutuhan
finansial, namun kebutuhan tersebut dapat diperlemah oleh perubahan keadaan bisnis dan perekonomian yang merugikan
BB Obligasi menunjukkan dukungan kemampuan obligor yang relatif
agak lemah dibandingkan dengan entitas lainnya untuk memenuhi kewajiban finansial jangka panjangnya sesuai dengan yang
diperjanjikan, serta peka terhadap keadaan bisnis dan perekonomian yang tidak menentu
B Obligasi menunjukkan parameter perlindungan yang sangat lemah.
Walaupun obligornya masih memiliki kemampuan untuk memenuhi kewajiab finansial jangka panjangnya, namun adanya perubahan
keadaan
bisnis dan
perekonomian yang
merugikan akan
memperburuk kemampuan obligor untuk memenuhi kewajiban finansialnya.
CCC Obligasi menunjukkan efek hutang yang tidak mampu lagi memenuhi
kewajiban finansialnya, serta hanya bergantung pada perbaikan keadaan eksternal
D Obligasi ini menandakan efek hutan yang macet. Perusahaan penerbit
sudah berhenti berusaha
Sumber: PT Pefindo
2.1.10 Return Saham
Return saham digunakan pada suatu investasi untuk mengukur hasil keuangan suatu perusahaan. Sumber-sumber return investasi terdiri dari dua
komponen utama yaitu yield dan capital gain loss. Yield merupakan komponen return yang mencerminkan aliran kas atau pendapatan yang diperoleh secara
periodik dari suatu investasi. Jika berinvestasi pada sebuah obligasi, maka besarnya yield ditunjukkan dari bunga obligasi yang dibayarkan. Demikian pula
jika membeli saham, maka yield ditunjukkan oleh besarnya dividen yang kita peroleh. Sedangkan capital gain loss merupakan kenaikan atau penurunan harga
suatu surat berharga baik saham maupun surat utang jangka panjang, yang bisa memberikan keuntungan atau kerugian bagi investor. Dengan kata lain, capital
gain loss bisa juga diartikan sebagai perubahan harga sekuritas. Tingkat pengembalian yang diperoleh dari capital gain merupakan selisih
dari harga investasi sekarang dengan harga periode yang lalu jika investasi sekarang Pt lebih tinggi dari harga investasi periode masa lalu Pt-1. Ini berarti
terjadi keuntungan modal atau capital gain. Sebaliknya jika harga investasi sekarang Pt lebih rendah dari harga investasi periode masa lalu Pt-1 terjadi
kerugian modal atau capital loss Hartono, 2008. Menurut Hartono 2009, jenis return dibedakan menjadi dua: 1 return
realisasi, merupakan return yang telah terjadi, 2 return ekspektasi, merupakan return yang diharapkan akan diperoleh oleh investor di masa mendatang. Return
suatu saham merupakan hasil yang diperoleh dari investasi dengan cara
menghitung selisih harga investasi sekarang relatif dengan harga periode lalu. Return saham dapat ditulis dengan rumus sebagai berikut:
Keterangan: Rt
= tingkat pengembalian saham pada hari ke-t Pt
= harga penutupan saham pada hari ke-t Pt-1
= harga penutupan saham pada hari ke-t-1
2.1.11 Cumulative abnormal return
Menurut Hartono 2009, return tidak normal atau abnormal return merupakan kelebihan dari return yang sesungguhnya terjadi terhadap return yang
normal. Dimana return normal merupakan return ekspektasian atau return yang diharapkan oleh investor. Dengan demikian return tidak normal adalah selisih
antara return sesungguhnya yang terjadi dengan return ekspektasian, sebagai berikut:
Keterangan: = return tidak normal abnormal return sekuritas ke-I pada
periode peristiwa ke-t = return sesungguhnya yang terjadi untuk sekuritas ke-I pada
periode peristiwa ke-t = return ekspektasi sekuritas ke-I untuk periode peristiwa ke-t
Return sesungguhnya merupakan return yang terjadi pada waktu ke-t yang merupakan selisih harga sekarang relatif terhadap harga sebelumnya atau dapat
dihitung dengan rumus . Sedangkan return ekspektasi
merupakan return yang harus diestimasi. Brown dan Warner 1985 mengestimasi return eskpektasi menggunakan
model sebagai berikut:
1. Mean-adjusted Model
Model ini beranggapan bahwa return ekspektasi bernilai konstan yang sama dengan rata-rata return realisasi sebelumnya selama periode
estimasi, sebagai berikut:
Keterangan: = return ekspektasi sekuritas ke-i pada periode peristiwa
ke-t = return realisasi sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j
= lamanya periode estimasi, yaitu dari t1 sampai dengan t2 2.
Market Model Perhitungan return ekspektasi dengan model pasar ini dilakukan dengan
dua tahap, yaitu 1 membentuk model ekspektasi dengan menggunakan data realisasi selama periode estimasi dan 2 menggunakan model
ekspektasi ini untuk mengestimasi return ekspektasi di periode jendela. Model ekspektasi dapat dibentuk menggunakan teknik regresi OLS
Ordinary Least Square dengan persamaan:
Keterangan: = return realisasi sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j
= intercept untuk sekuritas ke-i = koefisien slope yang merupakan Beta dari sekuritaske-i
= return indeks pasar pada periode estimasi ke-j yang dapat dihitung dengan rumus Rmj = IHSGj
– IHSGj-1 IHSGj-1 dengan IHSG adalah Indeks Harga Saham Gabungan
= kesalahan residu sekuritas ke-i pada periode estimasi ke-j 3.
Market-Adjusted Model
Model sesuaian-pasar menganggap bahwa penduga yang terbaik untuk mengestimasi return suatu sekuritas adalah return indeks pasar pada saat
tersebut. Dengan menggunakan model ini, maka tidak perlu menggunakan periode estimasi untuk membentuk model estimasi, karena return sekuritas
yang diestimasi adalah sama dengan return indeks pasar. Rmi =
. Keterangan:
= return indeks pasar pada periode estimasi ke-i = harga saham setelah periode ke-i
= harga saham pada periode ke-i Cumulative abnormal return adalah selisih antara return realisasi saham
dengan return ekspektasi saham. Cumulative abnormal return merupakan akumulasi Abnormal Return selama periode peristiwa untuk masing-masing
saham. Dalam penelitian ini, Cumulative abnormal return didapat dari akumulasi abnormal return saham H+1 dan H+2 penerbitan.
2.1.12 Signalling Theory
Signaling Theory mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan, menurut
Jama‟an 2008. Manajemen mempunyai informasi yang akurat, relevan,dan lengkap yang mana merupakan unsur penting bagi investor dalam menyajikan
keterangan, catatan atau gambaran baik mengenai keadaan masa lalu, saat ini maupun masa yang akan datang bagi kelangsungan hidup suatu perusahaan yang
tidak diketahui oleh investor luar. Jika perusahaan menyampaikan suatu informasi ke pasar maka informasi tersebut akan direspon oleh pasar sebagai suatu sinyal
adanya peristiwa tertentu yang dapat mempengaruhi nilai perusahaan. Informasi yang disampaikan oleh manajemen perusahaan tersebut dapat berupa
pengumuman penerbitan obligasi syariah. Menurutu Jogiyanto 2008, informasi yang dipublikasikan sebagai suatu
pengumuman akan memberikan sinyal bagi investor dalam pengambilan keputusan investasi. Jika pengumuman tersebut bernilai positif, maka diharapkan
pasar akan bereaksi pada waktu pengumuman tersebut diterima oleh pasar. Reaksi pasar ditunjukkan dengan adanya perubahan volume perdaganan saham. Pada
waktu diumukan dan semua pelaku pasar sudah menerima informasi tersebut, pelaku pasar terlebih dahulu menginterprestasikan dan menganalisis informasi
sebagai sinyal baik good news atau sinyal buruk bad news. Pengumuman penerbitan obligasi syariah akan memberikan sinyal kepada
investor karena dengan pengumuman tersebut dapat dipersepsikan bahwa prospek perusahaan di masa depan dimana perusahaan akan melakukan ekspansi yang
meningkatkan kinerja perusahaan. Informasi seperti ini akan direaksikan oleh para investor sehingga terjadi reaksi pasar. Informasi yang dipublikasikan berupa nilai
penerbitan obligasi syariah.
2.2 Penelitian Terdahulu
Penelitian mengenai pengaruh penerbitan obligasi syariah telah banyak dilakukan di Indonesia dan negara-negara lainnya. Berikut ini adalah penelitian-
penelitian terdahulu terkait pengaruh penerbitan obligasi syariah:
Tabel 2.4 Penelitian Terdahulu
No Nama Peneliti
Judul Penelitian Objek
Penelitian Variabel
Penelitian Hasil Penelitian
1 Nursilah Ahmad
dan Solistya Rusgianto 2013
Information Content of Post-
Crisis Sukuk Announcement in
Malaysia Perusahaan yang
menerbitkan sukuk periode
2009-2010 Pengumuman
obligasi syariah X dan
Abnormal Return Y
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
reaksi pasar yang positif terhadap
pengumuman sukuk tapi tidak signifikan
2 Mochammad
Rizki Pratama 2012
Pengaruh Penerbitan Obligasi
Syariah terhadap
Reaksi Pasar Modal Indonesia
Perusahaan yang menerbitkan
obligasi syariah yang terdaftar di
BEI tahun 2011 Nilai Penerbitan
Obligasi Syariah
X1, Rating Obligasi
Syariah X2
dan Cumulative abnormal
return Y Hasil penelitian
menunjukkan bahwa nilai penerbitan dan
rating obligasi syariah tidak terdapat
pengaruh yang signifikan terhadap
cumulative abnormal return
3 Cristophe J.
Godlewski, Rima Turk-
Ariss and Laurent Weill
2011 Do markets
perceive sukuk and conventional bonds
as different financing
instrument? Perusahaan
manufaktur Malaysia yang
menerbitkan obligasi syariah
dan konvensional periode 2002-
2009 Pengumuman
sukuk dan obligasi
konvensional X dan Reaksi
Pasar Modal Y Hasil penelitian
menunjukkan bahwa reaksi pasar modal
tidak signifikan terhadap
pengumuman obligasi konvensional
sedangkan terdapat reaksi yang signifikan
negatif antara pasar modal terhadap
pengumuman dari sukuk
4 Mujahid dan
Tetet Fitrijanti 2010
Pengaruh Penerbitan Obligasi
Syariah Sukuk Perusahaan
Terhadap Reaksi Pasar
Perusahaan- perusahaan yang
menerbitkan obligasi syariah
yang terdaftar di BEI tahun 2002-
2009 Nilai penerbitan
X1, Rating obligasi syariah
X2, dan reaksi pasar Y yang
diwakili oleh cumulative
abnormal return Hasil penelitian
adalah tidak ada pengaruh yang
signifikan antara nilai penerbitan dan rating
obligasi syariah terhadap reaksi pasar
baik secara parsial maupun simultan
5 Yusnidah
Ibrahim dan Mohd Sobri
Minai 2009 Islamic Bonds and
The Wealth Effects: Evidence from
Malaysia Perusahaan yang
menerbitkan obligasi
konvensional dan syariah yang
terdaftar di Bursa Malaysia periode
Januari 2000- Juni 2006
Nilai Penerbitan Obligasi X
dan Reaksi pasar Y
Terdaftar hasil yang positif dan secara
signifakan antara pengumuman obligasi
syariah terhadap reaksi pasar
sedangkan pengumuman obligasi
konvensional tidak signifikan
2.3 Kerangka Konseptual