Penerbitan Obligasi Syariah Landasan Teori .1 Obligasi Syariah

perdagangan pada sekuritas tersebut menimbulkan unsur spekulai zero coupun sukuk sseperti sukuk istisna dan murabahah juga tidak dapat diperdagangkan di pasar sekunder karena mirip dengan jual beli hutang yang dilarang oleh mayoritas ulama. 6. Risiko Kepatuhan Syariah Sharia Compliance Risk Perkembangan pasar yang pesat memungkinkan adanya struktur sukuk yang tidak memenuhi aspek syariah. Standarisasi dan perhatian atas aturan-aturan syariah pada sukuk dibuat dalam rangka melindungi investor dari praktek-praktek yang tidak sesuai prinsip-prinsip Islam.

2.1.7 Penerbitan Obligasi Syariah

Pada tahun 2002, Dewan Syariah Nasional mengeluarkan Fatwa No. 32DSN-MUIIX2002, tentang obligasi syariah atau sukuk. Obligasi syariah diterbitkan selain untuk menutupi kebutuhan modal kerja juga bisa digunakan untuk pembangunan infrastruktur baik oleh perusahaan maupun pemerintah, misalnya pembangunan jembatan, penambahan jalur jalan tol, dan lain-lain. Dengan demikian obligasi syariah bisa dimafaatkan sebagai alternatif sumber pendanaan. Strategi penerbitan obligasi syariah terlah terbukti memberikan nilai lebih kepada perusahaan maupun pemerintah dalam mendorong ekspansi perusahaan dan pembangunan negara seperti yang dikemukakan oleh Idris 2007, Sukuk adalah instrumen yang sangat penting untuk mobilisasi dana syariah, sejak sejumlah besar jumlah pendanaan syariah tidak aktif dalam perekonomian. Penerbitan sukuk telah berkontribusi secara baik dalam perkembangan pertumbuhan infrastruktur di banyak negara-negara Islam dengan menerbitkan sukuk sebagai penyedia modal untuk projek-projek besar. Perusahaan memerlukan modal untuk melakukan kegiatan operasionalnya. Modal ini di dapat dari ekuitas atau dari hutang. Ekuitas disini adalah modal sendiri yang terdiri atas saham, retained earnings, dan agio saham. Namun, dari tiga jenis ekuitas tersebut, yang bisa diperoleh dari masyarakat adalah sahamdan agio saham. Jika pemilik perusahaan bersedia berbagi kepemilikan dan menginginkan penggalian dana yang tidak terbatas. Maka perusahaan bisa menjual saham kepada masyarakat melalui pasar modal. Sedangkan dana yang berasal dari hutang adalah berupa obligasi. Obligasi yang diterbitkan di pasar modal tidak memerlukan jaminan aset karena sudah dijamin oleh penjamin emisi. Selanjutnya, hutang demikian memiliki jatuh tempo yang panjang karena memang obligasi didesain sebagai hutang jangka panjang. Jumlahnya tidak terbatas karena dana digali dari masyarakat luas. Sepanjang masyarakat masih memiliki dana dan percaya kepada pasar modal. Maka dana ini akan terus tersedia Widoatmodjo, 2009. Penerbitan obligasi akan menyebabkan terjadinya peningkatan leverage perusahaan. Di satu sisi peningkatan leverage akan membawa keuntungan bagi perusahaan berupa tax shield dimana perusahaan dapat mengurangi bagian earning yang dibayarkan untuk pajak sehingga perusahaan dapat meningkatkan nilai dari perusahaan dan memberikan keuntungan bagi pemegang saham. Namun pada titik tertentu penggunaan hutang dapat menurunkan nilai saham karena adanya penggunaan hutang. Reaksi investor terhadap perubahan struktur modal dapat dilihat dari pergerakan harga saham di pasar modal Afaf, 2008. Hanafi 2006 menyatakan bahwa obligasi syariah yang merupakan salah satu instrumen dalam pasar modal memiliki kelebihan dan kekurangan dibandingkan dengan instrumen lain, yaitu: 1. Obligasi syariah meningkatkan likuiditas pemula dan investor dan hal ini akan mengurangi risiko tambahan risk premium pada produk pasar modal yang lain dan memberikan kontribusi pada biaya yang lebih rendah untuk wirausahawan. 2. Obligasi syariah meningkatkan aliran dana terhadap total aset di pasar modal. 3. Obligasi syariah meningkatkan diversifikasi instrumen di pasar modal. 4. Beberapa model dapat di derivasi dari obligasi syariah selamadibutuhkan. 5. Emiten terbatas dibanding dengan instrumen keuangan yang lain. 6. Biaya obligasi syariah cukup tinggi dan memiliki skala yang luas.

2.1.8 Nilai Penerbitan Obligasi