Kepadatan Spora Fungi Mikoriza Arbuskula FMA

4.2. Kepadatan Spora Fungi Mikoriza Arbuskula FMA

Kepadatan spora FMA hasil isolasi lapangan dan trapping dalam 50 gram tanah pada masing-masing varietas dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Kepadatan Spora FMA Isolasi Lapangan dan Hasil Trapping Dari hasil observasi lapangan didapatkan jumlah spora mikoriza yang tertinggi pada varietas Rasuna dan terendah pada varietas Andongsari, yaitu masing- masing sebesar 38 dan 22 spora50 gram tanah. Kandungan P di daerah perkebunan kopi PT. Wahana Graha Makmur tergolong sangat rendah sedangkan kepadatan spora yang diperoleh tinggi dan kandungan P yang rendah di dalam tanah akan meningkatkan aktivitas FMA sehingga menyebabkan kepadatan spora yang tinggi. Pada percobaan Santri et al. 2011 yang dilakukan di daerah Muara Kuang, Indralaya, Tanjung Seteko diperoleh kandungan P masing-masing 9,45, 5,70, dan 6,15 ppm, jumlah spora yang diperoleh masing-masing 180, 439, dan 429 spora. Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa pH, C-organik, dan KTK tidak menunjukkan korelasi terhadap kepadatan spora. Pada percobaan Puspitasari et al. Universitas Sumatera Utara 2012 di Desa Torjun pada pH tanah netral, kandungan C-organik rendah, dan KTK yang rendah, kepadatan spora diperoleh 71 spora50 gram tanah. Percobaan Adawiyah 2009 pada daerah Pantai Pulau Pandang dengan kandungan pH tanah yang netral dan C-organik rendah, kepadatan spora diperoleh sebesar 17 spora50 gram tanah. Kandungan pH tanah yang agak masam dan C-organik sangat tinggi, kepadatan spora diperoleh sebesar 59 spora50 gram tanah. Jumlah spora yang diperoleh dari hasil trapping lebih banyak dari hasil isolasi dari lapangan. Jumlah spora hasil trapping yang tertinggi didapatkan pada varietas Rasuna dan terendah pada varietas S795 S Lini, yaitu masing-masing sebesar 89 dan 43 spora50 gram tanah. Kepadatan spora hasil trapping pada masing-masing varietas menunjukkan adanya peningkatan dari kepadatan spora hasil isolasi lapangan. Hal ini disebabkan karena adanya stressing selama dua minggu sehingga tanaman mengalami cekaman air. Stressing bertujuan agar FMA yang bersimbiosis dengan akar tanaman sehingga FMA akan membentuk spora. Delvian 2006 menyatakan pada keadaan kekurangan air spora mikoriza berkecambah. Hasil penelitian Hartoyo et al. 2011 diperoleh kepadatan spora dari rizosfer pegagan yang diambil dari KP Cicirug, KP Sukamulya, dan Gunung Putri, yaitu masing- masing sebanyak 165, 32, dan 24 spora50 gram tanah, sedangkan hasil trapping diperoleh 1.435, 555, dan 1.190 spora50 gram tanah.

4.3. Persentase Kolonisasi Akar