matinya perakaran, tetapi pengaruhnya tidak akan permanen pada akar yang bermikoriza. Hifa cendawan masih mampu menyerap air pada pori-pori tanah pada
saat akar sudah tidak mampu lagi untuk menyerap air. Selain itu penyebaran hifa di dalam tanah sangat luas, sehingga dapat menyerap air relatif lebih banyak Santoso et
al., 2007.
2.2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keberadaan FMA
Keberadaan mikoriza di sekitar rizosfer dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya:
1. Suhu
Suhu berpengaruh terhadap infeksi yakni pada perkembangan spora, penetrasi hifa pada sel akar dan perkembangan pada korteks akar. Selain itu suhu juga
berpengaruh pada ketahanan dan simbiosis. Semakin tinggi suhu semakin besar terbentuknya kolonisasi dan meningkatnya produksi spora. Schenk dan Schroder
1974 menyatakan bahwa suhu terbaik untuk perkembangan arbuskula yakni pada suhu 30
C, pembentukan koloni miselia terbaik pada suhu 28-34 C, sedangkan
perkembangan bagi vesikula pada suhu 35 2.
Cahaya C.
Adanya naungan yang berlebihan terutama untuk tanaman yang senang cahaya dapat mengurangi infeksi akar dan produksi spora, selain itu respon tanaman
terhadap fungi mikoriza akan berkurang. Hal ini disebabkan adanya hambatan pertumbuhan dan perkembangan internal hifa dalam akar yang berakibat terbatasnya
perkembangan hifa eksternal pada rizosfer Setiadi, 2001. 3.
Derajat Kemasaman Tanah Keberadaan mikoriza di lahan kering masam sangat beragam baik jenis
maupun jumlahnya. Fungi mikoriza arbuskula memiliki potensi untuk dapat diaplikasikan di lahan kering masam. Apabila terdapat pertumbuhan akar tanaman di
sekitar spora, maka spora akan berasosiasi dan berkembang di dalam akar. Komoditas tanaman dan pH tanah mempengaruhi jumlah spora yang ditemukan pada rizosfer
Universitas Sumatera Utara
Prihastuti, 2007. Hubungan antara jumlah dan jenis FMA dengan pH, P, dan C organik sangat erat. Sifat kimia tanah secara tidak langsung akan berhubungan
dengan jumlah dan jenis FMA Muzakkir, 2011. Derajat kemasaman optimum untuk perkembangan fungi mikoriza berbeda-
beda tergantung pada adaptasi fungi mikoriza terhadap lingkungan. Derajat kemasaman dapat berpengaruh langsung terhadap aktivitas enzim yang berperan
dalam perkecambahan spora fungi mikoriza. Misalnya Glomus mosseae biasanya pada tanah alkali dapat berkecambah dengan baik pada air atau pada soil extract agar
pada pH 5-9. Spora Gigaspora coralloidea dan Gigaspora heterogama lebih tahan masam dan dapat berkecambah dengan baik pada pH 4-6. Glomus epigeum
perkecambahannya lebih baik pada pH 6-8 INVAM, 2013. 4. Pengaruh Logam dan Unsur Lain
Terdapat hubungan erat antara jumlah dan jenis FMA dengan Al di tanah, dimana hubungannya tidak searah, sehingga semakin tinggi Al di tanah mulai 1,23
sampai 2,85 , maka jumlah dan jenis FMA semakin sedikit Muzakir, 2011. Fungi mikoriza arbuskula dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif teknologi untuk
membantu pertumbuhan, meningkatkan produktivitas dan kualitas tanaman terutama yang ditanam pada lahan-lahan marginal yang kurang subur atau bekas
tambangindustri Delvian, 2006. Pada daerah yang tercemar minyak bumi ditemukan spora mikoriza antara
lain Glomus sp., Gigaspora sp., Acaulospora sp., dan Sclerocystis sp. Keberadaan mikoriza ini dipengaruhi oleh beberapa faktor yang meliputi faktor biotik dan abiotik.
Adanya mikoriza pada tanah yang tercemar minyak bumi mengindikasikan bahwa tanah melakukan restorasi sendiri meskipun dalam jangka waktu yang lama
Faiza et al., 2013. Pada kondisi tertekan maka FMA akan cenderung membentuk spora lebih banyak She et al., 2007.
5. Bahan Organik
Bahan organik belum banyak digunakan sebagai bahan pembawa inokulan FMA. Padahal FMA diketahui berinteraksi positif dengan bahan organik di dalam
Universitas Sumatera Utara
tanah, termasuk pada lahan-lahan tercemar logam berat. Pada penelitian yang dilakukan oleh Nurbaity et al. 2009 bahwa arang sekam digunakan sebagai media
inokulan FMA. Bahan organik mendukung perkembangan propagul FMA. Arang sekam memiliki porositas yang baik untuk perkembangan akar dan memiliki daya
ikat air yang tinggi. Pemberian arang sekam 100 belum dapat dijadikan sebagai media inokulan FMA karena media tersebut terlalu porus sehingga perlu dilakukan
pengaturan pemberian air siraman atau air nutrisi agar tidak terjadi pengendapan dan pembusukan di bagian bawah media Prafithriasari Nurbaity, 2010.
6. Pestisida
Pemakaian fungisida dilakukan untuk mengendalikan patogen tular tanah, namun penggunaan fungisida ini dapat mengancam keberadaan mikoriza yang ada di
ekosistem. Aplikasi fungisida tidak selalu menguntungkan. Penggunaan fungisida yang tidak tepat dapat menghambat pengembangan mikoriza sebagai organisme yang
menguntungkan dalam rangka pengendalian penyakit jamur tular tanah. Oleh karena itu pemakaian fungisida hendaknya dilakukan secara hati-hati Djunaedy, 2008.
2.2.4. Keanekaragaman FMA Hasil Penelitian