15
prinsip Islam. Disamping itu konsep perbankan syariah mengharuskan bank-bank Islam untuk memainkan peran penting didalam
pengembangan sumber daya manusianya dan memberikan kontribusi bagi kesejahteraan sosial.
3. Tujuan Perbankan
Menurut Psal 3 UU No. 10 tahun 1998 adalah perbankan Indonesia bertujuan menunjang pelaksaan pembangunan nasional dalam rangka
meningkatkan pemerataan, pertumbuhan ekonomi, dan stabilitas nasional ke arah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.
4. Pengertian Perbankan Syariah
Menurut Pasal 1 ayat UU Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang
menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan
kegiatan usahanya. Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas
Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah. Bank Umum Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya
memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Bank Pembiayaan Rakyat Syariah adalah Bank Syariah yang dalam kegiatannya tidak memberikan
jasa dalam lalu lintas pembayaran. Unit Usaha Syariah, yang selanjutnya disebut UUS, adalah unit kerja dari kantor pusat Bank Umum
Konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor atau unit
16
yang melaksanakan kegiatan usaha berdasarkan Prinsip Syariah, atau unit kerja di kantor cabang dari suatu Bank yang berkedudukan di luar negeri
yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional yang berfungsi sebagai kantor induk dari kantor cabang pembantu syariah danatau unit
syariah Bank Indonesia. Bank Syariah adalah sistem perbankan dalam Ekonomi Islam
didasarkan pada konsep pembagian baik keuntungan maupun kerugian. Disini artinya siapa yang ingin mendapatkan hasil dari tabungannya, juga
harus bersedia mengambil risiko. Bank-bank syariah dikembangkan berdasarkan prinsip yang tidak membolehkan pemisahan antara hal yang
temporal keduniaan dan keagamaan. Prinsip ini mengharuskan kepatuhan kepada syariah sebagai dasar dari semua aspek kehidupan.
Kepatuhan ini tidak hanya dalam hal ibadah ritual, tetapi transaksi bisnis pun harus sesuai dengan ajaran syariah Stiawan, 2009:15.
Menurut Pasal 1 ayat 12 Undang-Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan, Prinsip Syariah adalah prinsip hukum Islam dalam
kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah.
Lembaga yang berwenang di sini adalah Dewan Pengawas Syariah DPS yang bersifat independen yang merupakan kepanjangan tangan dari Dewan
Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia DSN-MUI. DPS ditempatkan pada bank yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan
17
prinsip syariah dengan tugas yang diatur oleh DSN-MUI. Adapun prinsip perbankan menurut Aziz, 2006:4 sebagai berikut:
a. Larangan riba dan bunga. Larangan ini dimulai dari adanya pelarangan yang tegas terhadap riba.
Tidak diragukan lagi bahwa apa yang diharamkan oleh al-Qur’an maupun al-hadits adalah riba. Al-Quran mengharamkannya dalam Qs.
2:275. Allah berfirman:
Artinya : Orang-orang yang makan mengambil riba tidak dapat berdiri
melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran tekanan penyakit gila. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah
disebabkan mereka berkata berpendapat, sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan
mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti dari mengambil riba,
maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu sebelum datang
18
larangan; dan urusannya terserah kepada Allah. Orang yang kembali mengambil riba, maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka;
mereka kekal di dalamnya. b. Keadilan sosial, persamaan, dan hak milik.
Keadilan sosial dalam pandangan Islam menuntut pemilik dana dan pengguna dana untuk berbagi atas keuntungan, demikian juga bila
terjadi kerugian. Islam memberikan panduan bahwa proses akumulasi kekayaan dan distribusi ekonomi terbentuk secara fair dan benar.
c. Uang sebagai modal “potensial”. Dalam pandangan Islam uang merupakan modal “potensial”. Ia akan
menjadi modal nyata ketika uang tersebut bekerjasama dan bergabung dengan sumber daya lain untuk melakukan suatu aktivitas produktif.
Islam mengakui nilai kontribusi uang, ketika ia bertindak sebagai modal yang digunakan untuk aktivitas usaha
d. Larangan perilaku spekulatif. Sistem keuangan Islam tidak menghendaki penimbunan hoarding
dan melarang transaksi yang mengandung ketidakpastian, perjudian, dan beresiko ekstrim.
e. Kesucian akad kontrak. Islam menegakkan kewajiban sesuai dengan akad kontrak dan
keterbukaan informasi sebagai tugas suci. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi resiko dari informasi asimetrik dan moral.
f. Aktivitas yang disetujui Syariah.
19
Hanya aktivitas bisnis yang tidak melanggar ketentuan-ketentuan syariah yang memenuhi persyaratan untuk investasi. Sebagai contoh,
investasi bisnis yang berkaitan dengan minuman keras, perjudian, dan barang haram dilarang oleh Islam.
Adapun prinsip-prinsip bank syariah menurut Nadratuzzaman 2006 antara lain:
a. Prinsip Al Ta’awun yaitu prinsip untuk saling membantu dan bekerja sama antara anggota masyarakat dalam kebaikan.
b. Prinsip Menghindari Al Ikhtina yaitu dana berhenti, membiarkan uang menganggur dan tidak berputar dalam transaksi yang bermanfaat bagi
masyarakat umum.
5. Produk Perbankan Syariah