Kerangka Yuridis Pembukaan Bank Syariah UUS

3. Produk Jasa a Syariah Mega GARANSI Bank Garansi b Syariah Mega Gadai Syariah Akad dan Produk Bank Syariah Pendanaan Pembiayaan Jasa Perbankan Sosial Pola Titipan -Wadiah yad Dhamanah Giro, Tabungan Pola Bagi Hasil Mudharabah Musyarakah Investment Financing Pola Lainnya Wakalah, Kafalah, Hawalah, Rahn, Ujr, Sharf Jasa Keuangan Pola Pinjaman Qardhul Hasan Pinjaman Kebajikan Pola Pinjaman Qardh Giro, Tabungan Pola Bagi Hasil -Mudharabah Mutlaqah Mudharabah Muqayyadah executing Tabungan, Deposito, Investasi , Obligasi Pola Jual Beli Musyarakah Salam Istishna Trade Financing Pola Sewa Ijarah Ijarah wa Iqtina Trade Financing Pola Pinjaman Qardh Talangan Pola Titipan Wadiah yad Amanah Jasa Nonkeuangan Pola Bagi Hasil Mudharabah Muqayyadah channeling Jasa Keagenan Pendanaan Pembiayaan Jasa Perbankan Sosial TABEL 1 . Akad dan Produk Bank Syariah

D. Kerangka Yuridis Pembukaan Bank Syariah UUS

Undang-undang No. 10 tahun 1998 diikuti dengan ketentuan pelaksanaan dalam beberapa Surat Keputusan SK Direksi BI tanggal 12 Mei 1999 yaitu tentang Bank Umum berdasarkan prinsip syariah, BPR, BPRS serta UU No. 23 tahun 1999 tentang BI telah memberikan dasar hukum yang kokoh dan peluang lebih besar dalam pengembangan bank syariah di Indonesia serta untuk pendirian kantor-kantor bank syariah baru dan pembukaan kantor bank syariah dengan cara dual banking system 63 Menurut mantan Deputi Gubernur Bank Indonesia, Subarjo Joyo Sumantro, bank konvensional yang mengkonversikan diri menjadi bank syariah artinya bank itu akan beroperasi tanpa bunga, dan dikembangkan dengan mempraktikan bisnis keuangan berdasarkan syariah Islam 64 Maka sesuai dengan regulasi Bank Indonesia, landasan hukum yang dapat digunakan dalam konversi bank konvensional menjadi bank syariah atau bank konvensional yang membuka unit usaha syariah sebagai berikut: 1. UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan 2. PP No. 72 Tahun 1992 yang merupakan peraturan pelaksanan dari UU No. 7 Tahun 1992 3. UU No. 10 Tahun 1998 yang merupakan penyempurna UU No. 7 Tahun 1992 tentang perbankan 4. UU No. 23 Tahun 1999 tentang Bank Indonesia 63 Ahmad Bukhari, Kebijakan Pengembangan Bank Syariah di Indonesia, Makalah yang disajikan dalam pelatihan perbankan syariah Jakarta: FEUI, 2002, h. 1 64 Novi Nuryanti, BI, BCA, BTPN, Bank Mandiri, dan Bukopin Aceh Mengkonversikan diri jadi Bank Syariah, Jakarta: satunet, Con. 1999-2000, h. 1 BUNGA BAGI HASIL 1. Penentuan bunga dibuat pada waktu akad dengan asumsi usaha akan selalu menghasilkan keuntungan. 2. Besarnya peprsentase didasarkan pada jumlah danamodal yang dipinjamkan. 3. Bunga dapat mengambangvariable, dan besarnya naik turun sesuai dengan naik turunnya bunga patokan atau kondisi ekonomi. 4. Pembayaran bunga tetap seperti yang dijanjikan tanpa pertimbangan apakah usaha yang dijalankan peminjam untung atau rugi. 5. Jumlah pembayaran bunga tidak meningkat sekalipun keuntungan naik berlipat ganda 6. Eksistensi bunga diragukan kalau tidak dikecam oleh semua agama. 1. Penentuan besarnya rasionisbah bagi hasil disepakati pada waktu akad dengan berpedoman pada kemungkinan untung rugi. 2. Besarnya rasio bagi hasil didasarkan pada jumlah keuntungan yang diperoleh. 3. Rasio bagi hasil tetap tidak berubah selama akad masih berlaku, kecuali diubah atas kesepakatan bersama. 4. Bagi hasil bergantung pada keuntungan usaha yang dijalankan. Bila usaha merugi, kerugian akan ditanggung bersama. 5. Jumlah pembagian laba meningkat sesuai dengan peningkatan keuntungan 6. Tidak ada yang meragukan keabsahan bagi hasil TABEL 2 . Perbedaan antara Bunga dan Bagi Hasil Bank Konvensional Bank Syariah Fungsi dan Kegiatan Bank Intermediasi, Jasa Keuangan Intermediasi,Manager Investasi, Investor, Sosial, Jasa Keuangan Mekanisme dan Objek Usaha Tidak antiriba dan antimaysir Antiriba dan antimaysir Prinsip Dasar Operasi - Bebas nilai Prinsip materials - Uang sebagai Komoditi - Bunga - Tidak bebas nilai Prinsip syariah Islam - Uang sebagai alat tukar dan bukan Komoditi - Bagi hasil, jual beli, sewa Prioritas Pelayanan Kepentingan Pribadi Kepentingan public Orientasi Keuntungan Tujuan sosial-ekonomi Islam, keuntungan Bentuk Bank komersial Bank komersial, bank pembangunan, bank universal atau multi-purpose Evaluasi Nasabah Kepastian pengembalian pokok dan bunga creditworthiness dan collateral Lebih hati-hati karena partisipasi dalam risiko Hubungan Nasabah Terbatas debitor-kreditor Erat sebagai mitra usaha Sumber Likuiditas Jangka Pendek Pasar Uang, BankSentral Pasar Uang Syariah, Bank Sentral Pinjaman yang diberikan Komersial dan nonkomersial, berorientasi laba Komersial dan nonkomersial, Berorientasi laba dan nirlaba Lembaga Penyelesaian sengketa Pengadilan, Arbitrase Pengadilan, Badan Arbitrase Syariah Nasional Risiko Usaha - Risiko bank tidak terkait langsung dengan debitur, risiko debitur tidak terkait langsung dengan bank - Kemungkinan terjadi negative spread - Dihadapi bersama antara bank dan nasabah dengan prinsip keadilan dan kejujuran - Tidak mungkin terjadi negative spread Struktur Organisasi Pengawas Dewan Komisaris Dewan Komisaris, Dewan Pengawas Syariah, Dewan Syariah Nasional Investasi Halal atau Haram Halal TABEL 3 . Perbedaan Bank Konvensional dan Bank Syariah 65 65 Seluruh gambar maupun table diatas diperoleh dan diolah dari berbagai sumber diantaranya, Antonio, 2001; Sakti, 2007; Ascarya, 2007, h. 27-33

BAB III IMPLEMENTASI PERANAN BANK KONVENSIONAL

UNTUK BANK SYARIAH UUS

B. Aspek Penyertaan

66 Modal capital Peraturan Bank Indonesia Nomor 572003 tentang kualitas aktiva produktif bagi bank syariah, penyertaan modal dengan pangsa Bank Syariah kurang dari 20 wajib dicatat dengan metode biaya cost method. 67 Rasio kecukupan modal capital adequacy ratio, CAR unit usaha syariah UUS minimal 8 persen yang berlaku mulai tahun 2006. PBI No. 735PBI Tahun 2005 tertanggal 30 September 2005 menurunkan modal minimal bank umum syariah jadi Rp 1 triliun dari Rp 3 triliun sebelumnya.

i.Pengertian dan Ruang Lingkup Penyertaan Modal capital

Dalam Kamus Bahasa Indonesia, kata modal berarti uang pokok uang yang dipakai sebagai induk untuk berniaga, melepas uang dan sebagainya, harta benda uang, barang dan sebagainya yang dapat dipergunakan untuk menghasilkan sesuatu yang menambah kekayaan. 68 66 Dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia I W.J.S. Poerwadarminta, istilah penyertaan berarti mempesertakan, memperikutkan, membiarkan ikut serta turut mengiringi dan sebagainya, menambahkan, mengirimkan bersama-sama 67 Peraturan Bank Indonesia Nomor: 57PBI2003, Tentang Kualitas Aktiva Produktif Bagi Bank Syariah 68 W.J.S. Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta, PN, Balai Pustaka, 1985, h. 653