Faktor Bank dan Manajerial Faktor Regulasi

UUS untuk menyalurkan pembiayaan melalui kantor cabang Office Channeling konvensional. 97 Terbukti sinergi yang dilakukan Bank Indonesia tentang Office Channeling direalisasikan oleh BNI Syariah untuk meningkatkan pelayanan terhadap nasabahnya, dengan dimilikinya total outlet Office Channeling sebanyak 148 unit per Desember 2006, Asset BNI Syariah naik dari Rp. 1,34 Triliun menjadi Rp. 1,6 Triliun. Penghimpunan DPK turut meningkat dari Rp. 856.6 Miliar menjadi Rp. 1,12 Triliun. Sementara pembiayaan bertumbuh dari Rp. 834,6 Miliar menjadi Rp. 1,13 Triliun. 98 Berdasarkan data yang dikelola Bisnis Indonesia Intelligence Unit BIU, sepuluh UUS terbesar memperlihatkan kenaikan aset 63,06 Lonjakan aset lebih terlihat di bukukan UUS, terutama milik bank-bank berstatus perusahaan terbuka. Total aset UUS terbesar saat ini di pegang BNI, meski dari sisi pertumbuhan hanya meningkat 19,4 menjadi Rp. 1,59 Triliun. Di bawah BNI, posisi aset UUS terbesar secara berurutan dipegang oleh Bank Niaga, Bukopin, Bank Jabar, dan Bank Danamon. 99

3. Faktor Penghambat Akselerasi Perbankan Syariah

100

a. Faktor Bank dan Manajerial

97 Abdullah Al Juffry, Kemitraan Positif Antar Bank Syariah dan Bank Konvensional, 25 Juli 2007, http:www.republika.co.idkoran . 98 BNI Perkuat Modal Divisi Syariah 300 M, 15 Februari 2007, http:www.e- bursa.comberitacontent . 99 Aset Bank Syariah Melejit , 17 April 2007, www.cybernews.cbn.net.id 100 Sharing, 15 th Ekonomi Islam di Indonesia, h. 14 Masalah pokok dari pertumbuhan industri perbankan syariah di Indonesia adalah Sumber Daya Manusia SDM. Sekarang ini antarbank syariah terjadi saling membajak staf yang dianggap professional. Banyak dari bank Muamalat dibajak untuk pindah ke bank lain mulai dari level officer, pimpinan cabang atau lainnya. Jika mereka yang pindah itu berprestasi maka perlu waktu untuk regenerasi staf dari bawah menggantikan posisi yang ditinggalkan. Dalam industri ini bisa berpengaruh. Para pegawai itu pindah karena mungkin posisi yang ditawarkan lebih baik. Pertumbuhan industri syariah juga dibayangi Non Performing Finance NPF yang sekarang naik. Tapi secara average nett masih di bawah 5 . Karena bank yang baik harus memiliki risk management yang baik. Manajemen risiko yang baik itu banyak di bank konvensional. Sudah menjadi pendapat umum bahwa perbankan syariah menggunakan orang kelas dua karena tidak mampu membayar SDM terbaik. Kualitas dan kuantitas SDM bank syariah memang masih menjadi kendala.

b. Faktor Regulasi

Permasalahan berikutnya adalah pajak. Investor dari luar negeri mau masuk apabila pajak berganda atau pajak pertambahan nilai PPn hilang. Mereka bermaksud membeli bank kecil untuk di konversi ke syariah dan setelah itu disuntik modal supaya mereka bisa masuk ke pembiayaan korporasi. Jika investor luar negeri masuk ke korporasi, pertumbuhan bank syariah bisa lebih cepat. Percepatan menjadi makin kencang.. Bank mau masuk tapi mereka menunggu hingga peraturan pajak berganda hilang. Investor luar itu bisa masuk ke korporasi sehingga langsung besar. Tetapi hal ini tampaknya sudah mulai bisa teratasi pasalnya tanggal 28 Juni 2008 yang lalu DPR telah mengesahkan UU Perbankan Syariah untuk menjawab hal itu.

c. Faktor Masyarakat