Peran Vektor Nyamuk terhadap Infeksi Dengue

merupakan bagian terbesar 75 terdiri dari protein NS-1, NS-2A, NS-2B, NS-3, NS-4A, NS-4B dan NS-5. Dalam merangsang pembentukan antibodi diantara protein struktural, urutan imunogenitas tertinggi adalah protein E, kemudian diikuti protein pre-M dan C. Sedangkan pada protein nonstruktural yang paling berperan adalah protein NS-1 Massi et al,2006. Hospes seluler untuk virus Dengue terutama sel-sel yang termasuk sistem retikuloendotelial, yaitu: sel monosit, sel endotel,sel Kuppfer, sel limfosit B dan makrofag. Infeksi dimulai dengan menempelnya virion pada reseptor virus yang ada di permukaan sel, ada 2 cara virus Dengue menempel pada sel yaitu virus terikat pada reseptor yang ada di permukaan sel atau melalui antibodi anti Dengue yang terikat pada sel. Setelah menempel, virus masuk ke dalam sel dengan cara endositosis dan fusi selubung virus dengan membran plasma yang diikuti pelepasan nukleokapsid ke dalam sitoplasma sel dan terjadi proses replikasi virus Kusumawati,2005.

2.2 Peran Vektor Nyamuk terhadap Infeksi Dengue

Penularan infeksi virus Dengue terjadi melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti atau Aedes albopictus yang sebelumnya telah membawa virus dalam tubuhnya. Nyamuk Aedes aegypti merupakan vektor utama virus Dengue karena hidupnya di dalam dan sekitar rumah, sedangkan Aedes albopictus hidupnya di kebun-kebun sehingga lebih jarang kontak dengan manusia. Penyebarannya sangat luas , meliputi hampir semua daerah tropis di seluruh dunia. Kedua jenis nyamuk ini 20 terdapat hampir di seluruh pelosok Indonesia, kecuali di tempat-tempat dengan ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut, karena pada ketinggian tersebut suhu udara terlalu rendah sehingga tidak memungkinkan bagi nyamuk untuk hidup dan berkembang biak Siregar,2004. Nyamuk Aedes aegypti dewasa memiliki ukuran sedang dengan tubuh berwarna hitam kecoklatan. Tubuh dan tungkainya ditutupi sisik dengan garis-garis keperakan. Di bagian punggung dorsal tubuhnya tampak 2 garis melengkung vertikal di bagian kiri dan kanan yang menjadi ciri dari spesies ini. Nyamuk jantan umumnya lebih kecil dari nyamuk betina dan memiliki rambut-rambut tebal pada antenanya. Pada nyamuk betina probosis dipakai sebagai alat untuk menghisap darah, sedangkan pada nyamuk jantan untuk mengisap bahan-bahan cair seperti cairan tumbuhan, buah-buahan dan keringat. Di kiri kanan probosis terdapat palpus dan sepasang antena. Antena pada nyamuk jantan berambut lebat plumose dan pada nyamuk betina jarang pilose. Nyamuk Aedes aegypti bersifat diurnal atau aktif pada pagi hingga siang hari. Biasanya nyamuk betina mencari mangsanya pada siang hari. Aktivitas menggigit biasanya pagi hari pukul 09.00-10.00 sampai petang hari pukul 16.00-17.00. Penularan penyakit dilakukan oleh nyamuk betina, karena hanya nyamuk betina yang menghisap darah untuk memperoleh asupan protein yang diperlukan untuk produksi telur. Jarak terbang nyamuk Aedes aegypti hanya sekitar habitatnya saja ± 50 m. Namun jarak terbang ini tidak absolut karena nyamuk dapat terbawa oleh alat-alat transportasi ke mana-mana Husaini,2003. 21 Nyamuk mengalami metamorfosa sempurna : Telur-Larva-Pupa-Dewasa. Stadium telur, larva dan pupa hidup di dalam air sedangkan stadium dewasa hidup beterbangan. Telur diletakkan satu per satu terpisah, ditemukan di tepi permukaan air pada lubang dan containers. Adanya virus dalam tubuh nyamuk mengakibatkan perubahan perilaku yang mengarah pada peningkatan kompetensi vektor atau kemampuan nyamuk menyebarkan virus, dimana nyamuk menjadi kurang handal dalam menghisap darah, walaupun berulangkali menusukkan probosisnya namun tidak berhasil mengisap darah , sehingga nyamuk berpindah dari satu orang ke orang lain, akibatnya resiko penularan virus menjadi semakin besar Wikipedia,2003. Nyamuk Aedes mendapat virus sewaktu menghisap darah orang yang di dalam darahnya mengandung virus atau mendapatkannya secara trans ovarial transmission, dimana sejak telur, nyamuk telah mengandung virus yang diturunkan oleh induknya Yulfi ,2006; Depkes,2006. Virus dengue berada dalam darah selama 4-7 hari mulai 1-2 hari sebelum demam. Bila penderita tersebut digigit nyamuk, maka virus yang ada dalam darah ikut terhisap masuk ke dalam lambung nyamuk. Selanjutnya virus akan memperbanyak diri dan tersebar di berbagai jaringan nyamuk termasuk dalam kelenjar liurnya. Kira-kira seminggu setelah menghisap darah penderita, nyamuk tersebut siap untuk menularkan kepada orang lain masa inkubasi ekstrinsik. Virus ini akan tetap berada tubuh nyamuk sepanjang hidupnya. Oleh karena itu nyamuk Aedes aegypti yang telah menghisap virus itu akan menjadi penular selama 22 hidupnya. Penularan ini terjadi setiap kali nyamuk menusukmenggigit, sebelum menghisap darah, nyamuk akan mengeluarkan air liur melalui probosisnya agar darah yang dihisap tidak membeku. Bersama air liur inilah virus Dengue ditularkan nyamuk ke orang lain Siregar,2004

2.3 Epidemiologi

Dokumen yang terkait

Deteksi Dan Penentuan Virus Gengue Serotpe 1 Dari Serum Penderita Demam Dengue/Demam Berdarah Dengue Di Rumah Sakit Kota Medan Menggunakan Reverse Transcriptase Polymerase Shain Reaction

0 43 61

Deteksi Dan Penentuan Virus Dengue Serotipe 3 Dari Serum Penderita Demam Dengue/Demam Berdarah Dengue Di Rumah Sakit Kota Medan Menggunakan Reverse Transcriptase Polymerase Chain Reaction

1 39 65

Deteksi Dan Penentuan Serotipe Virus Dengue Tipe 4 Dari Nyamuk Aedes Aegypti Dengan Menggunakan Metode Reverse Transcriptase-Polymerase Chain Reaction (Rt-Pcr) Di Kota Medan

2 68 68

Deteksi Dan Penentuan Serotipe Virus Dengue Tipe-3 (Den-3) Dari Nyamuk Aedes Aegypti Dengan Menggunakan Reverse Transcriptase- PCR (RT-PCR) Di Kota Medan

1 52 82

Analisis Kandungan Gelatin Babi dan Gelatin Sapi pada Cangkang Kapsul Keras yang Mengandung Vitamin A Menggunakan Real-Time Polymerase Chain Reaction

0 13 80

Deteksi diferensial Tomato chlorosis virus (ToCV) dan Tomato infectious chlorosis virus (TICV) dengan reverse transcription polymerase chain reaction (RT PCR)

0 10 41

Deteksi cepat virus avian influenza dengan anigen dan penentuan subtipe H5 menggunakan reverse transcription-PCR(Polymerase chain reaction)

1 11 30

Deteksi diferensial Tomato chlorosis virus (ToCV) dan Tomato infectious chlorosis virus (TICV) dengan reverse transcription-polymerase chain reaction (RT-PCR)

0 5 80

Deteksi virus avian influenza (h5n1) pada unggas air di propinsi lampung dengan uji haemagglutination inhibition (hi) dan reverse transcriptase polymerase chain reaction (rt pcr)

0 4 50

Deteksi Virus Dengue dari Nyamuk Vektor Aedes aegypti di Daerah Endemik Demam Berdarah Dengue (DBD) di Kota Padang dengan Metode Reverse Transcriptase Polymerase Chain Reaction (RT-PCR).

1 3 15