Teori Pemilihan Lokasi Industri

Tabel 2. Inflasi Bulanan terhadap Bulan yang sama Tahun Sebelumnya YEAR ON YEAR Propinsi Riau 2001-2008 BULAN 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Jan 10,52 16,44 10,67 5,28 9,60 15,99 8,60 6,52 Feb 9,52 17,95 8,89 5,09 9,03 15,56 9,16 7,06 Mar 10,43 17,05 9,22 5,10 10,60 14,80 9,42 Apr 10,78 17,17 8,56 7,10 9,64 14,13 9,52 Mei 12,55 15,70 8,31 8,38 7,46 15,27 14,84 Jun 15,42 12,54 8,76 9,25 7,06 15,67 6,83 Jul 15,18 11,67 7,73 9,75 7,59 14,55 6,87 Agst 14,61 12,82 7,06 9,64 8,60 14,06 6,47 Sep 16,65 12,29 7,29 9,44 8,76 13,75 7,58 Okt 15,64 12,02 7,77 8,90 17,66 4,23 8,86 Nov 15,33 11,65 7,40 9,01 19,43 3,19 8,22 Des 14,65 11,66 6,65 8,94 17,10 6,32 7,53 Sumber : Badan Pusat Stastistik Propinsi Riau 2008

2.3. Teori Pemilihan Lokasi Industri

Berdasarkan pengembangan dari pendapat Tarigan 2005, ada sejumlah faktor yang ikut menentukan keberadaan lokasi industri, yaitu: 1. Faktor geografis; termasuk lokasi bahan baku, suplai air. 2. Faktor sosial-budaya; termasuk suplai tenaga kerja, daerah pemasaran, aktivitas ekonomi, dan keadaan politik. Hayatul Muchni : Pengaruh Keberadaan PT. PMKS Pabrik Minyak Kelapa Sawit Talikumain Terhadap Pengembangan Wilayah di Kabupaten Rokan Hulu Studi Kasus : Desa Talikumain Kecamatan Tambusai. USU e-Repository © 2008. 3. Faktor teknologi; termasuk rekayasapengolahan produk, teknologi sumber daya energi,dan kemudahan fasilitas transportasi. Menurut Tarigan 2005, dasar-dasar pemikiran yang dikemukakan oleh Weber lokasi yang optimal bagi kegiatan industri adalah tempat dimana biaya yang minimal least cost location tersebut digunakan dalam kondisi sebagai berikut : a. Adanya keseragaman keadaan topografi, keadan iklim dan demografi yang berkaitan dengan keterampilan dan permintaan akan produksi. b. Adanya ketersediaan bahan mentah yang tersedia dimana-mana, kecuali bahan tambang yang hanya terbatas pada lokasi tertentu. c. Adanya upah buruh yang seragam di tiap-tiap wilayah tetapi ada juga perbedaan upah karena persaingan antar penduduk. d. Biaya transportasi yang berasal dari bobot bahan baku yang diangkut atau dipindahkan serta jarak sumber bahan baku dengan lokasi pabrik. e. Adanya kompetisi antar industri. f. Serta adanya manusia yang berfikir rasional. Namun pada perkembangan selanjutnya teori yang dikemukakan Weber ini mendapat kritikan karena melebih-lebihkan arti penting transportasi saja, kemudian Weber memodifikasikan teorinya dengan penambahan memperhatikan faktor ketersediaan tenaga kerja yang murah least labour cost untuk industri yang yang mempunyai kebutuhan buruh yang banyak melokasikan pabriknya di daerah yang mempunyai supply tenaga kerja dengan upah yang relatif murah. lokasi industri manufaktur akan lebih menguntungkan apabila dekat dengan sumber bahan baku Hayatul Muchni : Pengaruh Keberadaan PT. PMKS Pabrik Minyak Kelapa Sawit Talikumain Terhadap Pengembangan Wilayah di Kabupaten Rokan Hulu Studi Kasus : Desa Talikumain Kecamatan Tambusai. USU e-Repository © 2008. apabila dibutuhkan dalam jumlah yang cukup besar. Adapun syarat yang diperlukan untuk tumbuh dan berkembangnya kegiatan industri antara lain : 1. Ketersediaan bahan baku. 2. Ketersediaan sumber tenaga kerja yang memiliki keterampilan. 3. Adanya modal usaha yang cukup operasionalisasi. 4. Adanya jaringan pemasaran dan moda transportasi yang cukup. 5. Mempunyai manajemen organisasi perusahaan yang efisien dan efektif. Menurut Tarigan 2005, yang mengutip pendapat Von Thunen membahas tentang teori bid-rent analysis sewa tanah, dimana penyebaran keruangan kegiatan industri berlokasi diantara perumahan dan retail. Semakin dekat dengan pusat kota pusat perdagangan maka harga sewa tanah semakin tinggi, begitu juga sebaliknya. Dengan kata lain, sewa yang ditawarkan orang untuk membayar tanah per meter perseginya, menurun mengikuti jaraknya dari pusat kota komersialperdagangan. Hal ini disebabkan oleh sewa tanah atau harga tanah yang murah dengan konpensasi aksebilitas yang tinggi walaupun jauh dari perkotaan agar perusahaan dapat menerima dengan mudah pasokan bahan baku dan memasarkan produknya. 2.3.1 Perubahan Guna Lahan. Menurut Sandy 1960, suatu daerah yang mempunyai jumlah penduduk persatuan wilayah lebih banyak akan mempunyai intensitas kegiatan ekonomi lebih besar dibandingkan dengan daerah lain yang penduduknya lebih sedikit. Hal ini dikarenakan adanya konsentrasi kegiatan cenderung terpusat pada lahan yang dapat Hayatul Muchni : Pengaruh Keberadaan PT. PMKS Pabrik Minyak Kelapa Sawit Talikumain Terhadap Pengembangan Wilayah di Kabupaten Rokan Hulu Studi Kasus : Desa Talikumain Kecamatan Tambusai. USU e-Repository © 2008. memberikan kesempatan hidup lebih besar untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia, maka perubahan guna lahan dapat saja terjadi pada pinggiran wilayah yang mempunyai kualitas yang lebih dibanding dengan yang lain. Perubahan penggunaan lahan pertanian ke nonpertanian disebabkan oleh aktivitas manusia serta adanya faktor lain berupa bencana alam, Madjid,1997 Perubahan guna lahan dapat saja terjadi apabila ada pemenuhan antara kebutuhan ekonomi, sosial budaya terhadap ruang yang ada serta pertambahan jumlah penduduk. 2.3.2 Kehidupan Masyarakat Perdesaan Menurut Koentjaraningrat 1984, Dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya, masyarakat perdesaan mengolah tanah pertanian. Sesuai dengan keterampilan teknis dan luas lahan yang dimiliki, para petani menggarap tiga macam tanah pertanian, yakni : 1. Kebun disekitar rumahnya 2. Tanah pertanian kering yang digarap dengan menetap, tetapi tanpa irigasi, dan 3. Tanah pertanian basah yang diirigasi. Sebagai mata pencaharian, tanah memiliki arti sangat penting bagi masyarakat pedesaan. Bahkan kedudukan seorang atau keluarga banyak dipengaruhi faktor kepemilikan lahan pertanian. Dengan kata lain, struktur masyarakat perdesaan terbentuk dengan faktor kepemilikan lahan sebagai suatu kreteria penting. Hayatul Muchni : Pengaruh Keberadaan PT. PMKS Pabrik Minyak Kelapa Sawit Talikumain Terhadap Pengembangan Wilayah di Kabupaten Rokan Hulu Studi Kasus : Desa Talikumain Kecamatan Tambusai. USU e-Repository © 2008. Secara umum pola penguasaan lahan pertanian pada masyarakat perdesaan berada diantara dua kutup yang berlawanan, yakni kepemilikan komunal atau hak ulayat dan kepemilikan perorangan. Pola penguasaan lahan perorangan memberikan peluang yang lebih besar terhadap perubahan kepemilikan lahan, sementara pola pengusahaan lahan komunal memberikan peluang yang kecil terhadap perubahan kepemilikan lahan tersebut.

2.4. Teori Basis Ekspor