Penyerapan Tenaga Kerja Konsep Pengembangan Wilayah

wilayah sebagai alat untuk mewujudkan integrasi Negara Kesatuan Republik Indonesia. Berdasarkan pemahaman teoritis dan pengalaman empiris, maka secara konseptual pengertian pengembangan wilayah dapat dirumuskan sebagai rangkaian upaya untuk mewujudkan keterpaduan dalam penggunaan berbagai sumberdaya, merekatkan dan menyeimbangkan pembangunan nasional dan kesatuan wilayah nasional, meningkatkan keserasian antar kawasan, keterpaduan antar sektor pembangunan melalui proses penataan ruang dalam rangka pencapaian tujuan pembangunan yang berkelanjutan dalam wadah NKRI. Pembangunan seyogyanya tidak hanya diselenggarakan untuk memenuhi tujuan-tujuan sektoral yang bersifat parsial, namun lebih dari itu, pembangunan diselenggarakan untuk memenuhi tujuan-tujuan pengembangan wilayah yang bersifat komprehensif dan holistic dengan mempertimbangkan keserasian antara berbagai sumberdaya sebagai unsur utama pembentuk ruang sumberdaya alam, buatan, manusia dan sistem aktivitas, yang didukung olah sistem hukum dan sistem kelembagaan yang melingkupinya. Sumber, http:yainal.wordpress.com.

2.1.1 Penyerapan Tenaga Kerja

Menurut Menperin Fahmi Idris pada Rapat Kerja Raker dengan Komisi VI DPR-RI, di Jakarta, melemahnya penyerapan tenaga kerja sektor industri hanya mencapai sekitar 403 ribu orang per tahun selama tiga tahun terakhir sejak 2005- 2007, hal ini di sebabkan karena melemahnya pertumbuhan industri nasional. Secara Hayatul Muchni : Pengaruh Keberadaan PT. PMKS Pabrik Minyak Kelapa Sawit Talikumain Terhadap Pengembangan Wilayah di Kabupaten Rokan Hulu Studi Kasus : Desa Talikumain Kecamatan Tambusai. USU e-Repository © 2008. kumulatif penyerapan tenaga kerja sektor industri pengolahan dari tahun 2005 - 2007 baru mencapai 1.211.390 orang atau sekitar 403 ribu orang per tahun, Industri yang selama tiga tahun terus menyerap tenaga kerja adalah industri kendaraan bermotor dan alat angkutan, industri radio, televisi, perkebunan dan peralatan komunikasi serta perlengkapannya, industri barang dari logam, industi penerbitan, percetakan, dan reproduksi media rekaman. Pada tahun 2005 total penyerapan tenaga kerja industri pengolahan mencapai sekitar 10,9 juta orang dan naik menjadi sekitar 12,6 juta pada tahun 2006, kemudian meningkat tipis menjadi 12,8 juta orang pada 2007. Untuk meningkatkan penyerapan tenaga kerja tahun ini, Menperin menargetkan pertumbuhan industri sebesar 7,4 persen yang kembali bersandar pada pertumbuhan tertinggi di kelompok industri alat angkut, mesin, dan peralatan 9,6 persen. Selain itu, kelompok industri makanan, minuman, dan tembakau 8,0 persen, kelompok industri kertas dan barang cetakan 8,0 persen, serta kelompok industri semen dan bahan galian non logam 7,0 persen. Fahmi mengakui, pencapaian kinerja industri nasional sangat terkait dengan sektor lainnya dan sensitifitas kebijakan departemen lain terhadap perkembangan industri, seperti kebijakan energi dari Departemen ESDM, dan kebijakan fiskal dari Departemen Keuangan. Penyerapan tenaga kerja di perkebunan kelapa sawit, sangat tergantung pada kelangsungan perkembangan kelapa sawit, kurang profesionalnya pengelolaan kelapa sawit, berpotensi menurunkan daya saing kelapa sawit, sehingga menganggu pengembangan kelapa sawit selanjutnya. Antisipasi Pemda dalam menghadapi kelangsungan pengembangan kelapa sawit di wilayahnya, antara lain : Hayatul Muchni : Pengaruh Keberadaan PT. PMKS Pabrik Minyak Kelapa Sawit Talikumain Terhadap Pengembangan Wilayah di Kabupaten Rokan Hulu Studi Kasus : Desa Talikumain Kecamatan Tambusai. USU e-Repository © 2008. 1. Pengelolaan komoditi kelapa sawit potensial menyerap tenaga kerja besar baik melalui perluasan perkebunan kelapa sawit maupun melalui pengolahan hasil produksi agroindustri terkait. Pengelolaan yang tidak optimal selain berpengaruh terhadap hasil produksi, juga menciptakan pengangguran dan setengah pengangguran baik bagi petani maupun keluarganya. Terbatasnya kesempatan kerja lain di sekitar lokasi, berpengaruh terhadap kesejahteraan petani sawit pada umumnya. Bagaimana prospek agroindustri untuk kelapa sawit, sehingga dapat memberi nilai tambah dan mengurangi tingkat pengangguran bagi petani . 2. Jumlah dan kualitas produk sangat dipengaruhi oleh profesionalisme SDM yang terkait, baik oleh aparat maupun petani. Ketertinggalan SDM lokal juga akan berpengaruh terhadap kelangsungan pengembangan kelapa sawit. Melihat ketatnya persaingan di pasar global untuk kelapa sawit, maka dibutuhkan pemberdayaan bagi petani, sehingga dapat mengelola perkebunan secara profesional. Upaya menyatukan luaran sekolah kejuruan dengan penyerapan tenaga kerja belum nampak, karena ketidak pastian peluang kerja yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. 3. Kesejahteraan petani kelapa sawit dipengaruhi oleh luas lahan, hasil produksi dan harga kelapa sawit. Pengelolaan kebun yang tidak optimal, dan penentuan harga sepihak yang tidak menguntungkan petani, merupakan faktor penting dalam mempengaruhi kesejahteraan petani. Akibatnya petani tetap hidup miskin, terjerat hutang atau terjebak dalam permainan pemodal. Hal ini akan berpengaruh Hayatul Muchni : Pengaruh Keberadaan PT. PMKS Pabrik Minyak Kelapa Sawit Talikumain Terhadap Pengembangan Wilayah di Kabupaten Rokan Hulu Studi Kasus : Desa Talikumain Kecamatan Tambusai. USU e-Repository © 2008. terhadap kelangsungan pengembangan kelapa sawit ke depan replanting. Bagaimana kebijakan Pemda dalam mengatasi kemiskinan tersebut, agar petani tidak beralih fungsi sebagai buruh dari pemilik modal, juga bagi keluarga petani yang tidak memiliki lahan. Sumber, http:www.disnaker.nad.go.id

2.1.2 Pendapatan Masyarakat