Di Bidang Struktur Hukum

Peraturan Daerah yang berasal dari eksekutif, legislatif ataupun dari partisipasi masyarakat. Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan secara tegas mengatur pelibatan Departemen Hukum dan HAM dalam proses penyusunan Undang-undang sebagai Departemen yang tugas dan tanggung jawabnya dibidang perundang-undangan. 251 Sementara pengaturan tata cara penyusunan Rancangan Peraturan Daerah masih menunggu dibentuknya Peraturan Presiden sebagai peraturan pelaksana dari Undang-undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. 252

2. Di Bidang Struktur Hukum

Dari hasil penelitian diperoleh bahwa keadaan kerancuan perangkat hukum ini berimbas pada kinerja Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM termasuk Kanwil Sumatera Utara. Hal ini menyulitkan posisi Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM sebagai instansi vertikal dari Departemen Hukum dan HAM untuk berkoordinasi dengan Pemerintah Daerah di Provinsi Sumatera Utara sebagai instansi horizontal di daerah. Apalagi dengan lahirnya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah yang mengubah sistem pemerintah di daerah dengan penguatan sistem desentralisasi otonomi daerah. 253 Perubahan tersebut merupakan implementasi dari Pasal 18 ayat 2 Undang-Undang Negara Republik 251 Pasal 16 ayat 3 UU. No. 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang- undangan. 252 Hasil wawancara dengan Rosman Siregar sebagai Kepala Divisi Pelayanan Hukum dan HAM Kanwil Dep. Hukum dan HAM Sumatera Utara Tanggal 9 Januari 2009. 253 Penjelasan UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum Dan Ham Sum Atera Utara, 2009 USU Repository © 2008 Indonesia yang menyatakan bahwa ”Pemerintah daerah provinsi, daerah kabupaten dan kota mengatur dan mengurus sendiri urusan pemerintahan menurut asas otonomi dan pembantuan. Daerah memiliki kewenangan membuat kebijakan daerah untuk mengatur urusan pemerintahannya sendiri. 254 Pelibatan instansi vertikal dalam membuat kebijakan daerah akan semakin sulit. Apalagi landasan hukum pelibatan instansi vertikal tersebut sangat lemah secara yuridis. Lemahnya landasan yuridis tentang pelibatan Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM mengakibatkan independensi dan akuntabilitas kelembagaan Kantor Wilayah sebagai lembaga hukum kurang dirasakan di dalam praktek pembentukan Peraturan Daerah sehingga sangat dimungkinkan menurunnya kepercayaan masyarakat khususnya pemerintah daerah kepada Kantor Wilayah sebagai lembaga hukum. 255 Di sisi lain, secara umum kualitas dan kuantitas sumber daya manusia di bidang hukum khususnya tenaga perancang peraturan perundang-undangan di Kantor Wilayah masih belum memadai dan perlu ditingkatkan. Alinea terakhir penjelasan umum undang-undang pembentukan peraturan perundang-undangan menyatakan bahwa untuk menunjang pembentukan peraturan perundang-undangan diperlukan tenaga fungsional yang berkualitas yang mempunyai tugas menyiapkan, mengolah 254 Kewenangan membuat Peraturan Daerah merupakan wujud nyata pelaksanaan hak otonomi secara luas yang dimiliki oleh suatu daerah juga merupakan suatu kewenangan yang diberikan oleh Wet kepada suatu lembaga pemerintahan dengan tujuan untuk mewujukan kemandirian suatu daerah dan memberdayakan masyarakat. 255 Hasil wawancara dengan BT. Naibaho sebagai Kepala Bidang Hukum Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM Sumatera Utara, tanggal, 8 Januari 2009. Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum Dan Ham Sum Atera Utara, 2009 USU Repository © 2008 dan merumuskan Rancangan peraturan perundang-undangan. Perancang adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang dan hak secara penuh oleh Pejabat yang berwenang untuk melakukan kegiatan penyusunan Rancangan peraturan perundang-undangan dan atau instrumen hukum lainnya pada instansi pemerintah. 256 Kanwil Departemen Hukum dan HAM Sumatera Utara belum memiliki tenaga perancang yang memadai, walaupun sudah banyak yang mengikuti pendidikan dan pelatihan perancang dan penyusun perundang-undangan, namun belum ada yang diangkat sebagai tenaga fungsional. Undang-undang Nomor 10 tahun 2004 dimaksudkan untuk meningkatkan koordinasi dan kelancaran proses pembentukan peraturan perundang-undangan. Pada prakteknya ketidakjelasan pendelegasian ataupun peraturan pelaksanaan didalamnya khususnya tentang tata cara penyusunan Ranperda mengakibatkan lemahnya koordinasi antar instansi baik antar instansi horizontal atau antar instansi vertikal dengan instansi horizontal dalam proses pembentukan peraturan perundang- undangan. 257 Disisi lain masih adanya egoisme sektoral dari instansi pemrakarsa terkait dengan pengaturan kewenangan yang dimilikinya serta belum mantapnya landasan yuridis yang mengatur tata cara penyiapan, pembahasan, teknik penyusunan dan akses publik untuk berpatisipasi dalam proses pembentukan peraturan perundang- 256 Lihat Penjelasan Umum Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan. 257 Ibid. Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum Dan Ham Sum Atera Utara, 2009 USU Repository © 2008 undangan juga mempengaruhi tingkat koordinasi antar instansi terkait. Terutama adalah apabila Ranperda tersebut merupakan inisiatif DPRD yang di dalamnya mengatur banyak kepentingan yang tumpang tindih dengan kewenangan lainnya, hampir tidak pernah melibatkan Kanwil Departemen Hukum dan HAM dan semua tahapan pembentukan Perda inistiatif tersebut. Hal itu berimbas pada kegiatan diskusi dan konsultasi serta koordinasi yang dilakukan sangat terbatas diantara Tim Asistensi, BiroBagian Hukum, Kanwil Departemen Hukum dan HAM Sumatera Utara dan leading sector serta kelompok dan organisasi masyarakat yang berkaitan dengan masalah masalah yang diatur juga sangat terbatas. Seperti yang dilakukan oleh Kantor Wilayah Departemen Hukum dan HAM Sumatera Utara pada Rapat koordinasi dan konsultasi tentang Rancangan Peraturan Daerah tentang Pengelolaan Wilayah Pesisir, Rancangan Peraturan Daerah tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan dan Rancangan Peraturan Daerah tentang Sistem Kesehatan Provinsi Sumatera Utara menurut penelitian berjalan kurang maksimal karena diantara dinasunit kerja ada semacam sikap untuk tidak terlalu “mencampuri” wilayah dinasunit kerja lain. Kecuali itu, umumnya mereka sudah “percaya” dan “menyerahkan sepenuhnya” kepada Tim Asistensi yang sudah dibentuk. Dari sana kelihatan ”seolah-olah” Rapat koordinasi dan konsultasi dilakukan sekedar formalitas belaka. Flora Nainggolan : Pembentukan Peraturan Daerah Dikaitkan Dengan Peran Kantor Wilayah Departemen Hukum Dan Ham Sum Atera Utara, 2009 USU Repository © 2008

3. Di Bidang Sarana dan Prasarana