Pengaruh Pengelolaan Aktiva Tetap Dalam Meningkatkan Profitabilitas Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

(1)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI

MEDAN

SKRIPSI

PENGARUH PENGELOLAAN AKTIVA TETAP DALAM

MENINGKATKAN PROFITABILITAS PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Oleh :

NAMA : OKTO ISVIRYANTA SEBAYANG

NIM : 030503141

DEPARTEMEN : AKUNTANSI

Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi


(2)

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul :

Pengaruh Pengelolaan Aktiva Tetap Dalam Meningkatkan Profitabilitas Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

Adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dibuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi level program S1 Reguler Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.

Semua sumber data dan informasi yang diperoleh, telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya. Dan apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh universitas.

Medan, 24 Februari 2010

Yang membuat pernyataan,

Okto I. Sebayang


(3)

DAFTAR ISI

PERNYATAAN……… i

KATA PENGANTAR………... ii

ABSTRAK……… iii

DAFTAR ISI………. vi

DAFTAR GAMBAR………. viii

DAFTAR TABEL………. ix

DAFTAR LAMPIRAN………. x

BAB I : PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah………. 1

B. Perumusan Masalah……… 6

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian………... 7

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis 1. Akuntansi Aktiva Tetap……….. 9

2. Pengawasan Aktiva Tetap... 27

3. Profitabilitas Perusahaan………. 29

4. Pengaruh Pengelolaan Aktiva Tetap Terhadap Profitabilitas……. 32

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu……….. 35

C. Kerangka Konseptual dan Hipotesis………. 36

BAB III : METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian……….……. 39


(4)

B. Jenis Data……….. 39

C. Populasi Dan Sampel Penelitian………... 39

D. Teknik Pengumpulan Data……….... 40

E. Teknik Analisis dan Data………... 40

F. Jadwal Penelitian………...……… 45

BAB IV : ANALISIS HASIL PENELITIAN A. Data Penelitian……….………. 46

B. Analisis Efisiensi Pengelolaan Aktiva Tetap... 50

C. Statistik Deskriptif... 59

D. Pengujian Asumsi Klasik... 60

E. Analisis Regresi... 66

F. Uji Hipotesis... 68

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan... 70

B. Saran... 71

DAFTAR PUSTAKA... 72


(5)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Halaman

Gambar 2.1 Akuntansi Pertukaran Aktiva Nonmoneter 19

Gambar 2.2 Kerangka Konseptual dan Variabel Penelitian 39

Gambar 4.1 Grafik Histogram 63

Gambar 4.2 Grafik Normal Plot 64


(6)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Halaman

Tabel 1.1 Aktiva Tetap dan Laba Bersih Sebelum Pajak (EBIT) 3

Tabel 4.1 Daftar Smapel Perusahaan Manufaktur 47

Tabel 4.2 Data Variabel Penelitian Tahun 2004- 2006 48

Tabel 4.3 Jumlah Selisih Perputaran Aktiva Tetap (FATO) Terhadap 55

Rata- rata Perputaran Aktiva Tetap (FATO) Tabel 4.4 Efisiensi Pengelolaan Aktiva Tetap 58

Tabel 4.5 Descriptive Statistics 60

Tabel 4.6 One Sample Kolmogorov-Smirnov Test 61

Tabel 4.7 One Sample Kolmogorov-Smirnov Test 62

Tabel 4.8 Model Summary(b) 67

Tabel 4.9 Model Summary 68


(7)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar Sampel Perusahaan Manufaktur

Lampiran 2 Perhitungan Fixed Assets Turn Over

Lampiran 3 Return On Assets Tahun 2006- 2008

Lampiran 4 Data Variabel Penelitian Sebelum Ditransformasi


(8)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perusahaan didirikan dengan beberapa tujuan yang ingin dicapai seperti,

memperoleh laba yang optimal, pertumbuhan terus-menerus (growth), dan

kelangsungan hidup perusahaan (survival). Untuk mencapai tujuan-tujuan

tersebut, suatu perusahaan memerlukan elemen- elemen pendukung usaha seperti

modal yang cukup, tenaga kerja yang berkualitas, dan faktor- faktor produksi

lainnya.

Perkembangan dunia bisnis yang semakin cepat menuntut pengelolaan

perusahaan yang lebih baik atas faktor- faktor produksi yang dimilikinya melalui

suatu proses produksi. Diantara faktor- faktor produksi tersebut adalah faktor

modal berupa aktiva tetap (fixed assets), yang memegang peranan cukup penting

dalam mendukung kegiatan operasional perusahaan. Aktiva tetap berfungsi untuk

mendukung menjalankan kegiatan perusahaan, yaitu kegiatan yang dilakukan

perusahaan dalam rangka memperoleh dana.

Syafri (2002 : 21) menyatakan “ Secara umum, aktiva tetap didefenisikan

sebagai seluruh aktiva berwujud yang dipergunakan dalam operasi perusahaan,

yang bersifat relatif permanen, yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau


(9)

kegiatan normal perusahaan, dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.”

Istilah relatif permanen menunjukkan sifat dari aktiva tetap yang dapat

dipergunakan dalam jangka waktu yang cukup lama. Contoh dari aktiva tetap

antara lain bangunan, kantor, mesin, peralatan, lahan, kendaraan pengangkutan,

dan sebagainya. Pada umumnya aktiva tetap merupakan harta perusahaan yang

nilainya materil dibandingkan bentuk harta lainnya.

Investasi yang tertanam dalam aktiva tetap cukup besar nilainya, sehingga

mutlak diperlukan pengelolaan yang baik. Manajemen sebagai pihak pengelola

aktiva tetap harus mampu mengeluarkan kebijakan- kebijakan yang diharapkan

mampu memberikan dampak positif bagi perusahaan dalam mencapai tujuannya.

Penggunaan setiap sumber daya perusahaan termasuk aktiva tetap haruslah efisien

agar diperoleh manfaat yang optimal. Kebijakan yang dimaksud berkaitan dengan

permasalahan akuntansi aktiva tetap mulai dari perolehan sampai penarikan

kembali aktiva tetap dari operasi perusahaan.

Pengawasan terhadap aktiva tetap didasarkan kepada perencanaan yang

telah diatur dalam bentuk anggaran mengenai pengadaan, perbaikan ataupun

penghapusan aktiva tetap. Pengawasan dilakukan dengan mengevaluasi realisasi

dari anggaran yang telah dibuat guna membatasi pengeluaran- pengeluaran

terhadap aktiva tetap, selain itu juga untuk mengamankan aktiva tetap.

Perusahaan manufaktur merupakan perusahaan padat modal yang dalam

menjalankan kegiatan usahanya menggunakan banyak aktiva tetap seperti lahan,

pabrik, gedung perkantoran, mesin- mesin, alat pengangkutan, dan berbagai aktiva


(10)

tetap yang berkaitan langsung dengan penghasilan usaha perusahaan dimana alat-

alat tersebut digunakan untuk mengolah bahan mentah maupun setengah jadi

menjadi produk hasil. Penggunaan mesin- mesin pabrik haruslah dilakukan

seefisien mungkin agar dapat menghasilkan produk dalam kapasitas dan kualitas

yang diharapkan.

Tabel 1.1

Aktiva Tetap dan Laba Bersih Sebelum Pajak (EBIT) Periode Tahun 2006 – 2008

(Juta Rupiah)

Kode Perusahaan

Aktiva Tetap EBIT

2006 2007 2008 2006 2007 2008

AISA 217.596 207.028 177.231 139 -125 1.195

ALMI 339.424 303.337 289.164 -12.202 54.927 121.542

AMFG 893.150 843.019 849.066 296.351 305.238 -17.059

AQUA 290.365 287.735 259.610 133.477 91.363 79.794

BATA 56.980 68.446 68.222 52.998 38.475 32.409

BATI 138.980 143.408 138.494 -23.192 30.142 -82.655

BRPT 371.698 314.736 236.096 -161.161 355.163 16.519

DAVO 1.194.061 1.109.255 1.592.619 143.290 118.889 249.919

DOID 522.244 517.977 488.734 1.107 4.003 4.105

GGRM 6.927.897 7.314.532 6.841.100 2.570.280 2.710.464 1.603.431

GJTL 3.186.298 3.178.874 3.185.429 263.749 193.822 233.268

HEXA 105.021 200.104 352.771 132.103 141.670 57.938

IKBI 176.834 169.853 146.120 12.822 37.009 66.086

INAF 100.404 98.435 89.495 25.561 16.039 40.064

INCI 46.705 42.585 36.746 16.846 16.802 -5.005

INDS 134.408 146.028 216.490 -18.582 -8.364 4.355

JPRS 25.731 24.070 21.896 89.552 48.937 37.896

LTLS 442.133 475.495 527.490 86.024 83.289 62.991

MLIA 2.398.953 2.403.795 2.264.489 -722.649 -594.490 -504.330

MRAT 54.257 53.034 52.281 20.498 11.267 13.584

MTDL 54.819 35.124 31.382 34.892 42.621 44.254

MYOR 610.503 732.053 738.125 125.694 67.581 141.744

MYTX 1.768.641 1.668.629 1.576.771 -170882 -133.933 8.222

PBRX 19.503 61.089 125.050 11.873 14.760 15.166

RICY 40.438 134.819 190.185 25.548 52.874 59.344

SMSM 243.707 246.071 259.035 98.051 102.069 105.337

SUDI 438.539 405.742 363.067 -63.811 -137.748 -61.575

TRST 1.313.341 1.413.514 1.422.393 39.831 24.118 27.432


(11)

VOKS 121.715 113.856 105.961 -64.515 2.686 53.979

Sumber : www.bei.co.id, 2008

Dari data di atas dapat dilihat bahwa EBIT yang dihasilkan oleh

perusahaan sampel pada umumnya mengalami peningkatan. Pada tahun 2007,

dari 30 perusahaan, ada 17 perusahaan yang mengalami peningkatan EBIT, dan

pada tahun 2008 ada 19 perusahaan. Nilai aktiva tetap berkebalikan dengan

EBIT, dimana aktiva tetap perusahaan pada umumnya mengalami penurunan.

Pada tahun 2007 dan 2008 masing- masing ada 17 perusahaan yang mengalami

penurunan nilai aktiva tetap.

Peningkatan EBIT tertinggi pada tahun 2007 yaitu oleh PT Alumindo

Light Metal Industry Tbk dengan peningkatan EBIT 550,15%, dan tahun 2008

oleh PT Voksel Electric Tbk dengan peningkatan EBIT 1919,64%. Perusahaan

yang mengalami penurunan aktiva tetap paling tajam pada tahun 2007 yaitu PT

Metrodata Electronics Tbk, dan pada tahun 2008 oleh PT Barito Pacific Tbk

dengan tingkat penurunan masing- masing 35,93% dan 21,99%.

Kebijakan mengenai aktiva tetap akan mempengaruhi laba bersih periode

berjalan. Beban penyusutan dan biaya pemeliharaan aktiva tetap merupakan

faktor pengurang terhadap laba kotor dan penurunan nilai aktiva tetap sebagian

besar disebabkan oleh beban penyusutan pada periode yang bersangkutan, oleh

karena itu turunnya nilai aktiva tetap dapat diikuti dengan turunnya EBIT

perusahaan pada kondisi faktor- faktor lain yang mempengaruhi EBIT dianggap

tetap. Pada tahun 2007 ada 10 perusahaan yang mengalami penurunan aktiva


(12)

Besar atau kecilnya investasi suatu perusahaan pada aktiva tetap yang

dimilikinya tidak dapat mencerminkan bahwa perusahaan tersebut telah

mengelola aktiva tetap secara efisien. Investasi dalam aktiva tetap yang

merupakan harta kekayaan berwujud yang dimiliki dan digunakan perusahaan

untuk menghasilkan pendapatan haruslah dijaga kestabilannya. Penambahan

maupun pengadaan aktiva tetap yang dilakukan belum tentu meningkatkan laba

perusahaan akan tetapi dapat saja menggambarkan investasi yang berlebihan atas

aktiva tetap. Menurut Jumingan (2006 :163), “Kelebihan investasi pada aktiva

tetap berkaitan dengan tingginya cost seperti biaya pemeliharaan, pajak, bunga,

dan biaya tetap lainnya. Ini akan memberikan beban berat bagi perusahaan)”.

Sedangkan kecilnya jumlah aktiva tetap perusahaan mungkin saja

menggambarkan kurangnya perhatian perusahaan dalam perencanaan aktiva tetap.

Rasio yang dapat mengukur efisiensi pengelolaan aktiva tetap yaitu rasio

tingkat perputaran aktiva tetap atau Fixed Asset Turn Over (FATO), dimana

menurut Sawir (2003:16), “Rasio ini menggambarkan kemampuan perusahaan

dalam menggunakan aktiva tetap yang dimilikinya untuk menghasilkan

pendapatan”. Rasio ini merupakan ukuran tentang sampai seberapa jauh aktiva

tetap telah dipergunakan di dalam kegiatan perusahaan atau menunjukkan berapa

kali aktiva tetap berputar dalam satu periode tertentu. Wild, (2007:39)

menegaskan bahwa, “Dengan melihat rasio ini kita bisa menilai efektivitas dan

intensitas aktiva dalam menghasilkan pendapatan”.

Munawir, (2004: 33) menyatakan bahwa, “Tujuan yang paling mendasar


(13)

Profitabilitas adalah kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba

selama periode tertentu”. Ada banyak ukuran profitabilitas contohnya : Profit

Margin, ROA, ROE, dan lain-lain. Profitabilitas perusahaan menunjukkan suatu perbandingan antara laba dan aktiva yang digunakan.

Laba bersih erat kaitannya dengan pendapatan usaha. Dimana, ketika

pendapatan usaha meningkat seharusnya laba juga akan meningkat karena

pendapatan usaha merupakan faktor penambah dari laba. Dikaitkan dengan

pengelolaan aktiva tetap menurut Sawir (2003:17), “Perusahaan menggunakan

aktivanya secara efektif untuk meningkatkan pendapatan”.

Penelitian ini merupakan penelitian replikasi dari penelitian yang telah

ada. Peneliti sebelumnya yaitu Sinurat (2007), yang melakukan penelitian pada

PT. Gas Negara, Tbk periode triwulan I 2005 sampai triwulan I 2006.

Terbatasnya sample penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya membuat

penulis tertarik untuk melakukan penelitian serupa dengan menambah sampel dan

data penelitian yang lebih up to date.

Berdasarkan uraian dan hasil penelitian sebelumnya serta teori- teori yang

mendasari, penulis tertarik untuk membahasnya dalam sebuah skripsi dengan

judul “Pengaruh Pengelolaan Aktiva Tetap Dalam Meningkatkan

Profitabilitas Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”


(14)

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, penulis mencoba untuk

merumuskan masalah agar penelitian yang dilakukan lebih terarah dan mencapai

hasil yang diharapkan. Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut :

1. Apakah pengelolaan aktiva tetap pada perusahaan manufaktur yang

terdaftar di Bursa Efek Indonesia ( BEI ) sudah efisien?

2. Apakah ada pengaruh yang signifikan antara Tingkat Perputaran Aktiva

Tetap terhadap profitabilitas perusahaan?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui apakah pengelolaan aktiva tetap pada perusahaan

manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia ( BEI ) sudah efisien.

b. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh yang signifikan antara Tingkat

Perputaran Aktiva Tetap terhadap profitabilitas perusahaan.

2. Manfaat Penelitian

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi manfaat sebagai


(15)

a. Bagi penulis, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan masukan jika

dimintai pendapat di masa yang akan datang mengenai pengelolaan aktiva

tetap dan kaitannya dengan profitabilitas perusahaan.

b. Bagi peneliti lanjutan, penelitian ini diharapakan dapat menjadi referensi

bagi peneliti selanjutnya, khususnya penelitian dengan ruang lingkup yang

lebih luas, sehingga hasilnya menjadi lebih sempurna.

c. Bagi pihak lain, khususnya praktisi bisnis, memberikan referensi ataupun

masukan dalam menilai kebijakan akuntansi aktiva tetap yang diterapkan


(16)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teoritis

1. Akuntansi Aktiva Tetap

Pada umumnya aktiva pada perusahaan terdiri dari aktiva lancar,

aktiva tetap dan aktiva lain- lain. Dalam perusahaan, aktiva tetap bias

menempati bagian yang sangat signifikan pada total aktiva perusahaan secara

keseluruhan. Menurut Smith (1987 : 429): ” Aktiva tetap berwujud (plant

asset) mempunyai wujud dan dengan demikian dapat diamati dengan satu atau lebih panca indera, memiliki karakteristik umum, yaitu memberi manfaat

ekonomi pada masa mendatang bagi perusahaan.”

Menurut Warren (2005 : 21): “Aktiva tetap (fixed assets) merupakan

aktiva jangka panjang atau aktiva yang relatif permanen, yang dapat disebut

aktiva berwujud (tangible assets). Aktiva tersebut dimiliki dan digunakan

oleh perusahaan serta tidak dimaksudkan untuk dijual sebagai bagian dari

operasi normal.”

Dengan demikian dapat diartikan bahwa ciri aktiva tetap itu adalah

berwujud, dimiliki oleh perusahaan, pemakaiannya lebih dari satu tahun,

dipergunakan dalam operasi perusahaan, dan tidak dimaksudkan dijual dalam

rangka kegiatan normal perusahaan.

Ada kalanya suatu aktiva dimiliki bukan untuk digunakan dalam


(17)

di masa yang akan datang, dilaporkan dalam neraca sebagai investasi jangka

panjang bukan sebagai aktiva tetap.

Nama- nama deskriptif lain bagi aktiva- aktiva ini adalah aktiva pabrik

(plant assets), atau properti, pabrik, dan peralatan (property, plant, and

equipment).

Aktiva tetap dikelompokkan dalam berbagai sudut antara lain :

a. Sudut substansi, aktiva tetap dibagi atas:

1. Tangible Assets atau aktiva berwujud seperti lahan, mesin, gedung, dan

peralatan.

2. Intangible Assets atau aktiva yang tidak berwujud seperti, Hak Guna

Usaha, Goodwill-Patents, Copyright, Hak Cipta, Franchise, dan lain-

lain.

b. Sudut disusutkan atau tidak, aktiva tetap dibagi atas :

1. Depreciated Plant Assets yaitu aktiva tetap yang disusutkan seperti

building (bangunan), equipment (peralatan), machinary (mesin), inventaris, jalan dan lain- lain.

2. Undepreciated Plant Assets, aktiva tetap yang tidak disusutkan seperti

land (tanah).

c. Berdasarkan jenis, aktiva tetap dibagi atas :

1. Lahan (Land) yaitu bidang tanah terhampar baik yang merupakan

tempat bangunan maupun yang masih kosong yang dimiliki dan

dipergunakan dalam operasi perusahaan. Dalam akuntansi apabila ada


(18)

pencatatanya dari lahan itu sendiri. Khusus bangunan yang dianggap

sebagai bagian dari lahan tersebut atau dapat juga meningkatkan nilai

gunanya seperti, riol, jalan, dan lain- lain dapat digabungkan dalam

nilai lahan.

2. Bangunan atau Gedung (Building) yaitu bangunan yang berdiri di atas

bumi ini baik di atas lahan/ air. Pencatatannya harus terpisah dari

lahan yang menjadi lokasi gedung itu. Perusahaan dapat memiliki

hanya satu bangunan untuk berbagai aktivitas atau memiliki berbagai

bangunan yang terpisah, misalnya untuk produksi sendiri, untuk

penjualan barang sendiri, untuk kegiatan administrasi sendiri.

3. Mesin- mesin (Machinery) yaitu mesin- mesin dan alat

perlengkapannya yang dipergunakan dalam mengolah bahan dasar

menjadi barang jadi (proses pembuatan barang).

4. Kendaraan atau Alat Pengangkutan (Delivery Equipment) yaitu semua

alat atau kendaraan yang dimiliki dan dipergunakan untuk

pengangkutan barang.

5. Perabot seperti, kursi, meja dan bangku, rak barang, etalase dan

perabot lainnya termasuk perabot laboratorium, perabot pabrik yang

merupakan isi dari suatu bangunan.

6. Inventaris/Peralatan yaitu peralatan yang dianggap merupakan alat-

alat besar yang digunakan dalam perusahaan seperti inventaris kantor,

inventaris pabrik, inventaris laboratorium, inventaris gedung, dan lain-


(19)

7. Prasarana, seperti jalan, jembatan, riol, pagar, dan lain- lain.

8. Sumber- sumber alam (Natural Resources), misalnya tambang batu

bara, hutan kayu, kebun buah- buahan.

d. Sudut pergerakan, aktiva tetap dibagi atas :

1. Aktiva tak bergerak (Real Propperty)

2. Aktiva bergerak ( Personal Property)

Kebijakan akuntansi adalah prinsip, dasar, konvensi, aturan, dan

praktik tertentu yang dipakai oleh suatu perusahaan dalam menyusun dan

menyajikan laporan keuangan. Kebijakan akuntansi yang menyangkut aktiva

tetap meliputi perolehan (acquisition), pengeluaran (expenditure), dan

penyusutan (depreciation).

a. Perolehan

Warren (2005 : 494) menguraikan, “Biaya perolehan aktiva tetap

meliputi semua jumlah yang dikeluarkan untuk mendapatkan aktiva tetap

dan membuatnya siap digunakan”. Ikatan Akuntan Indonesia (2004 :16.5)

memberikan pedoman pencatatan yaitu :

Aktiva tetap yang diperoleh dalam bentuk siap pakai dicatat berdasarkan harga beli ditambah biaya yang terjadi dalam rangka menempatkan aktiva tersebut pada kondisi dan tempat yang siap untuk dipergunakan, seperti bea masuk, pajak penjualan, biaya pengangkutan, biaya pemasangan dan lain sebagainya.


(20)

Warren (2005 :504) membagi tahap- tahap perolehan aktiva

meliputi :

1. Pendahuluan, dilakukan sebelum manajemen yakin akan pembelian aktiva tetap. Perusahaan akan melakukan studi kelayakan, studi pasar, dan analisis keuangan.

2. Pra-perolehan, kemungkinan untuk membeli aktiva tetap sangat besar, tapi belum terjadi. Biaya yang terjadi seperti biaya survei, penetapan wilayah, dan studi teknis.

3. Perolehan atau Konstruksi, pembelian telah terjadi atau konstruksi telah dimulai tapi aktiva tetap belum siap digunakan.

4. Pemakaian, aktiva tetap telah selesai dan siap digunakan. Pada tahap ini aktiva tetap harus disusutkan.

Dalam praktek bisnis ada beberapa cara perolehan aktiva tetap,

yaitu:

1. Pembelian kontan

Aktiva yang dibeli dengan kontan dicatat sebesar uang yang

dikeluarkan untuk pembelian itu ditambah dengan biaya- biaya lain

sehubungan dengan pembelian aktiva itu, dikurangi potongan harga

yang diberikan baik karena pembelian dalam partai besar maupun

karena pembayaran yang dipercepat.

Pencatatannya sebagai berikut :

Fixed Asset xxx

Cash xxx Jika ada potongan harga (discount) maka harus dikurangi dari nilai

cost baik dimanfaatkan ataupun tidak. Jika potongan harga tidak dimanfaatkan maka harus dilaporkan sebagai discount lost atau interest


(21)

Fixed Asset xxx Discount lost xxx

Cash xxx

Jika beberapa aktiva dibeli sekaligus dengan harga borongan (lump

sum) maka harus dipisahkan nilai masing- masing aktiva. Angka

perbandingan yang dapat dipakai dalam menentukan nilai masing-

masing ialah :

a. Harga pasar yang wajar, jika harga ini tidak ada, maka :

b. Harga penilaian menurut lembaga penilaian yang objektif

(Independent Appraisal Company)

Jika aktiva bekas dibeli maka harus dicatat sebesar harga beli ditambah

biaya- biaya reparsi dan perbaikan sehingga bisa dipakai. Tidak perlu

diperhatikan nilai buku (book value) dari pihak yang menjual.

2. Pembelian secara kredit jangka panjang

Saat ini kebanyakan transaksi pembelian aktiva tetap dilakukan dengan

kredit jangka panjang. Sisa hutang dibuktikan melalui notes, surat

berharga, bukti utang hipotik, dll. Hutang ini biasanya dibayar dalam

beberapa kali angsuran ditambah dengan pembayaran bunga.

Pembebanan bunga atas kredit ada dua kemungkinan :

a. Secara flat


(22)

3. Pembelian dengan surat berharga

Jika aktiva tetap diperoleh dengan mengeluarkan saham/obligasi, maka

aktiva tetap harus dicatat sebesar harga pasar saham/obligasi pada saat

pembelian. Nilai saham/obligasi dicatat seharga nilai pari. Jika harga

pasar lebih besar dari nilai pari maka selisihnya dicatat sebagai

premium (Agio saham) dan jika harga pasar lebih kecil dari nilai pari

maka selisihnya dicatat sebagai diskon (Disagio saham).

Contoh pencatatan apabila nilai pasar lebih besar dari nilai pari saham,

sebagai berikut :

Fixed asset xxx Premium on common stock xxx Common stock xxx

4. Diterima dari sumbangan atau ditemukan sendiri

Jika aktiva tetap diperoleh dengan cara dihadiahkan atau ditemukan

sendiri maka transaksi ini disebut no resiprocal transfer atau transfer

yang tidak memerlukan umpan balik. Aktiva ini harus dicatat sebesar

harga pasar yang wajar atau berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh

pihak/perusahaan penilai yang independen (Appraisal Company). Dan

dikredit modal donasi (Donated Capital). Standar Akuntansi

Keuangan (2004 : 16.5) memberikan pedoman pencatatan, ” Aktiva

tetap yang diperoleh dari sumbangan harus dicatat sebesar harga


(23)

modal yang berasal dari sumbangan ”. Pencatatannya dilakukan

sebagai berikut :

Aktiva tetap Rp. xxx

Saham donasi Rp. xxx

(Donated Capital)

5. Dibangun sendiri

Semua biaya langsung (biaya variabel yaitu bahan dan upah langsung

dan Overhead Variable) yang digunakan untuk pembangunan harus

dikapitalisasi, sesuai PAI (Pasal 4.2.2) dalam Syafri (2002 : 30) yang

menyatakan menyatakan, ”Harga perolehan aktiva tetap yang

dibangun sendiri meliputi seluruh biaya yang terjadi berkenaan dengan

pembangunan aktiva tersebut hingga siap dipergunakan”.

Harnanto (2002 : 333 ) menyatakan ada bebarapa alasan mengapa

pembangunan sendiri dilakukan, yakni:

1. Memanfaatkan fasilitas yang menganggur 2. Menghemat biaya konstruksi (cost saving)

3. Mencapai standar kulaitas konstruksi yang lebih tinggi 4. Agar dapat segera dioperasikan

Dalam persoalan aktiva yang dibangun sendiri ada tiga permasalahan :

1. Biaya overhead yang dibebankan

Untuk menetapkan berapa besar biaya overhead yang akan

dibebankan terhadap produk yang dibangun sendiri itu maka ada

dua cara:


(24)

Biaya overhead yang dibebankan adalah kenaikan (tambahan)

biaya overhead akibat adanya pembangunan aktiva tersebut.

b. Metode Proportional

Dalam metode ini yang dibebankan bukan saja kenaikan

overhead itu tetapi juga dibebankan biaya overhead secara

pro-rata baik untuk kegiatan biasa maupun untuk kegiatan

pembangunan itu sendiri.

2. Laba rugi dari pembangunan itu sendiri

Jika ternyata biaya pembangunan lebih rendah apabila bangunan

itu diborongkan maka perbedaan ini seolah- olah laba tidak boleh

dianggap sebagai laba. Jika ternyata biaya pembangunan lebih

besar maka perlu dipertanyakan mengapa biaya itu lebih tinggi.

Jika biaya lebih tinggi disebabkan hal- hal yang tidak efisien atau

karena kelalaian maka harus dicatat sebagai rugi.

3. Biaya bunga dalam masa pembangunan

Biaya yang dihitung dari penggunaan modal sendiri atau imputed

interest tidak boleh dicatat sebagai unsur harga pokok aktiva tetap.

Kapitalisasi bunga diperbolehkan untuk aktiva seperti gedung, dan

peralatan yang dibuat sendiri oleh perusahaan untuk digunakan

sendiri, dan aktiva yang dimaksudkan untuk disewagunausahakan

atau dijual kepada pihak lain, yang dapat diidentifikasi sebagai


(25)

Setelah ditentukan bahwa proyek konstruksi memenuhi syarat

untuk kapitalisasi bunga, maka jumlah bunga yang akan

dikapitalisasi harus diterapkan. Stice (2005 : 18) memberikan

pedoman- pedoman dasar untuk mengatur perhitungan bunga yang

dikapitalisasi :

(1) Biaya bunga dimulai pada saat pengeluaran pertama terjadi untuk proyek tersebut dan terus berlanjut selama pekerjaan berlangsung dan sampai aktiva tersebut selesai dan siap untuk digunakan.

(2) Jumlah bunga yang akan dikapitalisasi dihitung menggunakan jumlah akumulasi pengeluaran untuk proyek tersebut. Pengeluaran berarti pembayaran tunai, dan bukan akrual.

(3) Tingkat suku bunga yang akan digunakan untuk menghitung jumlah bunga yang akan dikapitalisasi, adalah mengikuti urutan sebagai berikut :

(a) Suku bunga yang timbul dari utang yang secara khusus digunakan untuk mendanai proyek tersebut. (b) Rata- rata tertimbang dari suku bunga seluruh

utang perusahaan, tanpa mempedulikan penggunaan dari dana tersebut.

(4) Jika periode konstruksi melebihi satu tahun fiskal, maka pengeluaran- pengeluaran yang diakumulasikan termasuk bunga yang dikapitalisasi pada tahun- tahun sebelumnya.

Bunga maksimum yang dapat dikapitalisasi adalah total bunga

yang terutang pada tahun yang bersangkutan.

6. Pertukaran aktiva

Ketika aktiva operasi diperoleh melalui pertukaran dengan aktiva

nonmoneter lainnya, aktiva baru yang diperoleh umumnya dicatat

pada nilai pasar wajarnya atau nilai pasar wajar aktiva yang


(26)

dengan lebih mudah. Tetapi jika aktivanya sejenis dan jika

perusahaan yang melakukan ada dalam jenis usaha yang sama,

maka aktiva yang diterima terkadang dicatat sesuai nilai buku dari

aktiva yang diberikan. Bagan berikut ini merupakan uraian

pengakuan keuntungan yang diindikasikan saat pertukaran aktiva

tetap, sebagai berikut :

Pertukaran Aktiva Nonmoneter

Dapatkah harga pasar ditentukan ? Harga pasar dapat ditentukan

b. Pengeluaran

Expenditure berhubungan dengan pengeluaran uang yang dikaitkan dengan pencapaian manfaat untuk periode yang sedang berjalan atau untuk

periode – periode yang akan datang. Pengeluaran terbagi atas dua macam

yakni pengeluaran modal (capital expenditures) dan pengeluaran

pendapatan (revenue expenditures). Pengeluaran ini akan mempengaruhi

pendapatan pada periode akuntansi yang akan datang. Untuk dapat

membedakan kedua pengeluaran tersebut Syafri (2002 : 48) memberikan

pedoman sebagai berikut :

Jika pengeluaran tersebut menambah harga pokok aktiva yang bersangkutan dalam arti pengeluaran tersebut dikapitalisir dan akan dialokasikan melalui pembebanan biaya penyusutan selama masa penggunaanya maka pengeluaran tersebut dianggap sebagai pengeluaran modal, sebaliknya jika pengeluaran tersebut tidak dianggap menambah harga pokok dalam arti bahwa biaya itu harus dibebankan ke perkiraan laba- rugi maka pengeluaran tersebut dianggap sebagai pengeluaran pendapatan.


(27)

Biaya akuisisi aktiva tetap, biaya atas penambahan atau perbaikan

pada aktiva tetap sendiri yang meningkatkan nilai total aktiva, atau

memperpanjang umur manfaatnya dinamakan dengan pengeluaran modal

(capital expenditures) misalnya pembelian gedung, mesin, perabot, dan

peralatan. Biaya- biaya yang hanya memberikan manfaat bagi periode

berjalan atau biaya yang muncul sebagai bagian dari reparasi dan

pemeliharaan normal dinamakan dengan pengeluaran pendapatan

(revenue expenditure).

Capital expenditures akan mempengaruhi beban penyusutan lebih

dari satu periode, sementara revenue expenditures hanya akan

mempengaruhi beban pada periode berjalan. Jika pengeluaran tersebut

menambah harga pokok aktiva yang bersangkutan dalam arti pengeluaran

tersebut dikapitalisir dan akan dialokasikan melalui pembebanan biaya

penyusutan selama masa penggunaannya maka pengeluaran digolongkan

sebagai pengeluaran modal, jika pengeluaran itu tidak dianggap

menambah harga pokok dalam arti bahwa biaya itu harus dibebankan ke

perkiraan laba-rugi maka pengeluaran digolongkan sebagai pengeluaran

pendapatan.

Setiap pengeluaran modal diharapkan mempunyai salah satu atau

kedua dampak positif terhadap operasi perusahaan di masa mendatang :

1. Kenaikan kuantitas atau volume jasa yang dapat diberikan oleh aktiva

tetap.


(28)

Pengelompokan pengeluaran harus dilakukan dengan cermat,

sebab kesalahan pegelompokan pengeluaran akan mempengaruhi

perhitungan laba rugi, aktiva, dan modal. Dalam praktik,

pemisahan pengeluaran menjadi pengeluaran modal atau

pengeluaran penghasilan kadang- kadang sulit dilakukan.

Beberapa ahli membuat pedoman-pedoman untuk membedakan

kedua golongan pengeluaran tersebut. (Jumingan, 2006 : 16)

memberikan petunjuk sebagai berikut :

1. Pengeluaran Modal

a) Pengeluaran yang bersifat menambah kuantitas fisik harta kekayaan perusahaan, misalnya menambah atau memperluas bangunan, penempatan tambahan mesin baru.

b) Pengeluran yang tidak menambah kuantitas fisik tetapi bersifat meningkatkan efisiensi, produktivitas, umur, atau keawetan fasilitas pabrik (meningkatkan kualitas harta kekayaan perusahaan), misalnya mengganti atap bangunan dengan bahan yang lebih awet.

c) Pengeluaran untuk reparasi berat dan penggantian

spare-parts yang bersifat memperpanjang umur pemakaian aktiva tetap atau meningkatkan efisiensi, produktivitas, atau kegunaannya, misalnya spare-parts lama dengan spare-parts baru yaang lebih baik.

2. Pengeluaran Penghasilan

d) Pengeluaran yang bersifat mempertahankan efisiensi aktiva tetap, misalnya reparasi kecil atau penggantian spare-parts kecilseperti membeli oli mesin, mengecat, reparasi kecil agar mesin tetap berjalan baik.

e) Pengeluaran yang jumlahnya realtif sedikit, manfaat di masa yang akan datang tidak begitu berarti, atau sulit mengukur manfaatnya di masa yang akan datang.

Syafri (2002 : 49) memberikan pedoman untuk membedakan

capital expenditure dan revenue expenditure dalam beberapa segi :


(29)

Jika pengeluaran itu memberikan keuntungan selama lebih dari satu tahun dalam arti pengeluaran dapat menambah kegunaan aktiva itu maka dianggap sebagia capital

expenditure, sedangkan jika manfaatnya hanya dalam

tahun yang bersangkutan biasanya pengeluaran itu dianggap sebagai revenue expenditure.

2. Kebiasaan

Jika pengeluaran itu merupakan pengeluaran yang sifatnya blazim dan rutin dikeluarkan dalam periode tertentu maka dianggap sebagai revenue expenditure sedangkan jika pengeluaran itu sifatnya tidak lazim maka dianggap sebagai capital expenditure.

3. Jumlah

Jika pengeluaran itu jumlahnya relatif besar dan sifatnya penting biasanya dianggap sebagai capital expenditure sedangkan jika pengeluaran itu relatif kecil dianggap senbagai revenue expenditure.

Contoh dari pengeluaran pendapatan (revenue expenditure) antara

lain:

1. Pemeliharaan (maintenance)

Biaya yang dikeluarkan untuk memelihara aktiva agar tetap dalam

kondisi baik. Biaya ini sifatnya biasa dan berulang- ulang dan tidak

menambah umur aktiva.

2. Reparasi (repairs)

Pengeluaran untuk memperbaiki aktiva dari kerusakan atau

mengganti alat- alat yang rusak sehingga menjadi baik dan dapat

dipergunakan kembali.

Sedangkan jenis- jenis pengeluaran modal (capital expenditure)

antara lain :


(30)

Pengeluaran yang meningkatkan efisiensi atau kapasitas operasi

aktiva tetap selama sisa umur manfaatnya.

2. Reparasi besar- besaran (extraordinary repair)

Pengeluaran yang menambahumur manfaat aktiv di atas estimasi

semula.

c. Penyusutan

Smith (1987 : 491) memndefenisikan : “Penyusutan adalah

pengalokasian harga perolehan aktiva secara sistematik dan rasional

selama masa manfaat dari aktiva bersangkutan. Beban penyusutan

merupakan pengakuan atas penurunan nilai pelayanan aktiva.”

Beberapa faktor yang harus dipertimbangkan dalam menentukan

biaya penyusutan yang diakui setiap periode yaitu:

(1) Harga perolehan

Harga perolehan merupakan hal yang penting dalam menghitung biaya

penyusutan. Mengenai berapa harga perolehan aktiva tetap dan hal- hal

yang termasuk dalam harga pokok telah dibahas di muka.

(2) Nilai residu

Yang dimaksud dengan nilai residu adalah nilai taksiran realisasi

(penjulan melalui kas) aktiva tetap tersebut setelah akhir

penggunaannya atau pada saat mana aktiva tetap itu harus ditarik dari

kegiatan operasi. Nilai residu ini tidak harus ada, bisa saja harga pada


(31)

aktiva tetap pada akhir umur manfaatnya harus diestimasi pada saat

aktiva tersebut mulai dipakai.

(3) Umur teknis (fisik dan fungsional)

Yang dimaksud dengan umur teknis adalah taksiran jangka waktu

penggunaan aktiva tetap itu dalam kegiatan produksi. Umur manfaat

yang diperkirakan (expected useful life) juga harus diestimasi pada saat

aktiva tetap tersebut mulai digunakan. Umur yang dimaskud ada dua

yaitu : (a) umur fisik, dan (b) umur fungsional. Umur fisik berarti

berapa lama aktiva tetap itu secara fisik mampu memberikan

sumbangan terhadap kegiatan produksi. Sedangkan umur fungsional

berarti berapa lama aktiva tetap itu mampu memproduksi barang-

barang yang dapat ditawarkan dan diterima masyarakat.

(4) Pola pemakaian.

Pola pemakaian aktiva tetap dalam kegiatan produksi harus

dipertimbangkan dlam hubungannya dengan pembebanan penyusutan

terhadap produksi.

Menurut Warren (2005 : 496), ”Faktor- faktor yang

menyebabkan penurunan kemampuan aktiva tetap untuk menyediakan

manfaat bisa diidentifikasi sebagai penyusutan fisik atau penyusutan

fungsional”. Penyusutan fisik (physical depreciation) terjadi dari

kerusakan dan keausan ketika digunakan dan karena pengaruh cuaca.


(32)

yang dimaksud tidak lagi mampu menyediakan manfaat dengan tingkat

seperti diharapkan.

Beban penyusutan biasanya dicatat pada setiap akhir periode

pembukuan biasanya akhir tahun buku, apakah kuartal, akhir semester,

akhir tahun atau pada saat terjadi transaksi tertentu yang menyangkut

aktiva tetap seperti pada saat penjualan atau penarikan.

Jurnal pembebanan biaya penyusutan adalah sebagai berikut :

Depreciation expense xxx

Accumulated depreciation xxx

Metode penyusutan yang digunakan harus mencerminkan ekspektasi

pola konsumsi manfaat ekonomis masa depan dari aset oleh entitas.

Metode penyusutan yang digunakan untuk aktiva tetap harus dire-view

minimum setiap akhir tahun buku dan, apabila terjadi penambahan yang

signifikan dalam ekspektasi pola konsumsi manfaat ekonomi masa depan

dari aset tersebut, maka metode penyusutan harus diubah untuk

mencerminkan perubahan pola tersebut. Perubahan metode penyusutan

harus diperlakukan sebagai perubahan estimasi akuntansi.

Beberapa metode penyusutan dijelaskan Syafri (2002 : 56), sebagai

berikut :

1. Metode yang didasarkan pada faktor waktu, terbagi atas : a. Straight line ( metode garis lurus )

b. Decreasing- charge depreciation: 1) Sum of the years digits method 2) Declining balance method

3) Double declining balance method c. Annuity method


(33)

2. Metode yang didasarkan pada faktor penggunaan

a. Service hours method b. Productive output method

3. Group and composite rate method

a. Group depreciation b. Composite depreciation

Tiga metode penyusutan yang paling umum digunakan adalah :

1. Metode garis lurus (Straight Line Method)

Menghasilkan jumlah beban penyusutan yang sama setiap tahun

sepanjang umur manfaat suatu aktiva tetap. Dalam metode ini aktiva

tetap dianggap sama penggunaannya sepanjang waktu. Beban

penyusutan menurut metode ini dihitung sebagai berikut :

C – S

D =

n

D = Beben penyusutan ( Depreciation)

C = Harga perolehan aktiva ( Cost)

S = Nilai residu ( Salvage value)

n = Umur teknis ( Useful Life)

2. Metode unit produksi ( Unit of Production method)

Menghasilkan jumlah beban penyusutan yang sama bagi setiap unit

yang diproduksi atau setiap unit kapasitas yang digunakan oleh

aktiva. Dalam metode ini output ataupun produksi dalam unit

dijadikan sebagai dasar perhitungan. Jika pemanfaatan aktiva


(34)

C – S Tingkat penyusutan

Per output

Total Taksiran output (produksi)

aktiva yang bersangkutan

3. Metode saldo menurun ( Declining Balance Mehod )

Menghasilkan beban periodik yang terus menurun sepanjang

estimasi umur manfaat aktiva. Disebut juga metode penyusutan

dipercepat (accelerated depreciation method), paling cocok

digunakan apabila penurunan produktivitas atau kemampuan

menghasilkan pendapatan dari aktiva terjadi lebih tajam pada tahun-

tahun awal pemakaian aktiva sehingga dengan metode ini beban

penyusutan semakin lama- semakin mengecil.. Dalam metode ini

beban penyusutan dihitung dengan persentase tertentu yang dihitung

melalui rumus tertentu dan dikalikan terhadap nilai buku.

Persentasenya dihitung sebagai berikut :

r = 1 - n S : C

Jika nilai residu tidak ada dapat dipakai nilai Rp.1,00

2. Pengawasan Aktiva Tetap

Aktiva tetap merupakan aktiva yang bernilai relatif besar dalam

perusahaaan, oleh karena itu manajemen perlu untuk merancang dan

menerapkan pengendalian internal yang efektif atas aktiva tetap agar investasi


(35)

Ada beberapa alasan perencanaan dan juga pengawasan investasi

aktiva tetap yang dapat dikemukakan sebagai berikut:

1. Mencegah kapasitas pabrik yang menganggur.

2. Mencegah investasi yang berlebihan (over – investmen) yang

menggambarkan investasi harta kekayaan dengan rentabilitas ekonomi

yang rendah.

3. Penentuan tingkat maksimum dan minimum terhadap investasi aktiva teap,

yang disebabkan periode investasi aktiva tidak bersamaan sehingga

menimbulkan gejala “diversitas”.

4. Menjaga keamanan nilai dana depresiasi yang belum diotorisasi ke aktiva

tetap lainnya atau ke proyek khusus tertentu lainnya.

Setelah pemasangan aktiva tetap perlu dilaksanakan pemeriksaan

manajemen dengan pengamatan yang teliti disertai aksi tindak lanjut dalam

kaitan dengan realisasi aktiva tetap itu.. Syafri (2002 : 241) menuliskan

berbagai hal yang perlu ditetapkan manajemen atau controller dalam kaitannya

dengan manajemen aktiva tetap adalah sebagai berikut :

a. Menyusun budget aktiva tetap baik jangka panjang, menengah atau jangka pendek. Hal ini perlu untuk mempersiapkan anggaran yang diperlukan.

b. Menetapkan prosedur administrasi yang rapi dan akurat tentag aktiva tetap.

c. Menetapkan standar dalam mengukur efisiensi penggunaan aktiva tetap.

d. Mereview alternatif dalam perolehan aktiva tetap dan memberikan saran

e. Pemeriksaan yang kritis terhadap setiap permintaan pengeluaran modal.

f. Menetapkan system otorisasi pengeluaran untuk aktiva tetap. g. Mendesain sistem pencatatan/ pembukuan.


(36)

1) data perbandingan aktual dengan standar 2) data harga pokok

3) kapasitas idle

i. Kebijaksanaan penyusutan yang tepat. j. Penentuan akuntansi dan pencadangan. k. Prosedur :

1) identifikasi peralatan, mesin, dan perabot 2) pemindahan

3) penjualan dan penarikan

l. Menangani permasalahan pajak dan asuransi aktiva tetap.

Pengelolaan yang baik atas aktiva tetap diharapkan akan dapat

menghasilkan keuntungan yang maksimal bagi perusahaan yang dibuktikan

melalui return yang tinggi atas aktiva tetap, investasi yang relatif efisien,

pengawasan yang ketat, pemeliharaan yang benar, peralatan yang awet,

pelaporan yang akurat dan keuntungan lainnya.

3. Profitabilitas Perusahaan

Untuk menilai kondisi keuangan dan prestasi perusahaan, analis

keuangan memerlukan beberapa tolak ukur. Tolak ukur yang sering dipakai

adalah rasio atau indeks, yang menghubungkan dua data keuangan yang satu

dengan yang lainnya. Rasio dalam analisis laporan keuangan adalah angka

yang menunjukkan hubungan antara suatu unsur dengan unsur lainnya dalam

laporan keuangan.

Jumingan (2006: 122) membuat kategori rasio keuangan dalam 6

kelompok dasar, yaitu :

1. Rasio likuiditas, bertujuan mengukur kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya.

2. Rasio leverage, bertujuan mengukur sejauh mana kebutuhan keuangan perusahaan keuangan perusahaan dibelanjai dengan dana pinjaman.


(37)

3. Rasio aktivitas, bertujuan mengukur efektivitas perusahaan dalam mengoperasikan dana.

4. Rasio profitabilitas, bertujuan mengukur efektivitas manajemen yang tercermin pada imbalan hasil dari investasi melalui kegiatan penjualan.

5. Rasio pertumbuhan, bertujuan mengukur kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kedudukannya dalam pertumbuhan perekonomian dan industri.

6. Rasio valuasi, bertujuan mengukur performance perusahaan secara keseluruhan karena rasio ini merupakan pencerminan dari rasio risiko dan imbalan hasil.

Analisis profitabilitas diukur dengan rasio profitabilitas. Munawir

(2004 : 33) memberikan defenisi “ Rentabilitas atau profitability, adalah

menunjukkan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama

periode tertentu.” Rasio profitabilitas merupakan hasil akhir bersih dari

berbagai kebijakan dan keputusan manajemen. Menurut Sawir (2003 : 17 ),

“Rasio profitabilitas akan memberikan jawaban akhir tentang efektivitas

manajemen perusahaan, rasio ini memberi gambaran tentang tingkat

efektivitas pengelolaan perusahaan”.

Analisis profitabilitas perusahaan merupakan bagian utama analisis

laporan keuangan. Dalam Standar Akuntansi Keuangan (2004 : 5) dengan

jelas dinyatakan bahwa “ Informasi keuangan perusahaan terutama

profiitabilitas, diperlukan untuk menilai perubahan potensial sumber daya

ekonomi yang mungkin dikendalikan di masa depan “

Profitabilitas sering digunakan untuk mengukur efisiensi penggunaan

modal dalam suatu perusahaan dengan memperbandingkan antara laba dengan

modal yang digunakan dalam operasi. Munawir (2004 : 33) menegaskan,


(38)

perusahaan tersebut rendabel”. Bagi pihak manajer atau pihak- pihak lain,

rentabilitas yang tinggi lebih penting daripada keuntungan yang besar. Laba

yang tinggi belum tentu menggambarkan profitabilitas yang tinggi, akan tetapi

profitabilitas yang tinggi sudah pasti laba yang dihasilkan tinggi pula.

Menurut Munawir (2004 : 87) rasio yang rendah menunjukkan

kemungkinan- kemungkinan sebagai berikut :

a. Adanya over-investmen dalam aktiva yang digunakan untuk operasi dalam hubungannya dengan volume penjualan yang diperoleh dengan aktiva tersebut.

b. Merupakan cermin rendahnya volume penjualan dibandingkan dengan ongkos- ongkos yang diperlukan.

c. Adanya inefisiensi baik dalam produksi, pembelian, maupun pemasaran.

d. Adanya kegiatan ekonomi yang menurun.

Wild (2005 : 39) membagi rasio profitabilitas dalam 3 perkiraan :

a. Tingkat Pengembalian Atas Investasi (Return On

Investment-ROI), untuk menilai kompensasi keuangan kepada

penyedia pendanaan.

b. Kinerja operasi, untuk mengevaluasi margin laba dari aktivitas operasi.

c. Pemanfaatan aktiva (Asset Utilization), untuk menilai efektivitas dan intensitas aktiva dalam menghasilkan penjualan, disebut pula perputaran (turnover)

Profitabilitas suatu perusahaan dapat diukur dengan menghubungkan

antara keuntungan atau laba yang diperoleh dari kegiatan pokok perusahaan

dengan kekayaan atau asset yang digunakan untuk menghasilkan keuntungan

tersebut.

Tingkat pengembalian investasi dapat dihitung melalui tingkat


(39)

atas ekuitas ( Return on equity-ROE). Adapun perumusan untuk menghitung

Return On Assets (ROA) adalah sebagai berikut :

Net Income ROA =

Total Assets

Untuk menghitung ROA, ada yang ingin menambahkan bunga setelah

pajak dalam pembilang dari rasio tersebut. Teori ini didasarkan pada pendapat

bahwa karena aktiva didanai oleh pemegang saham dan kreditor, maka rasio

harus dapat memberikan ukuran produktivitas aktiva dalam memberikan

pengembalian kepada kedua penanam modal itu. Sehingga perumusannya

menjadi :

Net Income + Interest (1- Tax) ROA =

Total Assets

4. Pengaruh Pengelolaan Aktiva Tetap Terhadap Profitabilitas

Peranan aktiva tetap sangat besar dalam perusahaan baik ditinjau dari

segi fungsinya, dari segi jumlah dana yang diinvestasikan, dari segi

pengolahannya yang melibatkan banyak orang, dari segi pembuatnnya yang

sering jangka panjang, maupun dari segi pengawasannya yang agak rumit.

Pengelolaan yang efisien atas aktiva tetap dapat digambarkan melalui

kebijakan- kebijakan mengenai aktiva tetap. Sejauh mana kebijakan yang

ditetapkan dapat menggambarkan kebenaran dari nilai investasi pada aktiva


(40)

atau prinsip yang mendasari akuntansi untuk aktiva tetap atau aktiva tidak

lancar :

Prinsip-1 Aktiva tetap atau aktiva tidak lancar untuk pertama kalinya harus dicatat berdasar kas histories atau harga perolehannya.

Prinsip-2 Kas atau harga perolehan aktiva tetap termasuk aktiva tak berwujud dialokasikan sebagai beban depresiasi, deplesi, atau amortisasi secara sistematik dan rasional untuk mempertemukan secara layak antara beban dan pendapatan selama masa kegunaan aktiva.

Prinsip-3 Penentuan kas atau harga perolehan dan proses alokasinya sebagai beban depresiasi, deplesi, atau amortisasi secara periodic memerlukan dan didasarkan pada asumsi- asumsi serta estimasi menyangkut pengunaan atau pemanfaatan aktiva tetap.

Prinsip-4 Bagian dari kas atau hrga perolehan aktiva tetap yang belum dialokasikan sebagai beban depresiasi, deplesi, atau amortisasi disebut nilai buku, dan tidak dimaksudkan sebagai suatu perkiraan tentang harga atau nilai pasar sekarang dari aktiva tetap terkait.

Prinsip- prinsip di atas digunakan untuk menentukan kebijakan-

kebijakan mengenai aktiva tetap baik permasalahan akuntansi mengenai

perolehan aktiva tetap, pengalokasian beban penyusutan, dan juga kebijakan

dalam menentukan metode pengeluaran. Kebijakan tersebut akan menentukan

seberapa besar nilai tercatat aktiva tetap.

Rasio- rasio spesifik dibentuk untuk mengindikasi apakah perusahaan

terlalu banyak atau terlalu sedikit mempergunakan aktiva tertentu. Rasio

aktivitas mengukur seberapa efektif perusahaan memanfaatkan semua sumber

daya yang ada pada pengendaliannya. Semua rasio aktivitas ini melibatkan


(41)

aktiva. Sawir ( 2003 : 14 ) menyatakan, ”Rasio- rasio aktivitas menganggap

bahwa sebaiknya terdapat keseimbangan yang layak antara penjualan dan

berbagai unsur aktiva, yaitu persediaan, piutang, aktiva tetap, dan aktiva lain”.

Trend angka rasio yang cenderung naik memberikan gambaran bahwa

perusahaan semakin efisien dalam menggunakan aktiva.

Adapun rasio- rasio yang biasa digunakan untuk mengkur efisiensi

penggunaan aktiva yaitu untuk mengukur efisiensi dari piutang usaha

digunakan rasio perputran piutang usaha ( Account Receivable Turnover),

rata- rata periode penagihan (Average Collection Period), untuk mengukur

efisiensi penggunaan persediaan yaitu perputaran persediaan (Number of

Day’s Sales Inventory), untuk mengukur efisiensi aktiva tetap yaitu perputaran aktiva tetap (Fixed Assets Turnover).

Sawir (2003 : 16) menyatakan, “Rasio perputaran aktiva tetap

mengukur efektivitas penggunaan dana yang tertanam pada harta tetap seperti

pabrik dan peralatan, dalam rangka menghasilkan penjualan, atau berapa

rupiah penjualan bersih yang dihasilkan oleh setiap rupiah yang diinvestasikan

pada aktiva tetap”. Rasio ini berguna untuk mengevaluasi kemampuan

perusahaan menggunakan aktivanya secara efektif untuk meningkatkan

pendapatan. Apabila perputarannya lambat (rendah), kemungkinan terdapat

kapasitas terlalu besar atau ada banyak aktiva tetap namun kurang bermanfaat,

atau mungkin disebabkan oleh hal- hal lain seperti investasi pada aktiva tetap


(42)

perumusan untuk menghitung perputaran aktiva tetap adalah sebagai berikut

(Wild, 2005 : 43) :

Penjualan Perputaran Aktiva Tetap ( FATO) =

Rata- rata aktiva tetap

Seberapa efisien sebuah perusahaan menggunakan aktiva tetap

berpengaruh kepada laba yang dihasilkannya. Munawir (2006 : 88)

menyatakan “Untuk mempertajam analisis profitabilitas maka sebaiknya

angka rasio ini dihubungkan dengan tingkat perputaran (turnover) dari aktiva

yang digunakan serta operating margin rasionya.”

Menurut Munawir (2004 : 39), besarnya Return On Investmen (ROI)

dipengaruhi dua faktor:

1. Turn over dari operating assets ( tingkat perputaran aktiva

yang digunakan untuk operasi).

2. Profit margin, yaitu besarnya keuntungan operasi yang

dinyatakan dalam persentase dan jumlah penjualan bersih.

Besarnya tingkat pengembalian investasi akan berubah kalau ada

perubahan profit margin atau assets turnover, baik masing- masing atau

kedua- duanya. Dengan demikian maka pimpinan perusahaan dapat

menggunakan salah satu atau keduanya dalam memperbesar pengembalian

investasi. Usaha mempertinggi Return on Investmen dengan memperbesar

assets turn over adalah kebijaksanaan investasi dana dalam berbagai aktiva, baik aktiva lancer maupun aktiva tetap.

Hubungan antara tingkat perputaran aktiva tetap (FATO) dengan

profitabilitas perusahaan (ROA) dapat dinyatakan dalam analisis regresi


(43)

bebas disebut (x) dan Return on assets (ROA) dinyatakan sebagai variabel

terikat (Y).

B. Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu dilakukan oleh Sinurat (2007) dengan judul Tingkat

Efisiensi Aktiva Tetap serta Pengaruhnya Terhadap Profitabilitas Perusahaan Pada

PT. Gas Negara Tbk. Variabel yang digunakan adalah Return On Assets sebagai

variabel terikat dan Fixed Assets Turn Over sebagai variabel bebas. Data yang

diolah adalah laporan keuangan triwulan-I 2005 sampai triwulan-I 2006 dengan

menggunakan analisis regresi linear sederhana. Hasil penelitian yang diperoleh

yaitu pengelolaan aktiva tetap oleh PT.Gas Negara Tbk efisien dan koefisien

regresi 19,876 yang menyatakan setiap penambahan FATO maka ROA juga

meningkat 19,876 %.

C. Kerangka Konseptual Dan Hipotesis 1. Kerangka Konseptual Penelitian

Aktiva tetap merupakan salah satu faktor produksi yang dimiliki

perusahaan. Perusahaan manufaktur umumnya menggunakan banyak aktiva

tetap dalam kegiatan operasionalnya. Untuk mengelola aktiva tetap tersebut,

manajemen perusahaan mengeluarkan kebijakan- kebijakan yang berkaitan


(44)

Pengawasan terhadap aktiva tetap juga sangat penting dilakukan

dengan tujuan untuk mengamankan aktiva tetap yang ada, sehingga

penggunaan aktiva tetap tepat guna dan kuantitasnya tetap terjaga.

Perlakuan akuntansi dan pengawasan aktiva tetap yang diterapkan

perusahaan akan menentukan tingkat efisiensi pengelolaan aktiva tetap..

Tingkat efisiensi tersebut dapat dinilai melalui tingkat perputaran aktiva tetap

(FATO), dimana FATO merupakan ukuran seberapa banyak aktiva tetap

berputar dalam satu periode untuk menghasilkan pendapatan.

Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan

laba selama periode tertentu. Salah satu rasio profitabilitas adalah rasio

pengembalian atas aktiva (ROA). Rasio ini menggambarkan kemampuan

perusahaan untuk menghasilkan keuntungan dari setiap satu rupiah asset yang

digunakan.

Seberapa efisien sebuah perusahaan menggunakan aktiva tetap

berpengaruh kepada laba yang dihasilkannya (Sinurat, 2007). Kita dapat

mengukur profitabilitas perusahaan dengan membandingkan laba bersih yang

dihasilkannya dengan suatu investasi baik itu aktiva maupun ekuitas

perusahaan. Penelitian ini menguji bagaimana FATO sebagai variabel bebas

berpengaruh terhadap ROA sebagai variabel terikat.

Berdasarkan latar belakang dan tinjauan teoritis yang telah

dikemukakan sebelumnya, maka kerangka konseptual dapat digambarkan


(45)

Tingkat Perputaran Aktiva Tetap (FATO)

Gambar 2.1

Kerangka Konseptual dan Variabel Penelitian Sumber : Penulis, 2008

2. Hipotesis

Hipotesis merupakan dugaan ataupun jawaban sementara terhadap

masalah yang masih akan diuji kebenarannya, melalui penganalisaan data

yang relevan dengan masalah yang terjadi. Kebenaranya akan terungkap

setelah melalui penelitian- penelitian.

Adapun hipotesis yang diambil :

1. Pengelolaan aktiva tetap pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di

Bursa Efek Indonesia menunjukkan tingkat efisien. Profitabilitas Perusahaan Akuntansi Aktiva Tetap

Perusahaan Manufaktur

Pengawasan Aktiva Tetap

Variabel Independen (X) (FATO)

Variabel Dependen (Y) (ROA)


(46)

2. Ada pengaruh yang signifikan antara Tingkat Perputaran Aktiva Tetap


(47)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian asosiatif kuantitatif, yaitu

suatu metode penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua

variabel atau lebih.

B. Jenis Data

Data Sekunder, yaitu data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul

data dan dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data. Data sekunder untuk

penelitian ini diperoleh dari situs resmi Bursa Efek Indonesia, yaitu www.bei.co.id

berupa laporan keuangan sample yang dipublikasikan.

C. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek/subyek yang

mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarikkesimpulannya. (Sugiyono,2005 : 72). Populasi

yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan- perusahaan manufaktur

yang terdaftar ( listing ) di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2006 –

2008.

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh


(48)

penelitian ini ditentukan dengan menggunakan simple random sampling, yaitu

teknik pengambilan sample dengan acak tanpa memperhatikan strata yang ada

dalam populasi itu (Sugiyono, 2005 : 74). Sampel yang diambil dalam penelitian

ini sebesar 20% dari populasi = 20% x 150 = 30 perusahaan.

D. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah teknik dokumentasi,

yaitu dengan melakukan penelusuran terhadap dokumen- dokumen pendukung

yaitu terhadap data sekunder yang diperoleh.

E. Teknik Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

analisis statistik dengan menggunakan SPSS. Peneliti terlebih dahulu melakukan

uji asumsi klasik sebelum melakukan pengujian hipotesis.

1. Analisis Efisiensi Pengelolaan Aktiva Tetap

Untuk mengukur efisiensi pengelolaan aktiva tetap digunakan analisis

perputaran aktiva tetap. Untuk penilaian terhadap analisis perputaran aktiva

tetap digunakan rumus standar rasio historis dengan jalan :

a. Menghitung Rata- rata Perputaran Aktiva Tetap (Umar, 2003 : 134)

n

i

xi n x

1

1

b. Mencari Standar Deviasi Perputaran Aktiva Tetap (Suharyadi dan


(49)

 

  n i x xi n s 1 2 1

Suharyadi dan Purwanto (2004 : 362) menyatakan “ Pendugaan

interval adalah suatu pendugaan yang menyatakan selang dimana suatu

parameter populasi mungkin berada.” Supranto (2000 : 102) merumuskan

pendugaan interval untuk sampel besar (n≥30) dari populasi yang tak terbatas atau dari populasi terbatas sebagai berikut :

n s Z x n s Z

x/2    /2

Dimana :

x = rata- rata sampel

2 / 

Z = nilai Z dari tingkat kepercayaan

 = rata- rata populasi yang diduga

s = standar deviasi sample

n = jumlah sampel

Berdasarkan ketentuan di atas efisiensi perputaran aktiva tetap juga

dapat diketahui dengan menghubungkan rata- rata perputaran dengan standar

deviasi, dan membaginya ke dalam tingkatan efisiensi yaitu :

Sangat efisien : hasil analisis di atas

n s Z x/2

Efisien : hasil analisis di antara

n s Z

x/2 dan

n s Z x/2

Kurang efisien : hasil analisis di bawah

n s Z x/2


(50)

2. Pengujian Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas

Tujuan uji normalitas adalah ingin mengetahui apakah distribusi

sebuah data mengikuti atau mendekati distribusi normal. Untuk

mendeteksi data berdistribusi normal digunakan uji Kolmogrov Smirnov.

Bila nilai signifikan < 0,05 maka distribusi data tidak normal. Bila nilai

signifikan > 0,05 maka distribusi data normal.

b. Uji Heterokedastisitas

Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam model regresi terjadi

ketidaksamaan varians dari residual satu pengamatan ke pengamatan

yang lain. Model regresi yang baik adalah tidak terjadi

heterokedastisitas. Uji heterokedastisitas dalam penelitian ini dilakukan

dengan grafik Scatterplot antara nilai prediksi variabel dependen yaitu

ZPRED dengan residualnya SRESID. Jika ada pola tertentu seperti titik-

titik yang ada membentuk pola yang teratur maka telah terjadi

heterokedastisitas. Sebaliknya jika tidak ada pola yang jelas serta titik-

titik yang menyebar maka tidak terjadi heterokedastisitas.

c. Uji Autokorelasi

Uji ini bertujuan untuk melihat apakah dalam suatu regresi linear

ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t dengan tingkat


(51)

berurutan sepanjang tahun yang berkaitan satu dengan lainnya. Hal ini

sering ditemukan pada time series.

Pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah sebagai

berikut :

a. Bila nilai Durbin-Watson (DW) terletak antara batas atas (DU) dan

4-DU, maka koefisien autokorelasi sama dengan nol artinya tidak

terjadi autokorelasi.

b. Bila nilai DW < DL (Batas Bawah), maka koefisisen autokorelasi

lebih besar dari nol , berarti ada korelasi positif.

c. Bila nilai DW > 4-DL, maka koefisien autokorelasi lebih kecil

daripada nol, berarti ada korelasi negatif.

d. Bila nilai DW terletak diantara DU dan DL atau DW terletak antara

4-DU dan 4-DL, maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.

3. Analisis Regresi Sederhana

a. Menghitung Fixed Assets Turn Over (Wild, 2005: 43 )

Penjualan Fixed Assets Turn Over =

Rata- rata Aktiva Tetap

b. Menghitung Return On Investment (Sawir, 2003:19)

Net Income Return On Assets =


(52)

c. Menghitung Pengaruh antara Fixed Assets Turn Over terhadap Return

On Assets melalui analisis regresi sederhana.

Suharyadi dan Purwanto (2004: 469) mendefinisikan, “Analisis

regresi sederhana adalah suatu teknik yang digunakan untuk membangun

suatu persamaan yang menghubungkan antara variabel tidak bebas (Y)

dengan variabel bebas (X) dan sekaligus untuk menentukan nilai ramalan

atau dugaannya. “

Analisis Regresi sederhana dirumuskan sebagai berikut :

Y = a + bX

Dimana :

Y = Nilai regresi atau taksiran nilai Y, variabel terikat ( ROA )

a = Konstanta atau titik perpotongan dengan sumbu Y jika X = 0

b = Slope atau arah garis regresi yang menyatakan perubahan nilai Y

akibat perubahan 1 untuk X

X = Variabel bebas ( FATO)

4. Menguji Hipotesis

Hipotesis diuji dengan menggunakan uji-t, yaitu untuk menguji

pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dengan

menggunakan program SPSS.

a. Merumuskan Hipotesis

H0 : 1 = 0, Tidak ada pengaruh yang signifikan antara Tingkat Perputaran Aktiva Tetap terhadap Profitabilitas.


(53)

Ha : 1  0, Ada pengaruh yang signifikan antara Tingkat Perputaran Aktiva Tetap terhadap Profitabilitas.

b. Kriteria uji t :

Terima H0 : bila t hitung  t tabel Terima Ha : bila t hitung > t tabel

c. Menarik kesimpulan pada hasil yang diperoleh:

H0 diterima jika variabel bebas berpengaruh tidak signifikan terhadap

variabel terikat.

Ha diterima jika variabel bebas berpengaruh signifikan terhadap

variabel terikat.

F. Jadwal Penelitian

Penelitian ini dijadwalkan sebagai berikut :

No Kegiatan Jun Jul Agus Sep Okt Nov Des Jan Feb

1 Penyelesaian proposal

2 Pengajuan proposal 3 Bimbingan/

perbaikan proposal 4 Seminar

proposal

5 Revisi proposal hasil seminar

6 Pengumpulan data

7 Pengolahan data

8 Bimbingan dan

Penyelesaian skripsi 9 Sidang


(54)

BAB IV

ANALISIS HASIL PENELITIAN

A. Data Penelitian

Objek penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa

Efek Indonesia (BEI). Pada tanggal 30 November 2005 Bursa Efek Jakarta (BEJ)

dan Bursa Efek Surabaya (BES) resmi berganti nama menjadi Bursa Efek

Indonesia (BEI). Pemilihan sampel menggunakan metode simple random

sampling sebesar 20% dari populasi sehingga jumlah sampel penelitian sebanyak 30 perusahaan dari 150 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek

Indonesia (BEI). Berikut tabel perusahaan yang menjadi sampel penelitian :

Tabel 4.1

Daftar Sampel Perusahaan Manufaktur No. Kode Nama Perusahaan Tanggal

Berdiri

Tanggal Listing

1. AISA PT Tiga Pilar Sejahtera Food

Tbk 26-01-1990 11-06-1997

2. ALMI PT Alumindo Light Metal

Industry Tbk 26-02-1978 02-01-1997

3. AMFG PT Asahimas Flat Glass Tbk 07-10-1971 08-11-1995 4. AQUA PT Aqua Golden Mississi Tbk 23-02-1973 01-03-1990

5. BATA PT Sepatu Bata Tbk 15-10-1931 24-03-1982

6. BATI PT BAT Indonesia Tbk 31-03-1905 20-12-1979

7. BRPT PT Barito Pacific Tbk 04-04-1979 01-10-1993

8. DAVO PT Davomas Abadi Tbk 14-03-1990 22-12-1994

9. DOID PT Delta Dunia Petroindo Tbk 26-11-1990 15-06-2001

10. GGRM PT Gudang Garam Tbk 26-06-1958 27-08-1990

11. GJTL PT Gajah Tunggal Tbk 24-08-1951 08-05-1990

12. HEXA PT Hexindo Adiperkasa Tbk 28-11-1988 13-02-1995 13. IKBI PT Sumi Indo Kabel Tbk 23-07-1981 21-01-1991

14. INAF PT Indofarma Tbk 02-01-1996 17-04-2001

15. INCI PT Intanwijaya Internasional


(55)

16. INDS PT Indospring Tbk 05-05-1978 10-08-1990 17. JPRS PT Jaya Pari Steel Tbk 18-07-1973 04-08-1989

18. LTLS PT Lautan Luas Tbk 18-01-1951 21-07-1997

19. MLIA Mulia Industrindo Tbk 15-11-1986 17-01-1994

20. MRAT PT Mustika Ratu Tbk 14-03-1978 27-07-1995

21. MTDL PT Metrodata Electronics Tbk 17-02-1983 09-04-1990

22. MYOR PT Mayora Indah Tbk 17-02-1977 04-07-1990

23. MYTX PT Apac Citra Centertex Tbk 10-02-1987 10-10-1989 24. PBRX PT Pan Brothers Tex Tbk 21-08-1980 16-08-1990 25. RICY PT Ricky Putra Globalindo Tbk 22-12-1987 22-01-1998 26. SMSM PT Selamat Sempurna Tbk 19-01-1976 09-09-1996 27. SUDI Surya Dumai Industri Tbk 31-01-1979 24-07-1996

28. TRST PT Trias Sentosa Tbk 23-11-1979 02-07-1990

29. UNTR PT United Tractors Tbk 13-10-1972 19-09-1989 30. VOKS PT Voksel Electric Tbk 19-04-1971 20-12-1990

Sumber : www.bei.co.id

Periode penelitian dimulai dari tahun 2006 sampai tahun 2008 sehingga

data penelitian secara keseluruhan berjumlah 90 sampel. Berikut ini dipaparkan

mengenai data variabel penelitian yang dianalisis dalam penelitian ini.

Tabel 4.2

Data Variabel Penelitian Tahun 2006 – 2008

Sampel FATO ROA

2006 2007 2008 2006 2007 2008

AISA 1,06 1,08 1,74 0,04 -0,03 0,33

ALMI 3,18 4,25 6,65 -1,13 6,82 9,73

AMFG 1,64 1,98 1,82 18,95 19,50 -1,05

AQUA 4,43 5,41 6,09 19,89 12,51 10,03

BATA 7,97 6,94 6,27 20,19 12,58 11,94

BATI 3,88 4,62 3,62 -3,32 4,42 -13,51

BRPT 3,28 2,38 1,64 -4,81 15,51 0,95

DAVO 1,10 0,97 1,23 9,08 6,81 9,23

DOID 1,19 0,99 1,21 0,13 0,43 0,50

GGRM 4,09 3,49 3,72 12,48 12,25 7,38

GJTL 1,40 1,52 1,72 4,16 2,59 3,21

HEXA 9,10 9,33 5,05 20,77 13,25 4,81

IKBI 5,29 8,21 12,12 2,88 6,75 11,20

INAF 6,42 6,88 10,93 4,88 3,09 5,83


(56)

INDS 2,48 3,08 2,16 -5,29 -1,82 0,89

JPRS 13.94 15.17 14.80 36.49 23.87 20.01

LTLS 4.15 4.72 4.81 6,04 5,18 3,44

MLIA 1,05 1,13 1,06 -16,38 -14,44 -13,34

MRAT 4,58 3,88 4,30 6,96 3,88 4,66

MTDL 19,88 33,44 49,21 5,71 6,50 5,97

MYOR 2,28 2,54 2,68 9,81 4,63 9,12

MYTX 1,19 1,34 1,37 -6,63 -5,58 0,37

PBRX 16,36 27,34 15,33 9,37 3,78 2,74

RICY 5,23 3,58 2,57 8,59 12,67 11,49

SMSM 2,95 3,52 3,49 15,06 15,39 14,70

SUDI 0,63 0,63 0,20 -8,27 -20,36 -10,85

TRST 0,76 0,79 0,85 2,08 1,15 1,36

UNTR 4,12 3,98 2,89 21,68 14,72 12,02

VOKS 4,42 6,82 8,37 -15,76 0,65 11,44

Sumber : Data diolah penulis, 2008

1. Tingkat Perputaran Aktiva Tetap atau Fixed Assets Turn Over

(FATO)

Seberapa besar pendapatan yang dihasilkan dari setiap rupiah yang

dikeluarkan untuk aktiva tetap perusahaan digambarkan oleh tingkat

perputaran aktiva tetap. Menghitung tingkat perputaran aktiva tetap dengan

rumus (Wild, 2002 : 43) :

Fixed Assets Turn Over = Penjualan

Rata-Rata Aktiva Tetap

Dengan menggunakan rumus di atas, perhitungan tingkat perputaran

aktiva tetap hasilnya terlihat pada tabel 4.2. Pada tahun 2006,2007, dan 2008

nilai FATO tertinggi berturut- turut dipegang oleh PT Metrodata Electronics

yakni perputaran aktiva tetapnya sebesar 19,88 kali pada tahun 2006; 33,44

kali pada tahun 2007; dan 49,21 kali pada tahun 2008. Sedangkan perputaran


(57)

sebesar 0,63 kali pada tahun 2006; 0,63 kali pada tahun 2007; dan menurun

pada tahun 2008 yakni sebesar 0,20 kali per tahun.

Dibandingkan dengan nilai aktiva tetap yang telah diuraikan pada bab sebelumnya kenaikan tingkat perputaran aktiva tetap yang terjadi pada PT Metrodata Electronics berbanding terbalik dengan nilai aktiva tetapnya yang menurun setiap tahunnya. Hal ini terjadi karena total pendapatan yang meningkat setiap tahunnya sedangkan nilai aktiva tetapnya menurun. Sedangkan pada PT Surya Dumai penurunan tingkat perputaran aktiva tetap berbanding lurus dengan nilai aktiva tetapnya yang juga menurun setiap tahunnya. Hal ini dikarenakan total pendapatan perusahaan mengalami penurunan yang lebih besar dibandingkan penurunan nilai aktiva tetap. Penurunan pendapatan perusahaan sejak tahun 2006 sampai tahun 2008 berturut- turut -14,70;, -7,16%; -7,.03% sedangkan penurunan aktiva tetap perusahaan sejak tahun 2006 sampai dengan tahun 2008 berturut- turut sebesar -0,10%; -0,07; -0,10%.

2. Tingkat Pengembalian Aktiva atau Return On Assets (ROA)

Profitabilitas perusahaan menggambarkan atau dapat dikatakan

menentukan kemampuan suatu perusahaan untuk menghasilkan laba dari hasil

operasional usahanya. Rasio yang digunakan berkaitan dengan profitabilitas

perusahaan adalah rasio tingkat pengembalian aktiva atau Return on Assets

(ROA).

Tingkat pengembalian aktiva merupakan perbandingan dari laba bersih

sebelum pajak yang diperoleh dengan total aktiva yang dimiliki oleh

perusahaan atau dengan kata lain ROA mengukur tingkat laba yang dicapai

oleh perusahaan dihubungkan dengan modal yang digunakan.


(58)

Net Income

Return On Assets = x 100% Total Assets

Dengan menggunakan rumus diatas maka hasil perhitungan Return On

Assets dapat dilihat pada tabel 4.2. ROA tertinggi sejak tahun 2006-2008

berturut- turut pada PT Jaya Pari Steel dengan nilai ROA 36.,49%, 23,87%,

dan 20,01%. Sedangkan ROA terendah pada tahun 2006 oleh PT Mulia

Industrindo Tbk dengan nilai -16,38%, pada tahun 2007 oleh PT Surya

Dumai, dan tahun 2008 ROA terendah dengan nilai -13,51% oleh PT BAT

Indonesia.

Dibandingkan nilai EBIT yang telah diuraikan pada bab sebelumnya,

pada beberapa perusahaan terjadi penurunan Return On Assets sementara laba

bersih perusahaan meningkat. Hal tersebut salah satunya terjadi pada

perusahaan Metrodata Electronics. Penurunan profitabilitas terjadi akibat

peningkatan rata- rata total aktiva yang dikorbankan untuk mencapai kenaikan

laba bersih perusahaan jauh lebih besar dari kenaikan laba. Laba yang

dihasilkan tidak cukup untuk mengembalikan aktiva yang digunakan untuk

mencapai laba tersebut.

B. Analisis Efisiensi Pengelolaan Aktiva Tetap

Pengelolaan aktiva tetap menggambarkan usaha- usaha yang dilakukan

oleh perusahaan untuk mengelola aktiva tetap yang dimilikinya secara efisien.


(59)

perusahaan manufaktur yang menjadi sampel penelitian ini dipergunakan analisis

perputaran aktiva tetap dengan jalan :

1. Menghitung Rata- rata Perputaran Aktiva Tetap dengan rumus (Umar, 2003 :

134) :

n i xi n x 1 1 ………...(1)

2. Mencari Standar Deviasi Perputaran Aktiva Tetap (Suharyadi dan Purwanto,

2006 :103) dengan rumus :

 

  n i x xi n s 1 2 1 ………..(2)

Standar deviasi digunakan untuk membandingkan penyebaran atau

penyimpangan dua kelompok data atau lebih, maka hal tersebut menunjukkan

nilai rata- rata hitungnya.

3. Tingkatan Efisiensi Pengelolaan Aktiva Tetap :

Sangat efisien : hasil analisis di atas

n s Z/2

 

Efisien : hasil analisis di antara

n s Z

x/2 dan

n s Z x/2

Kurang efisien : hasil analisis di bawah

n s Z x/2


(60)

Perhitungan dengan menggunakan rumus di atas adalah : 1 .Menghitung Rata-rata Perputaran Aktiva Tetap

FATOALMI + FATOAISA + FATOAMFG + FATOAQUA + FATOBATA +

FATOBATI + FATOBRPT + FATODAVO + FATODOID + FATOGGRM

+ FATOGJTL + FATOHEXA + FATOIKBI + FATOINAF + FATOINCI

+ FATOINDS + FATOJPRS + FATOLTLS + FATOMLIA + FATOMRAT

+ FATOMTDL + FATOMYOR + FATOMYTX + FATOPBRX +

FATORICY + FATOSMSM + FATOSUDI + FATOTRST + FATOUNTR +

FATOVOKS

2006 =

30

1,06 + 3,18 + 1,64 + 4,43 + 7,97 + 3,88 + 3,28 + 1,10 + 1,19 + 4,09 + 1,40 + 9,10 + 5,29 + 6,42 + 3,39 + 2,48 + 13,94 + 4,15 + 1,05 + 4,58 + 19,88 + 2,28 + 1,19 + 16,36 + 5,23 + 2,95 + 0,63 + 0,76 + 4,12 + 4,42

2006 =

30

141.42

2006 =

30

2006 = 4,71

FATOALMI + FATOAISA + FATOAMFG + FATOAQUA + FATOBATA +

FATOBATI + FATOBRPT + FATODAVO + FATODOID + FATOGGRM

+ FATOGJTL + FATOHEXA + FATOIKBI + FATOINAF + FATOINCI

+ FATOINDS + FATOJPRS + FATOLTLS + FATOMLIA + FATOMRAT

+ FATOMTDL + FATOMYOR + FATOMYTX + FATOPBRX +

FATORICY + FATOSMSM + FATOSUDI + FATOTRST + FATOUNTR +

FATOVOKS

2007 =

30

1,08 + 4,25 + 1,98 + 5,41 + 6,94 + 4,62 + 2,38 + 0,97 + 0,99 + 3,49 + 1,52 + 9,33 + 8,21 + 6,88 + 3,52 + 3,08 + 15,17 + 4,72 + 1,13 + 3,88 + 33,44 + 2,54 + 1,34 + 27,34 + 3,58 + 3,52 + 0,63 + 0,79 + 3,98 + 6,82

2007 =


(61)

173.54

2007 =

30

2007 = 5,78

FATOALMI + FATOAISA + FATOAMFG + FATOAQUA + FATOBATA +

FATOBATI + FATOBRPT + FATODAVO + FATODOID + FATOGGRM

+ FATOGJTL + FATOHEXA + FATOIKBI + FATOINAF + FATOINCI

+ FATOINDS + FATOJPRS + FATOLTLS + FATOMLIA + FATOMRAT

+ FATOMTDL + FATOMYOR + FATOMYTX + FATOPBRX +

FATORICY + FATOSMSM + FATOSUDI + FATOTRST + FATOUNTR +

FATOVOKS

2008 =

30

1,74 + 6,65 + 1,82 + 6,09 + 6,27 + 3,62 + 1,64 + 1,23 + 1,21 + 3,72 + 1,72 + 5,05 + 12,12 + 10,93 + 2,94 + 2,16 + 14,80 + 4,81 + 1,06 + 4,30 + 49,21 + 2,68 + 1,37 + 15,33 + 2,57 + 3,49 + 0,20 + 0,85 + 2,89 + 8,37

2008 =

30

180.80

2008 =

30

2008 = 6,03

2006 +

2007 +

2008

=

30

4,71 + 5,78 + 6,03

=

3


(1)

6 4

2 0

Regression Standardized Predicted Value

4 3 2 1 0 -1 -2 -3

Regr

ession Studentized

R

esidual

Scatterplot


(2)

Lampiran 5

Data Variabel Penelitian Setelah Ditransformasi

Descriptive Statistics

N Minimum Maximum Mean Std. Deviation LNFATO 90 -1.61 3.90 1.2015 .97441 LNROA 72 -3.22 3.60 1.6880 1.28652 Valid N (listwise) 72

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

LNFATO LNROA

N 90 72

Normal Parameters(a,b)

Mean 1.2015 1.6880 Std. Deviation .97441 1.28652 Most Extreme

Differences

Absolute .064 .146 Positive .064 .112 Negative -.054 -.146 Kolmogorov-Smirnov Z .610 1.242 Asymp. Sig. (2-tailed) .851 .091 a Test distribution is Normal.

b Calculated from data.

Variables Entered/Removed(b)

Model

Variables Entered

Variables

Removed Method 1 LNFATO(a) . Enter a All requested variables entered.

b Dependent Variable: LNROA

Model Summary(b)

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of

the Estimate Durbin-Watson 1 .435(a) .189 .178 1.16666 2.133 a Predictors: (Constant), LNFATO


(3)

ANOVA(b)

Model

Sum of

Squares df Mean Square F Sig. 1 Regression 22.239 1 22.239 16.339 .000(a)

Residual 95.277 70 1.361 Total 117.515 71 a Predictors: (Constant), LNFATO

b Dependent Variable: LNROA

Coefficients(a)

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized

Coefficients t Sig. Collinearity Statistics B Std. Error Beta Tolerance VIF 1 (Constant) .853 .248 3.434 .001

LNFATO .603 .149 .435 4.042 .000 1.000 1.000 a Dependent Variable: LNROA

Coefficient Correlations(a)

Model LNFATO 1 Correlations LNFATO 1.000

Covariances LNFATO .022 a Dependent Variable: LNROA

Collinearity Diagnostics(a)

Model Dimension Eigenvalue

Condition Index

Variance Proportions (Constant) LNFATO 1 1 1.833 1.000 .08 .08

2 .167 3.309 .92 .92 a Dependent Variable: LNROA

Residuals Statistics(a)

Minimum Maximum Mean Std. Deviation N Predicted Value .6870 3.2028 1.6880 .55966 72 Std. Predicted Value -1.789 2.707 .000 1.000 72 Standard Error of

Predicted Value .137 .399 .186 .056 72 Adjusted Predicted Value .6841 3.3906 1.6970 .56919 72


(4)

Stud. Residual -3.598 1.556 -.004 1.010 72 Deleted Residual -4.28968 1.84028 -.00904 1.19983 72 Stud. Deleted Residual -3.956 1.572 -.013 1.038 72 Mahal. Distance .000 7.326 .986 1.349 72 Cook's Distancpe .000 .289 .018 .041 72 Centered Leverage Value .000 .103 .014 .019 72 a Dependent Variable: LNROA

2 1

0 -1

-2 -3

-4

Regression Standardized Residual

20

15

10

5

0

Freq

uenc

y

Mean =2.71E-16 Std. Dev. =0.993

N =72

Histogram

Dependent Variable: LNROA

1.0 0.8 0.6 0.4 0.2 0.0

Observed Cum Prob

1.0

0.8

0.6

0.4

0.2

0.0

Expected C

u

m

P

rob

Normal P-P Plot of Regression Standardized Residual


(5)

2 0

-2

Regression Standardized Predicted Value

2 1 0 -1 -2 -3 -4

R

e

gr

e

s

s

io

n St

ud

en

ti

ze

d R

e

si

du

al

Scatterplot

Dependent Variable: LNROA


(6)

Kode Nama

Perusahaan

ROA

2004

2005

2006

AISA

PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk

0,04

-0,03

0,33

ALMI

PT Alumindo Light Metal Industry Tbk

-1,13

6,82

9,73

AMFG

PT Asahimas Flat Glass Tbk

18,95

19,50

-1,05

AQUA

PT Aqua Golden Mississi Tbk

19,89

12,51

10,03

BATA

PT Sepatu Bata Tbk

20,19

12,58

11,94

BATI

PT BAT Indonesia Tbk

-3,32

4,42

-13,51

BRPT

PT Barito Pacific Tbk

-4,81

15,51

0,95

DAVO

PT Davomas Abadi Tbk

9,08

6,81

9,23

DOID

PT Delta Dunia Petroindo Tbk

0,13

0,43

0,50

GGRM

PT Gudang Garam Tbk

12,48

12,25

7,38

GJTL

PT Gajah Tunggal Tbk

4,16

2,59

3,21

HEXA

PT Hexindo Adiperkasa Tbk

20,77

13,25

4,81

IKBI

PT Sumi Indo Kabel Tbk

2,88

6,75

11,20

INAF

PT Indofarma Tbk

4,88

3,09

5,83

INCI

PT Intanwijaya Internasional Tbk

9,36

9,38

-2,90

INDS

PT Indospring Tbk

-5,29

-1,82

0,89

JPRS

PT Jaya Pari Steel Tbk

36.49

23.87

20.01

LTLS

PT Lautan Luas Tbk

6,04

5,18

3,44

MLIA Mulia

Industrindo

Tbk

-16,38 -14,44 -13,34

MRAT

PT Mustika Ratu Tbk

6,96

3,88

4,66

MTDL

PT Metrodata Electronics Tbk

5,71

6,50

5,97

MYOR

PT Mayora Indah Tbk

9,81

4,63

9,12

MYTX

PT Apac Citra Centertex Tbk

-6,63

-5,58

0,37

PBRX

PT Pan Brothers Tex Tbk

9,37

3,78

2,74

RICY

PT Ricky Putra Globalindo Tbk

8,59

12,67

11,49

SMSM

PT Selamat Sempurna Tbk

15,06

15,39

14,70

SUDI

Surya Dumai Industri Tbk

-8,27

-20,36

-10,85

TRST

PT Trias Sentosa Tbk

2,08

1,15

1,36

UNTR

PT United Tractors Tbk

21,68

14,72

12,02


Dokumen yang terkait

Pengaruh Modal Kerja Terhadap Profitabilitas Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

27 255 82

Pengaruh Struktur Aktiva, Profitabilitas dan Ukuran Perusahaan Terhadap Stuktur Modal pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia

0 43 94

Pengaruh Modal Kerja Dan Investasi Aktiva Tetap Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Grosir Dan Eceran Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

11 85 69

PENGARUH UKURAN PERUSAHAAN, LIKUIDITAS, PROFITABILITAS, DAN STRUKTUR AKTIVA TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 2 125

PENGARUH STRUKTUR AKTIVA, LIKUIDITAS, UKURAN PERUSAHAAN DAN PROFITABILITAS TERHADAP STRUKTUR MODAL PADA PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

0 1 106

PENGARUH INTELLECTUAL CAPITAL TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA.

1 1 117

Pengaruh Modal Kerja Dan Investasi Aktiva Tetap Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Grosir Dan Eceran Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 11

Pengaruh Modal Kerja Dan Investasi Aktiva Tetap Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Grosir Dan Eceran Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 2

Pengaruh Modal Kerja Dan Investasi Aktiva Tetap Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Grosir Dan Eceran Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 7

Pengaruh Modal Kerja Dan Investasi Aktiva Tetap Terhadap Profitabilitas Pada Perusahaan Grosir Dan Eceran Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia

0 0 9