Menurut ulama Malaysia jual beli dengan akad bai’ al-innah dibolehkan. Namun demikian ulama Timur Tengah dan Indonesia berpendapat bahwa bai’ al-
innah tidak dibolehkan karena ketiga unsur iwad, yaitu risiko, kerja dan usaha,
dan tanggung jawab tidak ada dalam transaksi ini, seluruh proses hanya dalam dokumen.
10
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan pengkajian lebih dalam tentang perpindahan akad pembiayaan ini ke
dalam sebuah skripsi yang berjudul DESAIN AKAD PEMBIAYAAN TAKE OVER KPR SYARIAH DI BANK MUAMALAT INDONESIA.
B. Pembatasan Dan Perumusan Masalah
Dari persoalan yang telah dideskripsikan dan melihat permasalahan yang berkaitan dengan pemindahan akad pembiayaan KPR syariah, maka penulis
membatasi masalah pada proses pemindahan akad pembiayaan KPR pada Bank Muamalat Indonesia. Adapun yang menjadi perumusan masalah dalam penulisan
skripsi ini adalah: 1.
Bagaimana aplikasi akad pembiayaan take over KPR syariah di Bank Muamalat Indonesia?
2. Bagaimana desain akad pembiayaan take over KPR yang lebih relevan dan
lebih sesuai dengan syariah?
10
Ibid.
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian
Berdasarkan pokok permasalahan yang penulis rumuskan di atas, ada beberapa tujuan yang ingin dicapai diantaranya:
1. Untuk mengetahui aplikasi akad pembiayaan take over KPR syariah di Bank
Muamalat Indonesia. 2.
Untuk mengetahui desain akad pembiayaan take over KPR yang lebih relevan dan lebih sesuai dengan syariah.
Sedangkan manfaat yang dapat diambil dari penelitian ini diantaranya adalah: 1.
Secara akademik, penelitian ini menambah khasanah pengetahuan tentang akad pembiayaan take over KPR pada bank syariah khususnya tentang akad
pembiayaan take over KPR pada Bank Muamalat Indonesia. 2.
Secara praktik, penelitian ini dapat memberikan informasi kepada bank syariah mengenai alternatif lain dari akad pembiayaan take over KPR yang
lebih sesuai dengan syariah sehingga masyarakat yang terlanjur menggunakan pembiayaan KPR di bank konvensional akan melakukan pembiayaan take
over KPR-nya ke bank syariah.
D. Review Studi Terdahulu
Berdasarkan telaah yang telah dilakukan terhadap beberapa sumber kepustakaan, penulis melihat bahwa masalah pokok dalam penelitian ini masih
kurang mendapatkan perhatian, untuk mengatakan belum pernah diteliti. Beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya antara lain: judul
skripsi “Analisis Pembiayaan Kepemilikan Rumah KPR BTN Syariah Studi
Kasus: Bank BTN Kantor Cabang Syariah Jakarta- Harmoni”, oleh: Dian Lestari, tahun 2006, penerbit: Fakultas Syariah dan Hukum.
Permasalahan yang diteliti dalam skripsi ini mengenai mekanisme yang digunakan dalam pembiayaan KPR syariah, tinjauan hukum Islam mengenai
aplikasi pembiayaan KPR syariah, mekanisme penentuan margin dan perlakuan akuntansi pada pembiayaan KPR BTN syariah, dan hasil analisa matrik SWOT
dan strateginya agar dapat diaplikasikan untuk peningkatan pembiayaan KPR BTN syariah.
Hasil penelitiannya adalah bahwa mekanisme pengajuan pembiayaan KPR BTN syariah melalui 4 tahap, yakni:
1. Tahapan pengajuan permohonan pembiayaan KPR
2. Tahapan analisa 3 pilar analisa: analisa kemampuan, kemauan, dan agunan
3. Tahapan persetujuan
4. Tahapan pelaksanaan penandatanganan akad
Dalam penetapan margin KPR BTN syariah menggunakan persentase pendekatan based lending rate. Selama komponen dan data-data perhitungan
yang dipergunakan dan proses untuk menghasilkan persentase tersebut tidak mengandung unsur riba dan sesuai syariah maka penetapan margin dengan
persentase tersebut sah. Perlakuan akuntansi pembiayaan KPR BTN syariah mengacu pada
akuntansi syariah, PAPSI dan PSAK no. 59. Dan yang menjadi pembeda dengan bank konvensional adalah bahwa pembiayaan ini penerapan dari konsep jual beli
bukan konsep kredit. Hutang nasabah tidak terbagi atas hutang pokok dan hutang bunga. Denda diakui sebagai pendapatn halal atau kewajiban dana kebajikan
sosial. Margin diakui sebagai perdapatan pada periode terjadinya. Bagi nasabah yang bermasalah, BTN syariah menawarkan solusi-solusi
yang lebih bersifat kekeluargaan yakni melalui musyawarah maupun menggunakan jasa badan penyelesaian sengketa, Basyarnas. Bahkan segala hasil
penyelesaian sengketa tersebut pun seperti penjualan agunan haruslah sesuai dengan prinsip syariah.
Judul skripsi “ Sistem Operasional Kredit Kepemilikan Rumah Studi Kasus: Bank Tabungan Negara dan Bank Muamalat Indonesia”, oleh: Roiyatul
Qudsiyah, tahun 2004, penerbit: Fakultas Syariah dan Hukum. Permasalahan yang diteliti dalam skripsi ini mengenai operasional kredit
kepemilikan rumah pada BTN dan BMI, mekanisme pengelolaan sistem kredit pemilikan rumah pada BTN dan BMI, dan analisis perbandingan sistem kredit
pemilikan rumah pada BTN dan BMI. Hasil penelitiannya bahwa operasional kredit pemilikan rumah pada BTN
dan BMI pada dasarnya tidak jauh berbeda. Keduanya sangat membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan memiliki rumah dengan cara kredit atau
bayar secara angsuran sehingga masyarakat yang kurang mampu atau cukup uang bisa memiliki rumah.
Mekanisme pengelolaan KPR pada bank syariah yaitu sistem bagi hasil dilaksanakan dengan cara bank sebagai penyedia dana, yaitu mula-mula bank
membelikan rumah sesuai dengan yang diperlukan oleh nasabah atas nama bank. Kemudian bank pada waktu itu juga menjual rumah tersebut kepada nasabah pada
tingkat harga yang disetujui bersama yang terdiri dari harga pembelian ditambah mark- up atau margin keuntungan. Maka kepemilikan rumah itu menjadi hak
sepenuhnya milik nasabah. Sedangkan pada bank konvensional, yaitu dana di nasabah, pertama-tama nasabah membayar dana awal kemudian bank
memberikan rumah tersebut dengan syarat akan membayar angsuran pada setiap bulannya beserta bunganya berdasarkan perjanjian yang disepakati.
Analisis perbandingan bank konvensional dan bank syariah terletak pada perbedaan dan persamaan sistem yang digunakan oleh kedua bank tersebut dan
tentang kelemahan dan keunggulan dari dua bank tersebut. Perbedaan yang terjadi antara kredit pemilikan rumah pada BTN dan BMI terletak pada sistem yang
digunakan bank tersebut. Bank konvensional menggunakan sistem bunga dengan persentase dari mulai 10 - 24,5 . Sedangkan bank syariah menggunakan
sistem bagi hasil. Pembiayaan produk KPR di BMI menggunakan metode jual beli dengan konsep murabahah, BBA bai’ bi tsaman ajil dan berdasarkan
musyarakah mutanaqisah . Kelebihan sistem bagi hasil di bank syariah adalah
tidak adanya diskriminasi terhadap masyarakatnasabah yang ekonominya kurang. Sedang kelemahan dari sistem bagi hasil adalah dalam hal pembagian keuntungan
tidak jelas, tergantung pada keuntungan yang diperoleh. Kelebihan dari bank konvensional adalah persentase keuntungan jelas dan kekurangan sistem bunga
adalah menyebabkan eksploitasi orang- orang kaya terhadap orang- orang miskin.
Judul skripsi “ Kredit Perumahan dalam Perspektif Hukum Islam”, oleh: Nurhayati, 2003, penerbit: Fakultas Syariah dan Hukum.
Permasalahan yang diteliti dalam skripsi ini mengenai jual beli kredit dalam perspektif Islam dan kenerja bank syariah dalam melayani pembiayaan kredit
perumahan. Hasil penelitiannya bahwa prinsip jual beli kredit dalam Islam pada
dasarnya adalah mubah, baik secara kredit maupun kontan, selama rukun dan syarat terpenuhi.
Bank syariah memiliki instrumen yang dapat digunakan dalam melayani masyarakat yang membutuhkan kredit perumahan, yaitu dengan menggunakan
prinsip IMBT Ijarah Muntahiya bi Tamlik dan bai’ bi tsaman ajil. Namun, teknis operasional dalam penggunaan kredit perumahan pada bank syariah masih
mengacu pada cara teknik yang digunakan oleh bank konvensional. Kajian terdahulu hanya membahas mekanisme pembiayaan KPR yang dari
awal transaksi menggunakan prinsip syariah. Dimana dalam pembiayaan itu digunakan akad Ijarah Muntahiya bi Tamlik IMBT atau Bai’ bi Tsaman Ajil
BBA. Sedangkan dalam skripsi ini akan dibahas mekanisme yang digunakan apabila pada awal transaksi pembiayaan KPR dilakukan di bank konvensional
tetapi kemudian pembiayaan yang masih berjalan di bank konvensional ini dialihkan ke bank syariah.
E. Metode Penelitian