Perubahan Psikososial pada Masa Pubertas

lebih aktif, sehingga dapat menimbulkan jerawat. Kelenjar keringat di ketiak mulai berfungsi dan keringat bertambah banyak dengan berjalanya masa puber d. Otot, otot-otot bertambah besar dan kuat, sehingga memberi bentuk bagi lengan, tungkai kaki dan bahun. e. Suara, suara berubah setelah rambut kemaluan timbul. Mula-mula suara menjadi serak dan kemudian tinggi suara menurun, volumenya meningkat dan mencapai pada yang lebih enak. Suara yang pecah sering terjadi kalau kematangan berjalan pesat. f. Benjolan dada, benjolan-benjolan kecil di sekitar kelenjar susu pria timbul sekitar usia dua belas dan empat belas tahun. Ini berlangsung selama beberapa minggu dan kemudian menurun baik jumlahnya maupun besarnya. terang warnanya, kemudian menjadi lebih subur, lebih kasar, lebih gelap dan agak keriting. d. Kulit, kulit menjadi lebih kasar, lebih tebal, agak pucat dan lubang pori- pori bertambah besar. e. Kelenjar, kelenjar lemak dan keringat menjadi lebih aktif. Sumbatan kelenjar lemak dapat menyebabkan jerawat. Kelenjar keringat di ketiak mengeluarkan banyak keringat dan baunya menusuk sebelum dan selama masa haid. f. Otot, otot semakin besar dan semakin kuat, terutama pada pertengahan dan menjelang akhir masa puber, sehingga memberikan bentuk pada bahu, lengan dan tungkai kaki. g. Suara, suara menjadi lebih penuh dan lebih semakin merdu. Suara serak dan suara yang pecah jarang terjadi pada anak perempuan.

3.3. Perubahan Psikososial pada Masa Pubertas

Pada waktu anak memasuki masa remaja terjadi perubahan yang hebat oleh pertumbuhan dan kematangan fisiknya. Perubahan fisik ini diikuti pula dengan perubahan psikologis. Bila ditinjau hubungan antara perkembangan psikososial dan perkembangan fisik, dapat terlihat bahwa perkembangan fisik Universitas Sumatera Utara memberikan impuls-impuls baru pada perkembangan psikososial. Jadi hubungan ‘kausalitas’ ini berjalan dari aspek fisik ke aspek psikososial Monks, 1999. Gunarsa 1997 mengungkapkan penguasaan terhadap tubuhnya sendiri yang sudah dicapai sekarang mulai goyah. Kegoncangan ini mempengaruhi integrasi antara id, ego dan superego. Mekanisme pertahanan diri defenses antara lain sublimasi dari dorongan seksual yang tadinya sudah bisa terjadi dengan baik, kini mulai berubah dan menuntut perbuatan yang nyata dengan lawan jenis kelaminnya. Suatu hal yang mudah dipahami karena mereka berada pada masa genital. Fungsi ego kini berhadapan dengan peranan superego. Ego membentuk sintesa antara apa yang sudah lewat dan apa yang akan datang dengan norma- norma sendiri dalam usahanya menemukan identitas dirinya baik yang berhubungan dengan seks, maupun dengan anggota masyarakat, anggota keluarga, dan dengan kepastian mengenai jabatan atau pekerjaan yang akan dilakukan kelak. Gunarsa 1997 dalam bukunya menjelaskan masa remaja yang berlangsung lama sebenarnya diberikan oleh masyarakatnya agar mampu mengintegrasikan dirinya dalam kehidupan dewasa. Pada remaja timbul pertanyaan-pertanyaan: “siapa saya?” dan “akan menjadi apa nanti?”, merupakan pertanyaan yang bersangkut paut dengan perkembangan psikososial dan pertanyaan yang tidak mudah untuk dijawab. Masyarakat memang bisa membantu, mendorong dan memberi kesempatan secara cukup luas agar remaja bisa menjawab pertanyaan di atas. Di pihak lain masyarakat mewajibkan agar para remaja sendiri bisa menemukan jawaban untuk pertanyaan yang sama. Kekaburan oleh perubahan besar yang Universitas Sumatera Utara dialami dalam diri sendiri, dan dorongan masyarakat yang tidak berfungsi positif bagi pembentukan identitas diri, menyebabkan timbulnya krisis identitas. Kalau remaja mengetahui siapa dirinya, mengetahui apa yang akan dan harus dilakukan, mengetahui kapan dan bagaimana harus melakukan maka ia mengetahui peranannya dalam masyarakat. Kalau remaja juga melibatkan diri terhadap sesuatu ideologi, maka berarti ia sudah mencapai identitas. Kalau terjadi sebaliknya, di samping terjadi kekaburan dalam identitas, juga akan terbentuk identitas yang negatif delinquent Gunarsa, 1997. 3.3.1. Identitas Diri Remaja berkeinginan untuk bebas dan kebebasan tersebut adalah sangat penting dan diperlukan dalam perkembangan individu. Untuk menyempurnakan ini, seorang remaja harus meninggalkan masa anak-anaknya dan orang-orang sering lebih dekat berhubungan dengan hal tersebut. Erikson mengidentifikasikan tugas utama dari masa ini adalah “sense of identity vs role confusion”, yaitu perasaan atau kesadaran akan jati dirinya. Pembebasan dari elemen kritis ini menghasilkan identitas Yusuf, 2004. Remaja menginginkan untuk menjadi seseorang menurut jalannya dan mereka berusaha dengan cara yang berbeda. Konsep diri selalu berubah pada tahap ini dan dibentuk oleh tuntutan orang tua, kawan sebaya, guru dan lain-lainnya. Interaksi dengan yang lain membantu remaja menentukan siapa diri mereka dan dalam aturan apa mereka maju. Seorang remaja yang tidak mampu mengatasi kebingungannya dan membuat identitas diri bisa menjadi orang yang kebingungan atau kekacauan confusion. Hal ini dapat berdampak kurang baik bagi remaja. Mereka dapat mengalami self-esteem yang rendah, kurang dapat menyesuaikan dirinya dan merasa asing dan mereka Universitas Sumatera Utara menghadapi beberapa kesulitan dalam memasuki dunia dewasa Thompson, 1995. 3.3.2. Rasa Keakraban Perkembangan keakraban adalah berhubungan dengan proses mencari identitas diri, sebagai remaja yang menuju kedewasaan, mereka siap untuk menerima resiko dari berkelompok, berteman dan untuk membuat hubungan yang lebih dekat dengan lawan jenis. Penghindaran terhadap hal ini membuat remaja tersebut terasing atau terisolasi. Masa remaja adalah periode mencoba dan menguji. Ketidaksetujuan dengan orangtua, sering berputar di sekitar berpacaran, mobil keluarga, uang, berkelompok, tingkat sekolah, memilih teman, merokok, melakukan seks dan memakai obat Thompson, 1995. Orang dewasa yang mempengaruhi remaja harus berusaha untuk mengkreasikan suasana ketertarikan dan pemahaman. Para remaja harus tahu bahwa orang dewasa yang lebih tua dari mereka perhatian kepadanya. Mereka memerlukan praktik atau contoh dalam membuat keputusan, yang dimana menjadi respek walaupun mereka melakukan kesalahan. Orangtua harus membuat batasan dan berharap mereka memberi teguran tetapi yang mengikat Thompson, 1995. 3.3.3. Citra Tubuh Antara tubuh serta ciri-ciri fisik para remaja dengan gambaran tentang dirinya terdapat hubungan yang sangat penting. Selama masa kanak-kanak seseorang membentuk gambaran tentang dirinya. Persepsi tentang gambaran ini menunjuk kepada apa yang disebut body image Sulaeman, 1995. Pada remaja awal, seorang muda harus menyesuaikan diri terhadap perubahan yang dramatis pada masa pubertasnya. Perhatian utama mereka adalah Universitas Sumatera Utara perubahan fisik selama masa awal dan pertengahan remaja dimana hal tersebut faktor yang berperan membentuk egosentris atau kurang percaya diri. Seorang remaja akan suka membandingkan dirinya dengan teman sebayanya dan menciptakan apa yang telah diartikan sebagai sebuah “penonton khayalan”. Mereka percaya setiap orang melihat memperhatikan kepadanya. Keasyikan dengan diri sendiri ini adalah normal dan catatan untuk penggabungan yang tetap dan membuat perbaikan yang sering ditemui dalam kelompok remaja. Pada remaja akhir, lebih harus melengkapi pertumbuhan mereka dan memiliki sedikit kesadaran terhadap diri sendiri Thompson, 1995. Universitas Sumatera Utara BAB 3 KERANGKA KONSEPTUAL

1. Kerangka Konsep