Adapun faktor-faktor yang berhubungan dengan terbentuknya pengetahuan remaja tentang perubahan fisik dan psikososial pada masa pubertas
adalah:
2.1. Pendidikan
Pengertian pendidikan digunakan untuk menunjuk atau menyebutkan suatu jenis peristiwa yang dapat terjadi di berbagai jenis lingkungan. Jenis
peristiwa ini ialah interaksi antara dua manusia atau lebih yang dirancang untuk menimbulkan atau berdampak timbulnya suatu proses pengembangan atau
pematangan pandangan hidup pribadi. Jenis lingkungan tempat terjadinya interaksi ini dapat berupa keluarga, sekolah, tempat bermain, berolahraga atau
berekreasi, ataupun tempat lain Muzaham, 1995. Untuk memaksimalkan akses remaja terhadap peningkatan pengetahuan dan ketrampilan mengenai kesehatan
reproduksi dapat dilakukan dengan berbagai metode pendidikan, dalam upaya meningkatkan pengetahuan, kesadaran, perubahan sikap dan perilaku kesehatan
reproduksi yang sehat dan bertanggung jawab di kalangan remaja Wilopo, 2002. Pelaksanaan bentuk pendidikan ini antara lain dengan metode: penyuluhan,
ceramah, seminar, diskusi dan lain-lain Notoatmodjo, 2003.
2.3. Pengalaman
Sudarmita 2002 mengatakan bahwa pengetahuan dapat terbentuk dari pengalaman dan ingatan yang didapat sebelumnya. Notoatmodjo 2003 juga
mengatakan pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain. Dikalangan remaja pengalaman dapat menjadi sumber pengetahuan
yang mana di masa awal remaja terjadi banyak perubahan yang cepat diantaranya perubahan fisik yang berdampak pada proses pembentukan identitas diri
Universitas Sumatera Utara
psikososial. Dalam proses pembentukan identitas diri seorang remaja, di awali dengan terbentuknya konsep diri terlebih dahulu. Konsep diri merupakan
gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya Harlock, 1999. Konsep diri terbagi dua yaitu konsep diri negatif dan konsep diri positif. Konsep diri bukan
merupakan faktor yang dibawa sejak lahir, melainkan faktor yang dipelajari dan terbentuk melalui pengalaman individu dalam berhubungan dengan orang lain
Ritandiyono Ratnaningsih, 1996.
2.3. Sumber Informasi
2.3.1. Keluarga Keluarga merupakan orang-orang yang saling berinteraksi dan
berkomunikasi satu sama lain dalam peran-peran sosial keluarga seperti suami- istri, ayah dan ibu, anak laki-laki dan anak perempuan, saudara dan saudari
Friedman, 1998. Orangtua merupakan “guru” yang utama, karena orangtua menginterpretasikan dunia dan masyarakat bagi anak-anak mereka. Keluarga
memegang peranan penting dalam unsur pendidikan dan pembina bagi para remaja, karena keluarga merupakan lingkungan utama dan pertama dalam
pendidikan Drajat, 1979 dalam Fatah, 2004. Keluarga telah lama dilihat sebagai konteks yang paling vital bagi pertumbuhan dan perkembangan yang sehat.
Keluarga memiliki pengaruh penting sekali terhadap pembentukan identitas seorang individu dan perasaan harga diri Friedman, 1998.
Ketika seorang anak mulai menginjak masa remaja, ia mulai meninggalkan dunia keluarga dan memasuki ruang lingkup kehidupan yang lebih
luas, yakni dunia luar, lingkungan sosial, lingkungan pergaulan. Suatu keinginan memberikan kesempatan belajar kepada anak dengan sendirinya tentang pahit
Universitas Sumatera Utara
getirnya kehidupan, menghadapi dan mengatasi masalah sendiri. Namun dalam batas-batas tertentu anak masih tetap memerlukan campur tangan orangtua untuk
mengubah dan mengarahkanya pada seluruh aspek perkembangan yang baik. Dengan kata lain, orangtua tetap menjadi sumber informasi utama dalam
mempersiapkan anak menghadapi masa remaja Gunarsa, 1993. Keluarga memiliki peranan yang sangat penting dalam upaya
mengembangkan pribadi anak. Perawatan orangtua yang penuh kasih sayang dan pendidikan tentang nilai-nilai kehidupan merupakan faktor yang kondusif untuk
mempersiapkan anak menjadi pribadi dan anggota masyarakat yang sehat. Melalui perawatan dan perlakuan yang baik dari orangtua, anak dapat memenuhi
kebutuhan-kebutuhan dasarnya, baik fisik-biologis maupun sosiopsikologisnya. Apabila anak telah memperoleh rasa aman, penerimaan sosial dan harga dirinya,
maka anak dapat memenuhi kebutuhan tertingginya, yaitu perwujudan diri Yusuf, 2004.
Yusuf 2004 menjelaskan di dalam bukunya bahwa fungsi keluarga secara psikososiologis, yakni: pemberi rasa aman bagi anak dan anggota keluarga
lainnya; sumber pemenuhan kebutuhan, baik fisik maupun psikis; sumber kasih sayang dan penerimaan; model pola perilaku yang tepat bagi anak untuk belajar
menjadi anggota masyarakat yang baik; pemberi bimbingan bagi pengembangan perilaku yang secara sosial dianggap tepat; pembentuk anak dalam memecahkan
masalah yang dihadapinya dalam rangka menyesuaikan dirinya terhadap kehidupan; pemberi bimbingan dalam belajar ketrampilan motorik, verbal dan
sosial yang dibutuhkan untuk penyesuaian diri; stimulator bagi pengembangan kemampuan anak mencapai prestasi, baik di sekolah maupun di masyarakat;
Universitas Sumatera Utara
pembimbing dalam mengembangkan aspirasi; dan sumber persahabatan teman bermain bagi anak sampai cukup usia untuk mendapatkan teman di luar rumah,
atau apabila persahabatan di luar rumah tidak memungkinkan. 2.3.2. Guru Sekolah
Sekolah merupakan lembaga pendidikan formal yang secara sistematis melaksanakan program bimbingan, pengajaran, dan latihan dalam rangka
membantu siswa agar mampu mengembangkan potensinya, baik menyangkut aspek moral-spiritual, intelektual, emosional maupun sosial Yusuf, 2004.
Sekolah merupakan perpanjangan tangan pendidikan bagi keluarga. Sekolah, terutama guru pada umumnya dipatuhi oleh murid-muridnya. Oleh sebab itu
lingkungan sekolah, baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial yang sehat, akan sangat berpengaruh terhadap penerimaan pengetahuan anak murid. Kunci
pendidikan di sekolah adalah guru, oleh sebab itu perilaku guru harus dikondisikan, melalui pelatihan-pelatihan, seminar, lokakarya, diskusi, pameran,
penyuluhan, dan sebagainya Notoatmodjo, 2003. Mengenai peran sekolah dalam mengembangkan kepribadian anak,
Hurlock 1986, dalam Yusuf, 2004 mengemukakan bahwa sekolah merupakan faktor penentu bagi perkembangan kepribadian anak siswa, baik dalam cara
berfikir, bersikap maupun cara berprilaku. Sekolah berperan sebagai subtitusi keluarga, dan guru subtitusi orangtua. Ada beberapa alasan, mengapa sekolah
memainkan peran yang berarti bagi perkembangan kepribadian anak, yaitu: para siswa harus hadir di sekolah, sekolah memberikan pengaruh kepada anak secara
dini seiring dengan perkembangan “konsep diri”nya, anak-anak banyak menghabiskan waktunya di sekolah daripada di tempat lain di luar rumah, sekolah
Universitas Sumatera Utara
memberikan kesempatan kepada siswa untuk meraih sukses dan sekolah memberi kesempatan pertama kepada anak untuk menilai dirinya, kemampuannya secara
realistik Yusuf, 2004. Menurut Havighurst 1961, dalam Yusuf, 2004, sekolah mempunyai
peranan atau tanggung jawab penting dalam membantu para siswa mencapai tugas perkembangannya. Sehubungan dengan hal ini, sekolah seyogianya berupaya
menciptakan iklim yang kondusif, atau kondisi yang dapat memfasilitasi siswa untuk mencapai tugas perkembangannya.
2.3.3. Teman Sebaya Kelompok teman sebaya sebagai lingkungan sosial bagi remaja siswa
mempunyai peranan yang cukup penting bagi perkembangan pengetahuannya di masa pubertas yang dapat berlanjut kepada proses pembentukan kepribadian
seorang remaja. Peranannya itu semakin penting, terutama pada saat terjadinya perubahan dalam struktur masyarakat pada beberapa dekade terakhir ini, yaitu:
perubahan struktur keluarga, dari keluarga besar ke keluarga kecil; kesenjangan antara genarasi tua dan generasi muda; ekspansi jaringan komunikasi di antara
kawula muda; dan panjangnya masa atau penundaan memasuki masyarakat orang dewasa Yusuf, 2004.
Mengkaji persahabatan di kalangan teman sebaya, banyak hasil penelitian menunjukkan, bahwa faktor utama yang menentukan daya tarik hubungan
interpersonal di antara para remaja pada umumnya adalah adanya kesamaan dalam: minat, nilai-nilai, pendapat dan sifat-sifat kepribadian. Penelitian Kandel
Adam Gullotta, 1983 dalam Yusuf, 2004 menunjukkan bahwa karakteristik
Universitas Sumatera Utara
persahabatan remaja adalah dipengaruhi oleh kesamaan: usia, jenis kelamin dan ras.
Yusuf 2004 mengemukakan, bahwa kelompok teman sebaya telah memberikan kesempatan yang penting untuk memperbaiki bencana kerusakan
psikologis selama masa anak, dan dapat mengembangkan hubungan baru yang lebih baik antar satu sama lainnya. Kelompok sebaya yang suasananya hangat,
menarik dan tidak eksploitatif dapat membantu remaja untuk memperoleh pemahaman tentang: konsep diri, masalah dan tujuan yang lebih jelas; perasaan
berharga; dan perasaan optimis tentang masa depan. Peran lainnya adalah membantu remaja untuk memahami identitas diri jati diri sebagai suatu hal yang
sangat penting, sebab tidak ada fase perkembangan lainnya yang kesadaran identitas dirinya itu mudah berubah, kecuali masa remaja ini. Kelompok teman
sebaya mempunyai kontribusi yang sangat positif terhadap perkembangan kepribadian remaja. Namun di sisi lain, tidak sedikit remaja yang berprilaku
menyimpang, karena pengaruh teman sebayanya. 2.3.4. Media massa
Media massa merupakan alat atau sarana untuk memberikan atau mendapatkan informasi. Media massa terbagi atas dua bagian yaitu: media massa
elektronik televisi, internet dan radio; media massa cetak koran, majalah, dan sejenisnya. Setiap media massa mempunyai kekuatan masing-masing. Tetapi
pada prinsipnya media massa merupakan satu institusi yang melembaga dan berfungsi bertujuan untuk menyampaikan informasi kepada khalayak sasaran agar
tahu informasi Kuswandi, 1996.
Universitas Sumatera Utara
Ada beberapa unsur penting dalam media massa menurut Kuswandi 1996, yaitu: adanya sumber informasi, isi pesan informasi, saluran informasi
media, khalayak sasaran masyarakat dan umpan balik khalayak sasaran Peran media sangat berpengaruh bagi remaja dalam memberikan informasi
tentang pengetahuan, gaya hidup dan cenderung memberikan penghargaan berlebihan untuk gaya hidup hura-hura dan glamour. Jenis media yang paling
banyak digunakan oleh remaja adalah televisi, internet dan radio. Sebagian lainnya senang membaca majalah, koran, dan buku-buku PKBI, 2002.
Peran media massa hampir setiap saat mensosialisasikan sebuah gaya hidup remaja, baik berupa tayangan sinetron, iklan yang ada di televisi maupun
sajian yang tersedia dalam majalah. Media begitu gencarnya memberi hanya satu pilihan ideal yang tidak mungkin dapat dicapai semua remaja, akibatnya remaja
ragu atas pendiriannya dan tidak ada jalan lain selain mengikuti arus tren Bambang dalam Elandis, 2005.
2.3.5. Masyarakat Masyarakat adalah sekumpulan manusia yang saling bergaul, atau dengan
istilah lain saling berinteraksi. Kesatuan hidup manusia yang berinteraksi menurut suatu sistem adat istiadat tertentu yang bersifat kontinyu dan terikat oleh suatu
rasa identitas bersama Kontjaraningrat dalam Effendy, 1998. Karena keluarga dan sekolah berada di dalam masyarakat, lingkungan masyarakat juga menjadi
faktor yang dapat berpengaruh terhadap perkembangan remaja. Konsistensi nilai- nilai, sikap, aturan-aturan, norma, moral, dan perilaku masyarakat tersebut
sehingga akan diidentifikasi oleh individu yang berada dalam masyarakat tersebut sehingga akan berpengaruh proses perkembangannya. Kenyataan menunjukkan
Universitas Sumatera Utara
bahwa tidak sedikit kecenderungan ke arah penyimpangan perilaku dan kenakalan remaja, sebagai salah satu bentuk penyesuaian diri yang tidak baik, berasal dari
pengaruh lingkungan masyarakat Ali Asrori, 2004.
3. Remaja 3.1. Pengertian Remaja