Modal sosial pada Koperasi Syari’ah Berkah Mandiri (Studi Kasus Tentang Pemanfaatan Modal Sosial di Koperasi Syari’ah Berkah Mandiri (KSBM) Medan)

(1)

MODAL SOSIAL PADA KOPERASI SYARI’AH

( Studi Kasus Tentang Pemanfaatan Modal Sosial Di Koperasi

Syari’ah Berkah Mandiri (KSBM), Medan )

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Oleh:

040901031

S U Y A D I

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2010


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

DEPARTEMEN SOSIOLOGI

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh :

Nama : SUYADI

NIM : 040901031

Departemen : Sosiologi

Judul : Modal sosial pada Koperasi Syari’ah Berkah Mandiri (Studi Kasus Tentang Pemanfaatan Modal Sosial di Koperasi Syari’ah Berkah Mandiri (KSBM) Medan)

Dosen Pembimbing Ketua Departemen

Dra. Rosmiani, MA

NIP. 196002261990032002 NIP. 196805251992031002 Prof. Dr. Badaruddin, M.Si

a.n. Dekan

Pembantu Dekan I FISIP USU

NIP. 195908091986011002 Drs. Humaizi, MA


(3)

ABSTRAK

Muncul berbagai operasi Syari’ah di tengah perkembangan perkoperasian Indonesia yang kurang membahagiakan menjadikan sesuatu yang patut diteliti apa yang menjadi pemicu perkembangannya. Koperasi Syari’ah Berkah Mandiri (KSBM) adalah satu koperasi syari’ah yang eksis dan berkembang di tengah kondisi perkoperasian Indonesia yang mengalami kemunduran.

Dalam proses perjalanannya, Koperasi Syari’ah Berkah Mandiri melalui pelaku-pelakunya telah memanfatkan energi-energi sosial sebagai dasar / kekuatan untuk bertahan dan berkembang. Energi sosial tersebut yaitu trust, jaringan sosial, dan pranata yang semuanya merupakan elemen-elemen penting dalam modal sosial.

Trust / kepercayaan adalah salah satu faktor energi sosial yang sangat berpengaruh dalam menunjang eksistensi dan perkembangan Koperasi Syari’ah Berkah Mandiri.

Adanya jaringan dan pranata yang dimiliki semakin memperkuat trust Koperasi Syari’ah Berkah Mandiri. Yang akhirnya kesemuanya itu dimanfaatkan untuk esistensi dan perkembangan Koperasi Syari’ah Berkah Mandiri.

Jenis penelitian adalah pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus (case study) yang bersifat deskriptif karena mengacu pada objek studi yang diamati situasi dan perilakunya. Studi kasus adalah tipe pendekatan dalam penelitian yang penelaahnnya terhadap suatu kasus dilakukan secara mendalam, mendetail, dan komprehensif.


(4)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Allah SWT atas segala rahmat dan karuniaNya yang senantiasa dilimpahkan. Sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial dan Ilmu Politik. Dalam pengerjaan skripsi ini, penulis menyadari keterbatasan dan pengetahuan, pengalaman dan kelemahan-kelemahan lainnya, namun semua nitu tidaklah menjadi penghalang karena bantuan dari banyak pihak. Penulis menyadari pengerjaan dan penyelesaian dari skripsi ini tidak lepas dari dukungan moral maupun materil. Untuk itu pada kesempatan ini, penulis mengucapkan banyak terimakasih kepada :

1. Bapak Prof. Dr. M. Arif Nasution, MA selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik.

2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.Si selaku Ketua Departemen Sosiologi.

3. Ibu Dra. Rosmiani, M.A selaku Sekretaris Departemen Sosiologis sekaligus

Dosen Pembimbing yang telah membantu mengarahkan penulis dalam hal penyusunan skripsi.

4. Bapak Drs. Sismudjito, M.Si selaku Dosen Wali yang telah memberi masukan

positif bagi penulis dari awal perkuliahan hingga penyusunan skripsi.

5. Kedua orang tua saya Bapak Bejo dan Ibu Suminah atas cinta kasih yang

melahirkan, merawat dan membesarkan saya tidak pernah berhenti untuk mendidik, memperhatikan dan memotivasi saya dalam sehala hal. Pengorbanan dan kasihmu tidak akan pernah sirna dari hidup saya dan tidak


(5)

dapat dibalas, biarlah karsih Karunia-Nya yang membalas semua kepada Ayah dan Ibu tercinta. Saya menyayangi Bapak, Ibu….

6. Bapak / Ibu staf pengajar di Departemen Sosiologi khususnya yang telah

mencurahkan ilmu pengetahuan dan pengalamannya selama masa perkuliahan.

7. Para Pegawai Departemen dan Pendidikan Kak Feni, Kak Betty, Devi yang

telah membantu proses penyelsaiann studi dalam administrasi di Departemen dan Pendidikan.

8. Teman-temanku Stambuk ’04 Fakhruddin, Hardiansyah, Eko, Ashari, Heru,

Anita, Devi dan kawan-kawan lain yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. Terima kasih tuk kebersamaan kita selama ini.

9. Teman-temanku seperjuangan di KSBM, KAMMI, UKMI, LDK, dll yang

telah memberi dukungan dan motivasi bagi saya Thank you frend…..

10. Kepada seluruh informan yang sudah menyediakan waktu, tenaga, pikiran dan kerjasama yang baik dalam memberikan informasi yang begitu berharga.

Medan, Maret 2010


(6)

DAFTAR ISI

Abstrak ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ... iv

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Perumusan Masalah ... 11

1.3. Tujuan Penelitian ... 11

1.4. Manfaat Penelitian ... 11

1.5. Defenisi Konsep ... 12

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Spritualitas dan Materialitas dalam Perspektif Sosiologi ... 17

2.2. Modal Sosial ... 20

2.2.1. Kepercayaan ... 23

2.2.3. Jaringan Sosial ... 25

2.2.5. Pranata ... 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 28

3.2. Lokasi Penelitian ... 28

3.3. Unit Analisis dan Informan Penelitian ... 29

3.4. Teknik Pengumpulan Data ... 31

3.5. Interprestasi Data ... 33

3.6. Jadwal Kegiatan Penelitian ... 34


(7)

BAB IV DESKRIPSI DAN INTERPRESTASI DATA 4.1. Profil Koperasi Syari’ah

4.1.1. Sejarah Berdirinya Koperasi Syari’ah Berkah Mandiri 36

4.1.2. Struktur Organisasi ... 39

4.1.3. Visi dan Misi ... 40

4.1.4. Produk dan Jasa Koperasi Syari’ah Berkah Mandiri .. 41

4.1.5. Keanggotaan ... 43

4.1.6. Lokasi ... 44

4.1.7. Karakteristik Anggota Koperasi Syari’ah Berkah Mandiri ... 44

4.1.8. Perkembangan Koperasi Syari’ah Berkah Mandiri ... 48

4.2. Profil Informan 4.2.1. Pendiri Koperasi Syari’ah Berkah Mandiri ... 51

4.2.2. Pengurus Koperasi Syari’ah Berkah Mandiri ... 52

4.2.3. Pengawas Koperasi Syari’ah Berkah Mandiri ... 55

4.2.4. Pengelola Koperasi Syari’ah Berkah Mandiri ... 56

4.2.5. Anggota Koperasi Syari’ah Berkah Mandiri ... 58

4.2.6. Dinas Koperasi dan UKM Sumatera Utara ... 61

4.3. Trus sebagai modal ssoail dalam menghimpun anggota dan permodalan ... 62

4.4. Jaringan Sosial sebagai modal sosial dalam menjaga hubungan sosial-ekonomi ... 71

4.5. Sistem Syari’ah sebagai Modal Sosial dalam Membangun Solidaritas dan Loyalitas ... 78

BAB V PENUTUP 5.1. Kesimpulan ... 85

5.2. Saran ... 87

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(8)

ABSTRAK

Muncul berbagai operasi Syari’ah di tengah perkembangan perkoperasian Indonesia yang kurang membahagiakan menjadikan sesuatu yang patut diteliti apa yang menjadi pemicu perkembangannya. Koperasi Syari’ah Berkah Mandiri (KSBM) adalah satu koperasi syari’ah yang eksis dan berkembang di tengah kondisi perkoperasian Indonesia yang mengalami kemunduran.

Dalam proses perjalanannya, Koperasi Syari’ah Berkah Mandiri melalui pelaku-pelakunya telah memanfatkan energi-energi sosial sebagai dasar / kekuatan untuk bertahan dan berkembang. Energi sosial tersebut yaitu trust, jaringan sosial, dan pranata yang semuanya merupakan elemen-elemen penting dalam modal sosial.

Trust / kepercayaan adalah salah satu faktor energi sosial yang sangat berpengaruh dalam menunjang eksistensi dan perkembangan Koperasi Syari’ah Berkah Mandiri.

Adanya jaringan dan pranata yang dimiliki semakin memperkuat trust Koperasi Syari’ah Berkah Mandiri. Yang akhirnya kesemuanya itu dimanfaatkan untuk esistensi dan perkembangan Koperasi Syari’ah Berkah Mandiri.

Jenis penelitian adalah pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus (case study) yang bersifat deskriptif karena mengacu pada objek studi yang diamati situasi dan perilakunya. Studi kasus adalah tipe pendekatan dalam penelitian yang penelaahnnya terhadap suatu kasus dilakukan secara mendalam, mendetail, dan komprehensif.


(9)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah

Kegiatan ekonomi syariah semakin hari semakin marak nampak ditengah-tengah masyarakat. Bahkan akhir-akhir ini, pembahasan tentang ekonomi syariah oleh para pemikir maupun para praktisi sudah menjadi trend. Tidak hanya sebatas sampai pembahasan atau wacana saja, namun praktek ekonomi syariah telah dapat terealisasi dalam bentuk lembaga-lembaga ekonomi yaitu antara lain Bank Syari’ah, Asuransi Syariah, Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS), Baitul Mall Wat Tamwil (BMT), Koperasi Syariah, dan lain-lain. Lembaga-lembaga ekonomi syariah tersebut mempunyai lahan subur dalam perkembangannya di Indonesia, karena Indonesia adalah negara dengan pemeluk agama Islam terbesar di dunia. Jumlah pemeluk agama Islam di Indonesia yaitu sekitar 81,4% (BPS, 2005) dari jumlah total penduduk Indonesia.

Lembaga ekonomi syariah adalah lembaga ekonomi yang dalam operasionalnya menggunakan prinsip-prinsip dan aturan ajaran Islam. Sistem dan prakteknya sudah mulai berkembang khususnya di negara-negara teluk sejak 50 tahun yang lalu. Sedangkan di Indonesia mulai terlihat perkembanganya sejak tahun 1990-an dengan berdirinya bank muamalat. Perkembangan lembaga ekonomi syari’ah di Indonesia, tidak lepas dari adanya fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang menyatakan bahwa bunga bank itu adalah riba, dan riba sangat dilarang dan diharamkan dalam ajaran Islam. Fatwa itu telah memberi


(10)

dampak terhadap penyempitan pasar bagi perbankan konvensional, masalahnya sebagian besar penduduk Indonesia beragama Islam. Sementara itu pasar bank syariah semakin meluas karena banyak nasabah perbankan konvensional, khususnya yang beragama Islam mengalihkan transaksi perbankannya ke bank syariah. Begitu juga dengan lembaga ekonomi syariah skala mikro misalnya koperasi syariah turut diuntungkan dalam pertumbuhan dan perkembangannya.

Gerakan koperasi di Indonesia dimulai dengan lahirnya “Bank Pertolongan dan Tabungan” yang didirikan pada tahun 1896 oleh Raden Aria Wira Atmaya di Kabupaten Banyumas, Purwokerto, yang tujuannya untuk membebaskan masyarakat dari lintah darat. Kemudian melalui perjuangan yang cukup panjang pada tahun 1927 keluar peraturan tentang “Perkumpulan Koperasi Bumi Putera” No. 91 tahun 1927. Melalui peraturan tersebut maka izin mendirikan koperasi di perlonggar.

Kongres koperasi 1 diselenggarakan atas dorongan Bung Hatta pada tanggal 12 Juli 1947 di Tasikmalaya.

Keputusan penting dalam kongres 1 antara lain:

a. Mendirikan Sentral Organisasi Koperasi Rakyat (SOKRI) yang

berkedudukan di Tasikmalaya

b. Mengajukan berdirinya ”Koperasi Desa” dalam rangka mengatur

perekonomian pedesaan.


(11)

Pada bulan Juli 1953 diadakan kongres ke II di Bandung keputusan penting dalam kongres tersebut adalah:

a. Mengangkat Bung Hatta sebagai Bapak Koperasi Indonesia b. SOKRI diubah menjadi Dewan Koperasi Indonesia

Pada bulan September 1956 diadakan Kongres Koperasi ke III di Jakarta. Keputusan penting yang dihasilkan dalam kongres tersebut antara lain :

a. Penyempurnaan Organisasi Gerakan Koperasi

b. Menghimpun bahan undang-undang perkoperasian

Undang-undang perkoperasian yang pakai hingga saat ini adalah undang-undang perkoperasian No. 25 tahun 1992.

Dalam wacana sistem ekonomi dunia, koperasi disebut juga sebagai the third way, atau “jalan ketiga”, istilah yang pernah dipopulerkan oleh sosiolog

Inggris, Anthony Giddens, yaitu sebagai ”jalan tengah” antara kapitalisme dan sosialisme. Selain itu, koperasi yang digagas oleh Robert Owen (1771, 1858), telah dikenal di Indonesia sejak akhir abad 19, melalui organisasi swadaya untuk menanggulangi kemiskinan dikalangan pengawai dan petani.

Setelah Indonesia merdeka, koperasi dianggap sebagai suatu sistem ekonomi yang memiliki cantolan konstitusional yang berpengang pada pasal 33 UUD 1945, khususnya ayat 1 yang menyebutkan bahwa ”perekenomian disusun sebagai usaha bersama berdasar atas asas kekeluargaan”. Dalam penjelasan UUD 1945 itu dikatakan oleh Mohammad Hatta bahwa pengertian ”asas kekeluargaan” itu adalah koperasi.


(12)

Secara konstitusional kelahiran koperasi syariah di Indonesia dilandasi oleh keputusan Menteri (Kepmen) Nomor 91/Kep/M.KUKM/IX/2004 tanggal 10 September 2004 tentang petunjuk pelaksanaan kegiatan usaha koperasi jasa keuangan syariah. Jejak koperasi berbasis nilai Islam (syariah) tersebut di Indonesia lahir pertama kali dalam bentuk panguyuban usaha bernama Syarikat Dagang Islam (SDI). SDI didirikan oleh H. Samanhudi di Solo, Jawa Tengah, anggotanya para pedagang muslim mayoritas pedagang batik. Meskipun pada perkembangannya, SDI berubah menjadi Syarikat Islam yang bernuansa gerakan politik. Jejak lebih jauh lagi berdasarkan prinsip syariah telah ada sejak abad III H di Timur Tengah dan Asia Tengah.

Secara etimologi istilah ”Koperasi syariah” berasal dari kata koperasi dan syariah. Koperasi berdasarkan undang-undang No. 25 tahun 1992 Bab 1, pasal 1, ayat 1 yaitu ”Koperasi adalah badan usaha yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan”.Adapun pengertian syariah menurut kamus besar bahasa Indonesia yaitu ”seperangkat sistem peraturan yang didasarkan pada prinsip-prinsip dan nilai-nilai yang berasal dari ajaran agama islam.

Dengan demikian pengertian koperasi syariah adalah ”Badan usaha” (bisnis) yang beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan dan berketuhanan. Kegiatan koperasi syariah didasarkan pada prinsip ekonomi islam, yaitu tidak


(13)

masyir, tidak ghoror, tidak asusila, tidak haram, tidak riba, tidak ihtikar, dan tidak berbahaya.

Perkembangan koperasi di Indonesia yang sangat tidak membahagiakan di Indonesia belakangan ini justru diwarnai dengan perkembangan koperasi dengan sistem syariah. Koperasi syariah justru berkembang ditengah ribuan koperasi di Indonesia yang berhenti usahanya. Berdasarkan data Kementerian Negara Koperasi dan UKM dan Dekopin tahun 2008 ada 3.020 koperasi syariah di Indonesia yang mampu menghidupi 920 ribu unit usaha kecil. Mungkin fenomena itu menjadi sesuatu yang mencengangkan, karena di tengah pesimisme masyarakat terhadap kemampuan koperasi, koperasi syariah justru mulai menunjukkan eksistensinya meskipun belum banyak dikenal masyarakat luas. Ada harapan besar bagi koperasi syariah untuk tumbuh dan berkembang sebab cara kerja koperasi yang mengedepankan asas kebersamaan dan keadilan, koperasi syariah menjadi unit usaha berprespektif yang mulai menjadi lirikan masyarakat.

Di tengah perkembangan masyarakat muslim yang mulai sadar dan membutuhkan pengelolaan syariah nampaknya menjadi lahan subur bagi koperasi syariah untuk tumbuh dan berkembang. Apalagi disaat lembaga keuangan perbankan umumnya masih sulit untuk diakses oleh usaha mikro, koperasi syariah bisa menjadi lembaga keuangan yang potensial bagi anggotanya untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan pengembangan usahanya yang produktif.


(14)

Koperasi syariah telah memberikan dampak yang cukup positif terhadap pelaku usaha mikro di tanah air. Tentu saja ada sebab dibalik geliat ekonomi koperasi syariah di tanah air ini.

Modal sosial oleh Pierre Bourdieu pada 1972 adalah sebuah konsep kebersamaan yang lahir dari adanya kepekaan pemimpin yang ditindaklanjuti dengan menggagas untuk membangun kesadaran masyarakat yang memiliki saling keterkaitan sosial, sehingga terwujud rasa peduli dan tanggungjawab yang memiliki nilai jaringan sosial. Modal sosial diyakini secara luas dapat menjadi solusi bagi semua masalah yang menimpa komunitas masyarakat masa kini. Terlebih ketika, bank dunia mendukung sebuah program penelitian tentang hal ini, dan konsepnya mendapat perhatian publik melalui buku Robert Putnam pada tahun 2000, Bowling Alone. Modal sosial mempunyai kekuatan sangat dahsyat untuk membangun perekonomian suatu bangsa khususnya ketika menghadapi krisis seperti pengalaman Jepang yang berhasil keluar dari berbagai krisis yang dimulai dari restorasi Meiji tahun 1853 sampai krisis pada tahun 1990. Belajar dari pengalaman yang pernah ada, ternyata modal sosial sangat efektif membangun kekuatan ekonomi untuk tumbuh dan memiliki daya tahan lebih kokoh.

Adanya motif lain diluar motif ekonomi merupakan salah satu bagian dari modal sosial. Kualitas dan kuantitas hubungan yang terjadi secara terus menerus pada sebuah komunitas akan berdampak positif terhadap kapabilitas modal sosial yang akan dapat menjadi sebuah keuntungan secara ekonomi sebagaimana menurut Robert Putnan, Francis Fukuyama dan James Coleman bahwa berhasil


(15)

atau tidaknya suatu kelompok meningkatkan kualitas kehidupannya banyak ditentukan oleh modal sosial yang mereka punyai dan laksanakan.

Modal sosial bukanlah materi, melainkan modal yang mempunyai keterlekatan dalam diri seseorang yang merupakan kepemilikan publik. Berbeda dengan modal materi yang apabila digunakan secara kontiniu akan habis. Modal sosial justru semakin banyak jika digunakan, bukan seperti modal materi yang akan habis bila digunakan (Badaruddin, 2005 : 32).

Makna modal sosial lebih kepada potensi kelempok dan pola-pola hubungan antara individu dalam suatu kelompok dan antar kelompok dengan ruang perhatian pada jaringan sosial, norma, nilai dan kepercayaan antar sesama yang lahir dari anggota kelompok dan menjadi norma kelompok (Hasbullah, 2005: 5)

Definisi-definisi oleh para ahli, modal sosial memiliki tiga elemen, yaitu: 1. Jaringan sosial (network)

Menurut Robert Putnam, modal sosial tidak dibangun oleh satu individu saja, melainkan terletak pada kecenderungan yang tumbuh dalam kelompok bersosialisasi. Kemampuan anggota kelompok/komunitas untuk menyatukan diri dalam suatu pola hubungan yang sinergi akan mempengaruhi kuat tidaknya modal sosial. Jaringan hubungan sosial ditentukan oleh karakteristisk, juga orientasi kelompok. Kelompok yang dibangun atas dasar-dasar garis keturunan, pengalaman sosial turun-temurun, keyakinan akan ketuhanan, cenderung berkohesifitas tinggi, tetapi jaringan yang terbangun sangat sempit. Sebaliknya,


(16)

pada kelompok yang didasarkan kesamaan orientasi dan tujuan, serta memiliki perangkat yang modern akan mampu membangun jaringan yang luas.

2. Kepercayaan (trust)

Francis Fukuyama memberi definisi kepercayaan sebagai ”sikap saling mempercayai di masyarakat yang memungkinkan masyarakat tersebut saling bersatu dengan yang lain dan memberikan kontribusi pada peningkatan modal sosial”. Ketika rasa percaya terbangun, maka partisipasi masyarakat akan tinggi, terutama untuk mencapai tujuan bersama. Sebaliknya tanpa rasa saling percaya, masyarakat akan menjadi lemah, bahkan desktruktif bagi kelompoknya sendiri. Bermula dari ketidakpercayaan, lama-kelamaan muncul sikap apatis dan akhirnya muncul deviasi yang berbentuk kriminal, gampang marah (chaos) dan jika berlanjut setiap anggota akan terisolior oleh masyarakatnya sendiri. Darimana asalnya kepercayaan, memunculkan beberapa pendapat. Nahapit dan Ghosal menyatakan kepercayaan muncul dari keyakinan agama, kompetensi seseorang dan keterbukaan yang telah menjadi norma dalam masyarakat. James Coleman berpendapat kepercayaan muncul dari norma sosial yang melekat pada struktur sosial itu sendiri, sedangkan Putnam melihat kepercayaan terbangun dari perilaku resiprositas dalam masyarakat.

3. Peranata, mencakup: norma-norma, nilai-nilai, sanksi-sanksi dan aturan-aturan (Badaruddin, 2005: 33)

Norma adalah sekumpulan aturan yang diharapkan dipatuhi dan diikuti oleh anggota masyarakat pada suatu kelompok sosial. Norma-norma ini telah terinstitusionalisasi dan mengandung sanksi sosial yang mencegah individu


(17)

melakukan perbuatan menyimpang dari masyarakatnya. Nilai adalah suatu ide turun temurun yang dianggap benar dan penting oleh anggota masyarakat. Nilai yang ada pada suatu kelompok masyarakat akan mempengaruhi norma, juga sanksi dalam masyarakat tersebut. Bahkan nilai juga membangun pola budaya suatu masyarakat. Nilai yang diacu akan mempengaruhi pola interaksi dan keterlekatan suatu kelompok masyarakat. Namun, nilai dan norma juga memiliki ambivalensi, misal, nilai-nilai keharmonisan, rukun dan damai, seringkali mempersempit ruang keterbukaan dan kejujuran (Hasbullah, 2005: 9-14)

Koperasi Syariah Berkah Mandiri (KSBM) adalah koperasi yang didirikan dan dikelola oleh mahasiswa dan alumni USU dari berbagai fakultas, yang terbuka secara umum untuk semua kalangan masyarakat. Koperasi tersebut didirikan pada tanggal 31 Maret 2006 di masjid dakwah USU oleh mahasiswa dan alumni USU yang terdiri dari 38 orang, dengan nomor badan hukum 518.503/110/BH/11/KUK/2007.

Kantor KSBM pertama sekali beralamat di pajak USU nomor 17, kampus USU. Pada awal November 2008 kantor KSBM pindah di Jalan Setia Budi nomor 175-c,Tanjung Sari, medan selayang, Medan. Kemudian mulai tanggal 1 Juli 2009 sampai sekarang, kantor KSBM beralamat di Jalan Setia nomor 9, Tanjung Rejo, Medan Sunggal, Medan.

Modal awal pendirian koperasi syariah tersebut berasal dari simpanan para pendiri yaitu sebesar Rp. 442.000 setiap orang. Koperasi tersebut merupakan koperasi serba usaha yang bergerak pada segala bidang usaha khususnya usaha simpan pinjam syariah. Sampai saat ini, koperasi tersebut telah memiliki 5 bidang


(18)

usaha, yaitu simpan pinjam syariah, perdagangan, privat less dan bimbingan belajar, jasa cattering, serta rental mobil. Jumlah anggota keseluruhan saat ini adalah 182 orang (96% mahasiswa dan alumni USU).

Dari sekilas profil di atas muncul sebuah pertanyaan yaitu bagaimana koperasi syariah Berkah Mandiri (KS-BM) mampu bertahan sampai hampir 4 tahun lamanya, bahkan telah mampu berkembang ditengah-tengah kehidupan kota yang penuh dengan berbagai permasalahan sosial dan ekonomi. Dan yang lebih menarik lagi mengapa orang mau dan percaya untuk bergabung menjadi anggota dengan menginvestasikan dananya di koperasi tersebut, padahal koperasi pada umumnya belum secara profesional dikelola seperti perbankan. Hal ini bisa dilihat dari keterbatasan fasilitas dan sumber daya manusia dan kelemahan lain yang dimilikinya. Dan inilah kondisi koperasi di Indonesia pada umumnya. Bahkan secara hukum, pemerintah tidak menjamin segala bentuk uang simpanan atau tabungan anggota atau nasabah di koperasi termasuk koperasi syariah. Hal ini juga merupakan kelemahan dan tantangan bagi koperasi dalam menghimpun permodalan materi.

Lalu bagaimana Koperasi Syariah Berkah Mandiri mampu tetap eksis dan berkembang dengan tantangan dan kelemahan itu semua, sehingga mampu bertahan dan berkembang hampir 4 tahun lamanya? Padahal mulai dari awal pendirian sampai sekarang pengurus dan pengelola koperasi tersebut bekerja dengan tidak mendapatkan gaji (materi). Begitu juga dengan anggota koperasi, belum mendapatkan keuntungan dari hasil investasinya. Bagaimana pemanfaatan modal sosial yang ada di KSBM sebagai kekuatan yang dapat mengatasi berbagai


(19)

masalah, sebagaimana yang telah diungkapkan dalam berbagai teori sosial pada elinea sebelumnya? Hal inilah yang hendak diteliti lebih lanjut.

1.2.Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang diuraikan diatas, maka yang menjadi perumusan masalah adalah:

1. Bagaimana Pemanfaatan Modal Sosial di Koperasi Syari’ah Berkah

Mandiri (KSBM)?

2. Mengapa KSBM tetap eksis dan berkembang sampai saat ini?

1.3.Tujuan Penelitian

Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini yaitu:

1. Untuk mengetahui pemanfaatan modal sosial di Koperasi Syar’iah Berkah Mandiri.

2. Untuk mengetahui mengapa KSBM tetap eksis dan berkembang sampai saat ini.

1.4.Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis

1. Meningkatkan kemampuan dan pengetahuan sosiologis peneliti

mengenai modal sosial.

2. Dapat menjadi masukan dan menambah wawasan bagi para peneliti,

kaum akademisi, praktisi koperasi serta masyarakat umum terhadap kajian modal sosial khususnya pada koperasi syariah.


(20)

1.4.2. Manfaat Praktis

1. Dapat memberikan kontribusi terhadap para praktisi koperasi syari’ah untuk mengembangkan koperasinya.

2. Mensosialisasikan keberadan koperasi syari’ah dengan harapan

prinsip-prinsip dasar dan kelebihan-kelebihan koperasi syari’ah juga dapat diterapkan dilembaga-lembaga lain.

3. Sebagai bahan rujukan bagi penelitian berikutnya

1.5.Definisi Konsep

Dalam penelitian ilmiah, definisi konsep sangat diperlukan untuk mempermudah dan memfokuskan penelitian. Agar tidak menimbulkan kesalahpahaman konsep yang dipakai, maka harus ada batasan-batasan makna dan arti tentang konsep yang dipakai dalam penelitian ini.

Batasan konsep-konsep dalam penelitian ini yaitu:

1. Modal sosial adalah sumber daya non ekonomi yang terbentuk oleh sinergi

dari jaringan sosial, kepercayaan dan pranata yang berimplikasi terhadap keefektifan (peningkatan) penggunaan sumber daya-sumber daya atau modal-modal yang lain.

2. Kepercayaan (trust) adalah suatu bentuk keinginan untuk mengambil resiko dalam hubungan-hubungan sosialnya yang didasari oleh perasaan yakin bahwa yang lain akan melakukan sesuatu seperti yang diharapkan dan akan senantiasa bertindak dalam suatu pola tindakan yang saling mendukung, paling tidak, yang lain tidak akan bertindak merugikan diri dan kelompoknya


(21)

(Robert D. Putnam, 1993, 1995 dan 2002 dalam Hasbullah, 2006). Kepercayaan tersebut antara lain adalah kejujuran, tidak KKN ( Korupsi, Kolusi, Nepotisme ), tidak melanggar nilai dan norma, menjaga reputasi pribadi dan perusahaan, menjalankan tugas dan kewajiban sebagaimana mestinya.

3. Jaringan sosial adalah suatu rangkaian hubungan yang terbangun antara satu individu dengan individu lainnya dan antara kelompok dengan kelompok lainnya, yang dalam hal ini mereka saling memberikan tatanan dan makna pada kehidupan sosialnya.

4. Pranata adalah seperangkat nilai, norma serta sanksi baik yang tertulis maupun tidak yang mengatur masalah aktifitas-aktifitas ekonomi yang diperlukan bagi kelangsungan hubungan sosial ekonomi dalam sebuah kelompok/lembaga. 5. Koperasi adalah lembaga ekonomi yang berbentuk badan usaha yang

beranggotakan orang seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang berdasarkan atas asas kekeluargaan (undang-undang No. 25 tahun 1992, Bab 1, pasal 1, ayat 1).

6. Syari’ah adalah seperangkat sistem peraturan yang didasarkan pada prinsip-prinsip Islam, yaitu Al-qur’an dan Hadist. Dalam konteks ini kegiatan koperasi syari’ah didasarkan pada prinsip ekonomi Islam, antara lain:

a. Tidak masyir, yaitu segala bentuk spekulasi judi yang mematikan sektor riil dan tidak produktif.


(22)

b. Tidak asusila, yaitu praktik usaha yang melanggar kesusilaan dan norma sosial

c. Tidak ghoror, yaitu segala transaksi yang tidak transparan dan tidak jelas sehingga berpotensi merugikan salah satu pihak.

d. Tidak haram, yaitu objek transaksi dan proyek usaha yang diharampkan

syari’ah

e. Tidak riba, yaitu segala bentuk distorsi mata uang menjadi komoditas

dengan mengenakan tambahan (bunga) pada transaksi pinjaman atau pertukaran/barter lebih antar barang sejenis.

f. Tidak ihtikar, yaitu penimbunan dan monopoli barang dan jasa untuk

tujuan permainan harga.

g. Tidak berbahaya, yaitu segala bentuk transaksi dan usaha yang

membahayakan individu maupun masyarakat serta bertentangan dengan syariah.

7. Koperasi Syariah, yaitu badan usaha (bisnis) yang beranggotakan orang

seorang atau badan hukum koperasi dengan melandaskan kegiatannya berdasarkan prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yaang berdasarkan atas asas kekeluargaan dan berketuhanan sesuai prinsip-prinsip agama Islam. Dalam konteks ini kegiatan koperasi syariah didasarkan pada prinsip ekonomi islam, antara lain :

a. Mudharabah, yaitu suatu perjanjian yang memuat penyerahan modal

khusus kepada orang lain yang ia pergunakan untuk berdagang dengan mendapatkan bagian tertentu dari keuntungan yang ditetapkan sesuai


(23)

dengan kesepakatan. Modal sepenuhnya dari pemilik modal, tetapi pemilik modal tidak terlibat dalam manajemen usaha. Keuntungan dibagi sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak, jika terjadi kerugian yang menanggung adalah pemilik modal. Pihak pengeloa tidak menanggung kerugian secara materi, cukuplah ia menanggung kerugian tenaga dan waktu yang dikeluarkan selama menjalankan usaha, dan juga tidak mendapatkan keuntungan materi.

b. Musyarakah, yaitu keikutsertaan dua pihak atau lebih dalam suatu usaha tertentu dengan menyertakan sejumlah modal dengan pembagian keuntungan sesuai keepakatan bersama. Apabila terjadi kerugian masing-masing hanya menanggung kerugian sebatas modal yang ditanamkan.

c. Murabahah, yaitu pembiayaan atas pembeliaan suatu barang dengan

perjanjian dua pihak dimana koperasi syariah sebagai penjual barang dan nasabah sebagai pembeli barang. Barang sesuai dengan yang dibutuhkan nasabah. Besarnya keuntungan yang diambil koperasi syariah atas transaksi tersebut bersifat constant, dalam pengertian tidak berkembang dan tidak pula berkurang. Keadaan ini berlangsung hingga akhir pelunasan hutang oleh nasabah koperasi syariah.


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.Spritualitas dan Materialitas dalam Perspektif Sosiologi

Islam adalah wahyu atau risalah yang diberikan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW untuk disampaikan kepada umatnya sebagai pedoman bagi kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat, yang semuanya itu ada dalam Al-Qur’an dan As-sunnah sebagai sumber pokok ajarannya. Di dalam ajaran Islam, setiap orang diperintahkan untuk melaksanakan ajaran Islam secara utuh, termasuk berekonomi harus dilaksanakan secara syariah

Nilai-nilai islam antara lain mengajarkan manusia untuk saling bekerja sama dalam kebaikan, saling menjaga kepercayaan ( trust ), saling silaturahmi, bekerja keras, cerdas (profesional ), ikhlas, saling menolong dan memberi. Ini merupakan bentuk keunggulan ajaran yang dapat mendorong tumbuhnya modal sosial yang kuat dan akan menghasilkan masyarakat berbudaya unggul dan bangsa yag kuat pula.

Islam memandang pentingnya ekonomi, tetapi ekonomi bukanlah segala-galanya. Ekonomi mengatur kehidupan jasmaniah, agama mengatur kehidupan rohaniah. Ajaran Islam memberikan dorongan kepada manusia untuk berekonomi sebagai pemenuhan kebutuhan hidup di dunia tanpa melupakan akhirat. Dorongan tersebut terlihat di dalam Al-qur’an juga al-hadist sebagai sumber ajarannya.

Max Weber dalam teorinya mengenai etika protestan dan hubungan dengan semangat kapatalisme mencoba mengadakan transformasi struktural


(25)

sekaligus juga lintas struktural antara dua bidang, agama dan ekonomi. Dengan suatu fakta statistik ia menjelaskan fenomena di dunia Eropa modern yang menunjukkan bahwa pemimpin-pemimpin perusahaan dan para pemilik modal, maupun mereka yang tergolong sebagai buruh terampil (ahli) tingkat tinggi kebanyakan memeluk agama protestan (Sudrajat, 1994: 3). Menurut Weber, kapitalisme modern timbul sebagai hasil kumulatif kekuatan sosial, politik dan ekonomi serta agama yang berakar jauh di dalam sejarah eropa. Ia menempatkan agama, khususnya agama protestan sebagai faktor yang determinan, berdiri sendiri dan berpengaruh. Dan berbeda dengan Marx yang menempatkan agama pada posisi sekunder dan dependen (Turner, 1984: 7). Weber mencoba mencari hubungan antara penghayatan agama dengan pola-pola perilaku, motivasi dan dorongan-dorongan psikologis dari setiap perilaku termasuk ekonomi. Dan dorongan-dorongan psikologis tersebut berakar kuat pada tradisi atau doktrin-doktrin agamis (protestan).

Munculnya koperasi berbasis syari’ah memiliki relevensi atas keberlakuan tesis Weber dalam hal pengaruh agama bagi pelaku ekonomi. Sifat-sifat yang dikutip Weber sebagai ciri khas protestan seperti tanggungjawab langsung kepada Tuhan, kejujuran dalam perbuatan, kerja keras, sifat hemat, pembagian waktu secara metodik dalam kehidupan sehari-hari, kalkulasi perdagangan yang rasional, semua hal tersebut telah ditentukan dalam etika Islam.

Teori sosiologi menyebutkan bahwa masyarakat dapat dianalogikan sebagai sebuah organisasi hidup yang terdiri dari bagian struktur yang saling menopang dan melengkapi (Poloma, 1997: 23). Masing-masing bagian


(26)

merupakan sistem yang independen (berdiri sendiri) tetapi tidak terlepas dari pengaruh sistem lainnya. Semua sistem ini harus seimbang dalam menjaga keseimbangan masyarakat itu sendiri. Agama adalah bagian dari sistem struktur masyarakat yang berfungsi menegakkan norma-norma sosial, aturan-aturan, pemenuhan kebutuhan spritual manusia, dan media antara manusia dan tuhannya. Koperasi syariah adalah salah satu upaya umat manusia untuk menegakkan hal-hal di atas.

Emille Durkheim, tokoh yang mengedepankan definisi substantatif mengatakan masyarakat beragama dimana pun berada selalu membedakan dunia ini menjadi dua hal yang berbeda, yaitu yang sakral dan yang profan. Munculnya koperasi syari’ah sebenarnya ingin menegaskan bagaimana agama membawa manusia untuk memberi nilai sakral dan transenden dalam kegiatan sehari-harinya. Aktivitas ekonomi yang berdasarkan syari’ah merupakan sarana bahwa orang (umat Islam) bekerja tidak hanya mencari uang, tetapi ia dimaknai sebagai sebuah keikhlasan dan ibadah dalam rangka memperoleh ridho Tuhan. Agama merupakan sebuah sistem keyakinan dan praktek-praktek yang dengannya sekelompok pemeluknya berusaha keras untuk memecahkan persoalan-persoalan terbesar dalam kehidupan yang mereka hadapi. Agama datang membawa ide-ide dan konsep-konsep untuk menjawab persoalan hidup yang mendasar bagi manusia. Ia harus dengan aktif mampu menyentuh emosi dan memiliki argumen kukuh. Konsep syari’ah dalam Islam memiliki peranan emosi dalam mengukuhkan ide dan konsep-konsep agama yang merupakan ’penjaga”. Supaya kepercayaan dan keteguhan dalam mempercayai dan membenarkan jawaban


(27)

agama tersebut tidak bersifat sementara. Jawaban-jawaban agama disamping rasional juga bersifat emosional dan etis. Dalam fungsi identitas merupakan penjelasan secara naluriah manusia ingin diakui dan dianggap memiliki identitas dan jati diri. Koperasi syariah merupakahan salah satu identitas bagi umat Islam untuk aktualisasi diri di bidang ekonomi.

Fungsi sosial agama menurut pendekatan fungsional Durkheim memiliki dua macam fungsi yaitu fungsi kultural dan struktural. Fungsi kultural agama ada kaitannya dengan penyakralan nilai dan norma-norma sosial yang ada di dalam sebuah komunitas masyarakat. Agama memberikan landasan non empiris dan menyakralkan nilai dan norma-norma sebagai sebuah struktur sosial, agama berperan sebagai perekat di dalam mempersatukan anggota-anggotanya ke dalam suatu himpunan komunitas yang disebut Durkheim sebagai komunitas moral. Fungsi integratif agama ini dimungkinkan karena agama membawa norma-norma dan nilai-nilai sakral yang ikut berperan dalam mengendalikan dan mengatur masyarakat. Durkheim mendefinisikan agama sebagai sebuah sistem simbol yang berperan dan membangun suasana hati dan motivasi yang kuat, perpasive, dan tahan lama di dalam diri manusia dengan cara merumuskan konsepsi tatanan kehidupan yang umum dengan membungkus konsepsi-konsepsi ini dengan suatu aura faktualitas sehingga suasana hati dan motivasi tampak realisasi secara unik. Dalam hal ini konsep syari’ah yang berupa nilai-nilai suci dari Islam merupakan simbol yang merupakan media dalam mengakspresikan dan menyatakan perasaan sikap, serta keyakinan seseorang atas komunitas masyarakat terhadap agamanya.


(28)

2.2.Modal Sosial (Social Capital)

” Semakin banyak orang yang anda kenal dan semakin banyak anda berbagi pandangan umum dengan mereka, semakin kayalah modal sosial anda ” (Field, 2005:1).

Kemampuan masyarakat untuk dapat saling bekerjasama tidak dapat terlepas dari adanya peran modal sosial yang mereka miliki. Hakikat modal sosial adalah hubungan sosial yang terjalin dalam kehidupan sehari-hari warga masyarakat. Dengan membangun suatu hubungan satu sama lain, dan memeliharanya agar terjalin terus, tujuan bersamapun akan dapat tercapai. Modal sosial bukan milik individual, melainkan sebagai hasil dari hubungan sosial antara individu. Modal sosial menentukan bagaimana orang dapat bekerjasama dengan mudah (Ibrahim, 2002: 76).

Modal sosial menjadi hal yang sangat vital dibutuhkan dalam perkembangan ekonomi. Fransis Fukuma menunjukkan hasil-hasil studi di berbagai negara bahwa modal sosial yang kuat akan merangsang pertumbuhan diberbagai sektor ekonomi, karena adanya tingkat rasa percaya yang tinggi dan keeratan hubungan dalam jaringan yang luas tumbuh antar sesama pelaku ekonomi. Ia mendefinisikan modal sosial adalah segala sesuatu yang membuat masyarakat bersekutu untuk mencapai tujuan bersama atas dasar kebersamaan dan didalamnya diikat oleh nilai-nilai yang akan menjadi resep kunci bagi keberhasilan pembangunan disegala bidang ekonomi dan demokrasi (Hasbullah, 2006:8).

Sikap partisipastif, sikap saling memperhatikan, saling memberi dan menerima, saling percaya mempercayai dan diperkuat oleh nilai-nilai dan norma


(29)

yang mendukungnya, merupakan beberapa nilai dan unsur modal sosial. Nilai-nilai sosial yang positif dapat dilihat dari besarnya tingkat kepercayaan dalam masyarakat dan organisasi sosial yang bertahan.

Lubis, dalam (Badaruddin, 2005: 31) menjelaskan bahwa modal sosial adalah sumber daya yang berintikan elemen-elemen pokok yang mencakup: 1) Saling percaya (trust), yang meliputi adanya kejujuran (honesty), kewajaran (fairness), sikap egaliter (egalitarianisme), toleransi (tolerance) dan kemurahan hati (generosity) 2) Jaringan sosial (networoks), yang meliputi adanya partisipasi (participations), pertukaran timbal balik (reciprocity), solidaritas (solidarity), kerjasama (collaboration/cooperation) dan keadilan (equity), 3) Pranata (institution), yang meliputi nilai-nilai yang dimiliki bersama (shared value), norma-norma dan sanksi-sanksi (norm and sanctions), dan aturan-aturan (rules).

Rusdi Syahra, dkk, dalam (Kristina, 2003:60) menyebutkan bahwa modal sosial dapat dilihat dari:

1. Kepercayaan (trust) adalah: kecenderungan untuk menempati sesuatu yang telah dikatakan baik secara lisan maupun tulisan. Adanya sifat kepercayaan ini merupakan landasan utama bagi seseorang untuk menyerahkan sesuatu kepada orang lain, dengan keyakinan bahwa yang bersangkutan akan menepati janji atau memenuhi kewajibannya.

2. Solidaritas, kesediaan untuk secara sukarela ikut menanggung suatu

konsekuensi sebagai wujud adanya rasa kebersamaan dalam menghadapi suatu masalah.


(30)

3. Toleransi, kesediaan untuk memberikan konsensi atau kelonggaran, baik dalam bentuk materi maupun non-materi sepanjang tidak berkenaan dengan hal-hal yang bersifat prinsipil.

2.2.1. Kepercayaan (Trust)

Kepercayaan adalah salah satu unsur penting dalam modal sosial yang merupakan tali pengikat antara satu sama lain sehingga tercipta suatu dukungan yang solid dan tahan lama. Trust adalah pengharapan yang muncul dalam sebuah komunitas yang berperilaku normal, jujur, dan kooperatif, berdasarkan norma-norma yang dimiliki bersama, dan kepentingan anggota yang lain dari komunikasi itu (Fukuyama, 2002:36).

Robert D. Putnam (1993), mendefinisikan trust atau rasa percaya (mempercayai) adalah suatu bentuk keinginan untuk mengambil resiko dalam hubungan-hubungan sosialnya yang didasari oleh perasaan yakin bahwa yang lain akan melakukan sesuatu seperti yang diharapkan dan akan senantiasa bertindak dalam suatu pola tindakan yang saling mendukung, paling tidak yang lain tidak akan bertindak merugikan diri dan kelompoknya (Hasbullah, 2006:11).

Kepercayaan akan menimbulkan kewajiban sosial, dengan mempercayai seseorang akan menimbulkan kepercayaan kembali dari orang tersebut (resiprositas). Dalam kaitannya dengan resiprositas dan pertukaran, pretty dan ward, dalam (Badruddin, 2005: 32) mengemukakan bahwa adanya hubungan-hubungan yang dilandasi oleh prinsip resiprositas dan pertukaran akan dibayar kembali (repaird and balanced). Hal ini merupakan pelicin dari suatu hubungan kerja sama yang telah dibangun agar tetap konsisten dan berkesinambungan.


(31)

Colemen, dalam (Kristina, 2003: 60) menegaskan ”bahwa kelansungan setiap transaksi sosial ditentukan adanya dan terjaganya trust (amanah dan kepercayaan) dari pihak-pihak yang terlibat”. Artinya hubungan transaksi antara manusia sebagai individu maupun kelompok baik yang bersifat ekonomi maupun non ekonomi, hanya mungkin terjadi dan berkelanjutan apabila ada trust atau rasa saling percaya dari pihak-pihak yang melakukan interaksi. Individu-individu yang memiliki tingkat kepercayaan yang tinggi, memungkinkan terciptanya organisasi-organisasi bisnis (dagang) yang fleksibel yang mampu bersaing dalam ekonomi global.

Elemen modal sosial yang menjadi pusat kajian Fukayama adalah kepercayaan (trust) karena menurutnya erat kaitannya antara modal sosial dengan kepercayaan. Suatu kelompok yang memiliki modal sosial yang tinggi akan membuka kemungkinan untuk menyelesaikan permasalahan dengan lebih mudah. Hal ini memungkinkan terjadi terutama pada masyarakat yang terbiasa hidup dengan rasa saling mempercayai yang tinggi. Perkembangan ekonomi yang dialami oleh Asia Timur yang begitu cepat, terutama dikarenakan pembentukan jaringan rasa percaya yang dibangun melampaui batas-batas keluarga, suku, negara dan agama.

2.2.2. Jaringan Sosial

Jaringan sosial merupakan hubungan-hubungan yang tercipta antar banyak individu dalam suatu kelompok ataupun antar suatu kelompok dengan kelompok lainnya. Hubungan-hubungan yang terjadi bisa dalam bentuk yang formal maupun


(32)

informal. Hubungan sosial adalah cerminan dari kerjasama dan koordinasi antar warga yang didasari oleh ikatan sosial yang aktif dan bersifat resiprosikal (Ibrahim, 2002: 67)

George, Ritzer-Goodman J Daungleas (2004: 383) mengatakan bahwa satu ciri khas teori jaringan adalah pemusatan perhatiannya pada struktur mikro hingga makro. Artinya, bagi teori jaringan, aktor (pelaku) mungkin saja individu tetapi mungkin pula kelompok, perusahaan dan masyarakat. Hubungan dapat terjadi struktur sosial skala luas maupun ditingkat yang lebih mikroskopik. Granoveter melukiskan hubungan ditingkat mikro itu seperti tindakan yang ”melekat” dalam hubungan pribadi konkrit dan dalam struktur (jaringan) hubungan itu. Hubungan ini berlandaskan gagasan bahwa setiap aktor (individu atau kolektifitas) mempunyai akses berbeda terhadap sumber daya yang bernilai (kekayaan, kekuasaan, informasi) akibatnya adalah bahwa sistem yang berstruktur cenderung terstratifikasi komponen tertentu dan tergantung pada komponen yang lain.

Jaringan sosial di hubungan dengan bagaimana individu terkait satu dengan yang lainnya dan bagaimana ikatan aplikasi melayani baik sebagai pelicin untuk memperoleh sesuatu yang dikerjakan maupun sebagai perekat yang memberikat tatanan dan makna pada kehidupan sosial (Damsar, 2002: 35). Jaringan telah lama dilihat sangat penting bagi keberhasilan bisnis. Pada tingkat permulaan fungsi jaringan diterima dengan luas sebagai suatu sumber informasi penting, yang sangat menentukan dalam mengidentifikasi dan mengeksploitasi peluang-peluang bisnis. Jaringan-jaringan itu dapat juga menyediakan akses finansial. (John Field, 2005: 16-17).


(33)

2.2.3. Pranata

Menurut Koentjaraningrat, pranata sosial adalah suatu sistem tata kelakuan dan hubungan yang berpusat kepada aktivitas-aktivitas untuk memenuhi kompleks-kompleks kebutuhan khusus dalam kehidupan bermasyarakat (Soerjono, 1990: 217). Definisi tersebut menekankan pada sistem tata kelakuan, atau norma-norma untuk memenuhi kebutuhan.

Pranata merupakan elemen inti yang tidak bisa dilepaskan dari konsepsi modal sosial. Pranata merupakan pendorong bagi terciptanya hubungan kerjasama yang saling menguntungkan. Fukuyama, dalam (Lawang, 2004: 180) menunjuk pada serangkaian nilai atau norma informal yang dimiliki bersama diantara para anggota suatu kelompok memungkinkan terjalinnya kerjasama diantara mereka. Norma-norma akan berperan dalam mengontrol bentuk-bentuk hubungan antar individu. Norma yang tercipta diharapkan dipatuhi dan diikuti oleh individu pada suatu entitas sosial tertentu. Aturan-aturan tersebut biasanya tidak tertulis, namun demikian dipahami oleh setiap individu dalam konteks hubungan sosial, ekonomi. Aturan-aturan tersebut misalnya, bagaimana cara menghormati dan menghargai orang lain, norma untuk tidak mencurigai orang lain, norma untuk selalu bekerjasama dengan orang lain, merupakan contoh norma yang ada. Norma dan aturan yang terjaga dengan baik akan berdampak positif bagi kualitas hubungan yang terjalin serta merangsang berlangsungnya kohesifitas sosial yang hdiup dan kuat (Hasbullah, 2006: 13)

Menurut Sumner dalam Soerjono (1990:219) ada tiga fungsi dari pranata, yaitu:


(34)

1. Memberikan pedoman pada anggota masyarakat bagaimana mereka harus bertingkah laku atau bersikap dalam menghadapi masalah-masalah dalam masyarakat terutama menyangkut kebutuhan

2. Menjaga keutuhan masyarakat

3. Memberikan pegangan kepada masyarakat untuk mengadakan sistem

pengendalian sosial.

Norma dan nilai-nilai yang ada pada suatu masyarakat merupakan unsur yang terkandung dalam pranata sosial. Norma dan nilai-nilai dapat menjadi pengikat anggota masyarakat untuk tidak melakukan pelanggaran, karena norma dan nilai-nilai mempunyai sanksi sosial. Dalam rumusan Robert D. Putnam, modal sosial menunjuk pada ciri-ciri organisasi social yang berbentuk jaringan-jaringan horizontal yang didalamnya berisi norma-norma yang memfasilitasi koordinasi, kerjasama, dan saling mengendalikan yang manfaatnya bisa dirasakan bersama anggota organisasi.


(35)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan dilakukan adalah pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus. Studi kasus merupakan suatu pendekatan dalam penelitian yang penelaahnya terhadap satu kasus dilakukan secara intensif, mendalam, mendetail, dan komprehensif. Penelitian ini tidak mencari hubungan atau menjelaskan hubungan, tidak menguji hapotesa atau membuat prediksi. Penelitian studi kasus dapat pula dibedakan atas eksplanatoris, eksploratif dan deskriptif (Yin, 2003: 1). Dalam penelitian ini yang digunakan adalah tipe deskriptif.

3.2. Lokasi Penelitian

Yang menjadi lokasi penelitian adalah Koperasi Syariah Berkah Mandiri (KSBM), Jl. Setia No. 9, Keluarahan Tanjung Rejo, Kecamatan Medan Sunggal, Medan. Adapun alasan pemilihan lokasi ini yaitu :

1) Koperasi Syariah Berkah Mandiri (KSBM) saat ini adalah satu satunya

koperasi syariah tingkat propinsi di Sumatera Utara yang didirikan dan dikelola oleh mahasiswa dan alumni, tepatnya mahasiswa dan alumni USU (Dinas Koperasi dan UKM Propinsi Sumatera Utara, 2008).

2) Adanya elemen-elemen modal sosial yang ditemukan penelitian saat


(36)

3) Telah terjalin hubungan pergaulan sebelumnya dengan beberapa informan. Hal ini akan membantu proses penelitian

4) Letak geografis koperasi syariah tersebut mendukung efisiensi kegiatan penelitian baik dari segi tenaga, waktu maupun materi.

5) Peneliti adalah salah satu anggota KSBM, jadi hal ini akan mempermudah dalam pencarian dan penggalian masalah dan data-data di KSBM.

3.3. Unit Analisis dan Informan

Dalam penelitian ini yang menjadi unit analisis atau objek kajian adalah para pendiri, pengurus, pengawas, pengelola/karyawan dan anggota koperasi syari’ah Berkah Mandiri (KSBM).

Yang menjadi kriteria informan adalah:

a. Pendiri KSBM

- Merupakan anggota yang turut mendirikan KSBM sejak awal pendirian

(31 Maret 2006) dan terdaftar dalam akte notaris KSBM.

- Informan berjumlah 2 orang, yaitu pendiri KSBM yang mewakili tokoh

mahasiswa dan tokoh alumni mahasiswa dan telah menjadi anggota KSBM minimal 3 tahun.

- Memiliki pemahaman tentang koperasi syari’ah.

- Mengetahui situasi dan kondisi serta perkembangan KSBM saat ini

b. Pengurus KSBM

- Merupakan anggota KSBM yang menjabat sebagai pengurus KSBM saat


(37)

- Informan berjumlah 4 orang yaitu ketua, sekretaris, bendahara dan bagian administrasi/keuangan

- Memiliki pemahaman tentang koperasi syariah

- Mengetahui situasi dan kondisi serta perkembangan KSBM saat ini

c. Pengawas KSBM

- Merupakan anggota KSBM yang menjabat sebagai dewan pengawas

KSBM saat ini

- Informan berjumlah 2 orang yaitu bagian yang mengawasi syariah dan

bagian yang mengawasi kinerja pengurus

- Memiliki pemahaman tentang koperasi syari’ah

- Mengetahui situasi dan kondisi serta perkembangan KSBM saat ini

d. Pengelola/Karyawan

- Merupakan anggota KSBM yang menjabat sebagai pengelola unit usaha

KSBM saat ini

- Informan berjumlah 3 orang, yaitu bagian yang mengurus usaha

perdagangan, usaha cattering, dan usaha private less.

- Memiliki pemahaman tentang koperasi syari’ah

- Mengetahui situasi dan kondisi serta perkembangan KSBM saat ini

e. Anggota KSBM

- Telah menjadi anggota dan terdaftar keanggotannya di KSBM selama

minimal 1 (satu) tahun, karena telah mendapat pendidikan perkoperasian di KSBM sehingga memahami KSBM.


(38)

- Jumlah informan tidak dibatasi, dalam artian akan terus digali sampai data dirasa cukup atau memadai

- Memiliki pemahaman tentang koperasi syariah

- Mengetahui situasi dan kondisi serta perkembangan KSBM saat ini F. Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Sumatera Utara

- Merupakan bidang Kelembagaan di Dinas Koperasi dan UKM Provinsi

Sumatera Utara, karena bidang ini memiliki tugas antara lain untuk mengawasi dan menilai perkembangan koperasi.

- Informan berjumlah 1 orang, yaitu kepala bidang kelembagaan koperasi

dan UKM Provinsi Sumatera Utara.

- Memiliki pemahaman tentang koperasi syariah

- Mengetahui situasi dan kondisi serta perkembangan KSBM saat ini.

Yang menjadi informan kunci dalam penelitian ini adalah pengurus dan pengelola Koperasi Syariah Berkah Mandiri (KSBM) yang sedang menjabat saat ini, karena merupakan individu yang paling mengetahui tentang seluk beluk KSBM dan dapat memberikan petunjuk tentang informan yang lain yang layak diteliti. Sedangkan informan lain adalah informan tambahan yang memiliki kriteria sebagaimana yang telah peneliti paparkan di atas.

3.4. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah: a. Data Primer


(39)

Untuk mendapatkan data primer dalam penelitian ini dilakukan dengan cara penelitian lapangan, yaitu:

1. Wawancara mendalam, yaitu alat pengumpul data yang berbentuk

sejumlah pertanyaan lisan yang disajikan oleh mengumpul data sebagai pencari informasi yang dijawab secara lisan pula oleh responden (Nawawi, 1995: 111).

Agar wawancara terarah, akan digunakan suatu perdomanan atau panduan wawancara yang berisi sejumlah pertanyaan

2. Observasi, yaitu pengamatan langsung, terhadap berbagai hal yang tampak pada saat penelitian. Hal ini dilakukan untuk mengenal secara lebih dekat kondisi dan situasi objek penelitian, serta untuk mengidentifikasi pemanfaatan modal sosial dalam menjaga eksistensi dan pengembangan KSBM

3. Kuesioner, yaitu usaha mengumpulkan informansi dengan menyampaikan

sejumlah pertanyaan secara tertulis untuk dijawab secara tertulis pula oleh responden (Nawawi, 1995: 117).

b. Data Sekunder

Data sekunder yaitu data dan informasi yang diperoleh secara tidak langsung melalui studi kepustakaan, yaitu dengan cara mempelajari dan mengumpulkan data melalui literatur dan sumber bacaan yang relevan dengan masalah penelitian dan mendukung penelitian ini. Dalam hal ini penelitian kepustakaan dilakukan melalui buku-buku, internet, surat kabar, dan sebagainya.


(40)

3.5. Interpretasi Data

Analisis data dimulai dengan menelaah seluruh data yang tersedia, yaitu pengamatan dan wawancara mendalam yang sudah dituliskan dalam catatan lapangan. Data tersebut setelah dibaca, dipelajari dan ditelaah, maka langkah berikutnya ialah mengadakan reduksi data yang dilakukan dengan jalan membuat abstraksi. Abstraksi merupakan usaha membuat rangkuman yang inti, proses, sehingga tetap berada di dalam fokus penelitian. Setelah data terkumpul dilakukan analisa data. Pada tahap inilah data dikerjakan dan dimanfaatkan sedemikian rupa sehingga dapat menyimpulkan kebenaran-kebenaran yang dapat dipakai untuk menjawab persoalan-persoalan yang diajukan dalam penelitian ini. Data tersebut disusun dalam satuan-satuan, yang kemudian dikategorisasikan dan diinterprestasikan secara kualitatif.

Sesungguhnya proses analisis dalam penelitian ini telah dimulai sejak awal penulisan proposal hingga selesainya penelitian ini yang menjadi ciri khas dari analisis penelitian kualitatif. Proses analisis kualitatif ini disebut on going analisys.


(41)

3.6. Jadwal Kegiatan

KEGIATAN

BULAN I BULAN II BULAN III BULAN IV 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4

Pra Penelitian :

• Penyusunan Proposal

• Perbaikan Proposal

X X Persiapan

• Pengurusan Izin

• Penyiapan instrumen

penelitian

X X

Penelitian

• Proses

wawancara-observasi

• Penelurusuran data

sekunder

X X X

X

Pasca Penelitian :

• Editing Data

• Analisis Data

• Penyusunan

X X

X X


(42)

3.7. Keterbatasan Penelitian

Keterbatasan penelitian, antara lain, terkait dengan luasnya cakupan konsep modal sosial, sehingga peneliti harus melakukan beberapa penyempitan dan pembahasan agar sesuai dengan kemampuan. Kesulitan menemui para informan juga dirasakan menjadi kendala, karena sebagian besar anggota koperasi biasanya beraktifitas di luar kantor. Namun hal tersebut tidak sampai menganggu kegiatan penelitian.


(43)

BAB IV

DESKRIPSI DAN INTERPRETASI DATA

4.1. PROFIL KOPERASI SYARI’AH

4.1.1. Sejarah Berdirinya Koperasi Syari’ah Berkah Mandiri (KSBM)

Koperasi Syari’ah lahir sebagai salah satu solusi alternatif dikalangan masyarakat muslim karena adanya pertentangan mengenai bunga atau riba. Dalam operasinya, koperasi syari’ah tidak menggunakan sistem bunga atau riba dalam pembagian keuntungan, tetapi menggunakan sistem bagi hasil yang berdasarkan keadilan. Jadi, koperasi syariah hadir dalam rangka penerapan ekonomi syariat islam. Selain koperasi syariah dapat membantu masyarakat muslim terbebas dari praktek bunga atau riba yang dilakukan oleh bank-bank konvensional, kehadiran koperasi syariah diharapkan juga mampu memberikan kesejahteraan kepada masyarakat.

Koperasi syari’ah Berkah Mandiri adalah lembaga keuangan syariah yang juga bergerak dalam bidang perdagangan yang sistem operasionalnya kepada prinsip-prinsip syariah islam. Koperasi ini didirikan dan dikelola oleh mahasiswa dan alumni USU dari berbagai fakultas. Ide untuk mendirikan koperasi syariah ini pertama kali muncul setelah adanya acara diskusi dengan tema kewirausahaan muslim yang diadakan oleh departemen ekonomi KAMMI Komisariat USU pada tanggal 16 Januari 2006. Sebagai pembicara acara tersebut adalah Bapak Junaidi Parapat, SE dari lembaga konsultan Microfin Indonesia wilayah Sumatera Utara. Ketika itu diskusi tersebut dihadiri oleh Pengurus departemen ekonomi KAMMI


(44)

Komisariat USU. Kesadaran dan kepahaman akan pentingnya penerapan ekonomi syariah islam membuat mereka mulai berpikir untuk merealisasikan semua ide yang baru sampai pada tahap pemikiran saja. Dengan memanfaatkan jaringan organisasi yang ada di departemen ekonomi KAMMI Komisariat USU, akhirnya mereka berhasil mengajak teman-teman mahasiswa di departemen tersebut untuk membuat koperasi syariah, teknisnya yaitu dengan memasukkan ke dalam program kerja. Dengan dukungan organisasi tersebut dan dukungan beberapa mahasiswa yang punya ketertarikan yang sama akhirnya mereka sepakat untuk mendirikan koperasi syariah. KSBM didirikan pada tanggal 31 Maret 2006 yaitu di mesjid dakwah USU oleh mahasiswa dan alumni USU yang terdiri dari 38 orang. Mereka inilah sebagai pendiri KSBM. Ketika itu, langsung diangkat pengurus dengan susunan sebagai berikut :

Ketua : Suyadi (Mahasiswa FISIP USU jurusan Sosiologi angkatan 2004)

Sekretaris : M. Nafis Qurtubi (Mahasiswa Fakultas Ekonomi USU jurusan D3 Keuangan angkatan 2004).

Bendahara : Rena Kinnara (Mahasiswi Fakultas Psikologi USU angkatan 2005) Menurut peraturan yang ada untuk mendirikan sebuah koperasi yang ideal selain harus ada minimal 20 orang anggota pendiri juga harus ada modal awal sebesar Rp. 15.000.000,-. Maka muncullah kesepakatan diantara 38 mahasiswa pendiri tersebut untuk bersama-sama menanggung modal itu. Dan disepakati modal awal setiap pendiri adalah sebesar Rp. 442.000,- yang sistem pembayaran dapat dicicil maksimal 20 bulan.


(45)

Dengan semangat dan optimisme yang tinggi pengurus KSBM kemudian merumuskan berbagai program kerja diantaranya adalah merumuskan anggaran dasar/anggaran rumah tangga, peraturan khusus, Anggaran Pendapatan dan Belanja Koperasi (APBK), persiapan legalitas dan lain-lain. Sehingga pada tanggal 1 Mei 2006 KSBM mulai beroperasi untuk menghimpun dana. Dalam menjalankan operasinya pengurus membuka posko untuk melayani transaksi yaitu di musholla FISIP USU.

Seiring dengan perjalanannya KSBM terus melakukan perubahan-perubahan dalam hal perbaikan sistem, sehingga sampai akhir bulan Mei 2007 tercatat sebanyak 3 kali telah melakukan musyawarah anggota. Salah satu hasil musyawarah anggota tersebut adalah terjadinya pergantian pengurus. Dimana pada bulan Juli 2006 sekretaris mengundurkan diri dan digantikan oleh Ibnu Tawakkal. Kemudian pada bulan November 2006 bendahara pun mengundurkan diri dan digantikan oleh Sofyana.

Melihat semakin berkembangannya KSBM yang mengakibatkan tugas dan kinerja pengurus semakin besar, maka pengurus dengan bijak mengangkat pengelola dalam rangka membantu segala tugas dan kinerjanya. Dalam perjalanannya pergantian pengelola pun sering terjadi. Hal ini dipengaruhi berbagai faktor. Namun, mulai Februari 2007 pengurus mendapatkan para pengelola yang berkompeten dan semangat untuk berkiprah di KSBM. Pengelola dipimpin oleh seorang manajer yang bernama Hadi Syaputra. Mereka muncul membawa perubahan, dimana setiap kinerjanya mereka menunjukkan hasil yang baik. Jumlah pengelola adalah 7 orang.


(46)

Dengan melihat perubahan yang terjadi tersebut, pengurus pun berinisiatif untuk segera mengurus badan hukum KSBM. Walaupun dalam proses legalitas tersebut terjadi berbagai kendala, tapi akhirnya KSBM berhasil mendapat badan hukum dengan Nomor Badan Hukum : 518.503/110/BH/II/KUK/2007 dengan tingkat I (provinsi) Sumatera Utara.

Dengan keluarnya badan hukum tersebut maka KSBM semakin melebarkan sayapnya. Pada tanggal 17 Februari 2008 dibukalah kantor di Pajak USU No. 17 yang sekaligus dijadikan kios perdagangan. Alasan pemilihan lokasi ini karena ingin memberikan pelayanan yang lebih baik bagi nasabah potensial yaitu para mahasiswa, karena daerah ini berada dalam kampus USU, tetapi bukan berarti KSBM untuk para mahasiswa melainkan untuk masyrakat umum juga.

Tahun demi tahun KSBM telah mengalami perkembangan yang cukup pesat. Sampai sekarang masih terus beroperasi melayani para nasabahnya dan telah mengalami asset yang cukup menggembirakan. Sampai akhir 0ktober 2009 anggota KSBM telah berjumlah 182 orang. Semoga perjalanan panjang yang telah banyak mengeluarkan pengorbanan dapat terus dilanjutkan oleh generasi berikutnya.

4.1.2. Struktur Organisasi

Koperasi Syari’ah Berkah Mandiri (KSBM) mempunyai struktur organisasi yang terdiri dari Pengurus, Pengawas, Pengawas Syari’ah dan Pengelola. Struktur tersebut dapat digambarkan sebagai berikut :


(47)

4.1.3. Visi dan Misi

4.1.3.1. Visi

Visi KSBM adalah menjadi salah satu wadah perekonomian bagi angota khususnya dan umat Islam umumnya yang secara profesional dan amanah dengan semangat Ukhuwah Islamiyah dan berlandaskan syariat Islam.

4.1.3.2. Misi

Misi KSBM yaitu :

1. Meningkatkan taraf hidup anggota KSBM pada khususnya dan umat Islam

pada umumnya, baik di bidang ekonomi , pendidikan dan keagamaan.

2. Menjalin rasa persaudaraan dan persahabatan antara anggota KSBM

dengan semangat Ukhuwah Islamiyah

3. Senantiasa memperbaharui diri selaras dengan aspirasi umat islam,

teknologi serta administrasi dibidang perekonomian sesuai syariat Islam. PENGAWAS

SYARI’AH

PENGURUS PENGAWAS

ADMINISTRASI DAN KEUANGAN

PENGELOLA usaha simpan

pinjan

PENGELOLA usaha perdagangan

PENGELOLA usaha privat

less

PENGELOLA usaha cattering


(48)

4.1.4. Produk dan Jasa KSBM

4.1.4.1. Produk Penghimpunan Dana

Penghimpunan dana adalah usaha KSBM untuk mengumpulkan dana dari berbagai sumber, baik dari anggota maupun dari pihak lain. Produk-produk penghimpunan dana KSBM yaitu :

1. Tabungan Mudharabah

a. Setoran awal minimal Rp. 50.000,selanjutnya minimal Rp.5000, - b. Nisbah bagi hasil 25 % untuk mitra

2. Investasi SPP Mahasiswa dan Pelajar/ Pendidikan a. Setoran awal minimal Rp.100.000,-

b. Nisbah bagi hasil 30 % untuk mitra 3. Investasi Walimah / Nikah

a. Setoran awal minimal Rp.100.000,- b. Nisbah bagi hasil 30 % untuk mitra 4. Investasi Haji

a. Setoran awal minimal Rp.100.000,- b. Nisbah bagi hasil 30 % untuk mitra 5. Investasi Berjangka Mudharabah

a. Setoran awal minimal Rp. 500.000,- b. Nisbah bagi hasil untuk mitra :

- Berjangka 6 bulan = 35 % - Berjangka 9 bulan = 40 % - Berjangka 12 bulan = 45 %


(49)

4.1.4.2. Produk / Usaha Penyaluran Dana

Dana yang telah terhimpun akan dikelola ke berbagai jenis usaha untuk mendapatkan laba / keuntungan .Jenis usaha tersebut saat ini antara lain : 1. Pembiayaan / Simpan Pinjam Syariah

a. Pembiayaan Mudharabah (bagi hasil)

b. Pembiayaan Musyarakah

c. Murabahah (jual beli) d. Ijarah (sewa)

e. Qardh (pinjaman)

f. Qardhul Hasan (dana kebajikan yang berasal dari zakat, infak, sadaqah) 2. Usaha Perdagangan

Didirikan sejak tanggal 17 februari 2008. Lokasi Usaha di pajak USU No. 17 Kampus USU. Jenis barang yang dijual yaitu Pulsa (distributor), Kartu Perdana, buku- buku ,Acessories, Parfum, dan lain-lain.

3. Privat Less

Didirikan pada tanggal 22 november 2008. Alamat usaha ini di jln Setia nomor 9, Tanjung Rejo.

4. Cattering Service

Merupakan usaha yang bergerak di bidang makanan, yang siap melayani pemesanan makanan individu serta pesanan dalam segala acara – acara. Usaha ini didirikan pada tanggal 09 januari 2009. Kantor pelayanan di jln Setia No 9 Tanjung rejo. Alamat produksi Jalan Setia gang pertama no 5, Tanjung rejo, Medan.


(50)

5. Rental Mobil

Adalah usaha jasa sewa menyewa mobil, yang telah bekerjasama dengan berbagai pihak pemilik mobil. Didirikan tanggal 04 januari 2009. Kantor pelayanan di jalan Setia No 9, tanjung rejo - Medan.

4.1.5. Keanggotaan

Keanggotaan KSBM bersifat sukarela dan terbuka bagi semua masyarakat Islam. Persyaratan menjadi anggota KSBM yaitu :

1. Persyaratan Administrasi

- Mengisi Formulir, Foto Copy KTP dan Pas Photo

2. Persyaratan Material

- Telah melunasi simpanan pokok dan simpanan wajib

- Simpanan pokok Rp. 200.000,-

- Simpanan Wajib Rp. 20.000 / bulan

3. Persyaratan Kegiatan

- Telah mengikuti pendidikan koperasi minimal 3 (tiga) kali,yang diadakan oleh Pengurus KSBM.

Keuntungan menjadi anggota KSBM :

1. Anggota sebagai pemilik KSBM

2. Mendapatkan SHU (Sisa Hasil Usaha) KSBM

3. Mendapatkan peluang pembiayaan / pinjaman

4. Menjadi mitra bisnis KSBM


(51)

4.1.6. Lokasi

Koperasi syariah Berkah Mandiri (KSBM) terletak di jln Setia No. 9, kelurahan tanjung rejo, kecamatan Medan Sunggal, Medan. Alasan pemilihan Koperasi Syariah ini menjadi tempat penelitian adalah dengan melihat bahwa KSBM adalah satu satunya Koperasi Syariah yang didirikan dan dikelola oleh Mahasiswa dan Alumni Kampus tingkat Provinsi yang beroperasi di Medan.

4.1.7. Karakteristik Anggota KSBM

Jumlah anggota di KSBM sampai saat ini adalah 182 orang, yang terdiri dari pengurus sebanyak 4 orang, pengawas sebanyak 4 orang , pengelola sebanyak 12 orang, anggota sebanyak 162 orang . Tabel 4.1 memperlihatkan jumlah anggota KSBM.

Tabel 4.1

Jumlah anggota KSBM

No Jenis Frekuensi Persentase

1 Pengurus 4 2,2

2 Pengawas 4 2,2

3 Pengelola 12 6,6

4 Anggota 162 89

Jumlah total 182 100 %


(52)

Dari table 4.1 tergambar jumlah anggota KSBM, yang berjumlah 182 orang dengan jumlah pengurus sebanyak 4 orang, pengawas 4 orang, pengelola 12 orang dan anggota sebanyak 162 orang. Dari table tersebut terlihat bahwa anggota yang bergabung dengan KSBM sebagai anggota biasa (tidak turut dalam struktur kepengurusan) lebih banyak dengan persentase 89 % dari pada anggota yang turut dalam struktur kepengurusan (pengurus,pengawas,pengelola) yakni 11 %.

Tabel 4.2

Jumlah Anggota Berdasarkan Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Frekuensi Persentase

1 Laji - Laki 85 46,7

2 Perempuan 97 53,3

Jumlah Total 182 100 %

Sumber : KSBM, 2009

Dari tabel 4.2 menggambarkan jumlah anggota KSBM berdasarkan jenis kelamin, dimana jumlah anggota laki – laki yakni 85 orang (46,7 %) sedangkan yang perempuan berjumlah 97 orang (53,3 %).


(53)

Tabel 4.3

Jumlah Anggota Berdasarkan Usia

No Usia Frekuensi Persentase

1 15 – 20 tahun 3 1,6

2 21 – 25 tahun 115 63,2

3 26 - 31 tahun 47 25,8

4 ≥ 32 tahun 17 9,3

Total 182 100 %

Sumber : KSBM, 2009

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa anggota KSBM mayoritas adalah kaum muda yang tergolong dalam usia produktif.

Tabel 4.4

Jumlah Anggota Berdasarkan Pendidikan

Dari jumlah responden berdasarkan tingkat pendidikannya dapat disimpulkan bahwa responden yang paling banyak dalam penelitian ini adalah anggota yang tingkat pendidikannya masih kuliah (mahasiswa). Kemudian disusul oleh anggota dengan tingkat pendidikan tamatan perguruan tinggi. Ini

No Tingkat Pendidikan Frekuensi Persentase

1. SLTA 3 1,6

2. Mahasiswa 105 57,7

3. Tamatan Perguruan Tinggi 74 40,7

Jumlah Total 182 100 %


(54)

menandakan bahwa anggota KSBM sudah memiliki tingkat pendidikan yang cukup baik.

Tabel 4.5

Jumlah Anggota Berdasarkan Jenis Pekerjaan

No Pekerjaan Jumlah (orang ) Persentase

1 Pegawai Negeri Sipil (PNS) 11 6

2 Pegawai Swasta 35 19,2

3 Wiraswasta 80 44

4 Tidak / Belum Bekerja 56 30,8

Jumlah Anggota 182 100 %

Sumber : KSBM, 2009

Adapun karakteristik anggota KSBM berdasarkan jenis pekerjaan adalah Pegawai Negeri Sipil (PNS), pegawai swasta, wiraswasta, dan ada yang belum bekerja. Anggota yang beriwaswasta merupakan anggota yang jumlahnya paling banyak yaitu 80 orang (44 %). Diikuti oleh anggota yang belum / tidak bekerja yaitu sebanyak 56 orang (30,8 %). Hal ini menunjukkan mata pencaharian yang relatif digeluti anggota KSBM adalah wiraswasta.

4.1.8. Perkembangan KSBM

4.1.8.1. Perkembangan Anggota

Dari temuan data di lapangan, perkembangan jumlah anggota KSBM dapat dilihat dari tabel di bawah ini.


(55)

Tabel 4.6

Tahun Jumlah Anggota

2006 38

2007 47

2008 90

2009 182

Sumber : KSBM, 2009

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa jumlah anggota KSBM terus mengalami pertumbuhan. Pertumbuhan tersebut rata-rata sampai mencapai 90 % per tahun. Pertumbuhan yang paling signifikan terjadi ditahun 2009 yaitu sampai mencapai 100 % lebih.

4.1.8.2. Perkembangan Usaha

Dari hasil wawancara dan temuan data di lapangan, perkembangan usaha KSBM dapat digambarkan sebagai berikut :


(56)

Tabel 4.7

Tahun Jenis Usaha Jumlah (Rp) Jumlah (orang)

2006 1. Pembiayaan 7.486.549 7

2007 1. Pembiayaan 27.540.842 27

2008 1. Pembiayaan

2. Perdagangan 3. Privat less

35.058.463 18.702.971 1.570.000 49 - 18

2009 1. Pembiayaan

2. Perdagangan 3. Privat Less 4. Cattering Service 5. Rental Mobil

51.500.000 22.323.740 2.700.000 2.300.000 - 55 - 33 51 - Sumber : KSBM, 2009

Perkembangan usaha KSBM dari tahun ketahun mengalami peningkatan, baik dari segi jumlah aset setiap jenis usaha maupun jumlah nasabah / klient. Selain itu jenis usaha KSBM juga mengalami pertambahan hampir setiap tahunnya. Pada tahun 2006 dan 2007, KSBM hanya memiliki satu jenis usaha yaitu usaha simpan pinjam syariah / pembiayaan. Kemudian di tahun 2008, KSBM telah memiliki 3 jenis usaha yaitu pembiayaan, perdagangan dan privat less yang semua usaha tersebut mengalami pertumbuhan. Di tahun 2009, usaha KSBM bertambah lagi menjadi 4 jenis usaha,yaitu pembiayaan, perdagangan, peirvat less, cattering servise,rental mobil yang semua usaha tersebut mengalami pertumbuhan dari tahun sebelumnya.


(57)

4.1.8.3. Perkembangan Modal

Dari temuan data di lapangan, perkembangan modal KSBM dapat dilihat

dari table berikut ini :

Tabel 4.8

Tahun Jumlah Modal (Rp)

2006 15..000.000

2007 29.450.000

2008 60.399.393

2009 91.313.559

Sumber : KSBM, 2009

Perkembangan modal KSBM dari tahun ke tahun terus mengalami pertumbuhan. Modal awal yang dimiliki KSBM di tahun 2006 yaitu Rp.15 juta, namun diakhir tahun 2009 telah mencapai Rp.91.313.559.

Dari hasil wawancara dan temuan data dilapangan, modal KSBM bersumber dari simpanan anggota, yaitu simpanan pokok, simpanan wajib, dan simpanan khusus. Selain itu KSBM juga menghimpun dana tabungan dan investasi dari anggota khususnya. Sumber dana yang bersifat pinjaman dari pihak eksternal sampai saat ini belum ada baik dari pihak perbankan, pemerintah ataupun swasta. Modal yang dihimpun KSBM adalah swadaya dari anggota KSBM.


(58)

4.2. PROFIL INFORMAN 4.2.1. Pendiri KSBM

1. Naimah, A.md

Manfaatkan peluang, hadapi tantangan dan maju terus. Itulah kira – kira motto hidup dari informan yang satu ini sesuai dengan karakter orangnya yang gesit dan bersemangat. Beliau merupakan salah satu individu awal atau perintis yang mendirikan Koperasi Syariah Berkah Mandiri (KSBM). Alumni dari Universitas Sumatera Utara (USU) jurusan Komputer ini lahir di Aceh pada tanggal 12 maret 1987. Saat ini Ia sedang menimba ilmu dan pengalaman di usaha percetakan milik temannya. Hal ini Ia lakukan dalam rangka persiapan mewujudkan cita – citanya yang cukup mulia, karena akan dapat membuka lapangan pekerjaan yang banyak dibutuhkan oleh orang – orang saat ini.

Naimah berpendapat bahwa KSBM ini adalah wadah yang telah dapat menciptakan lapangan pekerjaan, sehingga keberadaan KSBM ini telah dapat dirasakan manfaatnya bagi orang lain. Untuk itu, KSBM harus terus dikembangkan.

2. Syaiful Arifin

Akrab dan berwibawa. Itulah kesan yang dapat diungkap dari seorang aktifis mahasiswa Ilmu Politik angkatan 2005 Universitas Sumatera Utara (USU) asal Lampung ini. Walaupun usianya tergolong masih muda yaitu 23 tahun, Ia memiliki kepribadian yang cukup dewasa. Hal ini dapat dilihat dari bagaimana cara Ia berfikir, berbicara, bersikap dan bertindak. Pengalaman dan sepak-


(59)

terjangnya di berbagai organisasi semakin menambah kedewasaannya, taubahnya orang yang telah berusia 40-an tahun.

Syaiful Arifin yang akrab dipanggil Mas Ipul adalah salah satu Pendiri KSBM yang aktif turut serta dalam proses pendirian KSBM pada tahun 2006. Bahkan sampai sekarang, Ia tetap konsisten dengan tekad memajukan KSBM melalui jaringan organisasi yang digeluti selama ini. Sehingga tidak heran Ia terus memberi ruang pada KSBM untuk bisa bersosialisasi dengan berbagai organisasinya. Organisasi yang digelutinya adalah KAMMI Merah Putih USU dengan jabatan Ketua Umum, UKMI FISIP USU dengan jabatan Ketua Pembina, KAMMI Daerah SUMUT dengan jabatan Ketua tim Manajemen Aksi dan masih banyak lagi jabatan jabatan di organisasi lainnya.

Syaiful memiliki pandangan bahwa KSBM ini adalah salah satu tempat yang akan dapat melahirkan pemimpin-pemimpin baru dimasa depan. Hal ini dapat terjadi karena di KSBM diajarkan tentang kepemimpinan, kemandirian dan kewirausahaan.

4.2.2. Pengurus KSBM 1. Hadi Syahputra

Hadi Syahputra adalah salah satu Pengurus KSBM dengan Jabatan sebagai General Manager. Saat ini Ia masih kuliah di Universitas Sumatera Utara jurusan Managemen fakultas ekonomi semester 9. Mahasiswa suku Padang ini mempunyai kemampuan dalam menganalisis dan memimpin orang lain. Selain menjabat General Manager di KSBM, Hadi Syahputra juga aktif dalam kegiatan –


(60)

kegiatan keorganisasian di kampus. Ia dikenal sebagai orang yang dapat dipercaya, amanah dan pandai bergaul.

Hadi memiliki pandangan bahwa KSBM saat ini memiliki tugas yang semakin berat khususnya dalam bidang pelayanan. Karena anggota dan nasabah KSBM semakin bertambah. Hal ini seiring dengan perkembangan KSBM itu sendiri.

2. Sahlel A.md

Sahlel,A.md adalah salah satu pengurus KSBM dengan jabatan sebagai sekretaris umum. Ia adalah alumni dari Politeknik Negeri Medan (POLMED) tahun 2005. Saat ini Ia sedang melanjutkan kuliahnya di fakultas MIPA USU. Sahlel A.md dikenal sebagai orang yang ulet, pekerja keras, rajin dan sholeh. Ia mempunyai keinginan untuk meningkatkan kreatifitas keadministrasian KSBM yang selama ini Ia nilai masih jauh dari standar ideal keadministrasian. Keinginan yang sesuai dengan jabatannya di KSBM .

Sahlel berpandangan bahwa KSBM memiliki perospek usaha yang cukup baik, karena KSBM memiliki anggota dan jaringan yang solid, khususnya dikalangan mahasiswa.

3. Liza Rickiany A.md

Hampir setiap orang yang mengenal kak Liza (panggilan populernya) selalu mengatakan bahwa Ia adalah orang yang memiliki berkarakter “ keibu – ibuan “. Kepribadian hangat yang dapat dilihat dari cara Ia berfikir, berbicara, bekerja, bersikap dan bertindak. Walaupun usianya masih cukup muda yaitu 23


(61)

tahun, Ia kelihatan sudah cukup dewasa (bukan tua). Kader dakwah yang dikenal cukup militansi ini selalu menyerahkan aktifitas kesehariannya hanyalah untuk mendapatkan ridho Alloh SWT, termasuk dalam menjalankan kinerja kebendaharaan di KSBM. Tidak hanya kinerja bendahara saja yang Ia kerjakan di KSBM, tetapi juga membantu dan merangkap kinerja – kinerja pengelola seperti : usah cattering, privat less, perdagangan dan lain – lain.

Kak Liza yang berwajah anggun ini adalah mahasiswi ekstensi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, yang juga sebagai alumni dari FISIP USU jurusan perpajakan angkatan 2003. Beliau lahir di Dumai-Riau pada tanggal 5 Januari 1986. Setelah selesai kuliah beliau berencana pulang ke kampung halaman untuk berkiprah membangun daerahnya.

Kak Liza berpendapat bahwa KSBM saat ini telah berkembang dengan baik, karena KSBM dikelola secara amanah dan profesional. Amanah dan profesionalisme inilah yang menjadi kunci keberhasilan setiap orang atau lembaga.

4. Dina Fitri Junightifa, S.KM

Beliau dilahirkan di Besitang, kabupaten Langkat pada tanggal 20 Juni 1985. Ia telah menjadi pengurus bagian Administrasi dan Keuangan sejak awal KSBM beoperasi. Saat ini selain sebagai pengurus bagian administrasi dan keuangan, Ia juga merangkap sebagai Manager Unit Usaha Perdagangan KSBM. Ia memiliki karakter “pendiam itu emas”, tenang dan lembut. Kak Dina (panggilan akrabnya) adalah salah satu orang yang telah menjalankan tugas dan


(62)

kinerjanya dengan baik. Mengurusi administrasi dan keuangan adalah tugas yang tidak ringan. Namun berkat kesabaran, ketelitian dan kerja keras akhirnya Ia pun dapat menjalankan kinerja dan tugasnya dengan baik. Ia menjadi pengurus KSBM sejak tahun 2007. Hasil kinerjanya yang baik dan keistiqomahannya (konsisten) itulah menjadikan dirinya bertahan di KSBM hampir 3 tahun lamanya.

Dina berpendapat bahwa KSBM telah mulai dikenal dikalangan masyarakat umum. Hal ini karena KSBM telah banyak memberikan pelayanan kepada masyarakat umum, khususnya dalam hal simpan pinjam.

4.2.3. Pengawas KSBM 1. Triana Lily Rahayu, S.S.

Kak Lily (panggilan favoritnya) adalah sekretaris dewan pengawas di KSBM. Kak lily yang berlatar belakang pendidikan Sastra Indonesia USU ini, memiliki aktivitas yang cukup padat .Selain menjadi Pengawas di KSBM , Ia juga sebagai tentor senior tetap di lembaga pendidikan ADZKIA, tenaga pengajar di Politeknik Negeri Medan (POLMED), dan masih banyak lagi aktivitas – aktivitas mengajar lainnya. Kakak asal dari Tanjung Balai yang telah berumur 26 tahun ini juga merangkap sebagai pengelola Usaha Privat Less KSBM, yang dimulai sejak awal pendirian yaitu 22 November 2008.

Triana lili berpendapat bahwa KSBM adalah tempat untuk dapat mengekspresikan potensi diri. Sehingga potensi kita akan bermanfaat dan berkembang melalui KSBM ini.


(63)

2. Achmad Syahputra, S.T.

Achmad Syahputra adalah Ketua Pengawas di KSBM sejak awal pendirian sampai sekarang. Beliau alumni dari Teknik Mesin USU. Saat masih menjadi mahasiswa beliau sangat aktif dalam berbagai organisasi kemahasiswaan, salah satunya adalah organisasi KAMMI USU dan KAMMI Daerah Sumatera Utara. Jabatan organisasinya pun tidak tangung – tanggung yaitu sebagai Ketua KAMMI USU tahun 2006. Bahkan lahirnya KSBM juga merupakan salah satu hasil dari kepemimpinannya saat itu. Beliau sangat dikenal di kalangan Mahasiswa dan birokrat pemerintahan. Mungkin itu dampak dari sepak terjangnya sebagai aktivis kampus. Saat ini beliau telah bekerja di salah satu Perusahaan ternama di kota Medan.

Ahmad Syahputra berpendapat bahwa KSBM saat ini telah berhasil membangun ralasi dengan berbagai pihak, khususnya pihak dikalangan kampus. Hal ini dapat dilihat dari kerjasama usaha yang telah dilakukan diantara mereka.

4.2.4. Pengelola KSBM 1. Anggi Anggaraini, S.E.

Ia adalah wanita berusia 23 tahun yang terkesan “tabrak sana, tabrak sini” dalam beraktivitas. Karena mungkin aktivitasnya sangat padat. Sehingga wajar kalau naik sepeda motor miliknya selalu ngebut dan selalu jatuh – jatuh saja. Beliau lahir di Medan tanggal 22 Januari 1986. Ia adalah perintis usaha cattering KSBM, yang dirintisnya pertama kali tanggal 9 januari 2009. Wanita yang selalu berjilbab jumbo/besar ini sangat lues dalam bergaul. Sikapnya yang ramah dan


(64)

menerima segala karakter orang membuat dirinya memiliki jaringan “di kandang orang“. Sebagai wanita yang sholehah ia memiliki keinginan untuk membahagiakan Ibu tercintanya. Hal ini salah satunya Ia buktikan dengan selalu membantu usaha makanan milik orang tuanya. Sehingga ketika masih kuliah Ia selalu membawa barang dagangan untuk di jual di kampus. Saat ini Ia sedang berjuang mencari pekerjaan kesana sini demi cita – citanya untuk dapat membahagiakan Ibunya. Itulah cita – citanya yang pernah diungkapkannya.

Pandangan Anggi tentang KSBM yaitu usaha-usaha KSBM semakin banyak dan berkembang. Dan saat ini telah memiliki 5 bidang usaha, yaitu usaha simpan pinjam, perdagangan , privat, cattering dan rental mobil.

2. Diki Altrika, S.H.

Diki adalah orang yang cukup dikenal dikalangan Mahasiswa USU, karena Ia adalah Presiden Mahasiswa USU tahun 2008. Diki Altrika adalah orang yang memiliki bakat sebagai konseptor. Ide-idenya yang cemerlang selalu dapat memotivasi orang lain untuk dapat berkarya. Pria asal Pematang Siantar yang pandai bersilat lidah ini adalah orang yang pertama sekali menjadi pengelola privat less KSBM. Walaupun usianya sebagai Pengelola Privat Less seumur jagung yaitu kira – kira 4 bulan saja, namun Ia telah banyak memberi ide dan konsep untuk perkembangan usaha privat ini.

Diki berpendapat bahwa KSBM adalah ladang beramal karena KSBM didirikan atas motivasi agama. Untuk itu jangan pernah berhenti untuk terus membesarkan KSBM.


(1)

BAB V

PENUTUP

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan temuan-temuan data yang diperoleh peneliti, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut :

1. Koperasi Syariah Berkah Mandiri (KSBM) adalah koperasi yang didirikan dan dikelola oleh mahasiswa dan alumni USU dari berbagai fakultas, yang tebuka secara umum untuk semua kalangan masyarakat. Dalam operasionalnya KSBM dijalankan berdasarkan syariah islam.

2. Koperasi Syariah Berkah Mandiri (KSBM) mempunyai jaringan sosial keagamaan dan kekerabatan yang kuat dikalangan mahasiswa khususnya mahasiswa USU. Hal ini dapat dilihat dari hubungan sosial-ekonomi yang terjalin kuat antar KSBM dengan berbagai organisasi atau individu kampus USU. Jaringan sosial yang terbangun tersebut sangat menunjang eksistansi dan perkembangan KSBM.

3. Kepercayaan, jaringan sosial, nilai keagamaan merupakan modal sosial yang dimiliki oleh KSBM. Modal sosial tersebut sebagai faktor utama dalam mendukung eksistansi dan perkembangan KSBM.

4. Modal sosial KSBM telah ada sejak awal pendirian. Bahkan modal sosial tersebutlah yang melatarbelakangi berdirinya KSBM. Seiring dengan proses dan waktu yang terus berjalan, modal sosial KSBM semakin bertambah kuat. Hal tersebut dikerenakan pengurus / pengelola KSBM


(2)

senantiasa menjaga dan memeliharanya, yang semua itu tak lepas dari kerja keras pengurus / pengelola dalam menjalankan tugas dan kewajibannya. 5. Trust atau kepercayaan yang ada di tubuh KSBM merupakan faktor utama

keberhasilan pengurus / pengelola dalam menghimpun anggota dan permodalan. Semua informan percaya dan yakin bahwa pengurus / pengelola KSBM adalah orang-orang yang amanah dan dapat dipercaya dalam menjalankan kewajiban di KSBM. Sehingga mereka turut bergabung dan tidak enggan untuk menyimpankan uangnya di KSBM. Apalagi proses pemilihan pengurus berdasarkan keputusan mereka semua melalui rapat, maka semakin menambah keyakinan dan kepercayaan mereka pada pengurus. Dan hal tersebut dimanfaatkan oleh pengurus / pengelola KSBM untuk menjaga eksistasi dan perkembangan KSBM.

6. Jaringan sosial yang dimiliki KSBM merupakan jaringan sosial yang terbangun atas dasar adanya ikatan emosional organisasi, religi, dan kekerabatan yang telah berakar lama diantara mereka semua. Jaringan sosial tersebut menjadi modal sosial KSBM dalam menjaga dan meningkatkan hubungan sosial-ekonomi. Hal tersebut dimanfaatkan pengurus / pengelola KSBM untuk menjaga eksistensi dan perkembangan KSBM.

7. Nilai keagamaan yang ada di KSBM juga merupakan modal sosial yang dimanfaatkan oleh pengurus / pengelola dalam menjaga eksistensi dan perkembangan KSBM. Nilai-nilai tersebut telah mampu membangun


(3)

solidaritas dan loyalitas anggota dan juga pengurus / pengelola KSBM sendiri.

8. Terjadinya perkembangan dan pertambahan modal KSBM, unit usaha KSBM, jumlah anggota KSBM, dan lain-lain.

9. Koperasi Syariah Berkah Mandiri (KSBM) dapat tetap eksis dan berkembang sampai saat ini karena adanya kekuatan modal sosial yang ia miliki. Perkembangan KSBM seiring dengan modal sosial yang dimilikinya, artinya semakin berkembang dan kuat modal sosial maka akan semakin berkembang dan kuat pula KSBM itu sendiri.

5.2. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh selama penelitian, maka peneliti memiliki beberapa saran, yaitu :

1. Hendaknya modal sosial terbangun tidak hanya terpusat pada mahasiswa saja, melaikan juga terbangun pada semua kalangan masyarakat. Karena hal ini akan lebih mempercepat perkembangan KSBM itu sendiri. Di lain sisi manfaat KSBM juga akan dapat dirasakan oleh masyarakat umum, sebagaimana tujuan koperasi adalah mewujudkan ekonomi kerakyatan bukan ekonomi golongan saja.

2. Kesejahteraan semua anggota khususnya pengurus / pengelola harus mulai dipikirkan, misalnya dengan menetapkan gaji untuk mereka. Hal ini semakin dapat meningkatkan solidaritas dan loyalitas mereka.


(4)

3. Sistem kerja KSBM hendaknya lebih profesional lagi, misalnya dengan menggunakan IT, memakai tenaga ahli / profesional, sistem pembagian kerja yang lebih jelas dan bertanggung jawab, dan lain-lain.

4. Dalam menghimpun modal hendaknya KSBM tidak hanya mengandalkan dari sumber daya internal anggota dan jaringannya saja, melainkan juga dapat menghimpun dana dari pemerintah, perbankan, investor, dan lain-lain.

5. Koperasi Syariah Berkah Mandiri (KSBM) sudah saatnya membuka jenis-jenis usaha yang lebih besar dan potensial, misalnya bisnis properti, penginapan / hotel, dunia pendidikan / pelatihan, dan lain-lain.

6. Modal sosial yang telah terbangun hendaknya dapat dipertahankan dan dikembangkan lagi.

7. Untuk dapat menang dalam persaingan pasar ada tiga hal modal harus dipenuhi, yaitu modal intelektual, modal material, dan modal sosial. Untuk itu KSBM hendaknya dapat memiliki ketiga modal tersebut dengan baik. Semakin besar modal tersebut dapat dimiliki, maka akan semakin besar pula kemenangan dapat diraih. Ini tidak hanya berlaku pada dunia ekonomi saja, tapi berlaku juga pada dunia politik.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Badaruddin. 2005. Modal Sosial dan Pemberdayaan Masyarakat Nelayan. Dalam Arif Nasution, Subhilhar, Badaruddin (ed), Isu-Isu Kelautan : dari Kemiskinan Hingga Bajak laut. Pustaka Relajar. Yogyakarta.

Damsar. 2002. Sosiologi Ekonomi. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Dimyati, Ahmad, dkk. 1989. Islam dan Koperasi,Kopinfo. Jakarta. Field, John. 2005. Modal Sosial. Bina Media Perintis, Medan.

Fukuyama, Francis. 2002. Trust : Kebijakan Sosial dan Penciptaan Kemakmuran. Qalam. Yogyakrata.

Hasbullah, Jausari-2006. Sosial Kapital (Menuju Keunggulan Budaya Manusia

Indonesia). MR. United. Jakarta.

Hawwa, Said. 2004. Al-Islam. Gema Insani. Jakarta

Ishomuddin. 2005. Sosiologi Perspektif Islam. UMM Press. Malang.

Lawang, Robert. 2004. Capital Sosial : Dalam Perspektif Sosiologi Suatu

Pengantar. Fisip UI Press. Jakarta.

Muis, Murdeni. 2007. Kepribadian dan Perilaku Wirausaha Muslim. USU Press. Medan.

Nawawi, Hadari. 1995. Metode Penelitian Bidang Sosial. UGM Press. Yogyakarta.

Sentosa. 2006. Himpunan Ketentuan Tentang Badan Usaha Koperasi dan Usaha

Kecil. Nuansa Aulia. Bandung.

Soekanto, Soerdjono. 1990. Sosiologi Suatu Pengantar. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta.


(6)

Sudrajat, Ahmad, dkk. 1989. Islam dan Koperasi. KOPINFO. Jakarta.

Ristzer, Goerge dan Goodman J, Douglas. 2004. Teori Sosiologi Modern. Prenada Media. Jakarta.

Yin, Robert K. 2003. Studi Kasus (Desain dan Metode). Rajawali Press. Jakarta. Zubeirsyah. 2004. Bahasa Indonesia dan Teknik Penyusunan Karangan Ilmiah.

USU Press. Medan.

Sumber Lain :

Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga (AD/ART) Koperasi Syariah Berkah Mandiri (KSBM) Tahun 2009.

Parapat, Junaidi. Modul I Umum dan Perkoperasian Microfin Indonesia Sumut. Medan

Tim Baitul Maal Bank Muamalat. 2003. Panduan Unit Simpan Pinjam Syari’ah. PT. Bank Muamalat Indonesia. Jakarta.

http//www.google.com