13
BAB II Tinjauan Umum Tentang Tindak Tutur dan Tindak Tutur Keluhan
2.1 Pengertian Tindak Tutur
Teori tindak tutur pertama kali diungkapkan oleh Austin 1962.Teori tersebut dikembangkan kembali oleh Searle pada tahun 1969. Menurut Searle,
dalam semua komunikasi kebahasaan terdapat tindak tutur. Ia berpendapat bahwa komunikasi bukan hanya sekedar lambang, kata atau kalimat, tetapi lebih
merupakan hasil dari perilaku tindak tutur Searle 1969 dalam Suwito 1983:33 . Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tindak tutur merupakan inti dari
komunikasi. Tindak tutur merupakan suatu analisis yang bersifat pokok dalam kajian pragmatik Levinson dalam Suyono 1990:5 . Pendapat tersebut berkaitan
dengan objek kajian pragmatik yang sebagian besar berupa tindak tutur dalam peristiwa komunikasi.Dalam analisis pragmatik objek yang dianalisis adalah
objek yang berkaitan dengan penggunaan bahasa dalam peristiwa komunikasi, yaitu berupa ujaran atau tuturan yang diidentifikasikan maknanya dengan
menggunakan teori pragmatik.Sementara itu Austin dalam Ibrahim 1992:106 sebagai peletak dasar teori tindak tutur mengungkapkan bahwa sebagian tuturan
bukanlah pernyataan tentang sesuatu, tetapi merupakan tindakan action. Berkaitan dengan bermacam-macam maksud yang dikomunikasikan,
Leech 1983 berpendapat bahwa tindak tutur terikat oleh situasi tutur yang mencakup :
a. penutur dan mitra tutur, b. konteks tuturan,
Universitas Sumatera Utara
14
c. tujuan tuturan, d. tindak tutur sebagai tindakan atau aktivitas,
e. tuturan sebagai hasil tindakan bertutur. Menurut Chaer 2004:50 tindak tutur merupakan gejala individual,
bersifat psikologis, dan keberlangsungannya ditentukan oleh kemampuan bahasa si penutur dalam menghadapi situasi tertentu. Dalam tindak tutur lebih dilihat
makna atau arti tindakan dalam tuturannya. Tindak tutur atau “ pertuturan” “ speech act , speech event “ istilah
Kridalaksana adalah pengujaran kalimat untuk menyatakan agar suatu maksud dari pembicara dapat diketahui oleh pendengar Kridalaksana, 1984: 154 .
Tindak tutur adalah salah satu kegiatan fungsional manusia sebagai makhluk berbahasa.Karena sifatnya yang fungsional, setiap manusia selalu
berupaya untuk mampu melakukannya dengan sebaik-baiknya, baik melalui pemerolehan acquisition maupun pembelajaran learning. Pemerolehan bahasa
lazimnya dilakukan secara nonformal, sedangkan pembelajaran dilakukan secara formal Subyakto, 1992:88.
2.1.1 Jenis-Jenis Tindak Tutur
J.L.Austin merupakan tokoh teori tindak tutur pertama yang memperkenalkan konsep tindak tutur melalui bukunya How to do thing with
words. Menurut Austin, tuturan pada dasarnya dapat dibedakan atas dua jenis, yaitu tuturan bersifat performatif dan tuturan yang bersifat konstantif. Selanjutnya,
dinyatakan bahwa semua tuturan pada dasarnya bersifat performatif, yang berarti bahwa dua hal terjadi secara bersamaan ketika orang mengucapkannya. Teori
Universitas Sumatera Utara
15
tindak tutur Austin selanjutnya mengalami perkembangan setelah Searle dalam bukunya Speech Act: An Essay in the Philisophy of Language, Ia mengatakan
bahwa secara pragmatis setidak-tidaknya ada tiga jenis tindakan yang dapat diwujudkan oleh seorang penutur, yakni tindak lokusi locutionary act, tindak
ilokusi ilocutionary act dan tindak perlokusi perlocutionary act Chaer dan Leonie, 2004: 53, yaitu:
2.1.1.1 Tindak Lokusi
J. L. Austin merupakan tokoh yang pertama memperkenalkan teori tindak tutur. Ia mengatakan bahwa secara analitis dapat dijelaskan atas 3 macam tindak
bahasa yang terjadi secara serentak, yaitu tindak lokusi, tindak ilokusi, dan tindak perlokusi.
Tindak tutur lokusi adalah tindak tutur yang menyatakan sesuatu dalam arti “berkata” atau tindak tutur dalam bentuk kalimat yang bermakna dan dapat
dipahami.Misalnya, “Ibu guru berkata kepada saya agar saya membantunya”.Searle 1969 menyebut tindak tutur lokusi ini dengan istilah
tindak bahasa preposisi prepositional act karena tindak tutur ini hanya berkaitan dengan makna.
Sehubungan dengan tindak lokusi, Leech dalam Setiawan, 2005 : 19 memberikan rumus tindak lokusi. Bahwa tindak tutur lokusi berarti penutur
menuturkan kepada mitra tutur bahwa kata-kata yang diucapkan dengan suatu makna dan acuan tertentu.
Dari batasan tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa tindak lokusi hanya berupa tindakan menyatakan sesuatu dalam arti yang sebenarnya tanpa disertai
Universitas Sumatera Utara
16
unsur nilai dan efek terhadap mitra tuturnya. Berdasarkan hal ini maka tindak lokusi terbagi menjadi tiga tipe, yaitu :
a. naratif Naratif dapat diartikan sebagai bentuk wacana yang sasaran utamanya
adalah tindak tanduk yang dijalin dan dirangkaikan menjadi sebuah peristiwa yang terjadi dalam suatu keadaan waktu. Naratif adalah suatu bentuk wacana yang
berusaha menggambarkan dengan sejelas-jelasnya kepada pembaca atau mitra tutur suatu peristiwa yang telah terjadi .naratif hanya berusaha menjawab suatu
pertanyaan“ Apa yang telah terjadi ” Keraf dalam Setiawan, 2005 : 20 b. Deskriptif
Keraf Dalam Setiawan, 2005 : 20 mendefinisikan deskriptif sebagai suatu bentuk wacana yang bertalian dengan usaha perincian dari obyek-obyeknya
yang direncanakan, penutur memudahkan pesan-pesannya, memindahkan hasil pengamatan dan perasaan kepada mitra tutur, penutur menyampaian sifat dan
semua perincian wujud yang dapat ditemukan pada objek tertentu. c. Informatif
Kridalaksana dalam Setiawan, 2005 : 21 mendefinisikan informatif sebagai bentuk wacana yang mengandung makna yang sedemikian rupa sehingga
pendengar atau mitra tutur menangkap amanat yang hendak disampaikan. Tindak informatif selalu berhubungan dengan makna referensi yaitu
makna unsur bahasa yang sangat dekat hubungannya dengan dunia di luar angkasa objek atau gagasan, dan yang dapat dijelaskan oleh analisis komponen
Kridalaksana dalam Setiawan, 2005 : 21
Universitas Sumatera Utara
17
2.1.1.2 Tindak Ilokusi
Tindak ilokusi adalah salah satu dari teori Austin.Tindak tutur ilokusi adalah pengucapan suatu pernyataan, tawaran, janji pertanyaan, dan
sebagainya.Ini erat hubungannya dengan bentuk-bentuk kalimat yang mewujudkan suatu ungkapan.
Chaer 2004:53 mengatakan bahwa tindak tutur ilokusi adalah tindak tutur yang biasanya diidentifikasikan dengan kalimat performatif yang
eksplisit.Tindak tutur ilokusi biasanya berkenaan dengan pemberian izin, mengucapkan terima kasih, menyuruh, menawarkan, mengeluh dan menjanjikan.
Dengan kata lain ilokusi berati melakukan tindakan dalam mengatakan sesuatu Leech, 1993:316.
Kalimat performatif adalah kalimat yang berisi perlakuan. Artinya, apa yang diucapkan oleh si pengujar berisi apa yang dilakukannya. Kalimat
performatif ini lazim digunakan dalam upacara pernikahan, perceraian, kelahiran, kematian, keagamaan, kenegaraan, kemiliteran, peresmian seminar dan
sebagainya.Dalam pengucapannya kalimat-kalimat performatif biasanya ditunjang oleh tindakan atau perilaku yang nonlinguistik, seperti pemukulan gong,
pengetukan palu, dan sebagainya.Kalimat performatif ini adalah kalimat yang berfungsi dalam acara resmi.Disamping itu, ada juga kalimat performatif yang
yang diterapkanpada situasi yang tidak resmi. Kalimat performatifdapat digunakan untuk mengungkapkan sesuatu secara
eksplisit dan implisit.Secara eksplisit, artinya dengan menghadirkan kata-kata yang mengacu pada pelaku seperti saya atau kami.Sedangkan kalimat performatif
Universitas Sumatera Utara
18
implisit adalah yang tanpa menghadirkan kata-kata yang menyatakan pelaku. Di balik kalimat-kalimat performatif yang implisit itu tentunya ada pihak yang
meminta agar kita melakukan apa yang dimintanya. Tindak tutur ilokusi merupakan tindak tutur yang mengandung maksud
dan fungsi atau daya tuturan Rustono, 1999:37.Lubis dalam Setiawan, 2005 :22 memberikan definisi lebih rinci dengan beberapa batasan mengenai
tindak ilokusi yaitu pengucapan suatu pernyataan, tawaran, janji, pertanyaan, permintaan maaf dan sebagainya. Ini erat hubungannya dengan bentuk-bentuk
kalimat yang mewujudkan suatu ungkapan. Subyakto-Nababan Dalam Setiawan, 2005 : 22 menambahkan bahwa
tindak ilokusi adalah tindak bahasa yang diidentifikasikan dengan kalimat pelaku yang eksplisif. Tindak ilokusi merupakan tekanan atau kekuatan kehendak orang
lain yang terungkap dengan kata-kata kerja : menyuruh, memaksa, mendikte kepada dan sebagainya.
Contoh tindak tutur ilokusi : この仕事、たいへんですね。
Kono shigoto, taihendesune. Teori tindak tutur Austin merupakan teori tindak tutur yang berdasarkan
pembicara, sedangkan Searle melihat tindak tutur berdasarkan pendengar.Jadi, Searle berusaha melihat bagaimana nilai ilokusi itu ditangkap dan dipahami
pendengar. Searle membuat klasifikasi dasar tuturan yang membentuk tindak tutur ilokusi menjadi lima jenis tindak tutur, yaitu :
1. Tindak Representatif
Universitas Sumatera Utara
19
Menurut Yule 2006:92 :“Representatives are speaker changes the world via words. The speaker believe to be the case or not. Statements of fact, assertions,
conclusions, and descriptions, as illustrated in are all examples of the speaker representating the world as he or she believes it is.”
‘Tindak tutur representatif adalah tindak tutur yang menyatakan keyakinan penutur tentang ihwal realita eksternal.Tindak tutur ini berfungsi memberi tahu
orang-orang mengenai sesuatu.Artinya, pada tindak tutur jenis representatif penutur berupaya agar kata-kata atau tuturan yang dihasilkan sesuai dengan jenis
realita dunia.’ Searle dalam Leech:1993, menyebutkan tindak tutur jenis ini sebagai
tindak tutur asertif, yang mengidentifikasikan dari segi semantik karena bersifat proposisional. Selain itu, yang bertanggung jawab terhadap kesesuaian antara
kata-kata atau tuturan dengan fakta duniawi terletak pada pihak penutur.Yang termasuk ke dalam jenis tindak tutur representatif ini, adalah tuturan-tuturan yang
bersifat penegasan, pernyataan, pelaporan dan pemerian. Contoh tindak tutur representatif :
a. The earth is flat.
b. Chomsky didn’t write about peanuts.
c. It was a warm sunny day.
2. Tindak Komisif
“Commisives are those kinds of speech acts that speakers use to commit themselves to some future action. They express what the speaker intends. They are
Universitas Sumatera Utara
20
promise, refusals, pledges, and as shown in, they can be performed by the speaker alone, or by the speakers as a member of a group.”
Yule 2006 memberi pemahaman bahwa tindak tutur komisif, penutur menindaklanjuti atau memenuhi apa yang dituturkan. Tuturan semacam ini
mengekspresikan apa yang dimaksudkan oleh penutur. Dalam penggunaan tindak tutur komisif, penutur bertanggung jawab atas kebenaran apa yang dituturkan.
Leech 1993 mengatakan jenis tindak tutur ini memiliki fungsi menyenangkan. Menyenangkan maksudnya adalah menyenangkan pihak pendengarnya karena dia
tidak mengacu kepada kepentingan penutur. Jenis tindak tutur yang termasuk ke dalam jenis tindak tutur ini menurut Yule 2006:94 adalah perjanjian, ancaman,
penolakan dan jaminan . Contoh tindak tutur kommisif :
a. I’ll be back.
b. I’m going to get it right next time.
3. Tindak Ekspresif
Expressives are those kinds of speech acts that state what the speaker feels. They express psychological states and can be statements of pleasure, pain, likes,
dislike, joy, or sorrow. As illustrated in, they can be caused by something the speaker does or the hearer does, but they are about the speaker’s experience.
Yule 2006:93 berpendapat bahwa dalam tindak tutur ekspresif terdapat pernyataan yang menggambarkan apa yang penutur rasakan. Tindak tutur ini
mencerminkan pernyataan-pernyataan psikologis penutur terhadap suatu keadaan, meliputi mengucapkan terima kasih, terkejut, mengucapkan selamat datang,
Universitas Sumatera Utara
21
mengucapkan selamat, gembira, khawatir, sombong, mengeluh dan rasa tidak suka.
Contoh tindak tutur ekspresif : a.
I’m really sorry b.
Congratulations c.
Oh yes, great, mmmm, ssahh
4. Tindak Deklaratif
Declarations are those kind of speech acts that changes the world via their utterance. As the examples in illustrated, the speaker has to have a special
institutional role, in a specific context, in order to perform a declaration appropriately.
Berdasarkan pendapat Yule 2006:93 dapat diketahui bahwa dalam tindak tutur deklaratif terdapat perubahan dunia sebagai akibat dari tuturan itu, misalnya
ketika kita mengundurkan diri dengan mengatakan ‘saya mengundurkan diri’, memecat seseorang dengan mengatakan ‘Anda dipecat’, atau menikahi seseorang
dengan menyatakan ‘Saya bersedia’. Contoh tindak tutur deklaratif :
a. Priest
: I now pronounce you husband and wife. b.
Referee : you’re out
c. Jury Foreman :we find the defendant guilty.
5. Tindak Direktif
Universitas Sumatera Utara
22
Directives are those kinds of speech acts that speakers use to get someone else to do something. They express what the speaker wants. The are commands,
orders, requests, suggestions, and as illustrated in, they can be positive or negative.
Dalam tindak tutur direktif mengandung hal yang bersifat keinginan pihak penutur kepada orang lain untuk melakukan sesuatu. Dengan demikian, tindak
tutur direktif merupakan ekspresi dari apa yang penutur inginkan Yule, 2006:93. Jenis tindak tutur yang termasuk dalam tindak tutur jenis direktif adalah perintah,
permintaan, pemberian saran. Dalam hal ini pendengar bertanggung jawab untuk menyelesaikan apa yang akan dilakukannya terhadap keinginan penutur.
Contoh tindak tutur diretif : a.
gimme a cup of coffe. Make it black. b.
Could you lend me a pen, please ? c.
Don’t touch that.
2.1.1.3 Tindak Perlokusi
Tindak tutur perlokusioner ini merupakan tindak menumbuhkan pengaruh kepada sang mitra tutur oleh penutur. Tindak tutur perlokusioner dapat dinyatakan
dalam bahasa Inggris, the act off affecting someone. cf.Wijana,1996; Rahardi, 2004; dan Rahardi, 2006
Tindak tutur perlokusi adalah tindak tutur yang berkenaan dengan adanya ucapan orang lain sehubungan dengan sikap dan perilaku nonlinguitik dari orang
lain itu. Misalnya, karena adanya ucapan dokter kepada pasien “mungkin ibu
Universitas Sumatera Utara
23
menderita penyakit jantung coroner”, maka si pasien akan panik atau sedih. Ucapan si dokter itu adalah tindak tutur perlokusi Chaer,2004:53.
Tindak perlokusi disebut sebagai “The Act of Affecting Someone”.Tuturan yang diucapkan oleh seseorang penutur sering kali memiliki efek atau daya
pengaruh perlocutionary force bagi yang mendengarkannya.Efek atau daya pengaruh ini dapat terjadi karena disengaja ataupun tidak disengaja oleh
penuturnya.Efek yang dihasilkan dengan mengujarkan sesuatu itulah oleh Austin 1962 dalam Rustono 1999:38 sebut tindak perlokusi.
Menurut Wijana dalam Setiawan, 2005 : 25 tindak perlokusi adalah tindak tutur yang pengaturannya dimaksud untuk mempengaruhi lawan
tutur.Subyakto-Nababan dalam Setiawan, 2005 : 25 memberian definisi mengenai tindak perlokusi, yaitu tindak bahasa yang dilkakukan sebagai akibat
atau efek dari suatu ucapan orang lain. Rustono 1999:38 menyatakan bahwa tindak tutur perlokusi adalah tindak
tutur yang pengujarannya dimaksudkan untuk mempengaruhi mitra tutur.Sementara itu Tarigan 1987:35 mengatakan bahwa ujaran yang diucapkan
penutur bukan hanya peristiwa ujar yang terjadi dengan sendirinya, tetapi merupakan ujaran yang diujarkan mengandung maksud dan tujuan tertentu yang
dirancang untuk menghasilkan efek, pengaruh atau akibat terhadap lingkungan mitra tutur atau penyimak. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa tindak tutur
perlokusi berhubungan dengan sikap dan perilaku nonlinguistic Chaer 1995:70.
2.2 Tindak Tutur Keluhan