1
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sebagai makhluk sosial yang membutuhkan orang lain untuk menjalin hubungan di dalam kehidupannya, manusia memerlukan alat komunikasi untuk
dapat berinteraksi dengan orang lain. Bahasa merupakan alat komunikasi yang paling tepat.
Menurut Kridalaksana dan Djoko Kentjono dalam Chaer 2007:32 bahasa adalah sistem lambang bunyi yang arbitrer yang digunakan oleh para anggota
kelompok sosial untuk bekerja sama, berkomunikasi, dan mengidentifikasikan diri.Bahasa digunakan untuk menjalin hubungan, mengungkapkan perasaan, atau
memberikan tanggapan, bahasa juga dapat menjadi sebuah identitas diri seseorang. Sutedi 2003:2 mengungkapkan bahwa ketika kita menyampaikan ide,
pikiran, hasrat dan keinginan kepada seseorang baik secara lisan maupun secara tertulis, orang tersebut bisa menangkap apa yang kita maksud, tiada lain karena ia
memahami makna yang dituangkan dalam bahasa tersebut. Namun, sering juga terjadi salah penafsiran makna karena seseorang kurang dapat megangkap maksud
yang ingin disampaikan. Hal ini dapat menghambat kelancaran sebuah komunikasi.
Komunikasi dapat berjalan dengan baik, bila bahasa yang digunakan dapat dipahami oleh kedua belah pihak, yaitu penutur dan mitra tuturnya. Oleh karena
itu, kedua belah pihak yang berkomunikasi harus mampu menginterpretasikan makna yang terkandung dalam sebuah bentuk komunikasi.
Universitas Sumatera Utara
2
Ilmu yang digunakan untuk mempelajari makna ialah semantik dan pragmatik. Makna dalam pragmatik memiliki hubungan erat dengan penutur
sedangkan makna semantik murni properti ucapan dalam bahasa, terlepas dari situasi, penutur atapun petutur Leech,1996:6.
Pragmatik menelaah makna menurut tafsiran pendengar, maka semantik menelaah makna dalam hubungan antara lambang satuan-satuan ujaran dengan
objeknya atau referennya Chaer dan Agustina, 2004:57.Lebih jelasnya, pragmatik adalah studi tentang makna yang berkaitan dengan situasi ujaran dan
tindak tutur. Menurut Nurgiyantoro 2002: 317 bahwa salah satu hal yangpaling
penting dalam interpretasi percakapan secara pragmatik adalah kosep tindak tutur. Salah satu cara untuk membuat seseorang atau sekelompok orang mengerti
selaindengan tuturan dapat juga dilakukan dengan tindakan. Tindak tutur Menurut Asim Gunarwan 1999:1 adalah jika kita berbicara
atau mengeluarkan ujaran apakah ujaran itu berupa kalimat, frase, atau kata apa yang dikeluarkan dari mulut kita itu dianggap sebagai tindakan. Tindakan itulah
yang disebut dengan tindak tutur. Austin dalam Rahardi 2009: 17 membedakan tiga jenis tindakan yang
berkaitan dengan ujaran. Ketiga tindakan itu ialah tindak lokusioner, tindak ilokusioner, dan tindak perlokusioner.
Tindak tutur ilokusi adalah tindak melakukan sesuatu. Di sini kita mulai berbicara tentang maksud dan fungsi atau daya ujaran yang bersangkutan, untuk
apa ujaran itu dilakukan. Perbuatan yang dilakukan dalam mengujarkan sesuatu
Universitas Sumatera Utara
3
atau melakukan sesuatu.Misalnya ; memperingatkan, bertanya illocutionary speech act Autin dalam Syahri, 2011: 21.
Kemudian Searle 1969:23-24 membagi tindak tutur ilokusi dalam lima jenis, yaitu representatif,komisif, direktif, ekspresif dan deklaratif.
Tuturan keluhan termasuk ke dalam jenis tindak tutur ekspresif.Tindak tutur ekspresif adalah tindak ujaran yang dilakukan dengan maksud agar
ujarannya diartikan sebagai evaluasi tentang hal yang disebutkan di dalam ujaran itu.Misalnya; memuji, mengucapkan terima kasih, mengkritik, mengeluh Hymes
dan Jacobson yang dikutip Djajengwasito dalam Syahri, 2011: 20. Mengeluh adalah ungkapan dari keadaan psikologis seseorang yang tidak
senang terhadap sesuatu Nurhasanah, 2010: 2.Karena tindak tutur mengeluh keluhan berkaitan dengan perasaan, sehingga sangat mempengaruhi bagaimana
respon dari lawan tuturnya. Jika tidak hati-hati dalam menyampaikan tuturan ini, dapat membuat hubungan sosial diantara peserta tuturnya menjadi tidak baik.
Contoh tindak tutur keluhan : 亜也たちの部屋
Ayatachi no heya Rumah Keluarga Aya
瑞生 : ほら, いつまで寝てんだよ?はい起きて、はいお仕事お仕事。
Mizuo : hora, itsumade netendayo?hai okite, hai oshigoto oshigoto. Ako
: aa, uzai….
Mizuo :hai, sampai kapan akan tidur ? baiklah, waktunya bangun, bekerja
bekerja. 亜湖 : ああ,うざい・・・
Universitas Sumatera Utara
4
Ako : Ah, berisik…
Tuturan di atas berfungsi untuk memperhalus maksud si penutur terhadap lawan bicaranyadi dalam menyampaikan maksud atau tujuan penutur yang
sebenarnya kesal dan marah karena bangunnya telat. Hal inilah yang mendasari penulis untuk meneliti bagaimana bentuk-
bentuk tindak tutur mengeluh dan bagaimana strategi yang digunakan untuk mengungkapkan keluhan dalam bahasa Jepang, sehingga komunikasi berjalan
dengan baik. Dalam melakukan penelitian terhadap tindak tutur, tentu saja percakapan
menjadi sasaran penelitiannya.Percakapan yang dipilih sebagai data untuk melihat tindak tutur ilokusi keluhan adalah percakapan yang terdapat dalam drama Ichi
Rittoru No Namida. Di dalam drama Ichi Rittoru No Namida banyakterdapat tuturan
yangmengandung maksudkeluhan. Oleh karena itu, penulis membahasnya melalui
skripsi yang berjudul “Analisis tindak tutur ilokusi keluhan dalam drama Ichi Rittoru No Nomida”
1.2 Rumusan Masalah