Latar Belakang Masalah PENDAHULUAN

1

BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Perkembangan ekonomi islam beberapa tahun belakangan ini terlihat begitu pesat. Hal ini terlihat dari banyaknya bank umum konvensional yang berlomba-lomba membuka diri untuk menjadi bank umum syariah, sampai saat ini tercatat sebanyak 11 bank umum syariah yang telah beroprasi. Keadaan ini telah menunjukkan indikasi positif bahwa ekonomi Islam dapat diterima dengan baik di Indonesia. Dengan banyaknya bank-bank syariah baik yang beroperasi secara stand alone maupun yang sudah menerapkan dual banking system, yang mana perbankan konvensional dengan sistem konvensional bisa membentuk unit-unit perbankan dengan sistem syariah merupakan sebuah fenomena tersendiri di negeri ini. 1 Hanya dalam kurun waktu 13 tahun sejak tahun 1992 hingga sekarang, lembaga syariah di Indonesia tumbuh dengan pesat seperti perbankan syariah, Asuransi Syariah, Reksadana syariah, Pegadaian Syariah, bahkan properti. 2 Perkembangan ini semakin terlihat dengan jelas saat ini di mana semakin banyak produk-produk yang muncul dengan lebel Islam ataupun syariah. Mulai dari make up yang muncul dengan image syariah, bengkel yang muncul dengan label 1 Faisal Baasir, Indonesia Pasca Krisis: Catatan Positif da ekonomi Jakarta: Pustaka Sinar Haraan, 2004, h. 161 – 162 2 Hermawan Kertajaya, Muhammad Syakir Sula, Syariah Marketing, Bandung: Mizan, 2006, cet. 1, h. 160 syariah, hotel, salon, restoran, dan masih banyak lagi lini usaha yang giat mengeluarkan diri dengan image Islam ataupun syariah. Sebagai negara yang mayoritas penduduk beragama Islam maka sudah selayaknya sistem ekonomi Islam dapat dilaksanakan dengan baik pada negara kita. Namun sebaliknya, kenyataan yang ada cukup memprihatinkan. Jumlah penduduk yang beragama Islam lebih banyak seperti negara kita belum tentu berjalan lurus dengan perkembangan perbankan syariah saat ini. Penggunaan istilah-istilah seperti al-ijarah sewa, al-qardh pinjaman kredit, al-sharf jual beli mata uang, murabaha keuntungan, musyarakah pembiayaan, dan lain-lain yang terlalu Arab agak mengganggu sosialisasi produk bank syariah. 3 Perkembangan zaman yang semakin pesat menuntut para praktisi perbankan untuk terus berinovasi dalam rangka menuai kebutuhan transaksi para nasabah dengan menciptakan produk-produk baru. Dimana saat ini melakukan transaksi yang cukup besar mengguakan uang tunai merupakan hal yang sangat beresiko. Untuk itu saat ini mulai muncul solusi produk-produk yang menawarkan sosuli pembayaran non tunai kepada masyarakat. Untuk itu tidak sedikit perusahaan-perusahaan perbankan melalukan banyak cara untuk memperkenalkan produknya. Sebagaimana dasar prinsip ekonomi bahwah setiap perusahaan dalam menjalankan usahanya tentu mempunyai keinginan agar produknya dapat dikenal dan digemari oleh masyarakat seperti yang diharapkan. Namun penting untuk 3 Deni Setiawan , “Loyalitas Nasabah Pada Perbankan Syariah”. Artikel diakses pada 22 April 2014 dari http:www.riaupos.com ditekankan bentuk pemasaran tidak dimulai dengan suatu produk atau penawaran, tetapi dengan pencarian peluang pasar. 4 Meskipun perkembangan dan kinerja perbankan syariah saat ini terus berkembang, namun proses sosialisasi pada masyarakat harus tetap gencar dilakukan. Ditambah lagi saat ini semakin banyaknya prodak-prodak perbankan syariah yang mulai ditawarkan kepada masyarakat. Salah satu cara yang paling sering digunakan dan ampuh bagi perusahaan perbankan saat ini ialah dengan memasang iklan baik dimedia cetak maupun di televisi. Iklan bertujuan untuk meraih pencapaian perspektif positif. Iklan merupakan sumber informasi konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian. Iklan tidak hanya sebagai medium penyadaran konsumen tentang suatu produk, tetapi mendorong konsumen untuk membeli. Tujuan akhir dari sebuah iklan bagi sebuah perusahaan adalah untuk mempengaruhi sikap, persepsi dalam perilaku konsumen sehingga konsumen berperilaku sesuai dengan yang diinginkan perusahaan yaitu membeli dan menggunakan produknya. Periklanan seringkali menjadi perhatian penting karena selain posisinya yang strategis yang mampu menjangkau konsumen secara luas juga memerlukan biaya yang cukup besar. Yang terjadi dalam prakteknya adalah seringkali sebuah iklan menjadi sumber pengeluaran yang besar tanpa mampu memberikan return yang memuaskan ketika produk mereka gagal di pasaran. Pada sebuah iklan, baik yang dipublikasikan melalui media penyiaran maupun media cetak, pada dasarnya memiliki struktur. Struktur iklan pada kedua 4 Hendra, Teguh dan Ronny. A Rusli, Manajemen Pemasaran: Analisis, Pemasaran Implementasi dan Kontrol, Jakarta: PT Preshallindo, 1997, Jilid 1, h.8 media tersebut pada dasarnya sama, hanya bentuknya berbeda karena perbedaan karateristik medianya. Untuk menghasilkan iklan yang baik selain memperhatikan struktur iklan diperlukan juga rumus iklan “AIDA”. Pertama yaitu, Attention berarti bahwa iklan harus mampu menarik perhatian khalayak sasaran. Untuk itu, iklan membutuhkan bantuan ukuran, penggunaan warna, tata letak atau suara- suara khusus. Kedua, Interest yang mana iklan berurusan dengan bagaimana konsumen berminat dan memiliki keinginan lebih jauh. Dalam hal ini konsumen harus dirangsang agar mau membaca, mendengar atau menonton pesan-pesan yang disampaikan. Perhatian harus segera ditingkatkan menjadi minat agar pembeli ingin mengetahui lebih rinci. Ketiga, Desire bermakna bahwa iklan harus mampu menggerakkan keinginan orang untuk memiliki atau menikmati produk tersebut. Iklan harus mampu menciptakan kebutuhan calon pembeli. Konsumen mulai goyah dan emosinya mulai tersentuh untuk membeli produk tersebut untuk menimbulkan rasa percaya pada diri pembeli dan memberikan pandangan positif pada konsumen tentang produk sebagai acuan dalam keputusan untuk membeli produk terhadap iklan. Kemudian, Action mengandung arti bahwa iklan harus memiliki daya membujuk calon pembeli agar sesegera mungkin melakukan suatu tindakan pembelian. Dalam hal ini dapat digunakan kata beli, ambil, hubungi, rasakan, gunakan dan lain-lain. Setiap perusahaan tentu merasa sangat penting untuk melakukan promosi agar produk yang ditawarkan dapat diketahui oleh khalayak banyak. Hal ini pun dilakukan oleh BNI Syariah. BNI Syariah merasa penting untuk melakukan promasi berupa iklan untuk menggenjot keuntungan perusahaan. Dimana saat ini BNI Syariah lebih fokus pada promosi berupa iklan pada media cetak; fashion magazine meskipun juga melakukan iklan pada koran, media online, media televisi dll, namun tidak sebanyak yang dilakukan pada fashion magazine. Adapun produk yang pernah melakukan iklan secara khusus ialah Tabungan Hasanah, emas iB Hasanah, Griya Hasanah, dan iB Hasanah Card. Untuk melakukan promosi tersebut PT. BNI Syariah tentu tidak mengeluarkan biaya yang sedikit. Hal ini dapat terlihat dari lapoaran keuangan yang telah dirilis pada tahun 2010 hingga 2014. Tabel 1.1 Tabel Perbandiangan Biaya Promosi dan Laba PT. BNI Syariah No Periode Biaya Promosi Laba 1. Mar – Des 2010 16.284 36.512 2. Jan – Des 2011 30.706 72.386 3. Jan – Des 2012 50.420 186.218 4 Jan – Des 2013 46.928 283.680 5 Jan – Jun 2014 18.349 370.161 dalam juta rupiah Sumber: Laporan keuanga BNI Syariah melalui www.bnisyariah.com Dari data tersebut terlihat lonjakan laba yang cukup signifikan pada tahun 2013 meskipun biaya promosi pada tahun yang sama berkurang nilainya. Hal ini secara sederhana dapat diartikan bahwa biaya promosi ditahun sebelumnya telah memberikan dampak positif terhadap keuntungan perusahaan ditahun 2013. Pada waktu belakangan ini iB Hasanah Card BNI Syariah sangat gencar melakukan iklan pada media cetak khususnya majalah fashion muslim. Banyak produk yang ditawar pada setiap iklannya untuk mengundang ketertarikan nasabah menggunakan produk yang mereka tawarkan. Hasanah Card merupakan kartu pembiayaan yang berfungsi sebagai kartu kredit berdasarkan prinsip syariah, yaitu dengan sistem perhitungan biaya bersifat tetap, adil, transparan, dan kompetitif tanpa perhitungan bunga. Hasanah Card adalah salah satu kartu kredit yang menggunakan akad Syariah, yang diterbitkan oleh BNI Syariah. Adapun akad yang digunakan dalam produk Hasanah Card BNI Syariah ini ialah Kafalah, Qardh, dan Ijarah. Untuk membantu peningkatan penjualan iB Hasanah Card BNI Syariah pun telah melakukan berbagai macam promosi baik itu pada media televise maupun media cetak. Terhitung sejak tahun 2012 iB Hasanah Card BNI Syariah mulai gencar melakukan promosi pada media, khususnya media cetak; majalah. Biaya yang dikeluarkan untuk promosi ini pun tidaklah sedikit. Menurut data penulis, untuk satu kali iklan pada media cetak Scarf Magazine pihak iB hasanah card BNI syariah harus mengeluarkan uang sebesar 15 juta untuk satu edisi. Untuk biaya promosi yang tidak sedikit ini iB Hasanah Card BNI Syariah saat ini telah memiliki lebih 100 ribu nasabah yang terseber di seluruh Indonesia. Berdasarkan latar belakang ini maka penulis tertarik untuk menulis permasalahan ini dengan mengambil judul “EFEKTIVITAS IKLAN PADA MEDIA CETAK TERHADAP KEPUTUSAN KONSUMEN MENGGUNAKAN IB HASANAH CARD BNI SYARIAH Suatu Pendekatan Konsep “AIDA”.

B. Identifikasi Masalah