Pertimbangan DK PBB Terkait Pengajuan Keanggotaan Palestina

60

BAB IV HAMBATAN PALESTINA MENJADI ANGGOTAAN PENUH DI PBB

TAHUN 2011 Bab ini membahas hambatan Palestina menjadi anggota penuh di PBB pada tahun 2011 sebagai jawaban dari pertanyaan penelitian. Mekanisme penerimaan anggota baru harus mendapat persetujuan DK PBB sebelum dilakukan voting oleh Majelis Umum PBB. Berdasarkan pertimbangan DK PBB terkait Pengajuan palestina menjadi anggota, DK memutuskan untuk tidak menerima Palestina menjadi anggota. Dari keputusan tersebut penulis mencoba menganalisa faktor-faktor yang menjadi penghambat dalam proses pengajuan Palestina menjadi anggota PBB termasuk faktor dari dukungan negara kawasan Timur Tengah.

A. Pertimbangan DK PBB Terkait Pengajuan Keanggotaan Palestina

PBB sebagai salah satu organisasi internasional memiliki mekanisme tersendiri dalam penerimaan anggota berdasarkan kesepakatan bersama negara- negara anggota yang di sahkan dalam Piagam PBB. Organisasi internasional sebagai penyedia saluran untuk berkomunikasi di antara sesama anggota dan ada kalanya merintis akses komunikasi bersama dengan negara non anggota maupun Organisasi Internasional lainnya. 119 119 T. May Rudy. Administrasi dan Organisasi Internasional. Bandung: Refika Aditama., 2005, 3. 61 Dalam piagam PBB juga dijelaskan bahwa keanggotaan PBB adalah negara- negara yang ikut serta dalam Konferensi PBB tentang Organisasi Internasional di San Fransisco atau yang terlebih dahulu telah menandatangani serta meratifikasi Piagam PBB pada 1 Januari 1942. Negara-negara tersebut antara lain: Republik Tiongkok, Prancis, Uni Soviet Republik Sosialis, Kerajaan Inggris Raya, Irlandia Utara dan Amerika Serikat, serta negara lain yang ikut menandatangani. 120 Negara-negara tersebut termasuk dalam kategori original member PBB. Negara-negara yang selanjutnya ingin bergabung harus melalui mekanisme yang diatur dalam piagam PBB pasal 4, ayat 2. Paska deklarasi Negara Palestina pada 15 November 1988, meskipun telah diakui oleh negara-negara anggota OKI, Liga Arab, Gerakan Non-Blok dan Asean. Akan tetapi PBB sampai dengan tahun 2011 masih memposisikan Palestina sebagai sebuah entitas non negara dengan di berikannya status keanggotaan sebagai non member observer entity sejak 1978 melalui resolusi Majelis Umum Nomor 3237. 121 Keberadaan negara Palestina selama beberapa dekade masih dalam perdebatan, meskipun secara de facto maupun de jure telah diakui oleh banyak negara anggota PBB. Padahal, sangat perlu untuk mengetahui kejelasan mengenai status negara Palestina. Untuk memperoleh gambaran yang jelas mengenai negara yang merupakan subjek hukum internasional, dapat memperhatikan unsur-unsur konstitutif 120 Piagam PBB Bab II, Pasal 3 dan Bab XIX, Pasal 110. 121 United Nations: General Assembly. 3237 XXIX. 62 yang diperlukan bagi pembentukan suatu negara. 122 Hal ini sejalan dengan Pasal 1 Konvensi Montevideo 1933. 123 “The state as a person of international law should possess the following qualifications: a a permanent population; b a defined territory; c government; and d capacity to enter into relations with the other states.” Negara sebagai subyek hukum internasional harus memiliki kualifikasi sebagai berikut: a populasi permanen b wilayah c pemerintah dan d kapasitas untuk menjalin hubungan dengan negara-negara lain. Terjemah oleh penulis. Ketentuan tentang sebuah negara menurut konverensi Montevideo tersebut menjelaskan unsur penting bagi berdirinya sebuah negara. Terkait persoalan Negara Palestina. Pertama: Dari segi penduduk jumlah penduduk Palestina berdasarkan hasil sensus Biro Pusat Statistik BPS Palestina yang dirilis pada 28 Desember 2011, jumlah populasi penduduk Palestina pada akhir 2011 mencapai 11,2 juta jiwa. Sebagian besar berada di luar Tepi Barat dan Jalur Gaza. BPS Palestina menyebutkan hanya sekitar 1,6 juta jiwa penduduk Palestina di Jalur Gaza. Sebanyak 2,6 juta berada di Tepi Barat termasuk Yerusalem Timur. Sedangkan di wilayah yang sampai saat ini diduduki Israel, populasi penduduk Palestina mencapai 1,37 juta jiwa. Penduduk Palestina yang masih berstatus sebagai pengungsi di luar negeri, sebanyak 4,99 juta jiwa menetap di negara-negara Arab. Sisanya, 636 ribu jiwa berada di berbagai belahan dunia. 124 122 Rudy, Hukum Internasional 1, 21-22. 123 “Montevideo Convention on the Rights and Duties of States”. 26 Desember 1933, Pasal 1. Tersedia di http:www.cfr.orgsovereigntymontevideo-convention-rights-duties-statesp15897. Diakses 22 Oktober 2012. 124 “Populasi Penduduk palestina Tahun 2011 Capai 11 Juta Jiwa”. Republika, 28 Desember 2011. http:republika.co.idberitainternasionalpalestina-israel111228lwx200-populasi-penduduk- palestina-tahun-ini-capai-11-juta-jiwa. Diakses 28 Desember 2014. 63 Dari gambaran di atas dapat dilihat bahwa penduduk Palestina merupakan permanent population sebagaimana yang dimaksud oleh Konvensi tersebut. Pada unsur kependudukan ini harus ada unsur kediaman secara tetap, penduduk yang tidak mendiami suatu wilayah secara tetap dan selalu berpindah-pindah nomaden tidak dapat dinamakan penduduk sebagai unsur konstitutif pembentukan suatu negara. Penduduk Palestina yang saat ini lebih banyak mendiami wilayah Tepi Barat dan Jalur Gaza secara tetap, merupakan suatu permanent population. 125 Kedua: Dari segi wilayah, saat ini wilayah Palestina terdiri dari Tepi Barat dan Jalur Gaza. Jalur Gaza terdiri dari tiga kota, yaitu Gaza City, Khan Yunis, dan Rafah. Sedangkan Tepi Barat terdiri dari delapan kota, yaitu; Hebron, Bethlehem, Jericho, Ramallah, Jenin, Tulkarem, Kalkiliyah, dan Nablus. Adapun Israel menguasai 59 wilayah Tepi Barat. 126 Sebagaimana telah disebutkan, hukum internasional tidak menentukan syarat berapa minimal luas suatu wilayah untuk dapat dianggap sebagai unsur konstitutif suatu negara. Demikian pula wilayah suatu negara tidak selalu harus merupakan satu kesatuan dan dapat terdiri dari bagian-bagian yang berada di kawasan yang berbeda. 127 Wilayah Palestina yang terdiri dari Tepi Barat dan Jalur Gaza yang dipisahkan oleh wilayah Israel, tetap merupakan satu kesatuan 125 Anindyajati, Status Hukum, 51. 126 Irman Abdurrahmandan Labib Muhsin. Gelegar Gaza: Denyut Perlawanan Palestina, Jakarta: Zahra Publishing Huose, 2009, 215. 127 Boer Mauna. Hukum Internasional: Pengertian, Peranan dan Fungsi dalam Era Dinamika Global. Bandung: PT. Alumni. 2011, 20-21. 64 wilayah Negara Palestina. Defined territory yang merupakan unsur pokok bagi pembentukan negara Palestina, dapat dikategorikan telah terpenuhi. 128 Ketiga: Dari unsur pemerintah, paska di tunjuknya PLO sebagai wakil sah rakyat Palestina pada 1974 sampai dengan 1988 saat deklarasi negara Palestina. Sebagian besar negara anggota PBB memposisikan PLO sebagai entitas atau gerakan pembebasan yang mewakili rakyat Palestina, bukan sebagai representasi pemerintah negara Palestina. Selain itu pemerintahan dibawah Mahmoud Abbas mempunyai pemerintahan tandingan, yakni pemerintah pimpinan Perdana Menteri Ismail Haniya sejak 2006. Pandangan DK PBB menyatakan bahwa otoritas Palestina belum memiliki kontrol yang efektif terhadap seluruh wilayah Palestina. 129 Keempat: Unsur keempat bagi pembentukan negara adalah capacity to enter into relations with other states. Berdirinya Negara Palestina didorong oleh keinginan untuk menyatukan penduduk Palestina yang terdiri dari beraneka ragam etnis. Palestina mengumumkan eksistensinya bukan karena mendapat konsesi politik dari negara lain dan merupakan sebuah negara yang berbentuk Republik Parlementer sejak deklarasi negara Palestina pada 1988. 130 Negara Palestina sampai dengan saat ini telah mendapatkan pengakuan bilateral dari 135 negara-negara didunia dan sebagian besar adalah negara anggota 128 Anindyajati, Status Hukum, 53. 129 Security Council. Report of the Committee on the Admission of New Members concerning the application of Palestine for admission to membership in the United Nations. 11 November 2011. Poin ke-12. UNISPAL, 11 November 2011. Tersedia di http:unispal.un.orgUNISPAL.NSF0097ACC6FFFF29D5785257949005D2A63. Diakses 23 Desember 2012. 130 Anindyajati, Status Hukum, 56-57. 65 PBB. Banyak negara yang telah memperpanjang pengakuan negara Palestina setelah deklarasi kemerdekaan oleh Dewan Nasional Palestina pada 15 November 1988 di Aljazair. Negara lain mengakui negara Palestina setelah upaya diplomatik bilateral dan multilateral yang luas. 131 Meskipun demikian masih terdapat negara yang tidak mengakui negara Palestina namun tetap mengakui PLO sebagai wakil rakyat Palestina. Selain itu, komite eksekutif PLO diberdayakan oleh Dewan Nasional Palestina PNC untuk melakukan fungsi pemerintah negara Palestina. Dalam hal ini Palestina dapat dikategorikan memiliki capacity to enter into relations with other states. 132 Berdasarkan pertimbangan keputusan Dewan Keamanan terkait permohonan keanggotaan Palestina, secara umum palestina sudah memenuhi kriteria sebagai negara. Piagam PBB yang mensyaratkan bahwa negara tersebut harus cinta damai dan mampu melaksanakan kewajiban yang terkandung dalam Piagam PBB. 133 DK menyatakan bahwa Palestina memenuhi kriteria negara cinta damai, hal ini ditujunjukkan dalam komitmennya dalam pencapaian perdamaian yang adil, abadi dan komprehensif terhadap resolusi konflik Israel-Palestina. Terlihat dari komitmen Palestina untuk terus melanjutkan upaya negosiasi dengan Israel. Keanggotaan PBB menurut pasal 4 piagam PBB adalah negara yang cinta damai. Dalam hal ini, Palestina sudah menunjukkan komitmennya dalam upaya 131 Diplomatic Relation. Tersedia di http:palestineun.orgabout-palestinediplomatic- relations. Diakses, 2 Februari 2015. 132 Anindyajati, Status Hukum, 60. 133 Security Council, Report of the Committee, 11 November 2011. 66 perjuangan yang semula mengedepankan perjuangan militer kemudian beralih menempuh jalur diplomasi yang lebih elegan paska ditunjuknya PLO sebagai perwakilan rakyat Palestina sampai sekarang masih terus mengupayakan penyelesaian dengan bernegosiasi dalam perundingan-perundingan perdamaian terkait persoalan Palestina. Pertanyaan-pertanyaan muncul apakah Palestina memang negara yang cinta damai, karena Hamas menolak untuk meninggalkan aksi terorisme dan kekerasan, serta memiliki tujuan untuk menghancurkan Israel. Pandangan DK menyatakan bahwa untuk melaksanakan kewajiban yang terkandung dalam Piagam PBB dituntut lebih dari komitmen lisan oleh pemohon untuk melaksanakan kewajiban Piagam, pemohon harus menunjukkan komitmen terhadap penyelesaian damai sengketa dan untuk menahan diri dari ancaman atau penggunaan kekerasan dalam pelaksanaan hubungan internasional. 134 Dalam hal ini, DK berpandangan bahwa Hamas tidak menerima kewajiban tersebut sebagai syarat keanggotaan PBB. Berkenaan dengan persyaratan bahwa pemohon menerima kewajiban yang terkandung dalam Piagam dan mampu dan mau melaksanakan kewajiban tersebut, pandangan DK menyatakan bahwa Palestina memenuhi kriteria ini. 135 Akan tetapi pada akhirnya DK tidak dapat meloloskan permohonan Palestina untuk dapat 134 UNISPAL, Report of the Committee on the Admission, 11 November 2011 Poin ke-16. 135 UNISPAL, Report of the Committee on the Admission, 11 November 2011 Poin ke-18. 67 dilanjutkan ke Majelis Umum. Sebagaimana dikutip dari pernyataan DK sebagai berikut: 136 “The view was expressed that the Committee should recommend to the Council that Palestine be admitted to membership in the United Nations. A different view was expressed that the membership application could not be supported at this time and an abstention was envisaged in the event of a vote. Yet another view expressed was that there were serious questions about the application, that the applicant did not meet the requirements for membership and that a favourable recommendation to the General Assembly would not be supported”. Pandangan itu diungkapkan bahwa Komite harus merekomendasikan kepada Dewan bahwa Palestina harus diakui keanggotaannya di PBB. Sebuah pandangan yang berbeda diungkapkan bahwa permohonan keanggotaan tidak dapat didukung saat ini dan abstain juga dipertimbangkan dalam hal suara. Namun pandangan lain menyatakan bahwa ada pertanyaan serius tentang aplikasi, bahwa pemohon tidak memenuhi persyaratan untuk keanggotaan dan rekomendasi kepada Majelis Umum tidak dapat didukung. Terjemah oleh penulis. Keputusan DK menyatakan bahwa Palestina belum memenuhi persyaratan dalam Piagam PBB dan memutuskan untuk tidak menerima Palestina menjadi anggota penuh. Sebagai jalan tengah dari pengajuan Palestina untuk menjadi negara anggota PBB, dalam hal ini DK merekomendasikan Palestina untuk mengajukan permohonan sebagai non member state observer. 137

B. Hambatan Palestina Menjadi Anggota Penuh di PBB