Asas Filosofis Asas Strategi Dakwah Ustadz Riza

44 Ustadz Riza diremaja masjid al-ikhlas bintaro dengan ustadz Riza medapatkan materi dakwah yang bisa dibahas dengan menarik untuk dikemas bagi kalangan remaja beliau mengambil dari kisah film, misalnya saja dalam Film The Day After Tomorrow, dari film tersebut munculah ide untuk menyampaikan ceramah mengenai hari kiamat. Kemudian, para remaja beliau sajikan film tersebut untuk memonton bersama. Dengan menonton film tersebut setidaknya anak-anak yang saya tujukan bisa sedikit mempunyai gambaran mengenai hari akhir nantinya. Asas filosifis adalah asas yang membicarakan masalah erat hubungannya dengan tujuan yang hendak dicapai, oleh karenanya penulis dapat menganalisis dari hasil data diatas bahwa asas filosifis yang diterapkan oleh Ustadz Riza bertujuan untuk: a. Mencerdaskan mad’u yang bersumber pada Al-Qur’an dan Hadist karena menurut Ustadz Riza terkadang ada orang yang masih membenarkan suatu kebiasaan yang hukumnya tidak pada al- qur’an dan hadist. b. Pentingnya menjalin hubungan yang harmonis kepada mad’u dan masyarakat sekitar. c. Mengenang jasa-jasa tokoh ulama yang telah berjuang dijalan Allah dengan mendengarkan nasehatnya dan masukan yang diberikan kepada kita didunia dakwah islam. 45

2. Asas Sosiologis

Pada asas sosiologis Ustadz Riza lebih suka melakukan interaksi atau pendekatan secara langsung dengan mad’unya. Seperti contoh yang dilakukan Ustadz Riza dikalangan remaja masjid al-ikhlas bintaro dengan mengunakan teknik seperti stand up comedy untuk sebagai pendekatan dengan para remaja yang tidak begitu menggurui dan suasana yang hangat. Maka dapat disimpulkan bahwa dalam proses pelaksanaan asas sosiologi cara yang paling tepat dalam mengenali seorang mad’u menurut beliau. Misalnya dengan mengetahui orang-orang yang memang secara pemahamannya yang sudah beliau ketahui kondisinya. Maka dapat dianalisis bahwa cara yang dipakai oleh Ustadz Riza adalah sangat rendah hati dan baik. Karena sangat jarang seorang da’i yang mau begitu dekat dengan mad’unya apalagi beliau seorang da’i sekaligus public figure.

3. Asas Keahlian dan Kemampuan Da’i

Pengetahuan keahlian ini lebih spesifik sifatnya. Lebih baik manakala para da’i banyak menguasai beberapa keahlian yang bermanfaat dalam dakwah. Misalnya, keahlian dalam strategi perang, dan strategi dalam mengatasi mad’unya. Selama ini kesan pemikiran seseorang tentang remaja yang negatif, oleh karenanya Ustadz Riza ingin merubah pola pikir orang terhadap remaja masa kini. Untuk itu sebagai penunjang dari keberhasilan dakwah yang beliau terapkan Ustadz Riza selalu mencari inovasi dan improfisasi baru dalam 46 dakwahnya. Maka dapat disimpulkan dari hasil diatas bahwa berawal dari keprihatiannnya terhadap remaja masa kini Ustadz Riza sangat ingin mengupas permasalahan remaja dengan pendekatan dakwah yang mudah diterima dan dipahami.

4. Asas Psikologi Dakwah

Secara sederhana psikologi disebut sebagai ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia yang merupakan gejala dari jiwanya. Dakwah adalah mengajak manusia kejalan Allah agar mereka berbahagia didunia dan akhirat. Jadi psikologi dakwah adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia merupakan gejala dari jiwanya untuk diajak kejalan Allah agar berbahagia didunia dan akhirat. Dalam hal ini manusia adalah mahluk yang berbeda-beda baik dalam sifat, dan sikap. Dalam mengatasi hal tersebut Ustadz Riza memilih dan menerapkan konsep asas psikologi dakwah yang terdiri dari: yang pertama, seorang da’i harus memiliki sifat yang ikhlas ilmu yang sahih dan akhlak serta adab Islami yang baik. Selain itu dia harus berupaya mengamalkan apa yang dia dakwahkan. Kedua, orang yang kita dakwahkan mad’u, penting untuk kita ingat setiap manusia pasti punya marah dan emosi. Orang yang lebih berstatus baik dari segi ilmu, pangkat dan usia pasti akan marah jika ada seorang yang lebih kurang statusnya dibawahnya menegur yang lebih tua. Begitu juga jika emosi seseorang itu tidak stabil, maka menegur mereka pada saat itu sukar untuk mendapatkan hasil yang baik seperti yang Ustadz Riza katakana bahwa terkadang