Unsur-unsur Dakwah Ruang Lingkup Dakwah
16
dakwah 3. Materi dakwah 4. Media dakwah 5. Metode dakwah. Yang dimaksud dari lima komponen tersebut ialah komponen yang selalu ada
dalam pelaksanaan kegiatan dakwah.
16
a. Subyek dakwah da’i
Subyek adalah unsur pelaksana atau orang yang berdakwah, yaitu da’i. sebagai subyek dakwah ia harus terlebih dahulu intropeksi
perilaku dirinya agar apa-apa yang akan dilakukannya bisa diikuti dan diteladani oleh orang lain.
17
Sebagai da’i yang tidak mau memperbaiki dan mendidik diri maka akan mendapatkan celaan dari orang lain dan murka Allah SWT.
Oleh karenanya dalam mengemban tugas amanah Allah SWT, para pelaku
da’i yang bertugas menyampaikan pesan Ilahi dan mengajarkan ajaran agama Islam, maka se
orang da’i harus memiliki bekal ilmu yang cukup, baik itu ilmu agama maupun ilmu pengetahuan lainnya.
Dalam hal ini Hamzah Ya’qub mengungkapkan, antara lain: 1
Mengetahui al-Qur’an dan Hadist sebagai pokok ajaran agama Islam
2 Memiliki pengetahuan yang berinduk kepada al-Qur’an dan as-
Sunnah seperti: Tafsir, Hadist, Tauhid, dan Fiqih 3
Memiliki pengetahuan yang menjadi alat kelengkapan dakwah seperti: teknik dakwah, ilmu jiwa psikologi, antropologi,dan
perbandingan agama
16
Zaini Muhtaram, Dasar-Dasar Manajemen Dakwah, Yogyakarta: Al-Amin Press Dan IFKA, 1966, h. 14
17
Nurullah Fauzi, Dakwah-Dakwah Yang Paling Mudah, Cet. II Gresik: Putra Pelajar, 1999, h. 35
17
4 Memahami bahasa umat dan menguasai ilmu Retorika
5 Penyantun dan lapang dada
6 Berani kepada siapapun dalam menyatakan, membela, dan
mempertahankan kebenaran 7
Berakhlak baik sebagai seorang muslim 8
Memiliki mental yang kuat, keras kemauan dan optimis walaupun menghadapi berbagai rintangan dan kesulitan
9 kholish, berdakwah karena Allah, mengikhlaskan amal dakwah
semata-mata karena memohon keridhaan Allah 10
Mencintai tugas dan kewajiban sebagai da’i atau mubaligh dan tidak gampang meninggalkan tugas tersebut karena pengaruh-
pengaruh keduniaan.
18
Di samping itu sebagai bekal tambahan sang da’i harus
berkomunikasi dengan jama’ah khalayak yang dihadapi. Karena komunikasi ini merupakan jalan untuk menyebar-luaskan pesan dalm
bentuk seruan, anjuran, petunjuk dan nasehat yang bersumber dari ajaran agama Islam yang disajikan dan dikemas secara kontekstual.
Dengan komunikasi itu pula da’i akan mengetahui apa materi yang sesuai bagi jama’ah yang dihadapinya.
b. Objek Dakwah Mad’u
Obyek atau mad’u adalah orang yang menjadi sasaran dakwah. Masyarakat sebagai obyek dakwah adalah salah satu unsur penting di
18
Hamzah Ya’qub, Publisistik Islam Teknik Dakwah Leadership, Bandung: Diponerogo, 1972, Cet. Ke-2 h. 36
18
dalam sistem dakwah yang tidak kalah penting peranannya. oleh sebab itu, masalah masyarakat adalah masalah yang harus di pelajari sebelum
melangkah ke aktivitas dakwah yang selanjutnya. Mad’u atau obyek dakwah terdiri dari berbagai macam
golongan manusia, oleh karenanya menggolongkan mad’u sama dengan menggolongkan manusia itu sendiri kedalam profesi, ekonomi,
dan seterusnya.
19
Mad’u dapat dilihat dari aspek kelompok masyarakat yang terbagi menjadi:
1 Sasaran kelompok masyarakat dilihat dari segi sosiologis berupa
masyarakat terasing, pedesaan, kota besar, dan kecil serta masyarakat yang ada di kota
2 Sasaran kelompok masyarakat dilihat dari segi struktur
kelembagaan berupa masyarakat, pemerintah dan keluarga 3
Sasaran kelompok masyarakat dari segi cultural berupa golongan priyai, abangan, dan santri. Klasifikasi ini terutama terdapat pada
masyarakat jawa 4
Sasaran kelompok masyarakat dilihat dari segi tingkat usia berupa golongan anak-anak, remaja dan orang tua
5 Sasaran kelompok masyarakat dilihat dari segi tingkat hidup social
ekonomi berupa golongan kaya, menengah dan miskin.
19
M. Arifin, Psikologi Dakwah, Suatu Pengantar, Jakarta: Bumi Aksara, 1993, h.47
19
6 Sasaran kelompok masyarakat dilihat dari okupasional profesi dan
pekerjaan berupa golongan petani, pedagang, seniman, buruh, pegawai negeri dan lain-lain.
20
c. Materi Dakwah
Materi dakwah pada dasarnya berasal dari dua sumber, yaitu Al-
Qur’an dan Al-Hadist. Materi dakwah tidak terlepas dari dua sumber tersebut. Bahkan bila tidak bersandar dari keduanya maka
seluruh aktivitas dakwah akan sia-sia dan dilarang oleh syariat Islam.
21
Sedangkan menurut Drs. H. Hanafi Anshari pengertian materi dakwah adalah Maddah Ad-
Da’wah adalah pesan-pesan dakwah Islam atau segala sesuatu yang harus disampaikan subjek kepada objek
dakwah, yaitu keseluruhan ajaran Islam yang ada di dalam Kitabullah maupun Sunnah Rasul-nya.
22
Pesan-pesan dakwah yang disampaikan kepada objek dakwah adalah pesan-pesan yang berisi ajaran Islam.
Dalam istilah komunikasi, materi dakwah atau Maddah ad-Dakwah disebut dengan istilah message pesan.
Untuk materi dakwah itu sendiri secara konseptual pada dasarnya materi dakwah Islam tergantung pada tujuan dakwah yang
hendak dicapai. Namun, secara global materi dakwah dapat diklasifikasikan menjadi tiga pokok, yaitu:
1 Masalah keimanan aqidah
20
Faizah dan H. Lalu Muchsin Efendi, Psikologi Dakwah, Jakarta: kencana, 2006, h. 70
21
Asmuni Syukir, Dasar-Dasar Strategi Dakwah Islam, Surabaya: Al-Ikhlas, 1983, h. 63-64
22
Hafi Anshari, Pemahaman dan Pengalaman Dakwah, Surabaya: Al-Ikhlas, 1993, hlm. 140.
20
2 Masalah keislaman syariat
3 Masalah budi pekerti akhlaqul karimah
Materi dakwah yang harus disampaikan tercantum dalam penggalan ayat “saling menasihati dalam kebenaran dan saling
menasihati dalam kesabaran” QS. Al- Ashr 103 :5 Dalam arti lebih luas, kebenaran dan kesabaran mengandung
makna nilai-nilai dan akhlak. Jadi, dakwah seyogianya menyampaikan, mengundang, dan mendorong mad’u sebagai objek dakwah untuk
memahami nilai-nilai yang memberikan makna pada kehidupan baik kehidupan akhirat maupun kehidupan dunia. Dari system nilai ini
dapat diturunkan aspek legal syariat dan fiqh yang merupakan rambu-rambu untuk kehidupan dunia maupun akhirat.
23
d. Media Dakwah
Kata media berasal dari bahasa Latin, median, yang merupakan bentuk jamak dari medium secara etimologi yang berarti alat
perantara.
24
Dalam proses melakukan dakwah ada beberapa komponen yang tidak bias dipisahkan, salah satunya adalah penggunaan media
sebagai alat untuk melakukan aktivitas dakwah. Untuk itu keberadaan media sangat penting untuk diupayakan dan diperhatikan apalagi di
zaman sekarang ini permasalahan semakin kompleks.
23
M. Dawam Rahardjo Ed, Model Pembangunan Qaryah Thayyibah Suatu Pendekatan Pemerataan Pembangunan, dalam buku Ilmu Dakwah Drs. Samsul Munir Amin, M.A. Jakarta:
Intermasa, cet 1, 1997, hlm 109
24
Asmuni Syukri, Dasar-Dasar Strategi Dakwah, Surabaya: Al-Ikhlas, 1986, hlm. 17.
21
Media dakwah adalah peralatan yang digunakan untuk menyampaikan materi dakwah, pada zaman modern umpamanya:
televisi, video, kaset rekaman, majalah, dan surat kabar.
25
e.
Metode Dakwah
Secara etimologi, metode berasal dari bahasa Yunani metodos yang artinya cara atau jalan. Jadi, metode dakwah adalah jalan atau
cara untuk mencapai tujuan dakwah yang dilaksanakan secara efektif dan efesien.
26
Metode dakwah berarti cara tertentu yang dilakukan oleh seorang da’i dalam menyampaikan pesan materi dakwah kepada
mad’unya.
27
Dakwah memerlukan metode-metode yang akurat, seperti yang dijelaskan dalam al-
Qur’an surat an- Nahl ayat 125. Dalam ayat tersebut memberikan pedoman bagaimana dakwah itu harus dilakukan,
yaitu dengan cara: 1
Hikmah, aplikasi metode dakwah dengan hikmah sebagaimana dicontohkan oleh Rasullulah SAW. Sejak beliau berlaku lembut
dan santun sampai pun terhadap musuh saat awal periode mekkah, sampai saatnya Nabi mengomando para sahabat untuk mengangkat
senjata memerangi musuh, adalah aplikasi hikmah. Ada kalanya menahan diri, tetapi ada pula saat berperang. Ada masanya beliau
25
Wardi Bachtiar, Metodologi Penelitian Ilmu Dakwah, Jakarta: Logos, 1997, hlm. 35
26
Masdar Helmy, Dakwah dalam Alam Pembangunan, Jilid I, dalam buku Ilmu Dakwah Drs. Samsul Munir Amin, Semarang: CV. Toha Putra, 1973, hlm 21
27
M. Munir, Metode Dakwah, Jakarta: Pemuda Media, 2006, h. 6
22
berdakwah secara siriyah tertutup, tetapi ada pula masanya untuk berdakwah secara jahriyah terbuka.
2 Al-Mauizha al hasanah, yaitu memberi kepuasan kepada orang
atau masyarakat yang menjadi objek dakwah dengan cara, seperti nasihat, pengajaran, dan teladan yang baik.
3 Mujadalah billati hiya ahsan, yaitu bertukar pikiran diskusi
dengan cara-cara yang baik, metode ini digunakan bagi objek dakwah tertentu, misalnya bagi orang yang berpikir kritis dan
kaum terpelajar, seperti mahasiswa dan santri.
28