strategi manajemen uje center dalam pengelolaan aktivitas dakwah Ustadz Jefri al-Bukhori

(1)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh: Faridah Indriani NIM. 104053002046

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1430 H /2009 M


(2)

Skripsi

Diajukan Kepada Fakultas Dakwah dan Komunikasi Untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Ilmu Sosial Islam (S.Sos.I)

Oleh: Faridah Indriani NIM. 104053002046

Dibawah Bimbingan

Drs. Hasanuddin, MA NIP. 1996 06 05 1994 03 1 005

JURUSAN MANAJEMEN DAKWAH FAKULTAS DAKWAH DAN KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

J A K A R T A

1430 H /2009 M


(3)

Skripsi berjudul STRATEGI MANAJEMEN UJE CENTER DALAM PENGELOLAAN AKTIVITAS DAKWAH USTADZ JEFRI AL BUKHORI telah diajukan dalam sidang Munaqasyah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada 23 Desember 2009. skripsi ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana ILmu Sosial Islam (S. Sos.I) pada program studi Manajemen Dakwah.

Jakarta, 23 Desember 2009 Sidang Munaqasah

Ketua Sidang Sekretaris Sidang

Drs. Wahidin Saputra, MA Dr. Ali Wafa, S. Ag, MAg

NIP: 19700903 199603 1 001 NIP: 150 321 584

Penguji

Penguji I, Penguji II,

Drs. H. Tarmi, MM Drs. Cecep Castrawijaya, MA NIP: 1946 08 24 1965 1 01 001 NIP: 1967 08 181 998 031 002

Pembimbing

Drs. Hasanuddin, MA NIP: 1996 06 05 1994 03 1 005


(4)

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli yang diajukan untuk memenuhi suatu syarat memperoleh gelar strata 1 di UIN syarif Hidayatullah Jakarta. 2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan skripsi ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari hasil karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Ciputat, 23 Desember


(5)

i

masalalu Ustadz Jefri Al Bukhori yang sangat bertolak belakang dengan kehidupaannya saat ini. Latar belakang kehidupannya yang kontraversial membuat penulis tertarik untuk mengetahui strategi yang dipakai oleh manajemen Uje Center untuk mempertahankan image dan mengelola aktivitas dakwah Ustadz Jefri sehingga ia dapat menjadi da’i yang kondang seperti sekarang ini.

Untuk memperjelas masalah yang akan saya teliti, dirumuskan masalah sebagai berikut, pertama, bagaimana strategi Uje Center, kedua, bagaimana aktivitas dakwah Ustadz Jefri Al Bukhori, ketiga, bagaimana pengaruh dari keduanya.

Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode penelitian kualitatif, yakni prosedur yang menggunakan penemuan-penemuan yang tidak dapat diperoleh melalui prosedur-prosedur statistik atau dengan kuantifikasi (pengukuran) dan menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Karena pada intinya penelitian ini bertujuan meneliti kualitas dari strategi manajemen Uje Center.

Dalam penelitian ini digunakan beberapa analisis strategi pada manajemen Uje Center, yakni dalam melakukan perumusan manajemen Uje Center dengan mengadakan koordinasi dan selalu brifing sebelum atau setelah mengelola aktivitas dakwah Ustadz Jefri Al Bukhori. Implementasi strategi yang dilakuan oleh manajemen Uje Center bertumpu pada alokasi dan pengorganisasian sumberdaya manusia yang ditampakkan melalui penetapan struktur kepemimpinan dan budaya organisasi. Evaluasi pimpinan pada manajemen Uje Center strateginya dilakukan secara periodik melalui beberapa macam permusyawaratan dan rapat kerja baik pada tingkat organisasi maupun pada tingkat fungsional.

Secara keseluruhan, strategi manajemen Uje Center sudah cukup baik yang ditandai dengan adanya perumusan, implementasi, dan evaluasi strategi organisasi. Namun demikian ada beberapa kelemahan yang perlu diperhatikan oleh manajemen Uje Center, diantaranya: 1. Idealnya dalam melakukan proses evaluasi dengan menggunakan beberapa langkah seperti mengukur kinerja, membandingkan hasil dengan standar, dan mengambil tindakan korektif. 2. Kondisi sumberdaya manusia yang belum memadai dari segi kualitas dan kuantitas hendaknya segera dicarikan solusinya oleh pihak manajemen. 3. Manajemen Uje Center yang tertuang pada tataran kajian dan konsep, akan tetapi sebagian belum terwujud langkah-langkah konkrit.


(6)

ii

Alhamdulillah puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat, taufiq dan inayah-Nya. Shalawat serta salam semoga selalu tercurah kepada nabi besar Muhammad SAW, beserta keluarganya, para sahabat dan semoga kepada umatnya yang selalu beristiqomah dalam menegakkan kalimah Allah SWT di muka bumi ini.

Skripsi yang berjudul “Strategi Manajemen Uje Center Dalam Pengelolaan Aktivitas Dakwah Ustadz Jefri Al Bukhori” penulis susun sebagai salah satu syarat unuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosil Islam (S.Sos.I) pada jurusan Manajemen Dakwah Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, sebagaimana yang diharapkan, meskipun waktu, tenaga, dan pikiran telah diperjuangkan dengan segala keterbatasan kemampuan yang penulis miliki, demi terselesainya skripsi ini. Namun, kiranya hasil penelitian yang tertuang dalam skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi kalangan siapapun, khususnya yang mencintai dunia pendidikan. Selama proses penulisan ini, penulis banyak mendapat bantuan, motivasi, serta bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada:

1. Bapak Drs. Arief Subhan.,MA selaku Dekan Fakultas Dakwah dan Komunikasi.


(7)

iii Dakwah.

3. Drs.Hasanuddin Ibnu Hibban,MA, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah meluangkan segala waktu, tenaga, ilmu, serta kesabaran yang diberikan dalam membimbing, mengarahkan, dan memberikan masukan-masukan yang sangat berguna dalam penulisan skripsi ini.

4. Kedua orang tua tercinta, Ayahku Faruk Yuslam dan Mamahku Endang Hamdah, yang telah mendidik dan mengasuh dengan segala jerih payah dan kasih sayangnya hingga penulis dapat menempuh jenjang pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi dengan baik.

5. Kakakku Farah Yuliani dan Fika Ambarsari terimakasih banyak ya atas masukan-masukannya dalam pembuatan skripsi ini, dan untuk adik-adikku Fadli, Fanya, dan Firda maaf ya teteh dah bikin kalian kesel terus, makasih ya atas kesabarannya untuk menghadapi teteh yang suka marah-marah terus. Semoga Allah mengabulkan cita-cita dan harapan kalian.

6. Kekasih ku dan calon suamiku Wisnu Wijaya yang selalu menemani dan mendukung penulis. Do’a, cinta, pengertian, dan kesabarannya yang begitu besar adalah motivasi yang sangat berharga. Terimakasih ya telah memberi kesempatan penulis untuk selalu menjadi yang lebih baik.

7. Seluruh keluarga besarku terimakasih atas do’anya sehingga penulis mandapatkan kemudahan dan kelancaran dalam pembuatan skripsi ini.


(8)

iv

banyak ya pak atas kesabaran dan motivasinya, sehingga penulis akhirnya dapat menyelesaikannya dengan baik.

9. Keluarga besar pak Udjang Usman, Bunda, mba Santi, ka Lia, ce Eneng, Aisyah, Bagas, Upan, Aldy, mas Sugeng, ka Ridwan. Ketegaran dan keistiqamahan mereka dalam menghadapi ujian hidup adalah pelajaran berarti. Penulis mengucapkan banyak terimakasih karena sudah sangat sering merepotkan.

10.Sahabat-sahabatku, Mila, Tia, Cela, Uphi, Ratna, Dea, Putri, Rara, Dena, Deva, Achi, Rika, Odah, Alfi, Hanna, Kesy, Anne. Bagaimanapun kalian adalah sahabatku dan kalian selalu mensupport aku, maaf aku selalu membuat kalian kecewa dengan apa yang sudah aku lakukan. You are my best friends semoga harapan dan cita-cita kalian dapat tercapai.

11.Teman-teman dan keluarga besar Kohati teruskan semangat kalian ya.. 12.Kapada keluarga besar manajemen Uje Center, terimakasih banyak atas

dukungan dan motivasinya dalam proses pembuatan skripsi ini.

13. Semua pihak yang telah membantu dalam proses pembuatan skripsi ini terimakasih banyak atas dukungan dan motivasinya baik dari segi moril dan materilnya. Thank you for all....^.^

Jakarta, 23 Desember 2009


(9)

v

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... v

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah... 3

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ... 4

D. Metodologi Penelitian ... 5

E. Tinjauan Pustaka ... 8

F. Sistematika Penulisan ... 9

BAB II LANDASAN TEORITIS TENTANG STRATEGI, TIM MANAJEMEN, PENGELOLAAN, DAN AKTIVITAS DAKWAH ... 11

A. Strategi ... 11

1. Pengertian Strategi ... 11

2. PerbedaanTaktik Dengan Strategi ... 18

3. Tahap-Tahap Strategi ... 19

4. Bentuk-Bentuk Strategi ... 24

B. Tim Manajemen ... 25

1. Pengertian Tim Manajemen ... 25


(10)

vi

2. Langkah-Langkah Pengelolaan ... 35

3. Pengertian Aktivitas Dakwah ... 37

4. Ruang Lingkup Aktivitas Dakwah ... 40

BAB III PROFIL MANAJEMEN UJE CENTER DAN USTADZ JEFRI AL-BUKHORI ... 44

A. Profil Manajemen ... 44

1. Sejarah Berdirinya Uje Canter ... 44

2. Visi dan Misi dan Tujuan Uje Center ... 44

3. Struktur Organisasi Uje Center ... 45

4. Program Kegiatan Uje Center ... 45

B. Profil Ustadz Jefri Al-Bukhori ... 46

1. Profil Ustadz Jefri Al Bukhori ... 46

2. Biografi Ustadz Jefri Al-Bukhori ... 49

BAB IV ANALISIS STRATEGI MANAJEMEN UJE CENTER ... 54

A. Perumusan Strategi... 54

B. Implementasi Strategi... 61

1. Implementasi Struktur ... 62

2. Implementasi Budaya Organisasi ... 65

3. Implementasi Kepemimpinan ... 65

C. Evaluasi Strategi... 67


(11)

vii

4. Data Base ... 69

D. Analisis Strategi (Analisis SWOT) ... 71

1. Strengh (Kekuatan) ... 71

2. Weaknes (Kelemahan) ... 72

3. Opportunity (peluang) ... 73

4. Thearts (Ancaman)... 74

BAB V PENUTUP ... 77

A. Kesimpulan ... 77

B. Saran ... 78

DAFTAR PUSTAKA ... 75 LAMPIRAN-LAMPIRAN


(12)

1 A. Latar Belakang Masalah

Keberhasilan seseorang tentu tidak terlepas dari dukungan dan bantuan orang-orang yang berada di belakang mereka. Orang-orang yang secara moril maupun materil telah memberikan kontribusi yang memudahkan seseorang untuk berhasil atau mencapai suatu kesuksesan. Orang-orang inilah yang pada umumnya dikenal sebagai manajer atau tim manajemen.

Pada umumnya, manajer tokoh ataupun orang-orang terkenal tergabung dalam sebuah tim. Meskipun terdapat hanya seorang manajer sebagai inti, namun manajer ini dikelilingi oleh asisten-asisten yang memiliki tugas masing-masing. Mulai dari menerima atau tidak menerima pekerjaan yang ditawarkan kepada si tokoh, membuat dan mengatur jadwal kegiatan, sampai dengan make up serta mengingatkan perlengkapan-perlengkapan si tokoh.

Bahkan ketika orang terkenal tadi mengalami masalah dan kerugian atas kesalahan berita atau rumor atau isu, maka tugas manajerlah membuat klarifikasi kepada semua orang bahwa pemberitaan tersebut adalah salah.

Mengklarifikasi kepada keluarga atau orang-orang di rumah mungkin bisa dilakukan dengan segera dan mudah, akan tetapi beda halnya jika harus mengklarifikasi kepada publik yang mungkin jumlahnya ribuan atau lebih. Akan tetapi tugas manajer tidak hanya itu, di saat tak ada masalah pun


(13)

manajer maupun tim manajemen ini harus menjaga dan meningkatkan citra si tokoh.

Tim manajemen mungkin dikenal dekat berada dalam dunia para bintang yang tentu bukan saja dari kalangan selebritis, terutama yang akan di kaji dalam penelitian ini adalah tim manajemen seorang Dai kondang. Dai yang menjadi terkenal, terutama yang mulai berdakwah melalui media massa, akan lebih disibukkan dengan berbagai kegiatan dakwah.

Jadwal kegiatan dakwah yang menanjak ini akan menjadi sulit diatur sendiri karena bukan sekedar menaruh jadwal kegiatan di hari-hari kosong, tetapi juga bagaimana mengatur agar kegiatan tersebut tidak berada dalam waktu yang sama, serta memilah-milah mana kegiatan yang sebaiknya lebih dahulu dikerjakan dari yang lainnya. Sebab inilah, seorang yang super sibuk membutuhkan manajer dan tim manajemennya.

Dalam rangka intensifikasi penyelenggaraan dakwah peran manajemen tidak diragukan lagi. Dalam abad modern ini, ilmu manajemen yang semula tumbuh dan berkembang dikalangan dunia industri itu, sangat diperlukan oleh setiap usaha dalam lapangan apapun. Tidak terkecuali lapangan dakwah sehingga akan lebih jelas apa yang harus dilakukan dalam penyelenggaraan dan pengelolaan dakwah.

Tim manajemen merupakan suatu hal yang sangat penting bagi kesuksesan seseorang. Bagi seseorang yang sedang beranjak terkenal, dengan jumlah tawaran pekerjaan yang sedang meningkat, sangat susah mengendalikan dan mengatur semua waktu sendirian, bersamaan dengan segala hal yang patut dipersiapkan.


(14)

Oleh karena itu, sering sekali kita melihat para artis, da’i kondang, penyanyi dan orang-orang terkenal lainnya memiliki tim manajemen yang komplit. Tim manajemen dengan seorang manajer ini tentu sehari-harinya menciptakan dan menyusun strategi-strategi jitu yang akan sangat membantu

dalam tetap terjaganya dan semakin meningkatnya kesuksesan si da’i.

Melihat permasalahan di atas maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang ”Strategi Manajemen Uje Center Dalam Pengelolaan Aktivitas Dakwah Ustadz Jefri Al Bukhori”. Terutama tentang kontroversial masalalunya dengan ketenarannya sebagai da’I kondang. Maka penulis ingin mengetahui dan menganalisis manajemen Uje Center dalam mengelola aktivitas dakwah Ustadz Jefri Al Bukhori.

B. Pembatasan dan Perumusan Masalah

Banyak masalah yang dapat dibahas tentang Ustadz Jefri Al Bukhori seperti bagaimana strategi yang dilakukan oleh manajemen Uje Center, bagaimana aktivitas dakwah Ustadz Jefri Al Bukhori, dan bagaimana pengaruh dari keduanya?

Agar penelitian ini berjalan dengan sistematis, maka permasalahan dalam skripsi ini dibatasi dalam hal mengenai strategi Uje Center terhadap aktivitas dakwah Ustadz Jafri Al Bukhori, dan karena itu dibuat suatu rumusan permasalahan yang akan diangkat dari objek penelitian.


(15)

”Bagaimana perumusan strategi , implementasi strategi, dan evaluasi strategi yang dilakukan manajemen Uje Canter dalam pengelolaan aktifitas

dakwah Ustadz Jefri Al Bukhori?”

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan mencari dan mengumpulkan informasi yang memberikan jawaban atas permasalahan yang dirumuskan di atas, yaitu untuk mengetahui perumusan strategi, implementasi strategi, dan evaluasi strategi yang dilakukan oleh manajemen Uje Center dalam pengelolaan aktifitas dakwah Ustadz Jefri Al Bukhori.

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk mengolah informasi seputar judul penelitian yang telah dikumpulkan untuk dijadikan data-data dalam penulisan laporan penelitian, sehingga laporan penelitian ini nantinya menjadi suatu laporan yang dapat di pertanggungjawabkan secara ilmiah.

2. Manfaat Penelitian

Secara praktis, kegunaan dan manfaat penelitian ini adalah mendapatkan dan memberikan gambaran tentang upaya pemahaman masalah dakwah Islam,selalu saja diungkapkan adanya kelemahan-kelemahan dalam proses penyelenggaraan dakwah itu.


(16)

Dari berbagai kelemahan yang ditampilkan, dapatlah diambil kesimpulan, bahwa kelemahan itu lebih banyak terletak pada aspek organisasi dan manajemen. Apabila hendak dilakukan usaha-usaha peningkatan dan penyempurnaan dakwah maka sebaiknya aspek organisasi dan manajemen inilah yang harus lebih banyak mendapatkan pengamatan dan perhatian.

Secara teoritis pertama, manfaat akademis dari penelitian ini diupayakan untuk memberikan hasil penelitian berupa karya ilmiah yang penulis harapkan mampu menambah referensi pustaka untuk mata kuliah yang menyangkut ilmu manajemen.

Kedua, penulis berharap hasil penelitian ini bisa menjadi sumber data penelitian-penelitian baru nantinya dan menjadi acuan kontribusi ilmiah bagi kegiatan-kegiatan akademis lainnya.

D. Metodologi Penelitian 1. Metode

Penelitian dengan judul Strategi Manajemen Uje Center Dalam Pengelolaan Aktifitas DakwahUstadz Jefri Al Bukhori. Metode ini menggunakan metode penelitian dengan pendekatan kualitatif, yakni prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.1

Sengaja penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif, karena pada intinya penelitian ini bertujuan meneliti kualitas dari strategi

1

Lexi J, Moleong , Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), h. 4.


(17)

manajemen Uje Canter dalam pengelolaan aktifitas dakwah yang dilakukan oleh tim manajemen Ustadz Jefri Al Bukhori.

Dengan menggunakan metode penelitian kualitatif, diharapkan dapat memberikan hasil penelitian yang deskriptif mengenai fokus permasalahan yang dikaji berdasarkan data dan perilaku-perilaku yang diamati.

2. Tempat dan Waktu Penelitian

a. Lokasi penelitian ini bertempat di daerah sekitar Jl. Radio Dalam Raya No. 9D, Jakarta Selatan.

b. Penelitian ini mulai dilaksanakan pada bulan April 2009 sampai tanggal 15 Desember 2009.

3. Objek dan Subjek

a. Objek penelitian ini adalah Manajemen Uje Center.

b. Subjek penelitian ini adalah strategi manajemen Uje Center dalam pengelolaan aktifitas dakwah Ustadz Jefri Al Bukhori yang dilakukan oleh manajemen Uje Center.

4. Sumber Data

Sumber data penelitian ini adalah data tertulis maupun lisan yang menyangkut inti permasalahan penelitian ini.

3. Teknik Pengumpulan Data

Data-data awal dikumpulkan dari sumber referensi tertulis baik berupa buku, artikel maupun tulisan-tulisan ilmiah lainnya yang memiliki sangkut-paut dengan judul penelitian yang diambil. Selain itu data-data


(18)

nantinya juga tentu akan didapatkan dari observasi di lapangan berdasarkan hasil-hasil pengamatan dan wawancara.

Data-data tersebut pada akhirnya akan digabungkan hingga menjadi suatu tulisan yang tersusun dan siap untuk dikaji lebih mendalam.

Sesuai dengan metodologi penelitian yang digunakan, yakni metode penelitian kualitatif, maka data akan dikumpulkan melalui:

a. Sumber referensi : data-data ilmiah tertulis.

b. Wawancara : yaitu pengumpulan data dengan cara mengadakan komunikasi langsung dari sumber data, pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara langsung oleh pewawancara (pengumpul data) kepada responden dan jawaban-jawaban responden dicatat atau direkam dengan alat perekam (tape recorder).2 Adapun yang menjadi responden dalam penelitian ini adalah: Anggota/staff manajemen Uje Center dan manager operasional.

c. Observasi : pengamatan dengan menggunakan indra penglihatan yang berarti tidak mengajukan pertanyaan-pertanyaan.3

d. Dokumentasi: yaitu guna melengkapi data-data yang diperlukan, juga untuk mengetahui segala sesuatu yang ada kaitannya dengan permasalahan yang sedang diteliti.

2

Irawan Soehartono, Metodologi Penenlitian Sosial, Suatu Teknik Penelitian BIdang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, (Bandung: PT. Remaja Rosdakaraya, 2004), h. 68.

3

Irawan Soehartono, Metodologi Penenlitian Sosial, Suatu Teknik Penelitian BIdang Kesejahteraan Sosial dan Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya, (Bandung: PT. Remaja Rosdakaraya, 2004), h. 69.


(19)

4. Teknik Analisis Data

Analisis SWOT terdiri dari strength (kekuatan), weaknes (kelemahan), opportunity (peluang), dan threars (ancaman). merupakan salah satu instrument analisis lingkungan internal maupun eksternal perusahaan atau organisasi yang telah dikenal luas.

Berikut ini akan dijelaskan tentang analisis SWOT: 4

1) Strengh (kekuatan), adalah kekuatan yang dapat diandalkan oleh organisasi. Dengan adanya kekuatan ini organisai akan dapat mengetahui bagaimana cara yang tepat dalam menyusun rencana global.

2) Weaknes (kelemahan), adalah keterbatasan dan kekurangan yang dimiliki sebuah organisasi. Dengan mengetahui kelemahan, organisasi diharapkan dapat mengantisipasi agar kelemahan itu tidak menjadi penghalang dalam mencapai rencana global.

3) Opportunity (peluang), adalah situasi yang menguntungkan organisasi. Dengan mengetahui peluang organisasi diharapkan dapat memanfaatkannya menjadi potensi yang dapat mengatarkan pada tujuan-tujuan organisasi.

4) Thearts (ancaman), adalah suatu keadaan yang tidak menguntungkan organisasi. Ancaman ini perlu diketahui oleh organisasi secara baik.

4


(20)

Dengan mengetahui ancaman, organisasi diharapkan dapat mengambil langkah-langkah awal agar ancaman tersebut tidak menjadi kenyataan.

Hasil dari analisis SWOT dapat menunjukkan kualitas dan kuantifikasi posisi organisasi dengan sejumlah kemampuan inti bila resultansi kekuatan dan kelemahan positif uang kemudian memberikan rekomendasi strategis terhadap strategi perusahaan serta rekomendasi fungsional kebutuhan atau modifikasi sumber daya organisasi.5

Data-data yang telah terkumpul, baik dari sumber tertulis, lisan maupun pengamatan terhadap perilaku, akan dikaji untuk menemukan hipotesis yang akan menjadi teori yang substantif. Teori ini akan digunakan untuk menguji atau memverifikasi teori-teori yang terkait dengan judul penelitian ini, yang telah ada sebelumnya.

Penelitian ini juga menggunakan teknik decoding untuk menganalisis data. Teknik di mana data-data yang telah dikumpulkan dan disusun akan dideskripsikan kembali dan ditarik kesimpulannya.

E. Tinjauan Pustaka

Adapun setelah penulis mengadakan suatu kajian kepustakaan penulis akhirnya menemukan beberapa skripsi yang hampir sama dengan yang akan penulis teliti. Judul-judul tersebut antara lain adalah:

Pertama, karya milik Aryah Marzanah, ”Analisis Terhadap Manajemen

Strategi Organisasi ’Aisiyah Pusat Periode 2000-2005”, Fakultas Dakwah dan Komunikasi Jurusan Manajemen Dakwah 1427 H/2006 M, memaparkan

5

M. Ismail Yusanto dan M. Karebet Widjajakusuma, Manajemen Strategis Perspektif Syariah, (Jakarta: Khairul Byaan, 2003), cet. Ke-I, h. 29


(21)

beberapa tahapan analisis manajemen strategi pada Yayasan ’Aisiyah Pusat.

Dengan melalui perumusan strategi organisasi, implementasi organisasi, dan

evaluasi organisasi Yayasan ’Aisiyah Pusat.

Kedua, karya milik Umi Kulsum, Strategi Penggalangan dan Pengelolaan Dana Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman Parung Bogor, Fakultas Dakwah dan Komunikasi Jurusan Manajemen Dakwah Tahun 1428 H/2007 M, memaparkan tentang penilaian secara kritis tentang bagaimana strategi penggalangan dan pengelolaan dana yang dilkukan Pondok Pesantren Al-Ashriyyah Nurul Iman Parung Bogor.

Ketiga, adalah karya milik Muflih Shoepul Ridwan, Strategi Fatwa Haram Perkawinan Beda Agama MUI Kota Bogor. Fakultas Dakwah dan Komunikasi Jurusan Manajemen Dakwah Tahun 1428 H/2007 M, memaparkan beberapa tahapan strategi sosialisasi fatwa haram perkawinan berbeda agama yang dilakukan MUI kota Bogor. Dengan melalui perumusan strategi, implementasi strategi, dan sosialisasi strategi terhadap sosialisasi fatwa haram perkawinan beda agama.

Berbeda dengan skripsi-skripsi di atas, judul yang penulis bahas adalah

“Strategi Manajemen Uje Center Dalam Pengelolaan Aktivitas Dakwah

Ustadz Jefri Al Bukhori”. Fakultas Dakwah dan Komunikasi Jurusan Manajemen Dakwah Tahun 1430 H/2009 M, memaparkan tentang bagaimana perumusan strategi, Implementasi strategi dan Evaluasi strategi pada manajemen Uje Center.


(22)

F. Sistematika Penulisan

Skripsi ini disusun dalam lima bab yang masing-masing bab terdiri dari sub bab. Lima bab tersebut disusun secara berurutan guna menjelaskan isi skripsi dengan lebih jelas, sistematis dan mendetail. Berikut gambaran mengenai penyusunan bab dalam skripsi ini:

Bab I Pendahuluan, bab ini membahas tentang latar belakang masalah, pembatasan dan perumusan masalah yang akan diteliti, tujuan dan manfaat penelitian, metodologi penelitian, tinjauan pustaka, serta sistematika penulisan.

Bab II Landasan teoritis berisi tentang strategi, tim manajemen, pengeloaan dan aktivitas dakwah.

Bab III Profil manajemen Uje Center dan Ustadz Jefri Al Bukhori, pada bab ini diberikan gambaran mengenai profil manajemen Uje Center dan profil ustadz Jefri al-Bukhori, termasuk gambaran umum beragam aktivitas dan perkembangannya.

Bab IV Analisis strategi manajemen Uje Center, berisi tentang pembahasan prumusan strategi Uje Center, implementasi strategi Uje Center, dan Evaluasi Uje Center.


(23)

(24)

12

PENGELOLAAN, DAN AKTIVITAS DAKWAH

A. Strategi

1. Pengertian Strategi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian dari strategi adalah:1 a. Ilmu dan seni menggunakan semua sumberdaya bangsa untuk

melaksanakan kebijaksanaan.

b. Ilmu dan seni memimpin bala tentara untuk menghadapi musuh dalam perang, dalam kondisi yang menguntungkan.

c. Tempat yang baik menurut siasat perang.

d. Rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus.

Secara etimologi strategi berasal dari bahasa Yunani Strategos yang berarti Jendral. Strategi pada mulanya berasal dari peristiwa peperangan, yaitu sebagai suatu siasat untuk mengalahkan musuh. Namun pada akirnya strategi berkembang untuk semua kegiatan organisasi termasuk keperluan ekonomi, sosial, budaya, dan agama.2

Untuk memperkaya pemahaman tentang apa sebenarnya “strategi”

itu, berikut akan dipaparkan beberapa definisi strategi. Ada dua pendekatan untuk mendefinisikan strategi, yang dikenal sebagai

1

Depdiknas, Kamus Besar Bahasa Indonesia, (Jakarta: Balai Pustaka 2002), hlm. 1092

2Rafi’udin dan Maman Abd. Djaliel,

Prinsip dan Strategi Dakwah, (Bandung: Pustaka Setia 2002), hlm. 76


(25)

pendekatan tradisional dan pendekatan baru yang bersumber dari (Hill dan Jones, 1998). Dalam pendekatan tradisional, dipahami sebagai suatu rencana kedepan, bersifat antisipatif (forward looking). Sedangkan dalam pendekatan yang baru, strategi lebih dipahami sebagai suatu pola dan bersifat reflektif (backward-looking). 3

Organisasi di definisikan sebagai “ a consciously coordinated social entity, with a relatively identiviable boundary, that functions on a relatively continous basis to achieve a common goal or set of goals” (Robbins, 1990). Kehidupan manusia modern tak bisa dilepaskan dari sentuhan dan peranan organisasi.4

Hofer dan Schendel (1986) mengemukakan empat komponen dalam suatu strategi, yaitu scope (domain atau cakupan), resources deploypment (pengerahan sumber daya), competitive advantage (daya saing), dan synergy (efek kekuatan bersama).5 Sedangkan Mintzberg (1994) menginventaris lima definisi tentang strategi, yaitu:

a. Plan (perencanaan)

A direction, a guide or course of action into the future, a path to get

“from here to there” (suatu petunjuk, suatu tuntunan atau tindakan yang akan dilakukan, sesuatu yang memberi arah bagi tindakan– tindakan masa depan).

3

Hendrawan Sipratikno, Anton Wachidin Widjaja, Sugiarto, Darmadi Durianto,

Advanced Strategic Management ‘ Back To Basic Approach’, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, Anggota IKAPI, 2003), hlm. 1-4

4

Kusnadi, Pengantar Manajemen Strategi, (Malang: Universitas Brawijaya, 2001), edisi ketiga, h. 210.

5

Hendrawan Sipratikno, Anton Wachidin Widjaja, Sugiarto, Darmadi Durianto,

Advanced Strategic Management ‘ Back To Basic Approach’, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, Anggota IKAPI, 2003), hlm. 1-4


(26)

b. Pattern (pola)

Consistency in behavior over time (perilaku yang konsisten antar waktu).

c. Position (posisi)

The determination of particulars products in particular markets (penentuan Posisi dalam konteks persaingan .

d. Perspektive (perspektif )

An organization’s way of doing things (bagaimana suatu organisasi menjalankan kegiatannya).

e. Play (permainan)

A specific maneuver intended to outwitan opponent or competitor

(kumpulan maneuver untuk “menjinakkan” pihak lawan atau suatu

cara yang dilakukan untuk mengecoh pesaing.6

Meski demikian, mazhab yang dominan adalah mazhab yang melihat strategi sebagai suatu rencana. Strategi dipandang sebagai suatu yang dibuat untuk mengamankan masa depan. Pertama-tama, strategi di nilai yang berurusan dengan masa depan. Kata-kata “strategi” berkonotasi antisipasi, prediksi, dan hal-hal yang mengesankan sifat cerdas dalam menghadapi masa depan yang penuh dengan ketidakpastian.

6

Soekidjo Notoatmodjo, Pengembangan Sumbe Daya Manusia, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003), Cet. Ke-3, h. 12-14


(27)

Dalam kamus istilah manajemen, strategi adalah rencana yang cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus dan saling berhubungan dalam hal waktu dan ukuran.7

Berikut ini berbagai definisi dari para ahli, yaitu:

a. Menurut Sondang Siagan, strategi adalah: cara terbaik untuk mempergunakan dana, daya dan tenaga yang tersedia sesuai dengan tuntutan perubahan lingkungan.8

b. Menurut Onong Uchjana, strategi pada hakikatnya adalah perencanaan dan manajemen untuk mencapai suatu tujuan.9

c. Menurut R. Andrews, “The concept of corporate strategy” (1980), “ strategi perusahaan adalah pola keputusan dalam perusahaan yang menentukan dan mengungkapkan sasaran, maksud atau tujuan yang menghasilkan kebijaksanaan utama dan merencanakan untuk pencapaian tujuan-tujuan ini, serta memperinci jangkauan bisnis yang akan di kejar oleh perusahaan merupakan jenis organisasi ekonomi dan kemanusiaan yang diinginkan atau diharapkan, dan sifat dari pengukuran ekonomis dan non ekonomis yang akan diberikan kepada

pemegang saham, karyawan, pelanggan dan masyarakat”.10

7

Panitia Istilah Manajemen Lembaga PPM, Kamus Istilah Manajemen, (Jakarta: Balai Aksara, 1983) cat. Ke-2, hlm. 245.

8

Sondang siagan, Analysis serta perumusan dan kebijaksaan dan strategi organisasi,

(Jakarta: PT. Gunung Agung, 1986), Cet. Ke-2, hlm.17

9

Onong Uchjana Effendy, Ilmu Komunikasi teori dan Praktek, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 1999), hlm. 32

10


(28)

d. Menurut David Aeker, sebagaimana dikutip oleh Kusnadi terdapat beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam merumuskan atau memilih suatu strategi, yaitu:

1) Strategi harus tanggap terhadap lingkungan eksternal 2) Strategi melibatkan keunggulan kompetitif

3) Strategi harus sejalan dengan stategi yang lainnya yang terdapat di dalam organisasi

4) Strategi menyadiakan keluwesan yang tepat terhadap bisnis dan organisasi

5) Strategi harus sesuai dengan misi organisasi dan tujuan jangka panjang organisasi

6) Strategi secara organisasional di pandang layak (wajar).11

Dari beberapa penertian di atas, maka dapat diambil kesimpulan tentang strategi antara lain:

a. Strategi merupakan suatu kesatuan rencana yang terpadu yang diperlukan untuk mencapai tujuan organisasi, sehingga dapat disusun kekuatan strategi organisasi.

b. Dalam menyusun strategi organisasi perlu dihubungkan dengan lingkungan organisasi, sehingga dapat disusun kekuatan strategi organisasi.

11

Kusnadi, Pengantar Manajemen Strategi, (Malang: Universitas Brawijaya, 2001), edisi ketiga, h. 215.


(29)

c. Dalam pencapaian tujuan organisasi perlu alternatif yang harus dipertimbangkan dan harus dipilih.

d. Strategi yang dipilih akan diimplementasikan oleh organisasi dan akhirnya memerlukan evaluasi terhadap strategi tersebut.

Suatu strategi dipilih dan ditetapkan dari sekian banyak pilihan yang telah diteliti dan dipertimbangkan dengan matang serta dilaksanakan dalam kurun waktu tertentu. Untuk mengetahui apakah implementasi strategi terlaksana sebagaimana mestinya atau tidak, maka manajemen perlu melakukan tindakan penilaian yang biasa disebut dengan evaluasi.

Manajemen strategi timbul dari Analisis SWOT yang artinya strange (kekuatan), weaknes (kelemahan), opportunity (tantangan), theart (ancaman). Pelaksana yang menganalisis adalah tim riset. Menganalisis perencanaan dilakukan ketika rumusan perencanaan suatu organisasi akan melakukan suatu kegiatan.

Analisis lingkungan internal adalah suatu proses kegiatan perusahaan untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan (kekuatan dan kelemahan). Pentingnya analisis internal perusahaan sebagai instrument menciptakan profil adalah untuk menentukan strategi yang akan digunakan suatu perusahaan sesuai dengan SWOT. Dan untuk melihat, mengkaji suatu perusahaan atau organisasi di analisis dengan POAC. sedangkan untuk menentukan strategi dalam kegiatan yang menjadi andalan digunakan analisis SWOT.


(30)

Evaluasi strategi adalah “proses di mana manajer membandingkan

antara hasil-hasil yang diperoleh dengan tingkat pencapaian tujuan”.12 Penilaian ini dilakukan sesuai dengan prosedur dan standar atau target organisasi yang dikembangkan, yakni mengacu pada tolak ukur strategi dan operasional. Secara umum proses evaluasi dan pengendalian strategi terdiri dari dua langkah, yaitu:

a) Pengukuran kinerja (measure the performance), yaitu perbandingan antara standar dengan pelaksanaan.

b) Perbandingan dengan standar (compare the performance match the standard), yaitu langkah untuk membandingkan hasil-hasil yang telah diukur dengan target yang telah ditetapkan.13

Penilaian terhadap strategi dan kegiatan organisasi biasanya dilakukan secara berkala dan berjenjang. Program kerja bulanan dievaluasikan bersamaan dengan selesainya program bulanan. Kemudian, program tersebut dinilai secara keseluruhan pada akhir bulan. Forum penilaian ini dapat berupa rapat kerja bulanan, yang biasanya terjadi pada tingkat fungsional.

Berdasarkan karakteristik di atas dapat disimpulkan bahwa strategi adalah proses perencanaan yang bersifat menyeluruh dan terintegrasi, berisikan sasaran dan program jangka panjang yang dirumuskan berdasarkan keunggulan dan kelemahan perusahaan guna menghadapi peluang dan ancaman dari luar.

12

Amirullah Budi Cantika, Manajemen Stratejik, hlm. 165.

13


(31)

Persyaratan-persyaratan bagi strategi yang efektif

Untuk mengembangkan strategi-strategi pokok, kita perlu memenuhi sejumlah persyaratan kunci: (1) penilaian tentang lingkungan kini dan masa depan, (2) penilaian diri sendiri (perseroan), (3) struktur organisasi yang menjamin perencanaan, (4) konsistensi antar strategi, dan (5) pengembangan strategi-strategi contingency.

2. Perbedaan Taktik Dengan Strategi

Perbedaan yang paling mudah antara keduanya adalah saat kita memutuskan apa yang seharusnya kita kerjakan, kita memutuskan sebuah strategi. Sedangkan jika kita memutuskan sesuatu, itulah yang disebut taktik. Dengan kata lain, menurut Drucker yang dikutip oleh Agustinus Sri Wahyudi, strategi adalah mengerjakan sesuatu yang benar (doing the right things) dan taktik adalah mengerjakan sesuatu dengan benar.14

Menurut Karl Von Clausewitz yang dikutip oleh Agustinus Sri Wahyudi, strategi merupakan suatu seni menggunakan pertempuran untuk memenangkan suatu perang, sedangkan taktik adalah seni menggunakan tentara dalam sebuah pertempuran.15 Dalam organisasi, taktik merupakan sekumpulan program-program kerja yang dibentuk untuk melengkapi strategi organisasi. Kesimpulannya adalah bahwa taktik merupakan penjabaran operasional jangka pendek dari strategi agar srategi tersebut dapat diterapkan.

14

Agustinus Sri Wahyudi, Manajemen Strategi Pengantar Proses Berpikir Strategi,

(Jakarta: Binarupa Aksara, 1996), cet-1, hlm. 16. 15

Agustinus Sri Wahyudi, Manajemen Strategi Pengantar Proses Berpikir Strategi,


(32)

3. Tahapan-Tahapan strategi

Seperti yang dikatakan oleh Joel Ross dan Michael yang dikutip oleh Fred .R. David bahwa sebuah organisasi tanpa adanya strategi umpama kapal tanpa kemudi, bergerak berputar dalam lingkaran. Organisai yang demikian seperti pengembara tanpa tujuan tertentu.16

Proses strategi terdiri dari tiga tahapan yaitu: a. Perumusan strategi

Dalam perumusan strategi termasuk didalamnya ialah 1) pengembangan tujuan, 2) mengenai peluang dan ancaman eksternal, 3) menetapkan suatu objektifitas, 4) menghasilkan strategi alternative, 5) memilih strategi untuk dilaksanakan. Dalam perumusan strategi juga ditentukan suatu sikap untuk memutuskan, memperluas, menghindari atau melakukan suatu keputsan dalam suatu proses kegiatan.

Menurut David Aeker , sebagaimana dikutip oleh Kusnadi terdapat beberapa kriteria yang harus diperhatikan dalam merumuskan atau memilih strategi, yaitu:

1) Strategi harus tanggap terhadap lingkungan ekstern, 2) Strategi melibatkan keunggulan kompetitif,

3) Strategi haru sejalan dengan strategi yang lainnya yang terdapat di dalam organisasi,

4) Strategi menyediakan keluwesan yang tepat terhadap bisnis dan organisasi,

16


(33)

5) Strategi harus sesuai dengan misi organisasi dan tujuan jangka panjang,

6) Strategi secara keorganisasian di pandang layak dan wajar. Oleh karena itu penulis menyimpulkan bahwa perumusan strategi memiliki peran besar dalam suatu lembaga/organisasi dengan memiliki tujuan, maka lembaga/organisasi dapat merefleksikan target yang akan dicapai. Startegi yang di rumuskan hendaknya harus melihat ke arah depan terhadap suatu lembaga/organisasi agar lembaga/organisasi tersebut dapat mencapai tujuannya.

b. Implementasi Strategi

Setelah strategi ditentukan, maka strategi harus dipandukan dalam kegiatan organisasi sehari-hari. Strategi yang paling canggih dan kreatif sekalipun tidak dapat menguntungkan organisasi kecuali bila dilaksanakan.

Implementasi strategi bertumpu pada alokasi dan pengorganisasian SDM yang ditampakkan melalui penetapan struktur organisasi mekanisme kepemimpinan yang dijalankan berikut budaya perusahaan dan organisasi.17

1) Penetapan struktur organisasi

Alferd Chander mengutarakan suatu prinsip, yaitu:

“struktur fllows strategy” yang berarti struktur organisasi harus di bentuk untuk mendukung agar penerapan strategi yang telah di buat dapat lebih efektif. Jika strategi suatu saat dapat di ubah, maka

17

M. ismail Yusanto dan M. Karebet Widjajakusuma, Manajemen Strategi perspektif Syari’ah, (Jakarta: Khairul Bayan, 2003), Cet. Ke-1, hlm. 92


(34)

perusahaan wajib untuk mengubah atau menyesuaikan struktur organisasinya.18

Struktur organisasi menunjukkan kerangka organisasi dan susunan perwujudan pola terhadap pola tetap hubungan-hubungan di antara fungsi-fungsi, bagian-bagian, atau posisi-posisi, maupun orang-orang yang menunjukkan kedudukan, tugas, wewenang dan tanggung jawab yang berbeda-beda dalam suatu organisasi. Struktur ini mengandung unsur-unsur spesialisasi kerja, standarisasi, koordinasi, sentralisasi atau desentralisasi dalam pengambilan keputusan serta ukuran satuan kerja.19

2) Mekanisme kepemimpinan

Dalam konteks manajemen strategi, kepemimpinan strategi adalah kemampuan dalam mengantisipasi setiap permasalahan yang terjadi, memiliki visi, mampu mempertahankan fleksibilitas organisasi dan dapat memberikan atau mendelegasikan kuasa kepada orang lain untuk menceritakan perubahan strategis yang perlu.20

3) Budaya organisasi

Setiap organisasi memiliki budaya yang terbentuk, keberadaan sebuah budaya dalam organisasi sangat memberikan peran yang penting bagi kelangsungan hidup organisasi dan dalam pelaksanaan strategi organisasi. Budaya dapat menjadi pengikat

18

Agustinus Sri Wahyudi, Manajemen Strategi Pengantar Proses Berfikir Strategik,

(Jakarta: Binapura Aksara, 1996), Cet. Ke-1, hlm 113

19

Imail Yusanto dan M.Karebet Widjajakusuma, Manajemen StrategiPerspektif Syariah.,hlm 108

20


(35)

sekaligus motivator rasa kebersamaan para anggota organisasi melalui pemahaman yang sama tentang tata cara dan batasan perilaku dalam organisasi.21

Dari uraian di atas maka dapat penulis simpulkan bahwa implementasi dibutuhkan untuk mempraktekkan strategi. Langkah implementasi strategi sebagian tergantung pada tujuan dari strategi lembaga/organisasi. Selain itu implementasi juga tergantung pada struktur organisasi. Keberhasilan implementasi dapat di hambat oleh kendala-kendala intern lembaga seperti struktur lembaga/organisasi yang kaku ataupun budaya organisasi yang tidak sesuai. Hal ini dikarenakan budaya organisasi mempengaruhi interaksi internal. c. Evaluasi Strategi

Tahap akhir dalam strategi ialah evaluasi strategi. Tiga macam akivitas mendasar untuk mengevaluasi strategi adalah:22

1. Meninjau faktor-faktor eksternal dan internal yang menjadi dasar strategi.

2. Mengukur prestasi (membandingkan hasil yang diharapkan dengan kenyataan).

3. Mengambil tindakan korektif untuk memastikan bahwa prestasi sesuai dengan rencana.

Secara umum evaluasi strategi terdiri dari tiga langkah, yaitu:

21

Amirillah dan Sri Budi Cantika, Manajemen Strategik, hlm 172

22

Amirullah dan Sari Budi Cantika, Manajemen Stratejik, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2002), Cet. Ke-1, hlm. 165


(36)

 Pengukuran kinerja ( measure the performance), yaitu perbandingan antara standar dengan pelaksanaan.

 Perbandingan prestasi dengan standar (compare the performance match the standard), yaitu langkah untuk membandingkan hasil-hasil yang telah di ukur dengan target atau standar yang telah ditetapkan sebelumnya.

 Mengambil tindakan korekif (the corective action), yaitu manajerial yang di ambil para manajer ketika prestasi rendah di bawah standar atau target yang telah ditetapkan.

Dari uraian di atas maka dapat di tarik kesimpulan bahwa evaluasi strategi dibutuhkan untuk mengukur hasil kerja terhadap strategi yang telah dirumuskan. Dengan mengukur hasil kerja yang telah di capai , maka suatu lembaga/organisasi akan mengetahui posisi lembaga/organisasinya. Sehingga kesalahan yang mungkin terjadi dapat diminimalisir.


(37)

4. Bentuk-Bentuk Srategi

Bagan Kombinasi Unsur kesenjangan dan Unsur spontanitas dalam Srtategi23

Strategi yang sesungguhnya dilakukan oleh organisasi merupakan gabungan dari dua jenis strategi, yaitu strategi yang dibuat secara terencana (delibrate) dan strategi yang muncul secara spontan. Strategi yang dibuat secara terencana mengandalkan aspek “pengendalian” (control), sedangkan strategi yang muncul secara spontan menyandarkan

diri pada aspek “belajar” (learning). Aspek “kontrol” penting dalam strategi yang terencana dengan baik, karena suatu rencana yang matang selalu mengandalkan banyak hal. Perubahan dari hal yang telah diperhitungkan dikuatirkan akan membuat rencana menjadi meleset. Oleh

23

Hendrawan Sipratikno, Anton Wachidin Widjaja, Sugiarto, Darmadi Durianto,

Advanced Strategic Management ‘ Back To Basic Approach’, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, Anggota IKAPI, 2003), hlm. 7

INTENDED

STRATEGY

DELIBERAVE

STRATEGY

REALIZED

STRATEGY

ENERGENT

STRATEGY UNREALIZED


(38)

sebab itu diperlukan kontrol terhadap hal-hal yang dapat berubah presisi (ketepatan) menjadi kata kunci.

Aspek “belajar” penting bagi strategi yang bersifat spontan. Dalam strategi ini, intuisi dan insting dipandang penting. Perubahan lingkungan yang cepat, yang membuat perhitungan terus menerus berubah, hanya bisa dihadapi dengan keluwesan (kelenturan) rencana. Hal-hal yang sifatnya spontan harus dimungkinkan untuk muncul.

Dengan pertimbangan-prtimbangan tertentu, organisasi sering secara sengaja tidak membuat strategi yang ekspisit, atau lebih mengandalkan pada strategi yang bersifat spontan. Strategi yang terlalu eksplisit dianggap mengurangi fleksibilitas dan juga mahal, karena proses perumusan strategi merupakan resource consuming ceremony.

B. Tim Manajemen

1. Pengertian Tim Manajemen

Sejarah kerjasama tim dalam kehidupan manusia hampir setua umur manusia itu sendiri. Kerjasama tim menjadi vital ketika dunia kemiliteran dan bisnis berkembang dengan cepat. Sejalan dengan perkembangan pasar dan teknologi, industri tidak lagi bisa berjalan secara mekanistis. Ia harus bisa bertindak secara fleksibel, dan kebutuhan terhadap kelompok kerja makin terasa. Para peneliti menemukan bahwa pengaruh kelompok kerja terhadap produktifitas sama besarnya dengan pengaruh seorang manajer. Hanya saja, saat organisasi menjadi semakin besar, para pekerja kesulitan


(39)

untuk saling berbagi pengetahuan tentang material, proses, dan metode kerja untuk meningkatkan daya saing organisasi. Ini terjadi karena saluran pertukaran ide dan keahlian di antara karyawan mampet.

Inovasi model bisnis berkembang selama masarekonstruksi pasca Perang Dunia II. Jepang memimpin dengan menerapkan etika tim sebagai prinsip-prinsip produksi massal. Karyawan mereka sangat termotivasi, komit terhadap teknologi, dan sangat produktif. Kemudian, perusahaan-perusahaan Amerika dan Eropa mengkopi cara Jepang mengelola pekerjaan itu, sembari menghapus hambatan birokrasi yang sering menghambat inovasi dalam kultur orang-orang Jepang. Upaya mencontoh itu ternyata bukanlah resep yang mudah. Hingga saat ini pun upaya mengadopsi pendekatan tim itu masih menjadi tantangan terbesar pada banyak perusahaan. Direktur HR dari 100 perusahaan paling top di Amerika (Fortune 100) melaporkan bahwa perhatian utamanya tertuju pada upaya membangun struktur berbasis tim agar perusahaan mereka bisa bergerak fleksibel, produktif, tangguh, dan efektif.

Menurut Profesor Michael West, pengarang buku The Secrets of Successful Team Management, upaya membangun tim bukan hanya soal laba dan inovasi, tetapi ia juga penting bagi kesehatan. Saat bekerja dalam sebuah tim, kita memiliki hubungan pertemanan yang bagus, dan kita merasa dimengerti dan dihargai. " maka harus mempunyai rasa memiliki yang kini semakin hilang di perusahaan-perusahaan besar”, ujar professor psikologi organisasi itu. Karyawan melihat adanya gap yang lebar antara


(40)

retorika sang CEO (yang selalu mengatakan, "...SDM adalah asset utama terpenting") dengan kenyataan yang dihadapi sebagai karyawan. Sebagai akibatnya, karyawan sering merasa tidak dihargai oleh perusahaan dan merasakan minimnya kontrol terhadap kerjanya. 24

Alienasi semacam itu tercampur saat perusahaan harus merampingkan diri untuk merespons tekanan ekonomi, karena adanya beban pekerjaan berlebihan dan seringnya terjadi pengulangan pekerjaan yang dirasakan karyawan.

Manfaat dari kerjasama tim, menurut penulis, sangat banyak. Biasanya organisasi berbasis tim memiliki struktur yang ramping. Berkerjasama dalam sebuah tim berarti memberi tanggung jawab dan otoritas kepada tim untuk membuat keputusan tentang bagaimana bekerja paling efisien, dan ini menyebabkan jumlah manajer dan level manajer lebih sedikit. Oleh sebab itu, organisasi akan bisa merespons dengan cepat dan efektif lingkungan yang cepat berubah.

Tim bisa melakukan pengembangan dan peluncuran produk dengan cepat. Tim memungkinkan organisasi untuk terus belajar (dan mengambil manfaat dari proses itu) secara lebih efektif. Tim yang melibatkan banyak fungsi akan membantu meningkatkan manajemen mutu. Ia juga mendorong berkembangnya kreatifitas dan inovasi. Kerjasama tim juga menghasilkan manfaat finansial, termasuk karena kenaikan produktifitas.

24

Prof. Michael West, The Secrets of Successful Team Management - How to lead a team to innovation, creativity and success, (Duncan Baird Publishers)


(41)

Begitu pula, perubahan dalam sebuah organisasi lebih efektif bila melibatkan kerjasama tim. Masih banyak manfaat lain dari kerjasama tim.

Selain memberikan analisis teoritis dan praktis tentang manajemen tim, yang menarik dalam buku ini, penulis memberikan kiat atau tips yang amat berguna untuk menghasilkan kerjasama tim terbaik. Penulis menyebut kiat atau tips itu dengan istilah Work Solution, yang berjumlah 23 buah. Penerapan Work Solution ini secara baik diyakini akan melahirkan kerjasama tim yang kuat di perusahaan Anda. Work Solution 1 mengulas kenapa Anda harus membentuk kerjasama tim, karena tidak semua hal mengharuskan Anda melakukannya. Work Solution 2 berisi cara untuk menelaah kompetensi dari tim. Work Solution 3 menyarankan pembuatan jurnal manajemen waktu. Work Solution 4 mengupas tema "...meditasi pikiran" untuk meresapi tugas tim.

Work Solution 5 berisi cara merespons umpan balik formal. Work Solution 6 tentang cara mengatasi anggota tim yang sulit. Work Solution 7, jurus mempersiapkan presentasi dari seorang juru bicara bagi tim. Work Solution 8, tentang seni dari persuasi. Work Solution 9 berbicara tentang penyusunan aturan main. Work Solution 10 berisi klarifikasi peran. Work Solution 11 tentang bagaimana memproses informasi yang berguna. Work Solution 12 mengupas kiat membangun hubungan dua arah. Work Solution 13 tentang cara menyusun objektif.

Work Solution 14 tentang penyusunan agenda. Work Solution 15, bagaimana melakukan debat yang positif. Work Solution 16, analisis


(42)

tentang stakeholder. Work Solution 17 mengupas cara bertukar pikiran dua tahap. Work Solution 18, mengelola risiko. Work Solution 19 tentang memaksimalkan upaya. Work Solution 20 tentang cara menghadapi hal-hal rutin. Work Solution 21 mengupas tema bagaimana mengevaluasi kerjasama tim. Work Solution 22 tentang pembentukan sebuah tim perubahan. Terakhir Work Solution 24 mengupas hal menghilangkan hambatan keterbukaan.

Sebuah buku yang menarik dan bermanfaat bagi siapa saja pelaku organisasi: eksekutif, manajer, karyawan, dan siapa saja yang mengandalkan kerjasama tim dalam pencapaian hasil.

Di zaman sekarang ini, siapa yang tidak pernah mendengar kata tim,

atau bergabung di dalam sebuah kelompok yang dinamakan „tim’? Tetapi apakah „tim’ itu, dan apa yang menjadikan sebuah tim efektif? Jawaban

atas pertanyaan tersebut benar-benar didambakan setiap organisasi karena semakin banyaknya organisasi yang kinerjanya tergantung pada kinerja tim-tim di dalamnya. Tim-tim dianggap mampu menyelesaikan banyak masalah organisasi yang membutuhkan kerja sama lintas fungsional.

Topik mengenai tim, karena itu, sangat sering dibahas dalam literatur-literatur manajemen dan bisnis. Salah satu karya klasik yang mengangkat tema ini adalah tulisan Jon R. Katzenbach dan Douglas K. Smith yang dikutip oleh Prof. Michael West, yang dituangkan dalam buku berjudul The Wisdom of Teams. Buku yang diterbitkan pertama kali pada


(43)

tahun 1993 tersebut sudah dicetak ulang beberapa kali dan dianggap sebagai salah satu karya terbaik mengenai tim.25

Salah satu kesimpulan yang membuka mata dari kedua penulis ini adalah: tidak selamanya sekelompok orang yang bekerja bersama bisa disebut sebagai tim. Bila kita mengumpulkan 5 orang dan meminta mereka menyelesaikan sebuah proyek, mereka belum tentu menjadi sebuah tim. Tim, menurut mereka, harus memenuhi persyaratan-persyaratan tertentu. Persyaratan-persyaratan tersebut bisa dilihat pada definisi tim menurut Katzenbach dan Smith yang dikutip oleh Prof. Michael West:26

A team is a small number of people with complementary skills who are committed to a common purpose, performance goals, and approach for which they hold themselves mutually accountable. (Sebuah tim adalah sekelompok orang-orang dalam jumlah kecil dengan ketrampilan yang berbeda yang berkomitmen terhadap tujuan, ukuran kinerja, dan

pendekatan yang sama; yang tanggung jawabnya diambil bersama)”.

Definisi tersebut bukan sekedar definisi, tetapi juga merupakan persyaratan yang harus dipenuhi agar sebuah tim menjadi efektif.

Dari definisi di atas, bisa dilihat bagaimana sekelompok orang menjadi sebuah tim. Pertama, jumlah kelompok tersebut harus kecil. Mengapa? Sebuah tim membutuhkan komunikasi yang intensif, dan harus

25

Prof. Michael West, The Secrets of Successful Team Management - How to lead a team to innovation, creativity and success, (Duncan Baird Publishers)

26

Prof. Michael West, The Secrets of Successful Team Management - How to lead a


(44)

mampu menentukan tujuan dan mengambil tanggung jawab bersama. Hal itu lebih mudah terealisasi dalam kelompok yang kecil. Secara teoritis, kelompok yang terdiri dari 50-100 orang tetapi bisa dianggap sebagai sebuah tim, namun dalam prakteknya, kelompok besar tersebut umumnya harus dipecah menjadi tim-tim yang lebih kecil agar bisa menjadi tim efektif. Jumlah efektif berkisar dari 5-9 orang, tetapi boleh lebih dari itu asalkan masih bisa tetap memenuhi persyaratan lainnya.

Persyaratan berikutnya adalah setiap anggota tim hendaknya memiliki ketrampilan yang berbeda yang bisa menjadi pelengkap buat anggota-anggota tim lainnya. Ketrampilan tersebut bisa dalam wujud ketrampilan teknis, fungsional, pembuatan keputusan, atau hubungan interpersonal. Syarat ini sangat diperlukan karena tim umumnya dibentuk untuk menyelesaikan masalah yang cukup kompleks. Tanpa adanya ketrampilan yang berbeda-beda tersebut, sebuah tim sulit menjalankan fungsinya. Namun ketrampilan di sini juga bisa dalam bentuk potensi. Sebuah tim tidak perlu mendapatkan semua ahli di bidangnya. Asalkan ada beberapa anggota tim yang berpotensi dan berminat mempelajari ketrampilan-ketrampilan yang dibutuhkan, hal itu sudah mencukupi.

Kemudian, sebuah tim harus membangun komitmen terhadap tujuan dan ukuran kinerja bersama. Tanpa adanya tujuan bersama tersebut, para anggota tim akan menjadi bingung, apatis, dan kembali memprioritaskan tujuan individu mereka. Tujuan tersebut bisa diturunkan dari atas, tetapi lebih baik bila dihasilkan bersama-sama oleh semua anggota tim melalui


(45)

proses diskusi yang sehat (’sehat’ di sini bukan berarti damai. Perdebatan

keras bisa terjadi, namun semua suara wajib dikeluarkan dan didengarkan, dan semua orang sepakat untuk menghormati hasil akhir).

Selain komitmen terhadap tujuan bersama, tim juga harus berkomitmen terhadap pendekatan yang disepakati bersama. Semua anggota tim harus setuju bagaimana cara mereka membagi tugas dan waktu, bagaimana jadwalnya, bagaimana dengan kepemimpinan tim (ditunjuk, digilir, atau lainnya) dan hal-hal lain yang bersifat administratif dan ekonomis.

Lalu yang terakhir, semua anggota tim memiliki tanggung jawab bersama atas pencapaian kinerja tim. Persyaratan inilah yang sering tidak bisa dipenuhi oleh sebuah kelompok kerja. Kelompok kerja tidak memiliki tanggung jawab bersama. Wujud tanggung jawab terbesar bisa terjadi bila semua anggota tim secara tulus berjanji pada diri sendiri dan anggota-anggota lainnya untuk menjadikan pencapaian kinerja tim sebagai tujuan individunya. Tim yang berhasil mendapatkan komitmen demikian kemungkinan besar akan menjadi tim yang efektif.

Kemudian ada sebuah catatan tambahan dari mereka. Tidak semua kelompok harus menjadi tim. Bila para anggota kelompok tidak mampu memenuhi persyaratan-persyaratan di atas, atau penyelesaian dari masalah tidak membutuhkan sebuah tim, pembentukan kelompok kerja biasanya sudah mencukupi. Tim yang efektif juga tidak mudah untuk dibentuk.


(46)

Tetapi bila terbentuk, pencapaian tim tersebut akan jauh melebihi pencapaian total masing-masing individunya.27

2. Ruang Lingkup Manajemen Sumber Daya Manusia

a. Tugas dan Ruang Lingkup Manajemen Sumber Daya Manusia

Tugas manajemen sumber daya manusia berkisar pada upaya mengelola unsur manusia dengan segala potensi yang dimilikinya seefektif mungkin sehingga dapat diperoleh sumber daya manusia yang puas dan memuaskan bagi organisasi.

Ruang lingkup dari manajemen sumber daya manusia adalah aktifitas-aktifitas dari manajemen sumber daya manusia dan mencakup pada:

- Rancangan Organisasi:

1) Perencanaan sumber daya manusia 2) Analisis pekerjaan

3) Rancangan pekerjaan 4) Tim kerja

5) Sistem informasi - Staffing:

1) Rekrut/interview/memperkerjakan 2) Affirmative action

3) Promosi/pemindahan/separasi 4) Pelayanan outplacement 5) Pengangkatan/orientasi 6) Metode seleksi pekerja.

27

Prof. Michael West, The Secrets of Successful Team Management - How to lead a team to innovation, creativity and success, (Duncan Baird Publishers)


(47)

- Sistem Reward:

1) Program keamanan

2) Prosedur pengaduan/disiplin 3) Pelayanan kesehatan/medis 4) Administrasi kompensasi 5) Administrasi pengupahan 6) Administrasi tunjangan 7) Rencana pensiun 8) Hubungan kerja - Management Performansi:

1) Penilaian management/MBO 2) Program produktifitas

3) Penilaian difokuskan pada klien - Pengembangan Pekerja dan Organisasi:

1) Pengembangan pengawasan/management 2) Perencanaan / pengembangan karier 3) Program pembinaan pekerja

4) Pelatihan ketrampilan non management 5) Program persiapan persiun

6) Penilaian terhadap sikap

- Komunikasi dan Hubungan Masyarakat: 1) Sistem informasi sumber daya manusia 2) Komunikasi pekerja

3) Penelitian sumber daya manusia.28

28

Diarsipkan di bawah: Management SDM Ditandai: MSDM, Organisasi, reward « Pengertian Management SDM 6 perspektif (pendekatan) MSDM »


(48)

C. Pengelolaan Aktivitas Dakwah 1. Pengertian Pengelolaan

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pengelolaan berasal dari kata kelola yaitu mengendalikan, menyelenggarakan dan mengurus.

Pengelolaan mempunyai arti:29 a. Proses, cara, perbuatan, pengelola.

b. Proses melakukan kegiatan tertentu dengan menggerakkan tenaga orang lain.

c. Proses yang membantu merumuskan kebijaksanaan dan tujuan organisasi.

d. Proses yang memberikan pengawasan pada semua hal yang terlibat dalam pelaksanaan kebijaksanaan dan pencapaian tujuan.

2. Langkah-Langkah Pengelolaan

Manutur saya ada beberapa aspek penting yang harus diperhatikan agar proses regenerasi suatu organisasi dapat berjalan dengan baik, pertama, rekrutmen. semua organisasi melakukan hal ini, baik organisasi profit maupun non profit/social, pemerintah maupun swasta. Semuanya mrlakukan proses ini. Dalam proses rekrutmen kita perlu menentukan klasifikasi orang-orang yang akan kita rekrut sesuai dengan kebutuhan tim atau organisasi yang kita kelola. Untuk itu, sebuah organisasi perlu menyiapkan berbagai sarana dan prasarana yang memungkinkan untuk dilakukannya proses tersebut. Kedua, pembinaan. Dalam sector apapun

29


(49)

factor sumber daya manusia (SDM) merupakan factor yang sangat menentukan. Oleh karena itu perlu memberikan perhatian yang serius pada aspek ini. Proses pembinaan dapat dilakukan melalui pendidikanraining dan bimbingan secara intensif. Melalui proses pembinaan ini nantinya diharapkanakan lahir sumber daya manusia yang bermutu, punya dedikasi, komitmen dan produktif. Untuk itu kita perlu menyiapkan adanya tools (seperti kurikulum)yang akan diberikan selama proses pembinaan ini dilakukan. Ketiga, bardayakan. Setelah bekalan yang diberikan dirasa cukup maka seseorang dapat diberdayakan atau ditempatkan pada sebuah posisi untuk melaksanakan tugasnya. Dalam hal ini kita harus

menempatkan seseorang sesuai dengan kemampuan yang dimiliki, “The right man in the right place”.

Dari ketiga aspek tersebut proses pembinaan adalah aspek yang harus terus dilakukan dalam proses regenerasi. Pembinaan diberikan kepada semua anggota organisasi di semua level. Dengan melihat tingkat kebutuhannya, dengan demikian kualitas mereka akan senantiasa terus meningkat, lebih produktif, dan senantiasa siap untuk menghadapi berbagai macam perubahan unutuk menghadapi berbagai macam perubahan yang menjadi tantangan bagi organisasi yang dikelola.

3. Pengertian aktivitas Dakwah

Kegiatan dakwah itu bukan hanya sisi ajakan (materi dakwah), tetapi

juga sisi pelakunya (da’i) juga pesertanya (mad’u), ia juga mempunyai


(50)

Rasulullah SAW, yakni bil hikmah, al mauidzoh hasanah, bil mujadalah bilati hiya ahsan. Intraksi aktif berdasarkan pemahaman yang komprehansif terhadap unsur-unsur dakwah di atas, niscaya akan berbeda baik pada pilihan aktivitas, maupun kepada kemungkinan hasil yang bisa di raih.

Kehidupan dakwah Rasulullah SAW. dan para sahabatnya, dalam seluruh dinamikanya, termasuk keberhasilan mereka memunculkan masyarakat madani di Madinah, yang merupakan koreksi terhadap masyarakat Yasrib dan Jahili, adalah contoh konkret keberhasilan berdakwah dalam pengertian yang komprehensif. itu semua tidak berlaku begitu saja, melainkan membutuhkan sebuah serangkaian perjuangan yang panjang tidak lepas dari apa yang sekarang biasa disebut dengan

‘amaliyyah al’idariyyah (aktivitas manajerial) sebagai usaha mewujudkan tujuan-tujuan dakwah dengan mempergunakan tenaga dan memanfaatkan sumber-sumber yang ada.

Saat ini salah satu fenomena yang sehari-hari dinikmati oleh publik islam di Indonesia, adalah merebaknya akivitas dakwah Islam. Dakwah tidak lagi hanya berada di tempat-tempat konvensional dakwah seperti

masjid, pesantren, dan majelis ta’lim. Dakwah kini bahkan sudah berada di

hotel-hotel, rumah sakit, radio, televisi bahkan melalui media internet dan menjamur di kantor-kantor pemerintah maupun swasta sekalipun.

Fenomena tersebut merupakan perkembangan yang menggembirakan sekaligus tantangan bagi para praktisi dakwah untuk tampil tetap dinamis


(51)

selalu meningkatkan intensitas, kejelasan visi dan pemahaman, dan bertindak lebih professional.

Sedangkan ungkapan dari professional itu sendiri tidak dapat dilepaskan dari hal yang terkait dengan apa yang dinamakan manajemen. Sementara itu Chester J. Barnard mengemukakan; Tidak ada suatu hal untuk akal modern seperti sekarang ini yang lebih penting dari administrasi dan manajemen.30

Dengan demikian, jika aktivitas dakwah dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip manajemen, maka image professional dalam dakwah akan terwujud pada kehidupan masyarakat. Dengan begitu dakwah tidak di pandang dalam objek ubudiyah saja akan tetapi diintrepetasikan dalam berbagai profesi. Inilah yang dijadikan inti dari pengaturan secara manajerial dalam dakwah. Sedangkan efektivitas dan efesiensi dalam penyelenggaraan dakwah adalah merupakan suatu hal mana yang harus mendapatkan prioritas.

Aktivitas dakwah dapat dikatakan berjalan secara efektif bila mana apa yang menjadi tujuan benar-benar dapat dicapai. Dan dalam pencapaiannya dikeluarkan pengorbanan-pengorbanan yang wajar. Atau lebih tepatnya jika kegiatan lembaga dakwah yang dilaksanakan menurut prinsip-prinsip manajemen akan menjamin tercapainya tujuan yang telah ditetapkan oleh lembaga yang bersangkutan dan akan menumbuhkan

30


(52)

sebuah citra (image) profesionalisme di kalangan masyarakat, khususnya

dari pengguna jasa dari profesi da’i.

Strategi yang didukung dengan matode yang bagus dan pelaksanaan program yang akurat, akan menjadikan aktivitas dakwah menjadi matang dan berorientasi jelas di mana cita-cita dan tujuan telah direncanakan. Karena tujuan dan cita-cita yang jelas dan realistis pasti akan mendorong dakwah mengikuti arah yang telah direncanakan.

Pandangan Islam dalam memandang manajemen berdasarkan teologi yang ada adalah dasar dari manusia yang memiliki potensi yang positif yaitu dilukiskan dengan istilah hanif.31 Potensi semacam ini didasari atas cara pandang seseorang dalam melakukan pengelolaan serta penilaian terhadap manusia. Keterkaitan manajemen dan watak hanif adalah watak hanif akan menyebabkan manusia cenderung untuk memiih yang baik dan benar dalam seluruh kehidupannya, sedangkan penilaian terhadap baik dan buruk akan sangat tergantung terhadap latarbelakang kehidupannya. Hal inilah yang kemudian langsung dengan kualitas, kuantitas serta produtivitas dari objek manajemen.

4. Ruang Lingkup Aktivitas Dakwah

Substansi dakwah adalah berporos pada ajakan untuk memikirkan Sesuatu yang terpenting tentang hidup dan mati, kebahagiaan atau siksaan abadi, kebahagiaan di dunia atau kesengsaraan, cahaya kebenaran atau

31

Muhammad Imanuddin, Islamisasi Ilmu Pengetahuan, edisi enuju Manajemen Islam,


(53)

gelapnya kapalsuan, kebajikan dan kesejahteraan, maka dakwah harus dilakukan dengan integritas penuh baik bagi para pendakwah atau pun objek dakwah.32

Dalam kaitan ini kegiatan manajemen dakwah berlangsung pada tataran kegiatan dakwah itu sendiri. Dimana setiap aktivitas dakwah khususnya dalam skala organisasi atau lembaga untuk mencapai suatu tujuan dibutuhkan sebuah pengaturan atau manajerial yang baik, ruang lingkup kegiatan dakwah merupakan sarana atau alat pembantu pada aktivitas dakwah itu sendiri.

Ruang lingkup dakwah akan berputar pada kegiatan dakwah, dimana aktivitas tersebut diperlukan seperangkat pendukung dalam mencapai

kesuksesan. Bila komponen dakwah yaitu da’i, mad’u, materi , media, tersebut diolah dengan penggunaan ilmu manajemen maka aktivitas dakwah akan berlangsung secara lancar sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Sebab bagaimanapun juga sebuah aktivitas apa pun itu sangat diperlukan sebuah pengelolaan yang tepat bila ingin dapat berjalan secara sempurna.

Unsur-unsur manajerial atau ‘amaliyyah al’idariyyah tersebut merupakan sebuah kesatuan yang utuh yang terdiri dari; takhthith (perencanaan strategi), Thanzhim (pengorganisasian), tawjih (pergerakan), riqabah (pengawasan dan evaluasi).33

32 Isma’il Al

-Faruqi, Lois Lamya Al-Faruqi, Atlas Budaya Menjelajah Khazanah Peradaban Gemilang Islam (edisi Indonesia), (Bandung: Mizan, 1998), hlm. 220.

33

Akrim Ridha, Menjadi Pribadi Sukses;Panduan Melejitkan Potensi Diri, (Bandung: Syamil Cipta Media, 2002), hlm. 60.


(54)

Takhthith (perencanaan strategi) secara alamiah merupakan bagian dari sunatullah, yaitu dengan melihat bagaimana Allah SWT. Menciptaka alam semesta dengan hak dan perencanaan yang matang disertai dengan tujuan yang jelas (QS. Shad; 27).34Takhthith dakwah merupakan starting point dari aktivitas manajerial dalam sebuah kegiatan berupa hal-hal yang terkait dalam memperoleh hasil yang optimal.

Thanzhim (pengorganisasian, penyusunan) dijelaskan bagaimana pengelolaan itu, yakni dilakukannya pembagian yang aplikatif dakwah dengan lebih terperinci (spesifik). Dengan demikian adalah suatu hal yang logis pula apabila pengorganisasian dalam sebuah kegiatan akan menghasilkan sebuah organisasi yang dapat digerakkan sebagai suatu kesatuan yang kuat.35 Pengorganisasian dalam pandangan Islam bukan semata-mata merupakan wadah akan tetapi lebih menekankan bagaimana pekerjaan dapat dilakukan secara rapi teratur dan sistematis (Ash-Shaff; ayat; 4).

Tawjih atau penggerakan dakwah merupakan inti dari manajemen dakwah itu sendiri. Dalam proses pergerakan ini semua aktivitas dakwah terlaksana. Dari sinilah aksi semua rencana dakwah akan terealisasi, di mana fungsi manajemen akan bersentuhan secara langsung dengan para pelaku dakwah. Dan dari sinilah proses perencanaan, pengorganisasian, dan pengendalian atau penilaian akan berfungsi secara efektif.

34

Didin Hafidhuddin , Hendri Tanjung, Manajemen Syari’ah dalam Prektik, (Jakarta: Gema Insani Press, 2002), hlm. 78.

35

Ahmad Fadli, Organisai dan Administrasi, (Kediri: Manhalun Nasyiin Press, 2002), hlm. 30.


(55)

Taqabah (pengawasan, evaluasi); Evaluasi dakwah dirancang untuk memberikan kepada orang yang dinilai dan orang yang menilai informasi mengenai hasil karya. Tujuan diberlakukan program evaluasi ini adalah untuk mencapai konklusi dakwah yang evaluatif atau memberi pertimbangan mengenai hasil karya serta mengembangkan karya dalam sebuah program. Sedangkan evaluasi dakwah penting karena dapat menjamin keselamatan pelaksaan dan peranan dakwah, mengetahui berbagai persoalan dan problematika yang dihadapi serta cara antisipasi dan penuntasan seketika sehingga akan melahirkan kemantapan bagi aktivitas dakwah dengan cara yang benar atau sesuai dengan tujuan. Disamping itu, evaluasi juga penting untuk mengetahui positif dan negatifnya pelaksanaan sekaligus dapat menghasilkan pengalaman praktis dan empirik yang dapat dipandang sebagai aset dakwah dan harakah yang harus diwariskan kepada generasi untuk dijadikan sebuah pelajaran.

110

Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia,

menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah kepada yang munkar, dan

beriman kepada Allah. Sekiranya ahli kitab beriman, tentulah itu lebih baik bagi mereka; di antara mereka ada yang beriman, dan kebanyakan mereka adalah orang-orang yang fasik. (Ali Imran: 110)


(56)

Di atas semua itu adalah masalah manajemen yang belum mendapat perhatian serius dalam kegiatan dakwah, yakni budgeting (mizaniyyah). Masalah ini tidak mendapat tempat yang selayaknya dalam dakwah. Ada pandangan bahwa kegiatan dakwah harus berjalan dalam jalur sebagai

upaya pengabdian dengan nuansa ibadah yang harus dilakukan oleh da’i dengan penuh keikhlasan. Da’i adalah penerus tugas suci yang di timbang terimakan dari Rasulullah SAW. Oleh sebab itu tidak layak bila mendapatkan imbalan dari kegiatan tersebut.

Hal inilah yang membuat kegiatan dakwah menjadi pekerjaan sambilan, bukan menjadi pekerjaan utama. Berdakwah menjadi profesi yang dilakukan dengan waktu penuh dan dengan perencaan serta kontrol yang optimal. Dalam kaitan inilah diperlukan manajemen yang akurat dan harus dilakukan oleh institusi dakwah dengan fungsi memberikan jaminan

hidup bagi para da’i dalam menjamin keberhasilan dakwah serta

keberlangsungannya dalam menjawab problema masyarakat yang dewas ini bertambah kompleks.


(57)

44

PROFIL USTADZ JEFRI AL BUKHORI

A. Profil Manajemen Uje Center 1. Sejarah

Dari profil sejarahnya Ustadz H. Jefri Al Bukhori maka ia mulai melakukan aktivitas dakwahnya yang berawal dari majelis taklim, musholla, dan masjid-masjid sehinngga dengan perlahan-lahan Ia dapat menjadi seperti sekarang ini, yang di kenal oleh masyarakat banyak dan dikagumi oleh seluruh kalangan.

Dari sinilah dengan jadwalnya yang semakin padat, maka ia pun membentuk tim manajemen dengan mebuat sebuah PT Uje Center yang tepatnya berdiri pada tanggal 20 November 2006.1

2. Visi, Misi dan Tujuan

Visi, misi dan tujuan dari Uje Center adalah selain sebagai manajemen dari ustadz Jefri Al-Bukhori sendiri, juga merupakan pusat kegiatan islami dan unit-unit usaha menopang kegiatan sosial serta kepedulian terhadap umat.

1

Azwar Heri Lubis, Manager Operasional Uje Center, wawancara pribadi, Jl.Radio Dalam Raya No.9D Jakarta Selatan, 7 September 2009


(58)

3. Struktur Organisasi Uje Center Struktur Uje Center terdiri dari: a. Pembina : (Ustadz Jefri Al Bukhori)

Beliau adalah yang memonitoring seluruh hasil kerja pada manajemen Uje Center.

b. Direktur Utama: (Ustadz Aswan Faisal, SE)

Beliau adalah yang mengarahkan dan bertanggung jawab dalam semua aktivitas yang dilakukan oleh manajemen Uje Center. c. Direktur: (H. Fajar Sidik)

Beliau bertugas menerima hasil kegiatan dan mengoreksinya, lalu memusyawarahkannya kepada Direktur Utama dan Pembina. d. Manager Operasional: (Azwar Heri Lubis, SS)

Beliau adalah penanggug jawab dari sukses atau tidaknya hasil dari aktivitas dakwah Ustad Jefri Al Bukhori. Karena beliau yang memantau langsung segala kegiatan dari manajemen Uje Center Dan beliau yang lebih sering terjun di lapangan dan menghendel segala sesuatu yang terjadi pada manajemen Uje Center. dalam manajemen Uje Canter terdapat beberapa staff yakni: staff keuangan, staff penjadwalan, staff lapangan, dan staff IT.


(59)

4. Program

Adapun kegiatan yang telah dilakukan dan masih berjalan ialah: a. Nada Dakwah dengan dengan tema peduli Muharram 1427 H di

lapangan Sumantri Brojonegoro pada tanggal 3 Februari 2006

b. Peduli gempa Jogjakarta dan Jawa Tengah dan sekitarnya dengan mendirikan posko sejumlah 21 posko, antara lain di Kosogan, Lingo, Pleret dan Jatiwarna (Klaten)

c. Sahur on the road d. Tadabur Alam e. Haji dan Umroh f. Kursus Tahfidz Qur’an g. Kursus Bahasa Arab

h. Kursus Nagham Tilawatil Qur’an i. SOMSE (Solusi Menikah Segera) j. Pengajian I Like Monday

k. Pengajian Muallaf l. Pelatihan Motivasi

m. Uje Center kerjasama dengan Plasma Content Provider 19 Juni 2006 sampai sekarang, kami bekerjasama dengan Provider SMS Obat Hati, SMS ini dibuat dengan maksud agar para jamaah dari ustadz Jefri bisa langsung berinteraksi menerima pesan dengan beliau melalui pengiriman kalimat bijak sebagai penenang hati dan Launching Website Uje Center: www. Ujecentre.com.


(60)

n. Uje Tausiyah di acara Cahaya Hati Anteve 2009. o. Uje Tausiyah di acara Carmin Hati Global TV 2009.

p. Uje Tausiyah di acara Indahnya Kebersamaan Bulan Ramadhan Indosiar 2008.2

B. Profil Ustadz Jefri Al Bukhori 1. Profil Ustadz Jefri Al Bukhori

Ustadz H. Jefri Al Bukhori lahir di Budi Rahayu, 12 April 1973. Ustadz.H. Jefri anak ke-3 dari 5 bersaudara yang ayahnya bernama Alm. H. Ismail Modal dan Umminya bernama Ustadzah. Hj. Tatu Mulyana. Kakak pertama Ustadz Jefri bernama Alm. Ustadzah. H. Abdullah Riyad, kaka kedua Ustadz.H. Aswan Faisal, adik yang keempat H. Decky Fajar dan yang kelima Ustadzah. Hj. Nona. Ustadz Jefri menikah dengan Dian Irawati pada 7 September 1999 dan mempunyai tiga anak yang bernama Adiba Khanza Az-Zahra, Mohammad Abidzar Al-Ghifari, Ayla Azuhro Ataya Bilal Rizqullah.

Ketika masa kecilnya Ustadz H. Jefri Al Bukhori sama seperti anak-anak yang lainnya, Ia di beri anugerah oleh Allah SWT yakni diberikan kemudahan dalam mempelajari dan membaca al-Qur’an. Hal ini berkat kerja keras dan bimbingan orang tuanya dalam mendidik anak-anak agar menjadi soleh dan solehah. Hal ini terbukti pada saat Ustadz Jefri Al Bukhori duduk dibangku sekolah kelas 3-5 SD Ia pernah meraih prestasi

2

Meili Susanti dan M. Jarkasih, Staff Penjadwalan dan staff IT Uje Center,


(61)

pada lomba MTQ (Musabaqah Tilawatil Qur’an) sampai tingkat

propinsi.Tamat SD, Ustadz Jefri Al Bukhori bersama kedua kakaknya mengikuti pesantren Modern di Da ar el Qolam Gintung, Balaraja Tangerang selama 4 Tahun.

Pada masa lalu, Ustadz H. Jefri Al Bukhori memiliki dua kepribadian yakni, pertama, pada masa sekolah Ia rajin mengikuti kegiatan rohis atau pengajian di sekolahnya, dan kebriadiannya yang kedua, ialah Ia telah salah pergaulan, Ia terbawa arus lingkungan oleh teman-temannya yang senang mengkonsumsi narkoba dan suka dunia gemerlap. Sampai-sampai Ia bersama teman-teman pengajiannya mengkonsumsi obat-obatan bareng di kantin sekolahnya. Pada tahun 1991 Ustadz H. Jefri Al Bukhori pernah menjadi dancer di salah satu Club malam di Jakarta. Sehingga pada suatu saat Ustadz H. Jefri Al Bukhori bertemu dengan seseorang yang tidak ia kenal yang pada akhirnya orang tersebut mengajaknya ke dunia entertainment untuk bermain sinetron di salah satu stasiun TV, sehingga pada akhirnya ia mendapatkan prestasi terbaik sebagi aktor dalam sinetron Sayap Patah di TVRI.

Hal yang menyadarkan Ustadz H. Jefri Al Bukhori dari kehidupan yang semu tersebut yang selama ini ia jalani yaitu, ketika Ustadz H. Jefri Al Bukhori melaksanakan ibadah Umroh ketanah suci Mekkah Almukarromah dengan Ibu dan kakaknya untuk kembali kejalan Allah dan

bertaubat. Pada saat Ia bersandar di Ka’bah Ia membentur-benturkan kepalanya sampai Ia menagis dan dengan penuh penyesalan Ia meminta


(62)

ampun kepada Allah SWT agar dosa-dosa yang selama ini Ia lakukan dapat diampuni oleh yang maha kuasa. Berawal dari pertaubatan tersebut Uje pun sempat mendapat amanah dari kakak tertuanya alm. Ustdz. H. Abdullah Riyad untuk melanjutkan dakwahnya di Jakarta. karena, alm. Utdz. H. Abdullah Riyad mendapat kepercayaan dari MUIS (Majlis Ugame Islam Singapura) untuk menjadi seorang Imam besar di Masjid Haji Mohammad Soleh, yang lokasinya bersebelahan dengan Maqam Habib Nur Al-Habsyi, Palmer Road, Singapura. Dari situlah Ustadz H. Jefri Al Bukhori mulai melakukan aktivitas dakwahnya yang berawal dari Majelis taklim, Musholla, dan Masjid-masjid Sehinngga dengan perlahan-lahan Ia dapat menjadi seperti sekarang ini, yang dikenal oleh masyarakat banyak dan dikagumi oleh seluruh kalangan.

Dari proses yang sangat sulit tersebut, akhirnya Ustadz H. Jefri Al Bukhori dapat berubah secara perlahan atas dukungan, kesabaran, dan ketabahan orang-orang disekelilingnya yang selalu setia mendampinginya. Selain itu, hidayah yang telah diberikan oleh Allah SWT serta bimbingan-Nya pun dapat memberikan rasa ketenangan dalam menjalani kehidupannya dan untuk mulai mencintai Allah SWT, mencintai Rasulullah SAW, mencintai orang tua, orang-orang disekelilingnya dan mencintai sesamanya.


(63)

2. Biografi Ustadz Jefri Al-Bukhori

a. Kelahiran dan Pendidikan Serta Keluarga Ust. Jefri Al Bukhori Jefri Al-Bukhori memiliki nama populer Uje, adalah seorang pendakwah atau ustad yang tampil dengan mengemas bahasa dakwahnya dengan bahasa-bahasa anak muda. Sehingga Uje kerap juga dipanggil sebagai ustadz gaul.

Ada pesona dalam dakwahnya. Jiwa seni dan pengalaman hidup telah membentuknya menjadi mubaligh yang imajinatif dan komunikatif.

Terlahir dari pasangan mubaligh Alm. Ustadz H. Ismail Modal dan Ustadzah Dra. Hj. Tatu Mulyana, pada tanggal 12 April 1973. ia dibesarkan dengan disiplin keagamaan yang ketat. Kedua orang tuanya yang memperkenalkan agama kepada kelima anaknya, di luar belajar madrasah. Tanda-tanda kenakalannya sendiri, diakuinya telah nampak sejak kecil. Namun, saat itu lingkungan keluarganya yang taat beragama masih bisa mambuatnya menyukai pelajara agama, terutama seni membaca al-Qur’an..3

semula akrab pada gaya hidup pergaulan remaja metropolis dan kini menjadi “pemandu” budi pekerti dengan warna ruhaniyah yang sangat kental sekali serta membaktikan hidupnya untuk

3


(1)

Jawaban: mengelola dan mensyiarkan dakwah Islam untuk para jamaah. 9. Bagaimana implementasi strategi manajemen Uje Center?

Jawaban: Implementasi strategi untuk manajemen Uje Center dalam bentuk melayani dan membantu para jamaah yang ingin belajar tentang Islam dan mengikuti suatu kegiatan Ustadz Jefri di berbagai tempat, selain itu Uje center juga menerima curhat dan konsultasi dari berbagai jamaah dan untuk menjalin silaturrahmi.

10.Bagaimana implementasi struktur pada manajemen Ujer Center? Jawaban:

STRUKTUR ORGANISASI UJE CENTER

.Pembina : (Ustadz Jefri Al Bukhori)

Beliau adalah yang memonitoring seluruh hasil kerja pada manajemen Uje Center.

2. Direktur Utama: (Ustadz Aswan Faisal, SE)

Beliau adalah yang mengarahkan dan bertanggung jawab dalam semua aktivitas yang dilakukan oleh manajemen Uje Center.

3. Direktur: (H. Fajar Sidik)

Beliau bertugas menerima hasil kegiatan dan mengoreksinya, lalu memusyawarahkannya kepada Direktur Utama dan Pembina.

4. Manager Operasional: (Azwar Heri Lubis, SS)

Beliau adalah penanggug jawab dari sukses atau tidaknya hasil dari aktivitas dakwah Ustad Jefri Al Bukhori. Karena beliau yang memantau langsung segala kegiatan dari manajemen Uje Center Dan beliau yang


(2)

lebih sering terjun di lapangan dan menghendel segala sesuatu yang terjadi pada manajemen Uje Center. dalam manajemen Uje Canter terdapat beberapa staff yakni: staff keuangan, staff penjadwalan, staff lapangan, dan staff IT.

11.Seperti apakah budaya organisasi pada manajemen Uje Centert?

Jawaban: tidak di beda-bedakan/membedakan dari masing-masing kultur/budaya setiap karyawan Uje Center.

12.Bagaimana gaya kepemimpinan pada manajemen Uje center? Jawaban: Jujur, adil, dan bijaksana (Demokratis).

13.Apa saja lingkup program manajemen Uje Center? Jawaban:

a. Pengajian bulanan setiap minggu ke 3 hr senin jam 19.00-21.00 di masjid pondok indah bersama Ustadz Jefri Al Bukhori.

b. Konsultasi muallaf setiap sabtu ke 2 (1 bln 1x) jam 13.00-14.00 bersama Ustadz Kokoliem.

c. Pengajian remaja Azzahra setiap minggu ke 2 (1 bln 1x) jam 13.00-15.00. d. SOMSE (solusi menikah segera) setiap sabtu ke 2 jam 09.00-11.00

bersama Ustadz Aswan dan Kokoliem.

e. Tadabur alam bersama Ustadz Jefri Al Bukhori (1thn 1x). f. Kursus tahfidz Qur’an, bahasa Arab dan Naghom.

g. Haji dan Umroh.

h. Pondok pesantren yatim (AS-SHOHABAH). i. Saur on the road .


(3)

14.Bagaimana pemantauan kinerja pada manajemen Uje Center? Jawaban: setiap masing-masing staff selalu koordinasi.

15.Upaya apa yang dilakukan kedepan oleh manajemen Uje Center dalam mengembangkan pengelolaan aktivitas dakwah Ustadz Jefri Al Bukhori? Jawaban: mensyiarkan Islam dalam bentuk media elektronik, seperti: website, email, fashbook, frienster, media televisi dan media lainnya. Sedangkan media cetaknya adalah memberikan artikel-artikel Islam di berbagai Koran dan majalah.

16.Upaya apa saja yang dilakukan oleh manajemen Uje Center dalam mempertahankan popularitas ustadz Jefri Al Bukhori sebagai da’i yang kondang dan terkenal seperti sekkarang, dalam menghadapi persaingan yang semakin maju pada saat ini?

Jawaban: manajemen selalu memberikan motivasi dan saran atau memberitahukan berita yang terbaru tentang Islam, supaya Ustadz Jefri dapat memberikan ceramah dengan berbagai cara.

17. Bagaimana rencana dan perkembangan Uje Center kedepan?

Jawaban: Insya Allah akan mendirikan pondok pesantren yatim gratis khususnya bagi anak yatim yang tidak mampu atau tidak punya kedua orang tuanya lagi.


(4)

Foto saat observasi wawancara bersama tim manajemen UJE Center


(5)

Foto bersama tim manajemen UJE Center


(6)

Foto di kantor tim manajemen UJE Center