64
BAB V
PEMBAHASAN
5.1. Pembahasan
5.1.1. Suhu Media
Suhu media sebagai variabel perancu dapat mempengaruhi hasil penelitian, maka dari itu suhu harus diukur dan dikendalikan. Cara yang
dilakukan adalah dengan melakukan pengujian pada ruang yang mempunyai alat pengukur suhu dan besarnya suhu diamati, sehingga suhunya dikondisikan
stabil. Pengukuran suhu pada tempat pengujian dari awal sampai akhir selama pengamatan 24 jam, didapatkan hasil dimana suhu pada saat pengujian stabil
yaitu 28
o
C. Pada air yang agak dingin suhu rendah perkembangan larva lebih lambat, demikian juga keterbatasan persediaan makanan juga menghambat
perkembangan larva. Suhu pada saat penelitian memenuhi standar suhu untuk pengujian yaitu 28
o
C. Menurut Ridha, dkk 2013 menunjukkan bahwa pada suhu air 27
C atau 30 C tidak ditemukan keberadaan larva Aedes aegypti
dengan presentasi sebanyak 75,1. Suhu pada masing-masing media uji tersebut tidak mempengaruhi
pertumbuhan larva karena termasuk dalam kriteria pertumbuhan larva yaitu 20- 30
C Costa et al, 2010; Padmanabha et al, 2011. Berdasarkan hasil pengukuran tersebut, apabila terjadi perbedaan jumlah kematian larva Aedes
aegypti antar media uji, maka perbedaan tersebut tidak disebabkan oleh suhu media uji melainkan karena perbedaan konsentrasi pada bahan uji dalam setiap
cup test.
5.1.2. pH Media
pH media merupakan variabel perancu yang dapat mempengaruhi hasil penelitian. Oleh karena itu pH media uji harus diukur untuk mengetahui
perubahan pH pada media akibat penambahan infusa biji buah pepaya Carica papaya L.. Pengukuran pH media uji dilakukan pada awal dan akhir penelitian
selama pengamatan 24 jam. Semakin kecil pH, maka angka kematian jentiklarva semakin besar dan cepat. Menurut Nopianti, dkk 2008, pH
optimal untuk pertumbuhan dan perkembangan larva Aedes aegypti yaitu pada 5-6.
Pada pengukuran pH masing-masing media uji, pada kelompok kontrol menunjukkan pH air normal yaitu 7 baik pada pH awal maupun pH akhir.
Penambahan infusa biji buah pepaya menyebabkan keasaman pH media uji menjadi 6 pada konsentrasi 1 baik pada pH awal maupun pH akhir. Hasil lain
menunjukkan pH menjadi 5 pada konsentrasi 1,5, 2, dan 2,5 baik pada pH awal maupun pH akhir. Hasil pengukuran pH ini, tidak mempengaruhi
kematian larva Aedes aegypti karena kehidupan larva Aedes aegypti pada air perindukan dari telur sampai dengan menetas menjadi nyamuk dewasa dapat
bertahan hidup pada kisaran pH 4,4 sampai 9,3. Larva ini berkembang optimal pada pH 7 Sukamsih, 2006. Hal tersebut menunjukkan bahwa pH media tidak
mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan larva Aedes aegypti selama pengujian dilakukan. Derajat keasaman pH air perindukan merupakan faktor
yang sangat menentukan kelangsungan hidup dan pertumbuhan larva Aedes aegypti
Semakin rendah pH-nya maka semakin tinggi pula tingkat kematian larva. Larva akan mati pada pH ≤ 3 dan ≥ 12 Sayono, 2011
5.1.3. Umur Larva Nyamuk Aedes aegypti