Superstruktur Skematik Analisis Teks dalam Buku “Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan

dapat dicantumkan atau tidak, tergantung dari kepentingan penulis. Latar digunakan untuk mengarahkan makna dari suatu teks hendak dibawa kemana. Latar yang ditampilkan dapat sesuai dengan kehendak penulis atau bahkan bertentangan dengan pendapatnya. Latar dalam teks ini terdapat pada pendahuluan buku ini dan kata pengantar dari sang penulis. Latar belakang dituliskannya buku ini adalah dimotivasi oleh keadaan penulis yang mengalami sebuah proses pencarian panjang akan jati diri dan makna hidupnya hingga merasa tersiksa jiwanya, pencarian itu begitu memporakporandakan hidupnya hingga akhirnya menghancurkan semua yang ia miliki. Hal ini memunculkan keinginan kuat baginya untuk menulis dan juga berbagi terutama kepada orang-orang yang mengalami hal serupa juga kepada semua orang yang membaca buku ini. Dengan menulis itulah, perjalannan pencariannya semakin intens dan fokus. Dalam tulisan tersebut penulis mencoba mengaitkan intelektualitas, mentalitas, dan nilai spiritulitas agar dapat menjadi satu kesatuan yang utuh. Penulis juga melakukan studi literatur dan membaca berbagai buku bacaan sebagai referensi. Hingga akhirnya jawaban atas pencarian spiritual penulis dapatkan ketika tulisan tersebut usai. Dan dari situlah ia memamhami, ternyata membangun karakter manusia yang utuh tidak cukup hanya dengan mempergunakan akal semata, namun dibutuhkan mentalitas atau kemampuan humanitas. Meski kedua hal tersebut sudah cukup membuat sukses dalam ukuran materi dan sosial duniawi, ternyata manusia masih membutuhkan satu dimensi lain, yaitu spiritualitas yang menjawab tentang makna tertinggi kehidupan ruhani. Namun sayangnya, konsep-konsep berpikir yang sudah berkembang saat ini lebih mengarah pada pemisahan kepentingan duniawi dan kebahagiaan ruhani yang cendrung hanya kepada aspek akhirat dan yang cenderung hanya ke aspek dunia saja. Ia sangat mengkhawatirkan dikotomisasi aspek akhirat dan duniawi yang saat ini semakin curam tak terkendali. Ia juga membayangkan bagaimana jika dikotomisasi aspek akhirat dan duniawi ini menjadi dua opsi yang harus ditentukan, bisa dipastikan erosi kehidupan masyarakat kita akan terjadi. Hal ini secara nyata tercermin dalam bentuk hilangnya Iman, juga hancurnya daya tarik spiritual. Latar belakang ini jugalah yang membuat penulis ingin mengangkat kembali Rukun Iman, Rukun Islam, dan Ihsan sebagai wujud manifestasi nilai-nilai Ilahiah penuntun kehidupan manusia dalam mencapai kesuksesan duniawi maupun kebahagiaan yang sesungguhnya ruhani. 2 Detil Detil dalam kerangka analisis Van Dijk ialah berita mana yang disampaikan secara mendetail dan berita mana yang ditampilkan secukupnya saja. Detil lebih merupakan kepada bentuk strategi penulis yang ingin mengekspresikan sikapnya dengan cara sembunyi-sembunyi implisit. Detil berhubungan dengan kontrol informasi yang ditampilkan oleh penulis. Dalam teks ini hal yang ingin ditekankan oleh Ary Ginanjar adalah pemaknaan sebuah harta karun yang nilainya tak terukur tingginya, dia-lah Rukun Iman, Rukun Islam, dan khusunya Ihsan. Bahwasanya Rukun Iman, Rukun Islam, dan Ihsan bukan hanya sebuah ajaran ritual semata, tetapi memiliki makna maha penting dan maha dahsyat dalam pembangunan kecerdasan emosi dan spiritual ESQ sebuah bangsa. Adapun Ihsan, Rukun Iman, dan Rukun Islam di samping sebagai petunjuk bagi umat Islam, sejatinya inti di dalamnya juga merupakan pembimbing dalam mengenali ataupun memahami perasaan kita sendiri, perasaan orang lain, memotivasi diri, serta mengelola emosi dalam berhubungan dengan orang lain. Hal inilah yang mendasari pemikiran penulis bahwa semua itu adalah sebuah metode pembangunan emosional dan spiritual yang didasari oleh hubungan antara manusia dengan Tuhannya, yakni hubungan vertikal. Namun pada pembahasan kali ini hanya difokuskan pada pembahasan mengenai Ihsan yang merupakan sumber suara hati fitrah pada manusia. Sebagimana yang tertera dalam dalam teks berikut: Suara hati fitrah adalah kunci spiritual, karena ia adalah fitrah. Keinginan diperlakukan adil, keinginan hidup sejahtera; keinginan mengasihi dan dikasihi, adalah bukti adanya perjanjian spiritual antara manusia dengan Tuhan. Bandingkan dengan literatur-literatur Barat yang menjelaskan tentang kecerdasan emosi