Struktur Mikro Analisis Teks dalam Buku “Rahasia Sukses Membangun Kecerdasan
sembunyi-sembunyi implisit. Detil berhubungan dengan kontrol informasi yang ditampilkan oleh penulis.
Dalam teks ini hal yang ingin ditekankan oleh Ary Ginanjar adalah pemaknaan sebuah harta karun yang nilainya tak terukur
tingginya, dia-lah Rukun Iman, Rukun Islam, dan khusunya Ihsan. Bahwasanya Rukun Iman, Rukun Islam, dan Ihsan bukan hanya
sebuah ajaran ritual semata, tetapi memiliki makna maha penting dan maha dahsyat dalam pembangunan kecerdasan emosi dan
spiritual ESQ sebuah bangsa. Adapun Ihsan, Rukun Iman, dan Rukun Islam di samping
sebagai petunjuk bagi umat Islam, sejatinya inti di dalamnya juga merupakan pembimbing dalam mengenali ataupun memahami
perasaan kita sendiri, perasaan orang lain, memotivasi diri, serta mengelola emosi dalam berhubungan dengan orang lain. Hal inilah
yang mendasari pemikiran penulis bahwa semua itu adalah sebuah metode pembangunan emosional dan spiritual yang didasari oleh
hubungan antara manusia dengan Tuhannya, yakni hubungan vertikal. Namun pada pembahasan kali ini hanya difokuskan pada
pembahasan mengenai Ihsan yang merupakan sumber suara hati fitrah pada manusia. Sebagimana yang tertera dalam dalam teks
berikut: Suara hati fitrah adalah kunci spiritual, karena ia adalah
fitrah. Keinginan diperlakukan adil, keinginan hidup sejahtera; keinginan mengasihi dan dikasihi, adalah bukti adanya perjanjian
spiritual antara manusia dengan Tuhan. Bandingkan dengan literatur-literatur Barat yang menjelaskan tentang kecerdasan emosi
dan spiritual, namun tak mampu mengidentifikasi dari mana sumber suara hati fitrah tersebut.
Dari teks tersebut penulis menunjukkan secara implisit betapa hebatnya sebuah konsep Islam atau literartur Islam yang ia
paparkan dalam buku ini mampu menjelaskan dari mana sumber suara hati fitrah yang ada pada diri manusia berasal. Ia juga
menjelaskan suara hati fitrah merupakan kunci spiritual pada yang ada pada diri manusia yang merupakan sumber kebenaran yang
hakiki dan merupakan bukti adanya perjanjian spiritual antara manusia dengan Tuhannya. Berbeda halnya dengan konsep-konsep
Barat atau literatur-literatur Barat yang menjelaskan kecerdasan emosi dan spiritual namun tidak mampu menjelaskan dari mana
sumber suara hati fitrah itu sesungguhnya berasal. Menurut Cak Nun, “Ihsan” itu kebaikan yang lahir murni dari nurani manusia.
Jadi apa yang dikatakan Cak Nun tentang Ihsan adalah manifestasi dari suara hati fitrah yang dikamsud oleh Ary Ginanjar Agustian.
3 Maksud
Maksud merupakan elemen yang melihat apakah teks atau cerita yang dibuat oleh pengarang disampaikan secara eksplisit atau
implisit. Elemen maksud dalam buku ini banyak disampaikan secara eksplisit atau terbuka. Salah satu teks yang terdapat dalam
cerita itu adalah mengenai penjelasan tentang pentingnya hati yang murni fitrah dalam mencapai suatu kebenaran atau kebaikan.
“Dibutuhkan kejernihan hati sebelum mencari dan menemukan kebenaran,” kebenaran yang sesuai dengan kehendak
Allah Sang Pencipta.
Apa yang dimaksud pada teks diatas sejalan dengan apa yang diakatakan oleh Syeikh Muhammad Hisyam Al-Kabbani,
Ihsan yang merupakan aspek ketiga dari agama dikenal sebagai aspek ruhani. Aspek ini dimaksudkan untuk menyadarkan manusia
taktala ia hendak mempertautkan aspek pertama dan kedua yaitu Iman dan Islam, serta memperingatkan bahwa Allah selalu hadir
dan mengawasi-nya. Ia harus mempertimbangkan hal ini ketika berpikir dan bertindak, maka ia harus terus menjaga kesadaran
dalam hatinya bahwa Allah ada dan mengawasinya. Ia harus sadar bahwa Allah mengetahui setiap saat dan hingga hal terkecil.
Dengan begitu ia akan mencapai keadaan sempurna, suatu keadaan ketika ia merasakan kebahagian ruhani dan cahaya pengetahuan
yang langsung diberikan Allah ke dalam hatinya. Di sini sangat jelas bahwa informasi yang terdapat dalam
teks tersebut disajikan secara terbuka. Dengan begitu, para pembaca dapat dengan mudah mengetahui maksud dari teks
tersebut tanpa harus mencari maksud lainnya. b.
Sintaksis Sintaksis adalah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan
seluk-beluk wacana, kalimat, klausa, frase. Dalam hal ini menerangkan tentang bagaimana pengarang menggunakan kalimat
hingga menjadi satu kesatuan. Elemen sintaksis merupakan suatu metode analisis Van Dijk untuk melihat pilihan kalimat apa yang
disusun penulis dalam menampilkan diri sendiri secara positif dan lawan secara negatif.
1 Koherensi
Koherensi adalah pertalian atau jalinan antarkata, atau kalimat dalam teks. Dua buah kalimat yang menggambarkan fakta
yang berbeda dapat dihubungkan sehingga tampak kohern. Koherensi merupakan elemen wacana untuk melihat bagaimana
seseorang penulis secara strategis menggunakan wacana untuk menjelaskan suatu fakta atau peristiwa. Apakah peristiwa itu
dipandang saling terpisah, berhubungan atau malah sebab akibat. Biasanya hubungan antar kalimat ini dihubungkan dengan kata
hubung dan, akibat, tetapi, lalu, karena, meskipun. Dalam teks ini terdapat bentuk koherensi disaat
menjelaskan tentang perbandingan reaksi positif dan negatif yang ditimbulkan dari seseorang. Koherensi dalam kalimat ditandai
dengan kata penghubung “atau” yang bermakna pilihan tindakan. “Setiap diri telah dikarunia oleh Tuhan sebuah jiwa, yang
dengan jiwa itu, ia bebas menentukan pilihan reaksi. Bereaksi positif atau negatif, bereaksi berhenti atau melanjutkan, berekasi
marah atau sabar, bereaksi reaktif atau proaktif, berekasi baik atau buruk.”
Penggunaan kata hubung “atau” dalam teks di atas berfungsi menghubungkan antar kalimat. Fungsi dari kata
penghubung “atau” ingin menjelaskan secara implisit tersembunyi bahwa kita harus menentukan pilihan reaski yang
baik atau positif ketika kita mengalami berbagai masalah atau suatu
hal yang terjadi pada diri kita. Dengan begitu kita akan mendapatkan manfaat yang dapat menguntungkan diri kita dan
orang lain. Demikian ini dikarenakan banyak orang yang tidak cerdas dalam menentukan reakasi positif, hingga akhirnya reaksi
tersebut berbuah negatif dan dapat merugikan dirinya bahkan orang lain.
Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan oleh Emha Aninun Nadjib, yakni Ihsan berarti yang terbaik. Rasulullah
menegaskan agar kita meneladani karakter Allah. Dan karakter tertinggi Allah diyakni adalah ihsan. Di dalam Alq
ur’an surat Ar- Rahman ayat 60 : “Tidak ada balasan Ihsan kecuali Ihsan”. Kalau
kita melakukan yang terbaik maka Allah pasti akan memberikan yang terbaik. Hal ini bukan hanya untuk orang muslim tapi untuk
setiap manusia. 2
Bentuk kalimat Bentuk kalimat merupakan salah satu bagian dari analisis
teks sintaksis yang berhubungan dengan cara berpikir logis, yaitu prinsip kausalitas. Prinsip kausalitas menjelaskan tentang susunan
kalimat yang terbentuk dari subyek, predikat dan obyek. Bentuk kalimat yang dipilih merupakan kalimat yang dianggap sangat
layak untuk dianalisis terutama diambil kalimat yang berhubungan dengan tema.
Jernihkan hati, bebaskan fitrah dari belenggu, lontarkan 7 belenggu “batu jumrahmu”.
Dari keterangan di atas dapat dijabarkan sebagai berikut:
Jernihkan hati, bebaskan fitrah dari belenggu, P O
P O
K lontarkan 7 belenggu batu jumrahmu
P O
K Dari teks di atas, betuk kalimat yang banyak digunakan oleh
penulis dalam buku ini menggunakan bentuk kalimat aktif, ini ditandai dengan adanya penonjolan inti kalimat yang ditempatkan
di awal atau bagian muka dimana subjeknya tersembunyi di dalam predikatnya, kemudian disusul dengan objek dan keterangan
tambahan khusus ditempatkan kemudian sebagai penjelasan dari apa yang ditekankan. Hal ini ditandai dengan banyaknya
kesimpulan yang menggunakan kalimat aktif dalam sub bab pada buku ini.
3 Kata Ganti
Kata ganti merupakan alat yang dipakai oleh komunikator untuk menunjukkan di mana posisi seseorang dalam wacana.
Dalam mengungkapkan sikapnya, seseorang dapat menggunakan kata ganti “saya” atau “kami” yang menggambarkan bahwa sikap
tersebut merupakan sikap resmi komunikator semata-mata. Tetapi, ket
ika memakai kata ganti “kita” menjadikan sikap tersebut sebagai representasi dari sikap bersama dalam suatu komunitas tertentu.
Batas antara komunikator dengan khalayak dengan sengaja dihilangkan untuk menunjukkan apa yang menjadi sikap
komunikator juga menjadi sikap komunitas secara keseluruhan. Dalam bagian satu buku ini, banyak terdapat penggunaan
kata ganti “ia” dan “kita”. Penggunaan kata ganti ia di dalam teks
ini ialah merujuk pada beberapa contoh seseorang dalam berbagai kisah kehidupan yang dituliskan penulis seperti dalam paragraf di
bawah ini: “Ia bebas memilih prinsipnya, mempertahankan
keyakinannya, apa pun resikonya yang akan dihadapi. Ia mampu memisahkan fisiknya yang terbelenggu dengan hatinya yang bebas
merdeka. Batu besar itu memang menghimpit tubuhnya, namun tidak mampu membelenggu jiwanya. Bahkan, ia tidak pernah
mengizinkan pikurannya merasa terbelenggu. Inilah konsep ZMP.” Dari teks di atas, penulis menggunakan kata ganti “Ia”,
Maksud dari kata ganti ia dalam teks di atas merujuk pada contoh teladan dalam sebuah film layar lebar akan kepandaian seseorang
dalam menentukan reaksinya dan berpikir merdeka sekalipun dalam keadaan terhimpit. Dimana teks di atas merujuk pada sebuah
contoh yang di ambil dari aktor utama dalam film “Life Is
Beautiful” peraih penghargaan piala oscar yang sarat akan makna dan nilai kehidupan, khususnya kemerdekaan berpikir dalam segala
siatuasi yang sulit sekalipun. Sedangkan penggunaan dengan kata ganti “kita”
menunjukkan sikap, tindakan, atau nilai sebagai nilai bersama, artinya apa yang menjadi sikap komunikator juga menjadi sikap
bersama secara keseluruhan. Dan kata ganti kita juga berarti menunjukan tidak adanya batas antara penulis dan khalayak, karena
pendapat khalayak diwakilkan oleh penulis. Seperti pada contoh berikut:
“Kita sesungguhnya memiliki kebebasan untuk memilih reaksi terhadap segala sesuatu yang terjadi atas diri kita. Kitalah
penanggung jawab utama atas sikap yang kita ambil, bukan
lingkungan kita. Diri kita sendiri sesungguhnya penentu pilihan tersebut.”
“Contoh-contoh di atas diungkapkan agar kita menyadari bahwa manusia sebenarnya memiliki suara hati fitrah yang sama,
universal, da terekam dalam God Spot, dengan syarat hati manusia berada dalam kondisi fitrah. Inilah yang disebut dalam kesadaran
spirutual.” “Bukti suara hati murni fitrah juga bisa dirasakan misalnya
ketika kita menyaksikan tayangan film yang menonjolkan kasih sayang atau makna kesetiaan.”
“Maka jelaslah, bisikan suara hati fitrah sesungguhnya senantiasa meberi informasi, dan menjadi pengendali langkah serta
penentu prioritas dalam kehidupan kita sehari- hari.”
“Kita sering membandingkan sesuatu dengan pengalaman sebelumnya dan konsep yang kita ciptakan sendiri. Saaat melihat
kotak-kotak itu, secara spontan dan tanpa disadari, kita akan membandingkannya dengan yang ada di pikiran kita. Sementara,
orang lain juga melakukan hal yang sama berdasarkan pikiran mereka sendiri. Itulah yang menyebabkan
perdebatan alot terjadi.” “Terhadap segala informasi yang masuk, kita sebaiknya
men-zero-kan hati kita dan selalu berpikir melingkar menggunakan suara hati fitrah”
Kalimat-kalimat di atas menunjukkan banyaknya kata ganti “kita” yang digunakan oleh penulis dalam buku ini. Hal ini
menandakan adanya kebersamaan nilai yang dianut oleh penulis dengan apa yang dianut oleh khalayak. Dengan kata lain, penulis
mewakilkan apa yang seharusnya dilakukan oleh khalayak dengan berbagai rekasi positif atau perbuatan yang terpuji, khusunya dalam
menggunakan suara hati fitrah dalam setiap keadaan yang dihadapi. c.
Stilistik Elemen stilistik leksikon merupakan salah satu elemen
wacana Van Dijk yang menganalisis teks dengan cara melihat bentuk pemakaian kata seperti apa yang dipakai dalam teks. Terdapat kata
yang mempunyai berbagai macam kesamaan. Dari kesamaan kata-kata
tersebut mana yang lebih dipakai dalam teks oleh penulis. Misalnya ka
ta ”meninggal”, mempunyai kata lain: mati, tewas, gugur, terbunuh, menghembuskan nafas terakhir, dan sebagainya. Di antara berbagai
kata tersebut seseorang dapat memilih di antara pilihan kata yang tersedia. Pemilihan kata tertentu oleh penulis menunjukkan bagaimana
pemaknaan seseorang terhadap fakta atau realitas, selain itu pemilihan kata tertentu juga mengisyaratkan penggambaran dari sikap penulis
yakni bagaimana pihak musuh digambarkan secara negatif sedangkan pihak sendiri digambarkan secara positif.
Pada bagian satu teks buku ini yang membahas tentang proses pembersihan hati dan pikiran, terdapat banyak sekali kata reaksi
bereaksi. Kata ini bermakna suatu tindakan atau respon, baik itu positif atau negatif akan suatu hal.
Begitu juga kata “respon” yang juga banyak dipakai dalam buku ini yang memiliki makna yang tidak
jauh berbeda; tanggapan, reaksi, dan jawaban. Kata-kata tersebut terdapat pada teks berikut:
“Setiap diri telah dikarunia oleh Tuhan sebuah jiwa, yang dengan jiwa itu, ia bebas menentukan pilihan reaksi. Bereaksi positif
atau negatif, bereaksi berhenti atau melanjutkan, berekasi marah atau sabar, bereaksi reaktif atau proaktif, berekasi
baik atau buruk.” “Kita sesungguhnya memiliki kebebasan untuk memilih reaksi
terhadap segala sesuatu yang terjadi atas diri kita. Kitalah penanggung jawab utama atas sikap yang kita ambil, bukan lingkungan kita. Diri
kita sendiri sesungguhnya penentu pilihan tersebut.” “Orang yang memiliki suara hati merdeka, akan lebih mampu
melindungi pikirannya. Ia mampu memilih respon positif di tengah lingkungan paling buruk sekalipun. Berprasangka baik pada orang lain
akan mendorong dan menciptakan kondisi untuk saling percaya, saling mendukung, terbuka, dan kooperatif.”
Dalam kamus besar bahasa Indonesia KBBI ofline versi 1.1 kata rekasi berarti kegiatan aksi, protes yg timbul akibat suatu
gejala atau suatu peristiwa atau tanggapan respons terhadap suatu aksi. Penggunaan kata reaksi pada kalimat di atas oleh penulis
dimaksudkan untuk memberikan makna yang luas akan berbagai macam makna yang dapat dihasilkan dari kata reaksi tersebut, seperti
sebuah tindakan, perbuatan, respon, perasaan, pikiran, balasan, sikap, aksi, dan sebagainya yang merujuk pada dua hal, yaitu hal positif atau
hal negatif. Pada bagian teks ini makna yang ingin disampaikan oleh penulis dalam buku ini bahwasanya kita sebagai manusia sudah
sepatutnya kita memilih reaksi positif dalam berbagai situasi yang kita hadapi, karena sesungguhnya hanya diri kitalah yang dapat
menentukan dan bertanggung jawab akan rekasi yang muncul dari diri kita, bukan lingkungan kita dan sebagainya.
d. Retoris
Salah satu model penelitian analisis teks ialah retoris. Retoris merupakan gaya yang diungkapkan seseorang dalam berbicara atau
menulis. Adapun yang diteliti dalam analisis retoris ini ialah grafis. Grafis merupakan ekspresi dari penulis yang ingin menekankan
bagian tertentu dalam teks, bentuk dari penekanan tersebut dapat melalui pemakaian huruf tebal, huruf miring, garis bawah, huruf yang
dibuat dengan ukuran yang lebih besar, maupun penggunaan gambar dan lainnya.
Gaya retoris yang ditekankan oleh penulis pada teks dalam bagian satu buku ini hampir semuanya dilakukan dengan menebalkan
beberapa tulisan yang menjadi point penting dalam buku ini dan menempatkannya dalam sebuah kotak kalimat. Beberapa point yang
menjadi inti dalam buku ini adalah sebagai berikut:
Kalimat dalam kotak di atas menunjukan belenggu-belenggu negatif yang akan membelenggu pikiran dan hati kita. Seringkali suara
hati fitrah dapat terbelenggu oleh ketujuh belenggu di atas yang akhirnya mengakibatkan manusia terjerumus ke dalam kejahatan,
kecurangan, kekerasan, kerusakan, dan lainnya. Hal ini sering terjadi akibat manusia lalai dan mengabaikan belenggu-belenggu tersebut,
sehingga belenggu-belenggu tersebut dapat mengendalikan seseorang ke arah yang negatif. Maka dari itu diperlukan suara hati fitrah yang
dapat menuntun manusia ke arah yang benar dalam menentukan suatu rekasi atau tindakan dalam segala situasi.
Tujuh Belenggu: 1.
Prasangka 2.
Prinsip-prinsip hidup 3.
Pengalaman 4.
Kepentingan 5.
Sudut pandang 6.
Pembanding 7.
Fanatisme
Kalimat dalam kotak di atas menunjukan betapa pentingnya suatu prasangka baik dalam kehidupan sosial. Tindakan seseorang
sangat bergantung pada pikirannya, orang yang memiliki suara hati merdeka, akan lebih mampu melindungi pikirannya. Ia mampu
memilih respon positif di tengah lingkungan paling buruk sekalipun. Berprasangka baik pada orang lain akan mendorong dan menciptakan
kondisi untuk saling percaya, saling mendukung, terbuka, dan kooperatif. Sebaliknya, prasangka negatif akan mendorong dan
menciptakan kondisi tidak saling percaya, tidak saling mendukung, tidak terbuka, dan tidak kooperatif yang justru akhirnya dapat
merugikan diri kita juga orang lain.
Kalimat dalam kotak di atas menunjukan betapa pentingnya prinsip ilahiah yang harus selalu kita pegang. Prinsip-prinsip yang
tidak sesuai dengan suara hati fitrah akan berakhir dengan kegagalan, baik fisik maupun non fisik. Hanya dengan berprinsip kuat pada
sesuatu yang abadi, manusia akan mampu menuju kebahagiaan dan
Zero Mind Process 2: Berprinsiplah selalu kepada Allah Yang Maha Adil
Zero Mind Process 1: Hindari berprasangka buruk, upayakan berprasangka baik
pada orang lain.
keamanan yang hakiki. Berprinsip dan berpegang pada sesuatu yang labil, niscaya akan menghasilkan sesuatu yang menyengsarakan.
Kalimat dalam kotak di atas menunjukan bagaimana pengalaman-pengalaman yang dimiliki seseorang tidak selamanya
berdampak positif, terkadang pengalaman-pengalaman tersebut dapat berdampak negatif. Oleh karena itu kita harus melihat segala sesuatu
secara objektif dalam segala hal dan senantiasa berpikir merdeka. Pengalaman hidup dan kejadian-kejadian yang dialami seseorang
berperan dalam menciptakan pemikiran atau paradigma dalam dirinya. Sering kali, paradigma itu dijadikan kaca mata dan tolak ukur bagi
dirinya, juga dalam menilai lingkungan di sekitarnya. Hal tersebut akan membatasi cakrawala berpikir seseorang karena ia akan menilai
segalanya berdasarkan frame berpikirnya sendiri, atau melihat berdasarkan bayangan ciptaannya sendiri, bukan melihat sesuatu
secara riil dan objektif.
Zero Mind Process 4: Dengarlah suara hati fitrah, peganglah prinsip “karena
Allah”, berpikirlah melingkar, sebelum menentukan kepentingan dan prioritas.
Zero Mind Process 3: Bebaskan diri Anda dari pengalaman-pengalaman yang
membelenggu pikiran, berpikirlah merdeka
Kalimat dalam kotak di atas menunjukan sebuah kepentingan dapat menutup suara hati fitrah pada diri manusia. Sebuah prinsip
akan melahirkan kepentingan, dan kepentingan akan menentukan prioritas tindakan. Mereka yang berprinsip pada penghargaan pribadi,
akan memprioritaskan keputusan untuk mengangkat diri pribadi. Intinya prinsip akan melahirkan prioritas.
Kalimat dalam kotak di atas menunjukan suatu sudut pandang dapat mempengaruhi tindakan seseorang, oleh karena itu kita harus
benar-benar mampu melihat dari sudut pandang yang tepat agar kita tidak salah mengambil langkah dengan cara melihat dari berbagai
sudut pandang terlebih dahulu kemudian kita tentukan mana yang terbaik. Sudut pandang yang kita tentukan tentunya harus berdasarkan
pedoman, yaitu Asmaul Husna yang terdiri dari nama-nama Allah SWT yang mengandung nilai-nilai kebaikan yang tak ternilai
harganya.
Zero Mind Process 6: Jernihkan pikiran Anda terlebih dahulu sebelum menilai
sesuatu. Jangan melihat sesuatu karena rekaan di pikiran Anda, tetapi lihatlah sesuatu karena apa adanya.
Zero Mind Process 5: Lihatlah semua sudut pandang secara bijaksana berdasarkan
semua suara hati yang bersumber dari Asmaul Husna 99 thinkinghat melalui zikir amaliah Asmaul Husna.
Kalimat dalam kotak di atas menunjukan betapa rentannya subjektivitas pada diri manusia. Kita sering membandingkan sesuatu
dengan pengalaman sebelumnnya dan konsep yang kita ciptakan sendiri. Seringkali kita melihat sesuatu yang ada di depan kita dengan
apa yang ada dipikiran kita. Sementara orang lain juga melakukan hal yang sama berdasarkan pada pikiran mereka sendiri. Itulah yang
seringkali menyebabkan perbedaan alot terjadi.
Kalimat dalam kotak di atas menunjukan sebuah fanatisme dapat menutup sesuatu yang objektif. Oleh karena itu terhadap segala
informasi yang masuk dan kita dapatkan, sebaiknya kita men-zero-kan hati kita dan selalu berpikir melingkar menggunakan suara hati fitrah
dalam mencerna berbagai propaganda atau informasi yang datang dari berbagai sumber. Dengan begitu kita akan mampu menganalisa
informasi yang masuk dengan lebih proporsional dan tidak mudah menjadi fanatik akan suatu pemikiran yang terkadang terdapat unsur
negatif di dalamnya.
Orang yang merdeka adalah yang terbebas dari belenggu prasangka negatif, prinsip-prinsip hidup yang salah,
pengalaman yang membelenggu pikiran, egoisme kepentingan, pembanding-pembanding subjektif, dan belenggu fanatisme
yang menyesatkan. Zero Mind Process 7:
Janganlah terbelenggu oleh fanatisme, berzikir dan berpikirlah melingkar dengan 99 zikir Asmaul Husna.
Kalimat dalam kotak di atas menunjukan keharusan bagi setiap diri kita akan kemerdekaan berpikir dan terbebas dari berbagai
belenggu negatif yang dapat mempengaruhi segala tindakan dan rekasi yang ditimbulkan oleh diri kita sendiri. Maka dari itu, dapat
disimpulkan bagaimana cara agar manusia terbebas dari ketujuh belenngu yang dapat menutup suara hati fitrah, yaitu dengan
senantiasa menggunakan suara hati fitrah sebagai sumber informasi akurat dan sebagai pengendali langkah kita dalam menentukan
prioritas, melalui berbagai rekasi positif yang kita pilih dalam segala situsi yang kita dihadapi dalam kehidupan yang kompleks.