Kesimpulan itulah yang dimaksud dengan sebagai penemuan di dalam rangkaian kegiatan yang dilakukan siswa.
Variabel dalam penelitian ini adalah variabel bebas X
1
, X
2
dan variabel terikat Y
1
, Y
2
. Variabel X
1
adalah variabel bebas dengan model pembelajaran Guided Inquiry Learning, variabel X
2
adalah variabel bebas dengan model pembelajaran Guided Discovery Learning. Sedangkan variabel Y
1
adalah variabel terikat yaitu hasil belajar ranah kognitif siswa dan variabel Y
2
adalah variabel terikat yaitu hasil belajar ranah afektif siswa.
Paradigma penelitian ini adalah sebagai berikut :
X
1
Y
1
X
2
Y
2
Keterangan :X
1
= Model Pembelajaran Guided Inquiry Learning
X
2
= Model Pembelajaran Guided Discovery Learning
Y
1
= Hasil Belajar Ranah Kognitif
Y
2
= Hasil Belajar Ranah Afektif dimodifikasi dari Sugiyono,
2011: 71 Gambar 1. Hubungan antara dua variabel bebas dan dua variabel terikat
G. Hipotesis
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas maka hipotesis penelitian ini adalah :
Terdapat perbedaan antara penggunaan model pembelajaran Guided Inquiry Learning dengan Guided Discovery Learning terhadap hasil belajar ranah
kognitif dan afektif siswa.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Model Pembelajaran Guided Inquiry Learning
Menurut Indrawati dalam Trianto, 2013: 165 Suatu pembelajaran pada umumnya akan lebih efektif bila diselenggarakan melalui model-model
pembelajaran yang termasuk rumpun pemrosesan informasi. Hal ini dikarenakan model-model pemrosesan informasi menekankan pada
bagaimana seseorang berpikir dan bagaimana dampaknya terhadap cara-cara mengolah informasi.
Berpikir yang baik adalah kemampuan untuk memecahkan masalah. Dasar dari pemecahan masalah adalah kemampuan untuk belajar dalam situasi
proses berpikir. Dengan demikian, hal ini dapat diimplementasikan bahwa kepada siswa hendaknya diajarkan bagaimana belajar yang meliputi apa yang
diajarkan, bagaimana hal itu diajarkan, jenis kondisi belajar, dan memperoleh pandangan baru. Salah satu yang termasuk dalam model pemrosesan
informasi adalah model pembelajaran Inquiry. Pembelajaran Inquiry dirancang untuk mengajak siswa secara langsung ke dalam proses ilmiah ke
dalam waktu yang relative singkat Trianto, 2013: 166-167.
Pembelajaran Inquiry yang diterapkan pada siswa SMP sebaiknya menggunakan bimbingan guru karena menurut Hamiyah dan Jauhar 2014:
190-191 Inquiry terbimbing yaitu kegiatan belajar mengajar dimana guru membimbing siswa untuk melakukan kegiatan dengan memberi pertanyaan
awal dan mengarahkannya pada suatu diskusi, siswa yang belajar lebih berorientasi pada bimbingan dan petunjuk dari guru sehingga siswa dapat
memahami konsep-konsep pelajaran. Guru mempunyai peran aktif dalam menentukan permasalahan dan tahap-tahap pemecahannya. Pada
pembelajaran ini, siswa akan dihadapkan pada tugas-tugas yang relevan untuk diselesaikan baik melalui diskusi kelompok maupun secara individual agar
mampu menyelesaikan masalah dan menarik kesimpulan secara mandiri. Pada dasarnya, selama proses belajar berlangsung siswa akan memperoleh
pedoman sesuai dengan yang diperlukan.
Kemampuan yang diperlukan untuk melaksanakan pembelajaran Inquiry menurut Trianto 2013: 168-169 yaitu:
1. Mengajukan Pertanyaan atau Permasalahan Kegiatan Inquiry dimulai ketika pertanyaan atau permasalahan diajukan.
Untuk meyakinkan bahwa pertanyaan sudah jelas, pertanyaan tersebut dituliskan di papan tulis, kemudian siswa di minta untuk merumuskan
hipotesis. 2. Merumuskan Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi permasalahan yang dapat diuji dengan data. Untuk memudahkan proses
ini, guru menanyakan kepada siswa gagasan mengenai hipotesis yang mungkin. Dari semua gagasan yang ada, dipilih salah satu hipotesis yang
relevan dengan permasalahan yang diberikan.