Pandangan lImiah atas Hukum
1. Pandangan lImiah atas Hukum
1704) dan David Hume (1711-1776). Pada z aman ini Empirisrne yang m enekankan perlunya basis
Sebenamya empirisme, yang berkembang di Inggris sejak abad ke-17 ini merupakan sua tu cara berpikir yang rasionalis juga, namun
ernpiris bagi semua pengertian berkernbang menjadi Positivisme yang dalam emprisme lebih mengutamakan penggunaan metode empiris
menggun akan metode pengolahan ilmiah. Dasar dari aliran ini digagas yaitu apa yang tidak dapat dialami tidak dapat diakui kebenarannya .
oleh August C ornte ( 1789- I 857), seorang filsuf Perancis, yang menya- Percikan pemikiran pada zaman ini adalah pertama, hukum
tak an bahwa sejarah kebudayaan manusia dibagi dalarn tiga tahap: tahap pertama adalah tahap teologis yaitu tahap dimana orang mencari
di mengerti sebagai bagian suatu sistem pikiran yang lengkap yang
kebenaran dalam agama, tahap kedua adalah tahap metafisis yaitu Pada abad ini, pengertian tentang hukum merupakan pandangan tahap dimana orang mencari kebenaran melalaui filsafat. Tahap ketiga
baru atas hidup, yaitu hidup sebagai perkembangan manusiadan kebu- adalah tahap positif yaitu tahap dimana kebenaran dicari melaui ilmu-
dayaan. Beberapa pemikiran tokoh yang mencerminkan ha] ini adalah ilmu pengetahuan. Menurut Comte yang terakhir inilah yang merupa-
Hegel (1770-]831), F . Von Savigny (1779-186]), dan KarI Marx kan icon dari zaman modem (Comte, 1874 : 2).
(18] 8- I 883). Hegel menempatkan hukum dalam keseluruhan perwu- Bagi filsafat hukum, hukum di abad pertengahan amat dipe-
judan roh yang objektif dalam kchidupan manusia. F. Von Savigny ngaruhi oleh pertirnbangan-pertimbangan teologis. Sedangkan rentang
menentukan hukum sebagai unsur kebudayaan suatu bangsa yang waktu dari renaissance hingga kira-kira p ertengahan abad ke-19
berubah dalam Iintasan sejarah. Terakhir, Karl Marx memandang termasuk dalam tahap metafisis. Ajaran hukum alam klasik maupun
hukum sebagai cermin situasi ekonomis masyarakat (Soetiksno, 1986: filsafat-filsafat hukum revolusioner yang didukung oleh Savigny,
43-61 ).
Hegel dan Marx diwarnai oleh unsur-unsur metafisis tertentu. Teori- teori ini mcncoba menjelaskan si fat hukum dengan menunjuk kepada ide-ide tertentu atau prinsip-prinsip tertinggi . Pada pertengahan abad
D. PENGERTIAN H UKUM ABAD XX
ke-19 sebuah gerakan mulai menentang tendensi-tcndensi metafisika yang ada pada abad-abad sebelumnya. Gerakan ini mungkin dijelas-
Mcskipun tcrdapat persamaan tentang pembentukan sistem kan sebagai positivisme, yaitu sebuah sikap ilrniah, mcnolak speku-
hukum yang berlaku , namun pada abad XX ini ada perbedaan tentang lasi-spekulasi apriori dan mcmbatasi dirinya pada data pengalarnan
pengertian hukum yang hakiki. Ada dua arus besar pandangan ten tang (Muslehuddin, ] 991: 27-28). (penjelasan berikutnya tcntang positivis-
pengertian hukum yang hakiki (K. Bcrtens, 1981): me hukum ini akan dijelaskan dalam Bab VI Teori I -Iukum, sub bab
Positivisme Hukum). I. Hukum sebaiknya dipandang dalam hubungannya dengan pe- merintah negara , yaitu sebagai norma hukurn yang
de facto ber- laku . Tolak ukurnya adalah kepentingan umum dilihat sebagai
2. Pandangan Historis atas Hukum
bagian kebudayaan dan scjarah suatu bangsa. Pandangan ini Abad XIX ditandai perubahan bcsar di segala bidang, terutama
bersumber dari aliran sosiologi hukum dan rcalisme hukum. akibat perkembangan ilmu pcngetahuan dan teknologi. Perubahan
yang dimulai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, penemuan 2. Hukum seharusnya dipandang sebagai bagian kehidupan etis alat-alat teknologi, hingga revolusi industri, dan terjadinya perubahan-
manusia di dunia. Oleh kacna itu disini diakui adanya hubungan perubahan sosial beserta masalah-rnasalah sosial yang mucul kernu-
antara hukum positif dengan pribadi manusia, yang berpegang dian memberi ruang kepada para sarjana untuk berpikir tentang gejala
pada norma-norma keadilan. Prinsip ini diambil dari ยท filsafat perkembangan itu sendiri. Pada abad-abad sebelumnya, orang merasa
neoskolastik, neokantismc, neohegelianisme dan fiIsafat
eksistensi,
kehidupan manusia sebagai sesuatu yang konstan yang hampir tidak berbeda dengan kehidupan masa lalu. Pada abad ini perasaan itu hilang, orang telah sadar tentang segi historis kehidupannya, tentang kemungkinan terjadinya perubahan-perubahan yang memberikan nilai
baru dalam kehidupannya.
kan adanya ketidakn 1ampuan sistem keimanan yang berlaku disana untuk mengakomodasikan perkembangan masyarakat modern dengan ilmu pengetahuanya. Kemajuan masyarakat yang sudah berhasil dan
BABIV
begitu percaya pada iptek, akhimya berkembang lepas dari kontrol Agama. Iptek yang landasan pokoknya bersifat sekuler bagi sebagian
PANDANGAN TENTANG HUKUM
besar orang di Barat akhimya menggantikan posisi Agama. Segala
ERA POST-MODERNISME
kebutuhan Agama seolah bisa terpenuhi dengan iptek.Namun dalam kurung waktu yang panjang iptek ternyata menghianati kepercayaan manusia, kemajuan iptek justru identik dengan bencana. Kondisi
A . LATAR BELAKANG
inilah yang tampaknya membuat masyarakat Barat mengalami apa yang disebut Cak Nur (Or. Nurkholis Madjid) yang dikutipnya dari
Oengan konteks ini, perlu juga ditegaskan antar hubungan Barat Baigent, Krisis Epistimologis , yakni masyarakat Barat tidak lagi yang modem dan peran Agama resmi yang berlaku di sana, yakni
mengetahui tentang makna dan tujuan hidup (Meaning and Purpose oJ kristen. Ada sebagian orang beranggapan bahwa seluruh orang Barat
Life).
menganut Agama Kristen, dengan perkecualian minoritas penganut Manusia modem melihat segala sesuatu hanya dari pinggiran Yahudi. Anggapan scmaca .m ini seolah-olah Barat masih seperti Barat
eksistensinya saja , tidak pada pusat spiritualitas dirinya, sehingga pada abad pertengahan, ketika terjadi perang salib yang peradabannya
mengakibatkan ia lupa siapa dirinya . Memang dengan apa yang saat itu adalah disebut abad keimanan . Ada juga sebagian yang lain
dilakukannya sekarang-memberi perhatian pada dirinya yang secara beranggapan sebaliknya, yaitu bahwa seluruh orang Barat bersifat
kuantitatif sangat mengagumkan , tapi secara kualitatif dan keseluruh- materialik atau agnostik serta skeptik dan tidak menganut satu Agama
an tujuan hidupnya-menyangkut pengertian-pengertian mengenai diri- apapun. Pandangan semacam ini bisa disebut keliru, karena yang
nya sendiri-ternyata dangkal. Oekadensi atau kejatuhan manusia di terjadi tidaklah demikian. Pada Abad ke-17, bahkan sebelumnya, yaitu
zaman modern ini terjadi karena mansuia kehilangan 'pengetahuan ketika renaissance, telah terjadi upaya membawa dunia Barat kearah
langsung' mengenai dirinya itu, dan menjadi bergantung berhubungan sekularisme dan penipisan peran Agama dalam kehidupan sehari-hari
dengan dirinya. Itu sebabnya, dunia ini menurut pandangan manusia manusia. Akhimya berakibat pada sejumlah orang Barat yang secara
adalah dunia yang memang tak memiliki dimensi transedental. praktis tidak lagi menganut Agama Kristen atau Yahudi. Orang
Dengan demikian menjadi wajar jika peradaban modem yang di- semacam Comte, yang pikiran-pikirannya begitu anti metafisis men-
bang un selama ini tidak menyertakan hal yang paling esensial dalam jadi jalan mulus menuju kearah sekularisme Ounia Barat. Oitambah
kehidupan manusia, yaitu dimensi spiritual. Belakangan ini baru dengan ajaran filsafat sosial (sosialisme), Marx (Marxisme) yang
disadari adanya krisis spiritual dan krisis pengenalan diri. menegaskan bahwa Agama adalah candu masyarakat, yang karenanya
Sejarah pemikiran Barat modem, sejak Rene Oescartes ditandai ia harus ditinggalkan. Puncak penolakan terhadap Agama Kristen di
dengan usaha menjawab tantangan keberadaan manusia sebagai Barat disuarakan oleh Nietzsche dengan statemennya yang banyak di
mahluk mikro kosmik.Oengan falsafahnya yang amat terkenal "cogito kenal orang The God is dead.
ergo sum" (karena berpikir maka aku ada). Tetapi sayangnya, bukan Kemunculan gagasan-gagasan semacam itu mungkin diakibat-
pengerian yang makin mendalam yang didapat, narnun justru keadaan yang semakin menjauh dari eksistensi dan pengertian yang tepat
mengenai hakekat diri yang diperoleh . Max Scheeler, Filsafat Jerman gerakan yang mencoba menggu gat dan mengkritik teori-teori moder- dari awal abad ini mengatakan, tak ada periode lain dalam penge-
nisasi , Manusia membutuhka n pola pemikiran baru yang diharapkan tahuan bagi dirinya sendiri, seperti pada periode kita ini . Kita-katanya-
membawa kesadaran dan pol a kehidupan baru . Hingga kemudian punya antropologi ilmiah, antropologi filosofis, dan antropologis teo-
mulai bermunculan gerakan-gerakan responsif altematif sebagai res- logis yang tak saling mengenal satu sama lain. Tapi kita tidak merni-
pon balik terhadap perilaku mas yarakat m odem yang tidak lagi liki gambaran yang jelas dan konsisten tentang keberadaan manus ia
mengenal dunia metafisik. Termas uk did alamnya Tradisonalisme (Human being). Semakin bertumbuh dan banyaknya ilmu-ilmu khusus
Islam yang dihidupkan Nasr , atau ger akan Ne wA ge di Barat pada yang terjun konsepsi kita tentang manusia , malah sebaliknya semakin
akhir dewasa ini.
membingungkan dan mengaburkannya. Kritik terhadap modemisme dan usaha pencarian ini sering di- Maka dari itulah, jika kita kembalikan pada bahasan semula
sebut dengan masa pasca modemisme (post-modernisme). Masa ini tentang metode ilmiah yang berwatak rasional dan empiris, telah
seperti yang dikatakan Jurgen Habermes seorang Sosiolog dan Filosof menghantarkan kehidupan manusia pada suasana modemisme. Kemu-
Jennan tidak hanya ditandai dengan kchidupan yang semakin mate- dian pada perkembangan selanjutnya, modem isme melahirkan corak
rialistik dan hedonistik, tetapi juga tcl ah mengakibatkan terjadinya pemikiran yang mengarah pada rasioanalisme , positivisme, pragmatis-
intrusi massif dan krisis yang mendalam pada be rbagai aspek kehidup- me, sekulerisme dan materialisme. Aliran-aliran filsafat ini, dengan
an. Masyarakat pada Era Post-Modernisme mencoba untuk keluar dari watak dasamya yang sekuleris -merninjam istilahnya Fritchjof
lingkaran krisis terse but dengan kembali pada hikmah spiritual yang Schuon- sudah terlepas dari Scintia Sacra (Pengetahuan suci) atau
terdapat dalam semua Agama otentik. Manusia perlu untuk memikir- Philosophia Perenneis (Filsafat Keabadian).
kan kembali hubungan antara Yang Su ci (Sacred) dan yang sekuler (Profany.
Gerakan ini dikenal den gan se butan perenneialisme atau tradi-
B. TRADISIONALISME ISLAM
sionalisme: adalah sebuah gerakan y ang ingin mengembalikan bibit Yang Asal, Cahaya Yang Asal , at aupun prinsip-prinsip yang asal,
Proses modemisasi yang dijalankan Barat yang diikuti negara- yang sekarang hilangdari tradisi pemikiran manusia modem. Untuk negara lain, temyata tidak selalu berhasil me menuhi janjinya meng-
menyebut beberapa nama tokoh yang melopori gerakan-gerakan ter- angkat harkat kernanusiaan dan sekaligus memberi makna yang lebih
sebut antara lain; Louis Massignon ( 1962), Rene Guenon, Ananda K. dalam bagi kehidupan. Modemisme justru telah dirasakan membawa
Coomaraswamy, Titus Burckhart , Henry Corbin (1978), Martin Lings, dampak terhadap terjadinya kerancauan dan penyimpangan nilai-nilai.
Fritcjof Schoun, dan masih banyak la gi.
Manusia modem kian dihinggapi rasa cemas dan tidak bermakna Sementara di kalangan modemis Islam gerakan pembaharuan dalam kehidupannya. Mereka telah kehilangan visi keillahiahan atau
dan pemikiran dalam Islam sejak fase 60-an hingga dewasa ini men- dimensi transedental, karena itu mudah dihinggapi kehampaan spiri-
coba bersikap lebih kritis terhadap ide-ide modemisasi sebelumnya, tual. Sebagai akibatnya, manusia modem menderita keterasingan (alie-
dan bahkan terhadap sebagian kelompok pemikir Islam yang mencoba nasi) , baik teralienasi dari dirinya sendiri, dari lingkungan sosialnya
mencari altematif non-Barat . Kelompok yang disebut terakhir misal- maupun teralienasi dari Tuhannya .
nya Hasan Albana (1949), Abul A'al al-Maududi (1979), Sayyid Menyadari kondisi masyarakat modem yang sedemikian, pada
Quthub (1965), dan pemuka-pemuka Al-Ikhwan (sering disebut abad ke-20, terutama sejak beberapa dekade terakhir ini, muncul suatu
kelompok fundamental is, atau lebih tepat 'Neo-Revivalis Islam')
menghendaki agar semua p ersoalan kemod erenan s elalu dikembalikan dan membandin gkannya deng an perjuangan aliran-aliran ' fundarnen- kepada acuan al-Quran , as-Sunnah d an kehidu pan p ara Sahabat
talis ' tersebut seg era dapat m elihat perbedaan-perbedaan mendasar dalam pengertian tekstual. Fazlur R ahman (1989) , Muhammad
diantara me reka , tidak saja di d alam kandun gan t etapi juga di dalam Arkoun (1928) , dan Isma 'il Raji al- Faru qi (1986)- yang sering disebut
'iklim' yang mereka nafaskan. Mal ahan y ang dijuluki sebagai funda-
kelompok Neo -Modernis-berusaha m cncari rele vansi I slam bagi dunia
mentalisme mencakup satu sp ektrum yan g lua s, yang bagian-bagian-
nya dekat sekali dengan interpr eta si t rad isional tentang Islam. Tetapi meski ditangkap pesan-pesan tersebut. K elomp o k ini dalam pernbaha-
modern Islam, bagi mereka , adalah al -Qur 'a n d an as-Sunnah yang
tekanan utama macam gerak an poli to-religius y ang sekarang ini di- ruannya berkecendrungan ke arah hum ani s tik, rasi onalistik, dan libe-
sebut fundamentali sme itu mempunyai perbedaan yang mendasar
dengan Islam Tradisional. D engan demikian perbedaan y ang tajam Hassan Hannafi (1935) , dan AbdiIlah Larr aui ( serin g disebut penyebar
ralistik. Sedang tokoh-tokoh muslim lain se perti A li Syari'a ti (1979) ,
antara keduanya terju stifikasi, sekalipun terdapat wilayah-wilayah ter- paham Kiri Islam) berkepentingan memb ela m assa, rakyat tertindas
tentu, dimana beberapa jenis fundamentalisme dan dimen si-dimensi dan menampilkan Islam sebagai keku atan revolu sioner-politik. Oleh
khusus Islam Tradisonal bersesuaian.
karenanya kelompok terkhir ini , sering juga di sebut sebagai penyebar Gerakan Tradisonalisme Islam yang diidekan dan dikembang- sosialisme Islam dan Marxisme Islam sebagai model pembangunan di
kan Nasr, merupakan gerakan untuk mengajak kembali ke 'akar dunia Islam. Mereka mengutuk westerni sasi dan sekulerisasi masyara-
tradisi yang merupakan kebenaran dan sumbcr asal segala sesuatu; kat Islam , Nasionalisme, dan ekses-ek ses kapitali sme, demikian juga
dengan mencoba menghubungkan antara sekuler (Barat) dengan di- materialisme serta ke-takbertuhanan Marxisme.
mensi ke-Ilahiahan yang bersumber pada wahyu Agama. Tradisio- Kemudian selanjutnya lahir tokoh-tokoh p emikir kontemporer
nalisme Islam adalah gambaran awal sebuah konsepsi pemikiran lain sebagai pemikir alt ernatif , yakni S ayyed Hu ssein Nasr yang
dalam sebuah bentuk Sophia Perenu eis (keabadian). Tradisionalisme mencoba menawarkan konsep nilai -nilai kc-I slarnan yang kemudian
Islam boleh dikatakan juga disebut s ebagai gerakan intelektual secara terkenal dengan sebutan "Iradisionali sme Islam'. Merupakan gerakan
universal untuk mampu merespon arus pemikiran Barat modern respon terhadap kekacauan Barat mod ern yang s edang mengalami
(merupakan efek dari filsafat modern) yang eenderung bersifat profa- kebobrokan spiritual, dimana menurut penilaian Nasr menyarankan
nik, dan selanjutnya untuk sekaligus dapat membedakan gerakan
Tradisionalisme Islam tersebut dengan gerakan Fundamentalisme hikmah dan pelajaran sehingga Timur tidak mengulangi kesalahan-
agar Timur menjadikan Barat seba gai c ase study guna mengambil
Islam , seperti halnya yang dilakukan di Iran , Turki dan kelornpok- kesalahan Barat. Sayyed Hussein Nasr beranggapan , sejauh ini gerak-
kelompok fundamental is lain . Usaha Nasr untuk menelorkan ide an-gerakan fundamental is atau revivalis Islam tak lebih merupakan
semacam itu paling tidak merupakan tawaran alternatif sebuah nilai- dikotorni tradisionalisme-modernisme , keberadaannya justru menjadi
nilai hidup bagi manusia modern maupun sebuah negara yang telah terlalu radikal dan terlalu mengarah kepada misi politis dari pada
terjangkit pola pikir modem (yan g cenderung bersifat profanik dengan normatik-religius (nilai-nilai ke-Agamaan). Sekalipun gerakan-gerak-
gaya sekuleristiknya) untuk kemudian kembali pada sebuah akar an seperti itu, atas nama pembaharuan-pembaharuan tradisional Islam.
tradisi yang bersifat transedental.
Pad a momen sejarah ini pulalah saat yang tepat untuk me mbe- Sebagimana yang dipergunakan oleh para kelompok Tradi- dakan gerakan-gerakan yang disebut sebagai 'Fundamentalisme
sionalis, tema tradisi menyiratkan sesuatu Yang Sakral , Yang Suci, Islam' dari Islam Tradisional yang sering dikelirukan siapapun yang
dan Yang Absolut. Seperti disampaikan manusia melalui wahyu mau - telah membaca karya-karya yang bercorak tradisional tentang Islam
pun pengungkapan dan pengembangan peran sakral itu di dalam
sejarah kemanusiaan tertentu untuk mana ia m aksudkan, dalam satu Menurut Seyyed Hossein Na sr dalam Kn owledge a nd the cara yang mengimplikasikan baik kesinambun gan horizontal dengan
Sacred (1989), dikalangan muslim Persia telah dik enal istilah J avidan sumber maupun mata rantai vertikal ya ng m enghubungkan setiap
Khirad atau al-Hiktnah al-Khalidah yan g ditemuk an da ri karya Ma s- denyut kehidupan tradisi yang sedang dip erb incangkan dengan realitas .
kawih (932-1030). Di dalam karyanya itu, Ibn M aska wih m embicara- transeden meta-historikal. Sekali gus m akna a bso lut memiliki kaitan
kan sejenis wawasan filsafat perennial deng an m engulas g aga s an dan emanasi dan nominasi dari se suatu se sua tu yang profan dan
pemikiran orang-orang dan filsuf yang dianggap s uci yang ber asal dari aksidental.
Persia Kuno, India dan Romawi. Jauh seb elum Mi skawih, p emeluk Tradisi menyiratkan kebenaran y ang k udus, yang langgeng ,
Hindu Vendata telah menghayati doktrin fundamental filsafat p eren- yang tetap, kebijaksanaan yang abadi ( sophia perenneisy; serta pene-
nial dalam istilah Sanatana Dharma "agama ab adi " . Doktrin s em acam rapan bersinambungan prinsip-prinsipnya y ang langsung perennei
itu juga ditemukan dalam tradisi Yunani Kla sik, terutam a dalam terhadap berbagai situasi ruang dan waktu . Untuk itulah Islam Tradi-
formulasi filsafat Plato. Sedangkan dalam dunia Kristen b anyak sional mempertahankan syariah sebagai hukum Ilahi sebagaimana ia
ditemukan pada tulisan mistikus Jerman dan teolog Krist en Meiter dipahami dan diartikan selama berabad- abad dan se bagaimana ia di-
Eckhart. Dalam dunia Islam yang semacam dengan filsafat perennial kristalkan dalam mad zab-madzab klasik. Hukum menyangkut kesufis-
ban yak ditemukan dalam karya -karya kaum s ufi. tikkan, Islam Tradisional memmpertahankan Islamitas seni Islam,
Inti pandangan filsafat perennial adalah bahwa dalam setiap kaitannya dengan dimensi batini, wahyu Islam dan kristalisasi kha-
agama dan tradisi esoterik terdapat suatu pengetahuan dan pesan zanah spiritual Agama dalam bentuk-bentuk y ang tampak dan ter-
keagamaan yang sama , yang muncul melalui beragam nama , b eragam dengar, dan dalam domain politik , P erspektif tradisional se1alu ber-
bentuk yang dibungkus oleh sistem-sistem formal institusi keagamaan. pegang pada realisme yang didasarkan pad a n orm a-norma Islam.
Kesamaan itu diistilahkan dengan tran sc endent unit y of religi ons (ke- satuan transenden agama-agama) (Sukidi, 1997) . Maka, pada tingkat
th e COl/ill/on vision, (kata Huston Smith) atau pacla tingkat transcen-