FILSAFAT HUKUM SEJARAH ALIRAN DAN PEMAKN

Abdul Ghofur Anshori GADJAH MADA UNIVERSITY PRESS

KATA PENGANTAR

B ismillaliirrahma nil' rahiim

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat AIIah SWT karena atas rahmat dan kar unia-Nya Penu lis dapat berhasi l menyusun buku den gan judu l Filsafat Hukum , Sejarah , Aliran , dan Pemaknaan . Sha -

lawat s erta salam PenuIis haturkan kepada Nabi Be sar Muh ammad SA W yang karena atas perjuangannya, dapat mendatangkan pencerah-

a n ba gi umat manu sia sampai akhir zaman.

B erfilsafat adalah berfikir radikal, radix artinya akar, sehingga Hak Penerbitan © 2006 GADJAH MADA UNIVERSITY. PRESS

b erfikir radikal artinya berfikir sampa i ke akar suatu masalah, men-

p .a. Bo x 14 , Bulaksumur, Yogyakarta 55281

dalam sampai ke a kar - akarnya, bahkan mel ewati batas -batas fisik

E -mail : gmupress@ugm.ac.id

yang ada , memasuki medan pengembaraan di luar sesuatu yang fisik.

H omepage:

h ttp://www.gmup.ugm .ac.i d B erfiIsafat adalah berfikir da lam tah ap makna , ia m encari hakikat makna dari sesuatu . Berfikir dalam tahap m akna artinya menemukan

makna t erdalam dari sesuatu , yang berada dalam kandungan sesuatu

Oil arang me ngutip d an me mperbanyak t anpa i zin tertu/is dari

itu. D alam fiIsafat, seseorang mencari dan m enemukan jawaban dan

p enerbit, se bagian a tau sel uruhnya d alam b entuk apa pun , baik

cetak, ptiotopr int, mi crofilm d an sebagai nya .

bukan hanya dengan memper lihatkan p enampakan (app earance) s emat a, melainkan meneIus urinya jauh di b alik penampakan itu

C etakan p ertama

Desember 2006

d engan maksud menentukan sesuatu yan g disebut nilai dari sebuah

r ealitas.

Secara garis besar ada dua hal yang akan disajikan dalam buku

Dite rbitkan d an di cetak ol eh:

ini , yang pertama ada lah yang tertuang dalam Bab I sampai dengan

GADJAH MADA UNIVERSITY PRESS

Bab IV yait u mengenai pengertian fiIsafat , fiIsafat hukum dan a liran

A nggota IKAPI

p emikiran fiIsafat hukum da lam l intasan sejarah umat manusia .

06 09188-C1E

Pada bagian yang kedua akan membicarakan tentang hukum itu s endiri yang dikaji secara filsafati mel iputi ontologi, epistemologi,

IS BN 9 79-420-635-0

ak siologi hukum , teori hukum, fungsi dan tujuan hukum, hak dan k ewajiban, masalah keadilan, poIitik hukum, dan penegakan hukum. Secara d etail mengenai bagian yang kedua ini dapat dibaca dalam Bab

VI

V sampai dengan Bab X . Buku filsafat hukum ini diharapkan dapat menstimulasi para mahasiswa, akademisi , dan praktisi di bidang hukum untuk dapat ber- fikir secara filsafati terhadap realitas hukum yang ada di sekelilingnya. Mereka diharapkan tidak hanya "tahu hukumnya" , akan tetapi juga

DAFTARISI

dapat menangkap makna dan hakikat hukum. Sehingga dapat menjadi bekal para insan hukum dalam upaya mengaplikasikan hukum, mene - mukan hukum (r echtvindingi, mewujudkan cita-cita hukum, asas-asas

.. hukum, melakukan interpretasi terhadap "kemauan" undang-undang V , dan melakukan penilaian terhadap gejala-gejala yang ada dalam

KATA PENGANTAR

.. masyarakat dari sudut filsafat hukum.

BAB I PENDAHULUAN

A. Pengertian Filsafat , Pembidangan Filsafat dan Letak Keberhasilan Penulis dalam penyusunan buku filsafat hukum

Filsafat Hukum

ini tidak lepas dari dukungan para pihak yang tidak dapat penulis

B. Pengertian Filsafat Hukum, Manfaat Mempelajari sebutkan satu persatu. Namun dalam kesempatan ini Penulis meng-

Filsafat Hukum, dan Kedudukan Filsafat Hukum ucapkan terima kasih kepada Saudara Ahmad Adipurawan yang telah

3 dengan sabar dan antusias membantu penulis dalam proses editing

dalam Konstelasi Ilmu

3 naskah buku ini. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada

1. Pengertian Filsafat Hukum

6 Pihak Penerbit Gadjah Mada University Press yang telah bersedia

2. Manfaat Mempelajari Filsafat Hukum ..

8 menerbitkan buku ini.

3. Ilmu-ilmu yang Berobjek Hukum

HUKUM PADA Penulisan buku ini dimaksudkan untuk memberi kemudahan

BABII PANDANGAN

TENTANG

ZAMAN KLASIK

dalam proses belajar mengajar bagi Mahasiswa Fakultas Hukum

A. Hukum Zaman Yunani Kuno

12 nya .

Universitas Gadjah Mada dan masyarakat umum yang memerlukan-

B. Hukum Zaman Romawi

13 Akhimya tiada gading yang tidak retak , maka begitu pula

C. Hukum pada Abad Pertengahan

dengan buku ini yang di dalamnya masih ban yak terdapat kesalahan

HUKUM PADA dan kekurangan. Untuk itu Penulis dalam kesempatan ini menyam-

BAB III PANDANGAN

TENTANG

19 paikan terirna kasih atas kritik dan saran yang konstruktif dari

ZAMAN MODERN

19 pembaca untuk penyempumaan buku ini dalarrr edisi-edisi mendatang.

A. Zaman Renaissance

21 Semoga buku ini dapat memberikan manfaat dalam upaya pem-

B. Zaman Aufklarung

23 bangunan hukum di negeri ini . Amin.

C. Pengertian Hukum Abad XIX

1. Pandangan Ilmiah atas Hukum

2. Pandangan Historis atas Hukum

D. Pengertian Hukum Abad XX

Yogyakarta, Desember 2006 Prof. Dr. Abdul Ghofur Anshori, S.H., M.H .

BAB IV PANDANGAN TENTANG HUKUM ERA POST-

MODERNISME

IX

Vlll

A. Latar Belakang ... .. .... . .. . . . .. . . . .. . ... . ... . . .. .. .. .. .. .. .

26 I. Rasional

B. Tradisionali sme I slam

28 2 . Moral .

C. Filsafat P erennial se ba gai J emb atan

32 B. Nilai Subjektif Hukum

110 BAB V ASPEK , ONTO LOGI, NI LAI ETIKA dan LOGIKA

1. Hak dan Kewajiban

112 DALAM HUKUM

2. Hak Azasi

A. Pengert ian Hukum

35 BAB VIII . KEBEBASAN M ANUSIA d an P EMB EBAN AN

B. Hukum dan Undang-Und ang Neg ara

38 HUKUM

C. Keberl akuan Hukum

39 A. Eksistensi .. .. .. .. . .. .. . .. .. .. .. . .. .. . .. .. . .. .. . .. .. .. 114

115 Stufenbau Theor ie

I. Membedakan Dua Je nis Kaidah Hukum

40 B. Kebebasan E ksistensial

42 C. Kebeba san Manusia dan Kehendak T uhan . .... . . .

D . Hukum s ebagai Norma

1 . Pengertian Kehendak Tuhan (Ta qdir) 118

E. Hukum dan Keadil an

2. Aliran

1. Konsep Keadil an

46 3. Kritik terhadap Keberadaan T aqdir

127 v' F. Keadilan Menurut Fil safat Hukum Islam

2. Hukum d an K eadil an

53 4 . Hikmah Percaya pada Taqd ir

57 D . Kebebasan Moral

1. Ruang Lingkup Hukum Islam

57 E. Ko-Eksistensi

2. Hukum Islam dan K eadilan

63 F . Kepemilikan ..

3. Hukum I slam dan Kemaslahatan

68 1. Pengertian Hak Milik

v G. Aspek Nilai E tika d alam Hukum (Juri stic Ethic s)

73 2. Sebab Hak Milik

H. Juri stic Logi cs (P enggun aan Logika dalam Hukum

137 atau Ilmu Hukum )

3. Prinsip Kepemilikan

BAB IX POLITIK HUKUM

BAB VI ALIRAN-ALIRAN H UKUM

87 A. Negara sebagai Sumber H ukum

A. Hukum Al am . . .. . ... . ..... . . . ... . ....... . . . .. . .. .. . . . .... .

87 1. Pengertian Negara

I. Hukum Kodr at (Al am) dal am Se j ara h

88 2. Terbentuknya Negar a 143

2. Perkembangan Hukum Kod rat

90 3 . Unsur Negara .. . .. ..

B. Positiv isme Hukum

92 4. Bentuk Negara

I. Pengerti an

92 5 . Susunan Negara

2. Positi visme Analitik

94 B. Hukum dan Kekuasaan

3. Positivisme Pragmatik

97 C. Hukum dan Masyarakat

C. Teori Hukum Mumi

98 D . Tujuan Politik Hukum

D . Hukum Berlandaskan Wahyu

153 BAB VII AZAS HUKUM

BABX PENEGAKANHUKUM

A. Perampasan Kemerdekaan d an Pemidanaan 153

A. Azas ObjektifHukum

B . Masalah-masalah dalam P en egakan Hukum 155

1. Ironi "Negara Hukum " Indonesi a 1 55

2. F enomena "Pengadilan Rakyat"

3 . Mafia Peradilan

DAFTAR PUS TAKA

16 0 BABI

INDEKS

1 65 PENDAHULUAN

A.I'ENGERTlAN FILSAFAT, I'EMBIDANGAN FILSAFAT DAN LETAK FILSAFAT HUKUM

Secara historis zaman terus berkembang melalui hierarkis per- kembangan yang terus dibarengi pula dengan perubahan-perubahan sosial , dimana dua hal ini selalu berjalan beriringan. Keberadaan manusia yang dasar pertamanya bebas, menjadi hal yang problematis ketika ia hidup dalam komunitas sosial. Kemerdekaan dirinya meng- alami benturan dengan kemerdekaan individu-individu lain atau bah- kan dengan makhluk yang lain. Sehingga ia terus terikat dengan tata kosmik, bahwa bagaimana ia harus berhubungan dengan orang lain, dengan alam, dengan dirinya sendiri maupun dengan Tuhannya. Maka muncullah tata aturan, norma atau nilai-nilai yang menjadi kesepakat-

an universal yang harus ditaati. Semacam h al tersebut di ataslah peradaban manusia dimulai , dimana manusia harus selalu menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan. la harus memegangi nilai-nilai aturan yang berlaku mengatur hidup manusia.

Filsafat atau disebut juga ilmu filsafat , mempunyai beberapa cabang ilmu utama . Ca bang I1mu utama dari filsafat adalah ontologi, epistimologi , tentang nilai (aksiologi) , dan moral (etika). Ontologi (metafisika) membahas tentang hakikat mendasar atas keberadaan sesuatu . Epistimologi membahas pengetahuan yang diperoleh manu- sia, misalnya mengena i asa lnya (sumber) dari man a sajakah pengeta- huan itu diperoleh manusia, apakah ukuran kebenaran pengetahuan yang telah diperaleh manusia itu dan bagaimanakah susunan pengeta- huan yang sudah diperaleh manusia . I1mu tentang nilai atau aksiologi

adalah bag ian dari filsafat yang khusus membahas mengenai hakikat adalah bag ian dari filsafat yang khusus membahas mengenai hakikat

da ngkan fi lsafat mora lm embahas

mengenai hukum yang telah ditentukan a tau hukum yang m emberi

petunjuk - pr ecriptive law - misaln ya hukum yan g di atur ol eh para e akup b aik dan b uruk serta be nar dan sa lah.

nila i ber kai tan de nga n t ingkah lak u m anusia di ma na n ilai d isini men-

oto ritas yang mengatur apa yan g bol

eh d an ap a yan g tid ak boleh

dikerj akan, Hukum inilah yang merupaka n b ahan pe nelitia n filsafa t berpikir ra dikal arti nya sampai ke akar suatu masala h, me ndalam sam-

Berfilsafat adala h berpik ir r ad ika l, radix artinya akar, sehi ngga

hukum , s

cd an gkan hukurn yang deskriptif m enjadi obj ek p enelitian

p ai k e akar-akarnya, ba hkan me lewati ba tas-batas fisik yang ada,

ilmu p engetahuan (A sdi , 1998: 2-3).

me masuk i medan pe nge mbaraan diluar sesuat u yang fis ik (Asy'arie, D alam kont ek s umum kesaleh an ban ya k dikaitkan d en gan 2002: 3). Berfi lsafat ada lah berpikir dalam ta hap ma kna, ia meneari

, ketaat an kepada k etentuan hukum. Namun k esalehan yang b ert umpu h ak ikat m akna dari ses ua tu, Berpikir da lam tahap m akna artinya

kepada k esadaran hukum akan banyak b erurusan den gan t in gkah l aku

manusia , dan hanya seeara parsial s aj a b erurusan d engan h al-hal dun gan sesuatu i tu . Dalam filsafat, seseorang meneari dan menernu-

menemukan makna tcrdalam dari sesua tu, yang berada d a lam kan-

batiniah (Madjid , 1992: 256). Dengan k at a l ain , o rientas i hukum l ebih k an ja waban da n b uka n h an ya dengan memperli hatka n p en am pa kan

berat m en garah pada dimensi eksoteri s, d en gan k ernungkinan m en g-

abaikan dim en si e soteris. Divergensi ant ara k edua orient asi k ea gam a- pa ka n itu de ngan maksud menentukan sesuatu ya ng dise but ni lai dari

(a ppearance ) sern ata, m el ainkan menelusurinya jauh d ibalik pe na rn-

an yang lahiri ( eksoteri s) dan batini ( esoteri s) memuneulk an eab an g se bua h r ealit as.

ilmu yang b erbeda, yaitu syariah (hukum) d an thariqah (ta sawuj) . Fi lsa fat m emil iki o bjek bahasa n ya ng sa ngat lua s, me liputi

se mua h al yang da pa t di j an gkau o leh pi kiran ma nusia, dan b eru sah a memak nai d un ia da lam h al mak na (A ns hori, 2005: 3 ). IImu hu kum

B. PENGERTlAN FILSAFAT HUKUM , MANFAAT MEMPE-

memi liki ruang l ingkup yang terbatas, karcna h anya m empel aj ar i

LAJARI FILSAFAT HUKUM, D AN KEDUDUKAN FILSA-

tenta ng n orma ata u a turan (hukum). Banyak persoa lan- persoal an

FAT HUKUM DALAM KONSTELA SI ILMU

b crken aan de nga n hu ku m m emban gkitkan pe rtanyaan-pe rtanyaa n

l eb ih l anj ut yang m em erl ukan jawaban mendasar, Pa da ke nya taan nya

1. Pengertian Filsafat Hukum

banyak pertanyaan- pertanyaan mendasar itu ti dak d ap at d ijawab l agi

oleh i lm u hu kum . Persoalan-persoa lan mendasa r ya ng tid ak di jawab See ara s ederhana dapat dikat ak an bahwa filsafat hukum adalah ole h ilmu hukum menjadi objek bahasan i lm u fi lsafat. Fi lsafat m ern -

eabang fil safat , yaitu filsafat tingkah laku atau etika , yang mernpela-

jari hakikat hukum . Dengan kata lain , fil safat hukum adalah ilmu yang m anusia (A nshori, 2005: 4).

p unyai ob jek ber upa sega la ses uatu ya ng d ap at d ij an gkau ol ch p ikiran

memp el ajari hukum s ecara filosofi s. J adi o bjek filsafat hukum adalah K onscp hu kum mungkin dapat dika takan me mp unya i p en gerti-

ea ra me ndalam sampai kepada inti a n ya ng ambigu, dwiarti, sehingga dapa tm enimbul kan k ek eli ru an

hukum , dan objek tersebut dikaji se

atau d asarnya, yang disebut hakikat.

pe ngertian, bai k seeara inte lektual ma upu n seeara m oral. Dapat dik a- Pertanyaan tentang "apa (hak ikat) hukum itu ?" s eka ligus meru-

t akan a da d ua m acarn h uku m , ya it u h uk um yang deskrip tif dan hukum

pakan p ertanyaan fil safat hukum ju

ga. Pe rtanyaan tersebut mungkin

saja dapat dijawab oleh ilmu hukum , t etapi jawaban yang diberik an h ukum ya ng m enunjukkan se suatu itu dapat t erj adi, m isa lnya hukum

yang pr eskri pt if. Hu ku m yang d es kriptif - decript ive la ws - a da lah

temyata se rba tidak memuaskan . M enurut Apeldoorn (1985) hal ter-

gravi tas i, h uku m A re hi medes ata u h uk um yang be rhubungan d en gan

sebut tidak lain k arena hukum hany a m emberikan jawaban yang

i lmu-i lm u k ealam an . D i sa mp ing itu , dapat p ula terpi kirkan ol eh k ita

sepihak.

Ilm u h uku m hanya melihat gejala-gejala hukum sebagaimana hukum yang menekuni filsafat hukum. Pada jam an d ulu, filsafat dapat diama ti o leh panca indera manusia mengenai perbuatan-perbuat-

hukum hanyalah produk sampingan di antara sekia n ba nyak objek an manusia dan ke biasaan-kebiasaan masyarakat. Sementara itu , per-

penyelidikan para fil suf. Pada masa sekarang , fil safat hukum s udah

menjadi produk ut ama yang dibaha s se ndiri oleh p ara ahl i hu kum. amatan ilmu h ukum. Norma (kaidah) hukum tidak termasuk dunia

timbangan nilai d i balik ge jala-gej ala hukum t ersebut luput dari peng-

Sebagai catatan tambahan , dalam banyak tuli san fi lsafa t hu kum

sering diidentikkan d engan jurisprud ence y ang diaj arkan t eru tama d i sehingga norma h ukum bukan dunia penyelidik an ilmu hukum.

kenyataan (se in), t etapi b erada pada dunia lain (s ol/en dan mo geni,

fakultas-fakulta s hukum di Am erika Serikat. I stilah jurisprudence Mengingat objek fil safat hukum adalah hukum, maka masal ah ( bahasa Inggri s) a tau jurispruden z (baha sa Jerman )s udah digunakan

atau perta nyaan ya ng dibaha s oleh filsafat hukum itupun antara lain dalam Cod ex Iuri s Civilis di zaman Rom awi. I stilah ini dipopulerkan berkisar pada apa-a pa yang diur aikan diata s, se perti hubungan hukum

terutama oleh p enganut aliran positivisme hukum. dan kekuasaan, h ubun gan hukum kodrat dan hukum positif, apa s ebab

Kat a jurisprudence harus dibedak an d engan kata yuriprudensi

orang menaati hukum, ap a tujuan hukum ,s ampai kepada ma salah-

se bagaimana dik enal daIam sistem hukum Indon esia d an Eropa Konti-

n ental pada umumny a, dimana istilah yuri sprudensi l ebih menunjuk orang disebut masa lah fil safat hukum kontempor er, s uatu istilah yang

masalah filsafat hukum yan g r amai dibicarakan sa at ini (oleh s ebagian

pad a putusan hakim yang diikut i hakim-h akim lain .H uijbers (1988) kurang tepat, me ng ingat s ejak dulu masalah t ersebut juga telah diper-

m enyatakan,

bincangkan) se pert i m asalah hak asasi manusia dan etika prof esi .. .. d i ln ggri s jur isprudence berart i ajaran atau ilmu hukum.

hukum. Tentu sa ja tidak s emua m asalah atau pertanyaan itu akan di - Maka n amp aklah b ahwa penganut -penganut p ositivisme yuridis tidak jawab dalam perk uliahan fil safat hukum. Seba gaimana telah dising-

mau bi cara m engen ai suatu fil sa fat hukum. O leh mereka kata juris- gung dim uka, fi lsafa t huk um m emprioritaskan pembahasannya pada

prudensi ( sic!) dian ggap lebih tep at, ya kni s ua tu kepandaian dan keca- pertanyaan-pertanya an yang dipandang pokok -pokok saja.

kapan yan g tin ggal dalam batas ilm u hu kum.

Apeldoom ( 1985) mi salnya menyebutk an tiga pertanyaan

penting yang d ibahas ol eh fil safat hukum , yaitu: (1) apakah pengertian

Agar tidak m embingungkan se ba iknya i stilah jurisprudence hukum yang ber laku umum; (2 ) apakah dasar k ekuatan mengikat dari tidak diterjemahkan k e dalam Bahsa Indon esia ( seperti ya ng d ilakukan hukum; dan (3) a pakah ya ng dimaksud dengan hukum kodrat. Lili Huijbers di ata s menjadi yurisprud ensi), te tapi t etap diper taha nkan Rasyidi (1990) me nyebutka n p ertanyaan yang menjadi masalah fil sa-

dalam ejaan aslinya.

fat hukum, antara lain: ( 1) hubungan hukum dan kekuasaan; (2) Menurut Richard A Posner (19 94) yan g dimaksud dengan hubungan hukum de ngan nilai-nilai sosial budaya ; (3) apa s ebab

jurisprudence adalah

negara berhak m enghukum se seorang; (4) apa se bab orang menaati hukum; (5) masa lah p ert anggungjawaban; (6) m asalah hak milik ; (7)

m ost fundamental. ge neral, a nd t heoritica l p lain of masalah kon tra k; dan (8) m asalah peranan hukum sebagai sarana

analys es o f th e so cial phenomenon c alled law . F or t he most part i t pembaruan masyara kat.

d eals with probl ems and u se p erspectives, remo te from da ily conc erns of l egal praction crs ; probl em that ca nnot

be so lved by J ika k ita b andingkan antara apa yang dikemukakan oleh Apel- refer ence t oo r by reasoning fr om c onventional lega l materia ls; doom dan Li li R asyidi ter sebut, tampak bahwa masalah-masalah yang

dianggap penting dalam pembahasan filsafat hukum terus bertambah. persp ective that c annot be r educed t o legal d octrines or to legal Hal ini sesunggu hnya tidak terlepas dari semakin banyaknya para ahli

reas oning. Many of

probl ems ofjurisprud ence cross doctrina l, probl ems ofjurisprud ence cross doctrina l,

ilmu- ilmu lain. P ertama, filsafat memiliki kar akteristik yang bersifat lisi s teoritis dari suatu fenomena sosia l yang disebut dengan

men yeluruh. D en gan cara b erpikir yang holi stik t ersebut, mahasiswa hukum . Pada sebagian besar bagiannya sesuai dengan ma salah

atau s iapa saja y an g m empelaj ari fi lsafat hukum diajak untuk berwa- dan menggunakan berbagai macam pandangan seperti remote

wasan lu as dan te rbuka . Mer eka dia j ak untuk me nghargai pemikiran, dari masa lah keseharian yang sering dihadapi para praktisi

pend ap at dan pend irian orang lain .i tu lah sebab nya dalam filsafat hukurn , masalah yang tidak dapat dipecahkan dengan rujukan

hukum pun dia jark an b erb agai a liran p emikiran tentan g hukum.

a tau jawaban-jawaban dari sumber hukum biasa , yaitu pan- Den gan d emikian a pa bi la mah asiswa ter sebut t elah lulu s se bagai dangan yang tidak dapat direduksi dalam dokt rin hukum .

sarjana hukum umpamanya , d iharapkan ia t idak ak an bersi kap a ro gan Banyak dari masa lah-masalah jur isprudence yang bersifat

dan apriori , bahwa di siplin ilmu yang dim ilikinya lebih tinggi diban- linta s doktrin, temporal dan national bounderies .

din gkan d en gan d isiplin i lmu yang lainnya .

C iri yan g lai n, filsafat hukum ju ga m emil iki sifat y an g m en- Lalu fi lsafat diartikannya dengan:

da sar. Artinya d alam m enganalisi s suatu m asalah, k ita diajak untuk

' " the n am e w eg ive th e analysis of'fundamental qu estions ,

berpiki r kritis dan radi kal. M ereka yan g m em pelajari filsafat hukum

thus th e traditio nal d efinition ofjur/ sprudence as th e p hilosop hy of

diaj ak untuk m em ahami hukum tidak dal am art i hu kum po sitif s emata .

Or an g y an g mempcl ajari hukum d alam ar ti p osit if s emata tidak akan appropriat e.

l aw. or as th e application of philo sophy o f law , i s pr ima fa cie

mampu memanfaatkan dan men gemba ngkan hukum secara baik apa - .. . n arn a tersebut kita b erikan untuk me nganal isi s

bil a ia menjadi h akim, misalnya di kh awat irkan i a ak an menjadi pertanyaan-pertanyaan mendasar , jadi pengertian tradi sional

"cor on g undang-und an g" bel aka .

dari jurisprudence adalah filsafat hukum, atau penerapan dari

C iri b erikutnya ya ng tid ak kal ah pe nti ng nya a dalah s ifat filsafat

fil safat hukum, yaitu pri ma faci e appropriate .

yan gs pekulatif . S ifa t i ni t idak bol ch dia rtikan se cara n ega tif se bagai s ifat ga mbling . S ebagaimana din yatakan o leh S uriasumantr i (1985)

Jadi Posner sendiri tidak m embedakan pengert ian dari dua

b ahwa se mua ilmu yan g berk ernb an g saa t ini b ermula dari s ifat spe- istila h it u, seka lipun banyak juga para ahli hu ku m yang mencoba

kulatif t ers ebut. Sifat ini m en gaj ak m erek a ya ng m empelajari filsafat mencari di stingsi dari keduanya. Hanya saja sebagaimana dikatakan

hukum untuk berpik ir inovati f, se la lu m encari s esuatu yang baru. oleh Lili Rasyi di (1988) sekalipun ada perbedaan antara keduanya ,

Mem an g s alah satu ciri oran g y an g b erp ikir rad ikal adalah senang tetap sukar untuk mencari batas -batasnya yang t egas.

kepada hal-hal baru ,T entu saja tind a kan s pekulatif yang dirnaksud di sini a dalah tind akan y ang terarah , yan g d apat d ipertanggungj awabkan s ecara ilmiah. D engan b erpikir s pe kulatif (d alam arti positif) itulah

hukum dapat dikembangkan k e arah ya ng dicita -citakan bersama. Bagi sebagian besar ma hasiswa, pert anyaan yang ser ing dilon-

2. Manfaa t Mempela jar i F ilsafat Huk um

C iri lain la gi adalah sif at fil safat ya ng r eflektif kritis. Melalui tarkan adalah: apakah manfaatnya mempela jari fi lsafat hukum itu?

sifat ini , filsafat hukum berguna untuk membimbing kita menganalisis Apakah tidak cukup mahasiswa dibekali de ngan ilm u huku m saja?

masalah-masalah hukum secara r as ional dan kemudian mernpertanya- Seperti te lah disingg ung d i m u ka, filsafat ( termasuk dalam ha l

kan jawaban itu secara terus men erus. Jaw aban tersebut seharusnya tidak sekedar diangkat dari gejala -gejala yang tampak, tetapi sudah kan jawaban itu secara terus men erus. Jaw aban tersebut seharusnya tidak sekedar diangkat dari gejala -gejala yang tampak, tetapi sudah

jemah lain (Mohammad Arifin, 1990) digunakan istilah "teori sana dalam menghadapi suatu masalah.

hukum" .

Sebagai bagian dari filsafat tingkah laku, mata kuliah filsafat Disiplin hukum oleh Purbacaraka, Soekanto, dan Chid ir Ali hukum juga memuat materi tentang etika profesi hukum. Dengan

diartikan sama dengan teori hukum dalam arti luas yang mencakup mempelajari etika profesi tersebut, diharapkan para calon sarjana

politik hukum, filsafat hukum dan teori hukum dalam arti sempit. hukum dapat menjadi pengemban amanat luhur profesinya. Sejak dini

Teori hukum dalam arti sempit inilah yang disebut dengan ilmu mereka diajak untuk memahami nilai-nilai luhur profesi tersebut dan

hukum.

mernupuk terus ideal isme mereka. Sekalipun disadari bahwa dalam Ilmu hukum dibedakan menjadi ilmu tentang norma (norm- kenyataannya mungkin saja nilai-nilai itu telah , menga lami penipisan-

wissenschafii, ilmu tentang pengertian hukum (begriffenwissenschafii ; perupisan.

dan ilmu tentang kenyataan hukum (tatsach enwissenschaft). Ilmu Seperti yang diungkapkan oleh Radhakrishnan dalam bukunya

tentang norma antara lain membahas tentang perumusan norma The History of Philosophy, manfaat mempelajari filsafat (ten tu saja

hukum, apa yang dimaksud norma hukum abstrak dan konkrit itu, isi termasuk mempelajari filsafat hukum) bukan hanya sekedar mencer-

dan sifat norma hukum, essensialia norma hukum, tugas dan kegunaan minkan se man gat masa ketika kita hidup, melainkan membimbing kita

norma hukum , pemyataan dan tanda pemyataan norma hukum, untuk maju. Fungsi filsafat hendaknya mengilhamkan keyakinan

penyimpangan terhadap norma hukum dan keberlakuan norma hukum. kepada kita untuk menopang dunia baru, mencetak manusia-manusia

Selanjutnya ilmu ten tang pengertian hukum antara lain membahas yang tergo long ke dalam berbagai bangsa, ras dan agama itu mengabdi

tentang apa yang dimaksud dengan masyarakat hukum, subyek ke pada cita-cita mulia kemanusiaan . Filsafat tidak ada artinya sama

hukum , objek hukum, hak dan kewajiban , peristiwa hukum dan sekali apab ila tidak universal, baik dalam ruang lingkupnya maupun

hubungan hukum. Kedua jenis ilmu ini disebut dengan ilmu tentang dalam semangatnya (Poerwartana , 1988).

dogmatik hukum. Ciri dogmatik hukum tersebut adalah teoritis rasio - nal dengan menggunakan logika deduktif .

Ilmu tentang kenyataari hukum antara lain: Sosiologi Hukum,

3. Ilmu-i1mu yang Berobjek Hukum

Antropologi Hukum, Psikologi Hukum, Perbandingan Hukum dan Setelah memahami filsafat hukum dengan berbagai sifatnya,

Sejarah Hukum. Sosiologi Hukum mempelajari secara empiris dan perlu juga diketahui keterkaitan antara filsafat hukum ini dengan ilmu-

analitis hubungan timbal balik antara hukum sebagai gejala dengan .ilmu lain yang juga berobjek hukum. Suatu pembidangan yang agak

gejala-gejala sosial lainnya. Antropologi Hukum mempelajari pola - lengkap tentang ilrnu-ilmu yang objeknya hukum diberikan oleh

pola sengketa dan penyelesaiannya baik pada masyarakat sederhana Pumadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto (1989) .

maupun masyarakat yang sedang mengalami proses modemisasi. Istilah "disiplin hukum" sendiri sebenamya dialihbahasakan

Psikologi Hukum mempelajari hukum sebagai suatu perwujudan per- oleh Pumadi Purbacaraka dan Soerjono Soekanto dari kata legal

kembangan jiwa manusia . Perbandingan Hukum adalah cabang ilmu th eory, sebagaiman dimaksudkan oleh W. Friedmann. Hal ini tampak

(hukum) yang memperbandingkan sistem-sistem hukum yang berlaku dalam terjemahan karya Friedmann oleh Pumadi Purbacarakan dan

di dalam sesuatu atau beberapa masyarakat. Sejarah Hukum me m-

C hidir Ali (1986) yang diberi kata sambutan oleh Soerjono Soekanto . pelajari tentang perkembangan dan asal-usul dari sistem hukum dalam Pener jemahan legal theory dengan "disiplin hukum" disini mungkin

suatu masyarakat tertentu. (Purbacaraka dan Soekanto , 1989). Berbeda

dengan ilmu tentang norma dan ilmu t entang pengertian hu kum , ciri

i lmu tentang kenyataan ilmu ini adalah t eoritis empiris dengan meng- gunakan logika indukt if.

Politik Hukum mencakup kegiatan-kegiatan memili hn ila i-n ilai

BAB 11

dan mcnerapkan nilai-nilai . Filsafat Hukum ada lah pere nunga n dan perumusan nila-nilai , kecuali i tu fi lsafat hukum juga mencak up penye-

PANDANGAN TENTANG HUKUM P ADA

rasian nilai-nilai , misalnya penyerasian antara keter tiban dan keten-

ZAMAN KLASIK

traman, antara kebendaan (materia lisme) dan keakhlakan (idea lisme), antara kelanggengan n ilai-nilai l ama (konservatisme) da n pembaha- ruan (Purbacaraka dan Soekan to , 1989). Dapat pu la di tambahka n

Peng ertian t ent ang hukum tidak s elalu s ama. Hal ini berkai tan bahwa po litik h ukum selalu berbicara tentang hukum yang dicita-

d engan perubah an pandangan hidup dari za man ke zaman. Sejak awa l ci takan (J us Co nstituendu nu dan berupa menjadikannya sebagai

z aman modem ( abad k e-15) ban yak oran g secara s pontan m enyama- huk um positif (Jus Co nstitutuniy pada suatu masa menda tang.

k an hukum d engan hukum n egara , huku ma da lah und ang-und ang. Dari pembidangan yang diura ikan di atas, tampak bahwa

Ak an t etapi p engerti an hukum se cara t radisional tid akl ah d emi kian.

Dal am pandangan tradi sional hukum l e bih dip andang se bagai s esuatu te tapi sebagai bagia n dari teori hukum (lega l theory) ata ud isiplim

fi lsafa t h ukum tidak dimasukkan sebagai caba ng dari filsafa t h ukum

y ang b ersifat idiil atau etis (Huijbe rs, 199 5: 21) . P ada za ma n k las ik hukum . Teori hukum dengan demikian tidak sama dengan filsafa t

( abad 6 SM-abad 5 M) hukum dian ggap s ebagai c ermin a turan a lam hukum , karena yang satu mencak up yang lainnya. Sa tji pto Ra harjo

se mesta. Pada abad p crtengahan ( abad 5 M - 15 M ) hukum ya ng dit uju

a da lah peratur an-peraturan yan g m em ancarkan ke tentuan-ke tentuan jutan dari usaha mem pe lajari hukum positif, setidak -tidaknya dalam

(1986) menyatakan bahwa teori h ukum boleh dise but se bagai kelan-

A llah.

urutan yang demikian itula h ki ta mengkonstr uksikan ke hadi ran teori

hukum s ecara je las. Teori hukum memang berb icara tentang ban yak ha l yang dapat

A. HUKUM ZAMAN YUNANI KUNO

masuk ke dalam I apangan politik h ukum, fi lsafat hukum , ilmu h ukum

atau kombinasi dar i ketiga bidang itu . Karena i tulah teori h uk um dapa t Pad a mul anya tanggapan orang-or ang yu nani terha dap p enger- saja pada suatu ketika membicarakan ses uatu ya ng b ersifat u niversal,

ti an hukum ma sih primitif. Pad a z aman i tu huku m di pan da ng se baga i tetapi tidak tertutup kem ungkinan ia berb icara mengenai ha l-ha l yang

k eharu san alamiah (n omos) baik se mest a a lam m aup un manu sia , sangat khas me nurut te mpat dan wakt ut ertentu. Uraia nt entang filsafa t

co ntoh: laki-l aki b erkuasa, bud ak a da lah bu dak, d an se bagainya. hukum dan teori h ukum di a tas kiranya aka n berguna da lam rangka

N amun pada p erjalanannya, t epa tnya sejak a bad 4 S M a da b eberapa

filo sof yang men gartikan hukum seca ra ber beda . Pl ato (42 7-347 SM ) teori h ukum I ndonesia.

menjelaskan kelak menge nai apa dan d imana l etak filsafa th ukum da n

y ang menuli s buku P olit eia dan N om oi memberik an taw aran peng er- tian hukum , hakik at hukum dan div ergens inya . Buku P oliteia m elu - ki skan model n egara yang adil. D alam buku ters ebut Plato m eng- un gkapkan gagasannya ten tang k enyataan bahwa dalam negara

terdapat kelompok-kelompok dan yang dimaksud dengan keadilan berfungsi sebagai pedoman para gubemur wilayah (yang berperan adalah jika tiap-tiap kelompok berbuat dengan apa yang sesuai dengan

juga sebagai hakim) . Perkembangan tersebut sesuai juga dengan tempat dan tugasnya. Sedangkan dalam buku Nomoi, Plato menjelas-

pendapat sarjana hukum Romawi saat itu seperti Cicero , Galius, kan tentang petunjuk dibentuknya tata hukum. Menurut Plato,

Ulpanus, dan lain-lain.

peraturan-peraturan yang berlaku ditulis dalam kitab perundangan, Pada zaman ini, paham yang berkembang adalah bahwa filsafat karena jika tidak penyelewengan dari hukum yang adil sulit dihin-

hukum (bersifat idiil) yang menerangkan dan mendasari sistem hukum darkan.

bukanlah hukum yang ditentukan (hukum positiflleges, melainkan Filosof lain seperti Aristoteles (348-322 SM) yang menulis

hukum yang dicita-citakan dan yang dicerminkan dalam leges terse but buku Politika juga memberikan tawaran baru pada pengertiannya

(hukum sebagai ius) . Jus belum tentu ditemukan dalam peraturan, tentang hukum. Menurut Aristoteles, manusia merupakan "makhluk

tetapi terwujud dalam hukum alamiah yang mengatur alam dan po lis" (zoon politicon), dimana manusia harus ikut dalam kegiatan

manusia. Oleh kaum Stoa, hukum alam yang melebihi hukum positif politik dan taat pada hukum polis. Kemudian Aristoteles membagi

adalah pemyataan kehendak ilahi (Huijbers, 1995 : 25). Menurut F. hukum menjadi 2 (dua). Pertama adalah hukum alam (kodrat), yaitu

Schultz bagi bangsa Romawi perundang-undangan tidak begitu pen- yang mencerminkan aturan alam, selalu berlaku dan tidak pemah

ting , dicerminkan dari pemyataan "Das Volk des Rechts ist nichts das berubah. Yang kedua adalah hukum positif, yaitu hukum yang dibuat

Volk des Gesetzes" (bangsa hukum itu bukanlah bangsa undang- oleh manusia. Lebih jauh Aristoteles menjelaskan dalam bukunya

undang) (Apeldoom, 1986: 15).

tersebut bahwa pembentukan hukum harus selalu dibimbing rasa Hukum Romawi dikembangkan oleh Kekaisaran Romawi keadilan, yaitu rasa yang baik dan pantas bagi orang yang hidup

Timur (Byzantium), lalu diwarisi kepada generasi-generasi selanjut- bersama. Slogan yang menjelaskan tentang hakikat keadilan menurut

nya dalam bentuk Kodeks Hukum. Tahun 528-534 seluruh perundang- Aristoteles adalah "kepada yang sama penting diberikan yang sama,

an kekaisaran Romawi dikumpulkan dalam satu Kodeks atas perintah kepada yang tidak sama penting diberikan yang tidak sama".

Kaisar Yustinianus, yang ia sebut sebagai Codex Juris Rumaui/Codex Iustinianus/Corpus Juris Civilis. Kemudian dikembangkan pad a abad pertengahan, dan dipraktekkan kembali padakekaisaran Jerman .

B. HUKUM ZAMAN ROMAWl

Terakhir, hukum romawi tersebut menjadi tulang punggung hukum perdata modem dalam Code Civil Napoleon (1804).

Pada permulaan Kerajaan Romawi (abad 8 SM), peraturan Romawi hanya untuk kota Roma (753 SM), kemudian meluas dan menjadi universal. Peraturan yang telah meluas dan universal tersebut

c. HUKUM PADA ABAD PERTENGAHAN

disebut juga dengan "ius gentium", yaitu suatu hukum yang diterima semua bangsa sebagai dasar suatu kehidupan bersama yang beradab.

Sering kali kita membaca dua sejarah besar antar Islam dan Selain peraturan yang ada yurisdiksi awalnya hanya untuk kota

Barat seakan-akan tak pemah saling bertemu antara keduanya atau Roma, peraturan tersebut juga bersifat kasuistis. Peraturan tersebut

seperti dua sejarah yang harus dibedakan antara keduanya. Padahal hanya berlaku untuk untuk kasus-kasus tertentu saja, dimana peraturan

tidaklah begitu, ketika kita mau membaca atau menyimak sejarah, tersebut hanya dijadikan pedoman bagi para hakim dalam memutus

sains dan ilmu pengetahuan yang kini telah berkembang pesat di era s uatu perkara. Setelah menjadi ius gentium, peraturan tersebut

millenium sekarang ini. Secara filosofis bisa dilihat ketika dunia Islam

dalam keemasan. Banyak orang-orang Eropa (Barat) pada umumnya, (796-873M). la dengan tegas mengatakan bahwa antara filsafat sekitar kurang lebih abad pertengahan, negara-negara Barat meng-

dan agama tak ada pertentangan. Filsafat ia artikan sebagai pem- alami kegelapan dan kemunduran, setelah berapa saat mengalami

bahasan tentang yang benar (al-bahs'an al-haqq). Agama dalam kemajuan di bidang filsafat-khususnya di negara Yunani-diawal abad

pada itu juga menjelaskan yang benar. Maka kedua-duanya Masehi. Alam pikir mereka cenderung mengarah pada profanistik.

membahas yang benar. Selanjutnya filsafat dalam pembahasan- Sehingga Barat hams mengakui kemundurannya.

nya memakai akal dan agama, dan dalam penjelasan tentang Kronologi Sejarah kemajuan di Barat bisa ditelusuri sejak

yang benar juga memakai argumen-argumen rasional. Dengan Kekhalifahan Umayah masuk ke Spanyol (Andalusia) tahun 711

filsafat "al-Haqq al-Awwal"nya, al-Kindi, berusaha memumikan dibawah pimpinan Abdurrahrnan ad-Dakhil (755 M) . Pada masa keesaan Tuhan dari arti banyak. Selain al-Kindi, filsuf lain yang pemerintahannya Abdurrahman ad-Dakhil membangun masjid, seko-

lah dan perpustakaan di Cordova. Semenjak itu lahirlah sarjana-sarja- banyak berbicara mengenai pemumian tauhid adalah al-Farabi

na Islam yang membidangi masalah-masalah tertentu seperti Abbas (870-950 M). Percikan pemikiran filsuf-filsuf pada fase awal ibn Famas yang ahli dalam Ilmu Kimia, Ibn Abbas dalam bidang

perkembangan filsafat diantaranya adalah: (l) Alam qadim Farmakologi , Ibrahim ibn Yahya al-Naqqash dalam bidang astronomi

dalam arti tak bermula dalam zaman, (2) Pembangkitan jasmani dimana ia dapat menghitung gerhana dan penemu teropong bintang

tak ada, (3) Tuhan tidak mengetahui perincian yang terjadi di untuk pertama kali, Ibnu Jubair (Valencia, 1145-1228) ahli dalam

alam. Ini adalah tiga dari dua puluh kritikan yang diajukan al- Sejarah dan Geografi, Ibn Batuthah (Tangier, 1304-1377), Ibn al-

Ghazali (l 058-1111 M) terhadap pcmikiran para filsufIslam. Khatib (1317-1374), dan Ibn Khaldun.

Konsep alam qadim membawa kepada kekufuran dalam Dalam bidang filsafat juga lahir beberapa tokoh seperti Ibnu

pendapat al-Ghazali karena qadim dalam filsafat berarti sesuatu Bajjah (lahir di Saragosa, wafat tahun 1138 M) yang hidup di Spanyol

yang wujudnya tidak mempunyai permulaan dalam zaman yaitu menyaingi al -Farabi dan Ibn Sina yang hidup di Baghdad ibu kota

tidak pemah tidak ada di zaman lampau, dan ini berarti tidak Kekhalifahan Abbasiyah. la menulis buku Tadbir al-Mutawahhid

diciptakan. Yang tidak diciptakan adalah Tuhan, maka syahadat yang mernbahas masalah etos dan eskatologis. Filosof lain Abu Bakr

dalam teologi Islam adalah: la qadim a, ilallah, tidak ada yang ibn Tufail (lahir di Granada, wafat th 1185 M) menulis buku Hay ibn

qadim selain Allah. Kalau alam qadim, maka alam adalah pula Yaqzhan, Ibn Rusyd (1126-1198) yang merupakan pewaris pemikiran

Tuhan dan terdapatlah dua Tuhan, ini membawa kepada paham Aristoteles) menulis buku Bidayalt al- Mujtahid. Pada perkembangan syirik atau politheisme. Tidak diciptakan bisa pula berarti tidak selanjutnya Ibnu Rusyd melahirkan aliran filsafat baru tersendiri di

Eropa , Avoreisme. perlu adanya Pencipta yaitu Tuhan, dan ini membawa pula

Abad Pertengahan ini didominasi oleh agama, agama Kristiani kepada atheisme. Mengenai pembangkitan jasmani, al-Qur'an di Barat dan agama Islam di Timur. Jaman ini memberikan pemikiran-

menggambarkan adanya pembangkitan jasmani itu . Umpamanya pemikiran baru meskipun tidak menghilangkan sama sekali kebuda-

ayat 78-79 dari QS. Yasin "Siapa yang menghidupkan tulang- yaan Yunani dan Romawi. Karya-karya Aristoteles dipelajari oleh

tulang yang telah rapuh ini? Katakanlah: Yang menghidupkan para ahli pikir Islam yang kemudian diteruskan oleh ahli pikir di

adalah Yang Menciptakannya pertama kali. " Kemudian tentang Barat.

masalah ketiga, Tuhan tidak mengetahui perincian yang ada di Filsuf Arab Islam yang dikenal pertama adalah al-Kindi,

alam juga didasarkan atas keadaan falsafat itu, berlawanan

dengan al-Qur'an ayat 59 dari surat al-An'am: Tiada daun yang

pada Hukum Tuhan.

jatu}i yang tidak diketahui-Nya. Al-Ghazali mengeluarkan pen- Pemikir Islam mendasarkan teori hukurnnya pada agama Islam, dapat bahwa jalan sebenamya untuk mencapai hakikat bukanlah

yaitu pada wahyu Ilahi yang disampaikan kepada Nabi . Dari ahli pikir filsafat tetapi tasawuf.

Islam AI-Syafii-Iah aturan-aturan hukum diolah secara sistematis. Dalam bidang hukum muncul aliran ancilla theologiae, yaitu

Sumber hukum Islam adalah AI-Quran, kemudian Hadis yang meru- paham yang menetapkan bahwa hukum yang ditetapkan harus di-

pakan ajaran-ajaran dalam hidup Nabi Muhammad saw . Peraturan- cocokkan dengan aturan yang telah ada, yaitu ketentuan-ketentuan

peraturan yang disetujui oleh umat juga menjadi hukum, hukum agama. Teori-teori mengenai hukum pada Abad Pertengahan ini dike-

mufakat, yang disebut juga ijmak . Sumber hukum yang lainnya adalah mukakan oleh Agustinus (354-430), Thomas Aquinas (1225-1275),

qiyas , yaitu analogi atau persamaan. Hukum Islam ini meliputi segala dan para sarjana Islam, antara lain AI-Safii (820). Menurut Agustinus,

bidang kehidupan manusia. I -Iukum Islam hidup dalam jiwa orang- hukum abadi ada pada Budi Tuhan. Tuhan mempunyai ide-ide Abadi

orang Islam, dan berdasarkan pad a agama. I -lukum Islam merupakan yang merupakan contoh bagi segala sesuatu yang ada dalam dunia

hidup ideal bagi penganutnya . Oleh karena Hukum Islam berdasarkan nyata. Oleh karena itu, hukum ini juga disebut sebagai hukum alam,

pada Al Quran maka Hukum Islam adalah hukum yang mempunyai yang mempunyai prinsip, "Jangan berbuat kepada orang lain, apa yang

hubungan dengan Allah , langsung sebagai wahyu. Aturan hukum engkau tidak ingin berbuat kepadamu." Dalam prinsip ini nampak

harus dibuat berdasarkan wahyu (Muhammad Khalid Masud, 1996: adanya rasa keadilan .

12-13).

Arti hukum menurut Thomas Aquinas adalah adanya hukum Dengan kata lain pada abad pertengahan ini ada dua pandangan yang datang dari wahyu , dan hukum yang dibuat oleh manusia.

yang berbeda . Menurut Syafi'i mengapa hukum harus dicocokkan Hukum yang didapat dari wahyu dinamakan hukum Ilahi positif.

dengan ketentuan agama karena hukum berhubungan dengan wahyu Hukum wahyu ada pad a norma-norma moral agama, sedangkan

secara langsung , sehingga hukum dipandang sebagai bagian dari hukum yang datang dari akal budi manusia ada tiga mac am, yaitu

wahyu. Berbeda dengan Syafi 'i, menurut Agustinus dan Thomas hukum alam, hukum bangsa-bangsa, dan hukum positif manusiawi.

Aquinas hukum b erhubungan dengan wahyu secara tidak langsung, Hukum alam bersifat umum, dan karena itu tidak jelas. Maka perlu

yaitu hukum yang dibuat manusia, disusun di bawah inspirasi agama disusun hukum yang lebih jelas yang merupakan undang-undang

dan wahyu (Huijbers, 1995: 27).

negara yang mengatur kehidupan manusia dalam masyarakat. I-Iukum Pengertian hukum yang berbeda ini membawa konsekuensi ini disebut hukum positif. Apabila hukum positif ini bertentangan

dalam pandangannya terhadap hukum alam. Para tokoh Kristiani dengan hukum alam, maka hukum alamlah yang berlaku.

cenderung untuk mempertahankan hukum alam sebagai norma Keadilan juga merupakan suatu hat yang utama dalam teori

hukum, akan tetapi bukan disebabkan oleh alam yang dapat mencipta hukum Thomas Aquinas. Meskipun Thomas Aquinas membedakan

hukum melainkan karena alam merupakan ciptaan Tuhan. Menurut antara keadilan distributif, keadilan tukar-rnenukar, dan keadilan legal,

Thomas Aquinas aturan alam tidak lain dari partisipasi aturan abadi tetapi keadilan legal menduduki peranan yang sangat penting. Hal ini

. disebabkan karena keadilan legal menuntut agar orang tunduk pada

(lex aeterna) yang ada pada Tuhan sendiri.

Dalam Islam, agama merupakan pengakuan manusia untuk undang-undang, sebab mentaati hukum merupakan sikap yang baik.

bersikap pasrah kepada sesuatu yang lebih tinggi, lebih agung dan Jelaslah bahwa kedua tokoh Kristiani ini mendasarkan teori hukumnya

lebih kuat dari mereka, yang bersifat transedental. Telah menjadi fitrah manusia untuk memuja dan sikap pasrah kepada sesuatu yang

dia agung-agungkan untuk dijadikan sebagai Tuhannya . 01eh karena Tuhan telah menetapkan hukum-hukumnya bag i manusia , maka tiada

lain sebagai konsekuensi dari kepasrahan terse but manusia harus taat pada hukum-hukurn terse but. Islam memandang tidak ada perbedaan

BAB III

antara hukum alam dengan hukum Tuhan (s yariat) , · karena syariat yang ditetapkan Allah dalam Al-Quran sesuai dengan hukum alam itu

PANDANGAN TENTANG HUKUM PADA

sendiri, yang dalam Islam disebut fitrah . Namun pemaknaan fitrah

ZAMAN MODERN

dalam Islam jauh lebih tinggi daripada pemaknaan hukum alam sebagaimana dipahami dalam kont eks ilmu hukum. Jika hukum alam (lex natura e) dipahami sebagai eara segala yang ada berjalan sesuai

Kemajuan yang terjadi di dunia Islam , temyata memiliki daya dengan aturan semesta alam seperti manusia dalam bertindak meng-

tarik tersendiri bagi mereka orang-orang Barat. Maka pada masa kecend erungan-kecenderungan dalam jasmaninya (Huijber s,

seperti inilah banyak orang-orang Barat yang datang ke dunia Islam 1995), maka fitrah berarti pembebasan manu sia dari keterjajahan

untuk mempelajari filsafat dan ilmu pengetahuan. Kemudian hal ini terhadap kemauan jasmaninya yang serba tidak terb atas pada kemauan

menjadi jembatan informasi antara Barat dan Islam. Dari pemikiran- ruhani yang mendekat pada Tuhan .

pemikiran ilmiah, rasional dan filosofis , atau bahkan sains Islam mulai Pada abad ini para ahli kemudian memb edakan ada Iima jeni s

ditransfer ke daratan Eropa. Kontak antara dunia Barat dan Islam pad a hukum, yaitu:

lima Abad berikutnya temyata mampu mengantarkan Eropa pada

a. Hukum abadi (lex a etema): reneana Allah tentang aturan masa kebangkitannya kembali (renaisan ce) pada bidang ilmu pengeta- seme sta alam. Hukum abadi itu merupakan suatu pen gertian

huan dan filsafat. Selanjutnya berkembang pada era baru yaitu era- teologis tentang asal mula segala hukum , y ang kurang berp e-

modem.

ngaruh atas pengertian hukum lainnya.

b. Hukum ilahi positif (l ex divino positiva) : hukum Allah yang

terkandung dalam wahyu a gama, terutama mengenai prinsip-

A. ZAMAN RENAISSANCE

prinsip keadilan. Berkebalikan dengan apa yang dialami oleh para pelajar Barat

e. Hukum alam (lex natura/is) : hukum Allah sebagaimana nampak dengan apa yang mereka dapatkan dari Islam, dimana gereja memiliki dalam aturan semesta alam melalui akal budi manusia.

kekuasaan mutlak di Eropa (teokrasi), menimbulkan era baru

renaissance ' (kelahiran kembali). Era ini merupakan manifestasi dari semua atau kebanyakan bangsa. Hukum itu yang berasal dari

d. Hukum bangsa-bangsa (ius ge ntium): hukum yang diterima oleh

protes para ahli yang belajar dari Islam terhadap kekuasaan gereja hukum romawi , lambat Iaun hilang sebab diresepsi dalam

yang mutlak terse but. Pada zaman ini hidup manusia mengalami hukum positif.

banyak perubahan. Bila pada abad pertengahan perhatian orang diarahkan kepada dunia dan akhirat, maka pada zaman modem

e. Hukum positif (lex humana positiva): hukum sebagaimana perhatiannya hanya padakehidupan dunia saja. Hal ini di latar- ditentukan oleh yang berkuasa ; tata hukum negara. Hukum ini

belakangi oleh keadaan Eropa yang saat itu pemahaman tentang pada zaman modem ditanggapi sebagai hukum yang sejati.

akhirat dibajak oleh Gereja. Masa kekuasaan Gereja yang biasa Bila pengertian hukum zaman klasik lebih bersifat klasik, maka disebut sebagai masa kegelapan Eropa telah melahirkan sentimen anti

pengertian hukum pada zaman modem lebih bersifat empiris. Menurut Gereja. Mereka menuduh Gereja telah bersikap selama seribu tahun

Huijbers (1995: 29) hal ini berarti bahwa: (1) Tekanan tidak lagi pada layaknya polisi yang memeriksa keyakinan setiap orang.

hukum sebagai tatanan yang ideal (hukum alam), melainkan pada Lantas, lahirlah teori yang menempatkan manusia sebagai

hukum yang dibentuk manusia sendiri, baik oleh raja maupun rakyat segala-galanya menggantikan Tuhan. Berdasarkan teori ini, manusia-

yaitu hukum positif atau tata hukum negara, dimana hukum terjalin lah yang menjadi tolok ukur kebaikan dan keburukan. Era baru ini

dengan politik negara; (2) Tata hukum ne gara diolah oleh para sarjana telah melahirkan teori yang men gee am segala sesuatu yang membatasi

hukum seeara Iebih ilmiah; (3) Dalam membentuk tata hukum makin • kebebasan individu manusia . Akibatnya, agama berubah peran dan

banyak dipikirkan tentang fakta-fakta empiris, yaitu kebudayaan menjadi sebatas masalah individu yang hanya dimanfaatkan kala sese-

bangsa dan situasi sosio-ekonomis masyarakat yang bersangkutan. orang memerlukan sandaran untuk mengusir kegelisahan batin dan

Percikan Pemikiran ten tang hukum pada zaman ini adalah: kesendirian. Agama seeara perlahan tergeser dari kehidupan masya-

I. Hukum merupakan bagian dari kebijakan manusia; rakat di Eropa (Huijbers, 1985). Burekhardt (dalam Huijbers, 1985:

2. Tertib hukum diwujudkan dalam bentuk negara, dimana di Oengan demikian , Zaman Modem atau Abad Modem di Barat adalah

29) menyebut era ini sebagai "penernuan kembali dunia dan manusia".

dalamnya memuat peraturan perundang-undangan yang harus zaman, ketika manusia menemukan dirinya sebagai kekuatan yang

ditaati oleh warga negara dan memuat peraturan hukum dalam dapat menyelesaikan segala persoalan-persoalan hidupnya. Manusia

hubungannya dengan negara lain.

hanya dipandang sebagai mahluk yang bebas yang independen dari

3. Peneipta hukum adalah raja.

Alam dan Tuhan. Manusia di Barat sengaja membebaskan dari Tatan- an Ilahiah (Theo Morphisnie], untuk selanjutnya membangun Tatanan

Filsuf-filsuf yang memunculkan pemikiran tersebut adalah Antropomorphisme suatu tatanan yang semata-mata berpusat pada

Macchiavelli (1469-1527), Jean Bodin (1530-1596), Hugo Grotius manusia. Manusia menjadi tuan atas nasibnya sendiri.

(1583-1645), dan Thomas Hobbes (1588-1679). Dengan semangat ini Kondisi di masa itu yang dipenuhi dengan kegetiran abad per-

pula Eropa kemudian mencari dunia baru yang ditandai dengan tengahan, telah membuat gerakan Humani sme ini dengan eepat ber-

pen emu an sebuah wilayah pada tahun 1492 yang kemudian dinamai kembang luas di Eropa. Menurut Humanisme, manusia bersifat unggul

Amerika .

sebagai pribadi diantara segala makhluk lainnya, khususnya dalam peran manusia sebagai peneipta kebudayaan. Tokoh-tokoh Humanis- me itu adalah Petraea (1303-1374), Desiderius Erasmus (1469-1537),

B. ZAMAN AUFKLARUNG

dan Thomas More (1478-1535). · Peru bahan pandangan ini berpenga- ruh juga pada agama Kristen, yang mewujud dalam agama baru yaitu

Zaman Aufklarung yang lahir kurang lebih pad a abad ke-17 agarna Protestan (1217). Agama ini lahir sebagai hasil dari reformasi

merupakari awal kemenangan supermasi rasionalisme, empirisme, dan agama Kristen oleh Maarten Luther (1483-1546) & Johannes Calvin

positivisme dari dogmatis Agama. Kenyataan ini dapat dipahami (1509-1564). Dalam bidang keilmuwan muneul juga beberapa ilmu-

karena abad modem Barat ditandai dengan adanya upaya pemisahan wan seperti: Copemieus (1473-1543), Kep1er (1571-1630), Galilei

antara ilmu pengetahuan dan filsafat dari pengaruh Agama (seku- (1564-1642), Newton (1642-1727) dalam bidang fisika.

lerisme). Perpaduanantara rasionalisme, empirisme dan positivisme

dalam satu paket epistimologi melahirkan ap a yang T.H Huaxley

b ersifat rasional , an s ich. Kedu a, telah muncul ide dasar konsepsi

m en genai negara ya ng i deal. Pada z aman ini negara yang ideal adalah Munculnya aliran-aliran tersebut s angat berpengaruh pada per-

disebut dengan Metode IImiah (Scientifi c M ethod).

n egara hukum. B eberapa p emikiran berk aitan d eng an ide tersebut

diantaranya John Locke yan g m eny atakan t en ta ng pembelaan hak sesuatu hanya mereka perhitungkan da ri s udut fi siologis -lahiriah yang

adaban Barat selanjutnya. Dengan metod e ilmi ah itu, kebenaran

warga negar a terh adap pem er intahan y ang b er kuasa; Montesqiu me- sangat bersifat profanik (keduniawian atau k eb end aan). Atau dengan

nyatakan tentang pemisahan keku asaan ncgara dal am tiga b agian,

yaitu eksekutif , legislatif dan yudikatif ( trias polit ica); J.J . Rousseau koherensi dan korespodensi. Dengan watak nya tersebut sudah dapat

istilah lain , kebenaran ilmu pengetahu an h anya diukur dari sudut

menyatakan tentang keunggulan m anusia scbagai subjek hukum .