PERAMPASAN KEMERDEKAAN DAN PEMIDANAAN

A. PERAMPASAN KEMERDEKAAN DAN PEMIDANAAN

Pelanggaran hukum membawa akibat diberikannya hukuman kepada si pelanggar. Hukuman itu d apat b erbentuk hukuman fisik , hukuman denda ataupun hukuman dalam bentuk lain. Adanya hukuman yang diberikan tersebut akan menimbulkan masalah yang mengacu pad a keadilan. Sudah adilkah hukuman yang diberikan, khususnya hukuman yang diberikan sesuai dengan keputusan hakim dan dalam hukum legal. Berdasarkan pemberian hukuman itu akan timbul pertanyaan, "Apakah s esungguhnya tujuan memberi hukuman? Kecuali itu apakah hukuman te rse but sesua i dengan nilai-nilai moral?"

Mungk in ada yang berpendapat bahwa memberi hukuman ter- sebut balas dendam , atau biar orang bersalah itu "kapok" , jera, sehingga tidak melakukannya lagi. Atau mungkin pula sebagai contoh agar orang lain tid ak melakukan pelanggaran yang sama . Secara umum, dapat dikatak an bahwa memberikan hukuman merupakan pengobatan atau treatm ent , atau merupakan denda karena melanggar peraturan. Agar suatu hukuman dapat dikatakan adil , maka hukuman itu hams mengandung a spek legal dan aspek moral, sehingga tercapai ketentraman lahir maupun batin, tidak hanya untuk si pelanggar hukum , melainkan juga masyarakat pada umumnya.

Teori yang membenark an pemberian hukuman pada seseorang yang melanggar hukum dan dibenarkan secara moral adalah teori Retributivisme. Menurut teori ini, dalam memberi hukuman haruslah dilihat apakah seseorang itu m elanggar hukum . Untuk mengetahui hal ini perlu dilihat perbuatan orang itu pada masa lalu . Kalau memang

orang tersebut pada masa lalu telahmelanggar hukum , sudah sepan- oleh beberapa orang filsuf, di antaranya oleh Jeremy Bentham dari tasnyalah ia . menerima hukuman . Maka hukuman yang diberikan

1nggris.

tersebut merupakan retribusi bagi pelanggaran yang diakibatkan oleh Berbeda dengan teori Retributivisme yang memandang pada pelanggarannya . Dengan demikian telah sesuai pemberian hukuman

mementingkan masa depan. Dampak apa yang akan terjadi ' apabila itu dan karena itu teori retribusi ini juga dinamakan teori Propor-

seseorang menerima hukuman. Hukuman yang diberikan diharapkan sionalitas (Yong Ohoitimur , 1997: 6).

mengandung konsekuensi positifbagi si terhukum danjuga bagi orang Pengdukung teori ini adalah Immanuel Kant dan Friedrich

lain khususnya, dan masyarakat pada umumnya. Pendapat ini tentu Hegel. Kedua filsuf Jerman pada abad ke-18 ini mempunyai pan -

tidak jauh berbeda dengan teori moral Utilitarisme yang mengatakan dangan yang berbeda, namun keduanya menyetujui teori Retributi-

bahwa suatu tindakan mempunyai nilai moral apabila tindakan ter- visme. Kant mengatakan, bahwa menghukum adalah kewajiban moral ,

sebut memberikan konsekuensi yang baik pada orang-orang lain apabila memang terbukti sescorang itu melakukan kesalahan. Jadi

sebanyak-banyaknya. Prinsip manfaat inilah yang menjadi ukuran menurut Kant, hukuman merupakan sesuatu yang harus diterima oleh

bagi utilitarianisme.

orang yang bersalah, dan hukuman itu adalah hadiah baginya. Menurut Bentham, konsekuensi yang merupakan akibat dari Pandapat ' Kant ini dapat dikatakan bahwa ada dua macam hubungan

hukuman yang berbentuk preventif ini ada dua macam. Pertama antara hukuman dan pelanggaran . Yang pertama , ada hubungan logi s

hukuman yang diberikan mengakibatkan seseorang yang dihukum antara hukuman dan pelanggaran, yaitu siapa yang melanggar akan

tidak mempunyai kemampuan untuk mengulangi perbuatan pelanggar- mendapat hukuman . Kedua, hukuman menimbulkan rasa moral,

an. Hal ini disebabkan karena orang itu di hukum seumur hidup atau karena seseorang yang berbuat harus bertanggungj awab (Y ong

dikurung, atau bahkan dihukum mati . kedua, hukuman mempunyai Ohoitimur, 1997: 7-10).

efek baik, yaitu untuk memperbaiki si terhukum, sehingga ia tidak Hegel berpendapat bahwa hukuman merupakan kehend ak

akan membuat pclanggaran lagi. Jadi menurut teori ini, umum , general will. Ini tidak berarti bahwa gen eral will adalah

I. Hukuman dapat memberikan akibat jera seseorang yang diberi

hukuman. lni berarti bahwa hukuman memberikan efek pre- hukum, dan dikenal sebagai hukum positif y aitu hukum yang sesuai

kehendak kolektif, tetapi g eneral will menyatakan dirinya dalam

ventif.

dengan rasio. Hukum mengharuskan setiap individu garus dihargai

2 . Hukuman sebagai rehabilitasi, memberi kesempatan pada terhu- dan iperlakukan sebagai manusia bebas. Melanggar hukum berarti

kum untuk memperbaiki diri. Mungkin lembaga pemasyarakat- melanggar kehendak bebas. Maka menurut Hegel, hukuman adalah

an di Indonesia diharapkan untuk merehabilitir para terhukum. konsekuensi dari perbuatan yang melanggar hukum (Yong Ohoitimer,

3. Hukuman sebagai pendidikan moral, bersifat edukatif agar si 1997: 9-17).

terhukum menjadi taat pada hukum (Yong Ohoitimur, 1997: 26- Di samping Retributivisme yang mengadakan evaluasi hukum,

ada aliran yang lain, yaitu aliran Utilitarisme. Kaum utilitarianisme mengatakan bahwa pemberian hukuman berarti pencegahan, preventif.

B . MASALAH-MASALAH DALAM PENEGAKAN HUKUM

Teori ini telah ada sejak jaman Plato. Pada dasamya teori ini ber- pendirian bahwa hukuman tidak dapat membatalkan kesalahan yang

1. Ironi "Negara Hukum" Indonesia

telah dibuat oleh seseorang , tetapi hukuman itu justru mengingatkan Negara Indonesia adalah negara hukum, begitu yang dinyatakan pada masa depan si pelaku pelanggaran. Teo ri Plato ini juga diikuti

dalam konstitusi kita UUD Negara RI 1945 pasal 1 ayat (3) yang dana BLBl , pencabutan subsidi kepada rakyat, kasus busung lapar dirumuskan dalam amandemennya yang ketiga, Agustus 2001 yang

yang terjadi di N1T dan NTB yang menistakan pembangunan yang lalu. Sehingga seharusnya seluruh sendi kehidupan dalam bermasyara-

kita lakukan selama ini , industrialisasi pendidikan dan penjualan aset- kat dan bernegara kita harus berdasarkan pada norma-norma hukum.

aset negara kepada pihak swasta asing. Kesemuanya itu dilakukan Artinya hukum harus dijadikan panglima dalam penyelesaian masa-

oleh pemerintah dengan dalih untuk mewujudkan kesejahteraan lah-masalah yang berkenaan dengan individu, masyarakat dan Negara.

rakyat.

Tetapi sampai saat ini dalam kenyataannya masyarakat seperti tidak Di sisi lain kita melihat proses dehumanisasi ini semakin cepat percaya kepada hukum sebagai satu-satunya solusi atas permasalahan

yang diakibatkan oleh kehancuran moral dan akhlak manusia. Manu- yang terjadi disekitarnya. Mungkin hal ini disebabkan karena sudah

sia tidak lagi memiliki rasa empati terhadap manusia lainnya yang sangat kronisnya krisis kepercayaan masyarakat terhadap hukum, isti-

ditimpa kemalangan, di sisi lain negara telah tidak lagi "rnengurusi" lah ini tidak lazim dipakai dalam bahasa Indonesia dimana penyum-

rakyatnya. Masyarakat mulai frustasi dengan sistem yang dibuat oleh bang terbesar krisis tersebut adalah dari para penegak hukumnya

negara, karena jelas bahwa sistem yang ada sangat tidak memihak sendiri.

kepentingan orang banyak. Sistem tersebut lebih memihak kepada Para pencari keadilan yang notebene adalah masyarakat kecil

para pemodal, politisi busuk, konglomerat hitam, penjahat kernanusia- sering dibuat frustasi oleh para penegak hukum yang nyatanya lebih

an, penjarah uang rakyat, dan penguasa yang menyembah berhala memihak pada golongan berduit. Sehingga orang sering menggambar-

materialisme. Masyarakat sudah tidak percaya lagi kepada keadilan kan kalau hukum Indonesia seperti jaring laba-laba yang hanya

yang ditegakkan oleh hukum, masyarakat juga tidak lagi mau rnern- mampu menangkap hewan-hewan kecil , namun tidak mampu mena-

perhatikan nilai-nilai moral dan susila yang selama ini mapan. han hewan besar tetapi hewan tersebutlah yang mungkin menghancur-

Kernudian kita rasakan bahwamasyarakat Indonesia sekarang ini kan seluruh jaring laba-laba. Contoh paling nyata adalah penanganan

mengarah pada pemikiran yang formalistik, intoleransi , kebekuan dan kasus-kasus korupsi, hampir sebagian besar permasalahan yang meng-

kejumudan, fanatisme buta, serta sernakin menguatnya paham-paham indikasikan adanya tindak pidana korupsi tidak pernah tersentuh oJeh

otoriter dan fasisme (Fakih, 2002: xiv).

hukum. Apalagi jika kasus tersebut melibatkan "orang-orang besar" yang dekat dengan kekuasaan dan konglomerat. Kalaupun hal ini ditindaklanjuti oleh pihak kejaksaan, maka kelanjutan kasus tersebut

2. Fenomena "Pengadilan Rakyat"

semakin suram. Karena biasanya kasus-kasus yang melibatkan Fenomena "pengadilan rakyat" kiranya bisa menjadi satu "orang-orang besar" akan di"peti-es"kan oleh kejaksaan dengan

sinyalemen adanya kebekuan tersebut. Eigenriclzting atau tindakan mengeluarkan SP3 (surat perintah penghentian penyidikan) atau

main hakim sendiri yang oleh Prof. Sudikno Mertokusumo diartikan kalaupun sampai masuk ke pengadilan, maka akan dikenakan pemida-

sebagai tindakan untuk melaksanakan hak menurut kehendak sendiri naan yang sangat ringan atau putusan bebas.

yang bersifat sewenang-wenang tanpa persetujuan pihak lain yang Saat ini sering kita menyaksikan peristiwa-peristiwa miris,

berkepentingan (Mertokusumo , 1996: 23), sepertinya menjadi satu penggusuran orang miskin kota, 'penggarukan' anak jalanan, 'pener-

jawaban atas ketidakpercayaan terhadap sistem sosial yang kita tiban' pedagang kaki lima, tetapi disisi lain penguasa malah mern-

bangun selama ini yang termanifestasi dalam tata aturan kehidupan biarkan pencurian harta negara dan uang rakyat oleh koruptor, pem-

bernegara dan bermasyarakat melalui seperangkat norma, kaidah, dan berian keringanan terhadap konglomerat hitam yang 'ngemplang'

peraturan legal formal perundang-undangan Negara . Rakyat yang

Istilah mafia yang mungkin kita kenal selama ini adalah cerita- dalam wujud kesehariannya dikenal sebagai massa, baik secara ber- cerita tentang mafia Sisilia di Italia yang menjalankan kejahatan kelompok-kelompok maupun secara massal, dalam "mengadili" pela-

ku yang diduga meresahkan dan mengacaukan kehidupan masyarakat, secara terorganisasi. Kita disini menggunakan kata "mafia" untuk menunjuk pad a praktik korup peradilan, karena kata ini dianggap

pada umurnnya lebih didasarkan pada peras aan emosional sesaat mewakili jejaring korupsi di lingkup peradilan dan penegak hukum. dengan perlakuan yang tanpa kompromi sedikit pu n . Sehingga dengan Kata ini menunjuk pada satu bentuk korupsi yang dilakukan dimulai demikian sudah pasti tidak ada peluang untuk menyelesaikannya dari Kepolisian, Kejaksaan, hingga ke Pengadilan (disini termasuk dengan cara ber-KKN atau suap-menyuap sebagairnana kebiasaan dari Hakim dan Panitera), yang juga melibatkan Pengacara. Yang sering kebanyakan para penegak hukum se lama ini . Profesor Donald Black dijadikan apologi oleh para petinggi penegak hukum tersebut adalah (dalam

Behavior of Law, 1976) merumuskan bahwa ketika perilaku korup tersebut dilakukan oleh oknum, bukan institusi. Tetapi pengendalian sosial oleh pemerintah yang sering dinamakan hukum pertanyaannya jika yang melakukan perilaku korup tersebut adalah tidak jalan, maka bentuk lain dari pengendalian sosial secara otornatis semua orang yang ada dalam institusi, sulit kita membedakan apakah akan muncul (Ali dalam Kompas 26/06/2002). Suka atau tidak suka,

tindakan-tindakan individu maupun massa yang dari kacamata yuridis ini oknum ataukah memang institusinya yang bobrok. dapat digolongkan sebagai tindakan main hakim sendiri (eigenricht-

ing) , pada hakikatnya merupakan wujud pengendalian sosial oleh rakyat.

Adanya praktik "pengadilan rakyat" yang bukan lagi sebagai fenomena, akan tetapi sudah semakin menguat dalam tradisi masya- rakat ini, paling tidak perlu dijadikan cambuk yang sangat keras bagi para pemimpin bangsa, wakil-wakil rakyat yang diberi amanah untuk

itu dan terutama kepada para penegak dan pembela hukum di negeri

InI.

3. Mafia Peradilan Masalah yang sering menjadi sorotan sejak dulu adalah mandul-

nya institusi penegak hukum. Kepolisian, Kejaksaan, Hakim dan Pengacara seakan menjadi satu jejaring (baca: mafia) peradilan yang terus mencari "rnangsa" yang notabene para pencari keadilan. Uang menjadi suatu ha] yang sangat prinsipil dalam penyelesaian persoalan- persoalan hukum. Azas peradilan yang sederhana, cepat dan biaya ringan hanya menjadi slogan saja, karena kenyataannya malah ber- belit-belit, lama dan mahal. Peradilan menjadi seperti kantor lelang yang menjajakan "dagangan-hukumnya" dengan variasi harga dengan

penawaran tertinggi.

----- - , 1993, Etika, Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Bradly , F.H. , 1952, Ethical Studies, sec . ed ., Oxford: Carendom. Buckhardt, Titus, 1984 , Mengenal Ajaran Kaum Sufi, Jakarta: Pustaka

Jaya .

DAFTAR PU STAKA

Chittick, William C, 2002, Tasawuf di Mata Kaum Sufi , Bandung:

Mizan . Departemen Agama RI, 1971, AI-QuI' 'an dan Terjemahnya, Jakarta : Abu Zahrah, Muhammad, 1 994, Us hul al-Fiqh, t erj emah , Jakarta:

Bumi Restu .

Pustaka Firdaus . Dworkin, Gerald, ed ., 1994 , Morality , Harm and the law, London: Al -Farabi, Ra sail, Hyd erab ad, t.t.

Westview .

Drijarkara, N ., 1966, Pertjikan Filsafat , Djakarta : Pembangunan. ---- -, 200 3, P anduan Ja lan Ruha ni, Yo gyak art a:

Al-Ghazali , 1966 , Tah afut al-Fa lasifah, Kairo, D ar al -Ma'arif

Fakih, Man sour, 2002, Jalan Lain Manifesto Intelektual Orga - Pustaka Sufi.

nik, Y ogyakarta : Insist Pres s

Ali, Ahmad , "M enyoal An arki d an P ene gakan Hu kum", Komp as 2 6 Feinberg, J . (ed). , 197 5, Philosopy of Law, California: Wadsworth Juni2000

Publisher Company , Inc ., Belmont.

Friedman, W. , 1990, T eori dan F ilsaf at Hukum, Susunan I, Jakarta: peme cahan dan hikmah , t erjem ah, Surab aya: Risalah

Al Qardhawi, Yusuf , 19 93, fa tawa qardhawi: permasa laha n,

Rajawali Press .

Gusti , eet 1 - - - - - -, 1990 , Teori dan Filsafat Hukum , Susunan 11 , Jakarta:

Anshor i, Abdul G hofur, 2005 , F ilsafat Huku m Ke warisan Is lam,

Rajawali Press .

Y ogyakarta: UII Press.

Haart , HLA.

Con cept ofLaw

Hazairin , 1981, Tujuh Serangkai Tentang Hukum, Jakarta : Bina Immanu el Ka nt, Yogyakarta: L ukman Offset.

A sdi, E ndang Daruni , 1990 , Imp ertif Kategoris dala m F ilsafat Moral

Aksara.

-- - - - , 1998 , Itnplik asi Teor i-Teori Mora lp ada Hukum , ----- - , 1982 , Hukum Kewar isan Bilateral Menurut Al-Quran

Pidato Pengukuhan G ur u Besa r Fakultas Filsa fat Univ ersitas

dan Hadist , Jakarta: Tinta Mas.

Gadjah Mada , Yogyaka rta. - - - -- - , 19 76, Hend ak Kemana Hukum Islam, Jakarta: Tinta Asy'ari , Musa , 2002, Filsafat Islam , Sunnah Na bi dal am Berpikir ,

Mas.

Yogyakarta: LE SFI, cet 3 . Hosen, Ibrahim , 1971 , Fiqh Perbandingan dalam Masalah Nikah dan Abdul Mujid Az Zandany dkk , Al Iman, terjemah (J akarta : Pustaka Al

Rujuk, Jakarta: Ihya Ulumuddin. Kautsar, 1984) cet V edisi ket iga hi m 16 5 Hui jbers, Theo , 1990, Filsafat Hukutn dalatn Lintasan Sejarah,

Basyir , Ahmad Azhar, 2001, Hukum Waris I slam, Edisi R evisi ,

Yogyakarta: Kanisius.

Yogyakarta: UII Press. -- - - - -, 1991, Filsafat Hukum , Yogyakarta: Kanisius.

Ilyas, Yunahar, 1992, Kuliab Aqidah Islam, Yogyakarta: LPPI Press, cet 9.

- - - - - , 1999, Hukum Perkawin an I slam , Yogyakarta: UII

UMY , eet. 2

Bertens, 1981, Filsafat Barat dalam Abad xx, Jakarta : Gramed ia.

Istanto , Sugeng, 1994, Hukum Internasional, Yogyakarta: Penerbitan

UAJY. Yudian Wahyudi Asmin, Yogyakarta: Tiara Wacana. ' Jaiz , Hartono Ahm ad, 1996 , Rukun Iman di gun cang, Jak arta : Pustaka

Nasr, Seyyed Hossein, 2003, Islam : Agama, Sejarah, dan Peradaban, An Nab a' , ce t 2

Surabaya: Risalah Gusti .

Nasution, Harun , Notohamidjojo, Filsafat Islam, Jakarta: Artikel Row.

Kant , Imm anu el, 1 963, L ectures o n E thics, N ew Yo rk: Harp er &

Yayasan Paramadina , t.t.

- --- -- , . 1991 , T he Me tap hys ics oJ Mo rals, tra nsl. by M ary

Notonagoro. Pembukaan UUD 1945.

Gr egor , N ew Y ork : Ca mbridge Uni versity. Notohamidjojo , HLA. Soal-soal Pokok Falsafat Hukum .

Ohoitimur , Yong , 1997, Teori Et ika t en tang Hukuman Legal , Jakarta: Dina Utama .

Khallaf Abdul Wah ab, 1 994, Ilmu Us hul F iqh, t erj emah , S em arang:

Gramedia Pustaka Utama .

Kranenburg d alam bu ku t erj emah an R. R oregoard, P oltical Th eory, Paton, HJ ., 1972 , Th e Moral Law, Kant '.'I Groundwork oJ th e (Oxford Univ ersity Pr ess , 1939)

Metaphy si c ofMoral , Hutchinson University Library, London .

Rahman, Fazlur , 2000 , Filsafat Shadra , Bandung : Pustaka. Tata N egara Ind onesi a, Pusat Studi Hukum Tata Negara FHU I,

Kusnardi Moh & dan Ibr ah im, Harmaily , 197 6 , Pe ngantar Hukum

Ramulyo, M . Idris, 2004, Hukum P erkawinan Islam, Suatu Analisis Jakarta.

dari UU No . 1 Tahun 1974 dan Kompila si Hukum Islam, cet V . Madjid , Nurcholi sh, 2000, Masy arakat R elight s , J akarta: P enerbi t

Rasyidi, Lili, 1990, Dasar-da sar FilsaJat Hukum, Bandung: Citra Paramadina , c et 11.

Aditya Bakti.

A Theory oJ Ju sti ce, Ma ssachusetts: The Belknap Kristi s t en t ang Mas alah Ke ima nan, Kemanus iaan, d an Ke mo -

------ , 1992 , I slam D oktrin d an Pera da ba n : Se buah Te laa h

Rawls, J ., 1971 ,

Press of Harvard University Press of Cambridge.

A. Sukris, 1997, Tran sedensi K eadilan Hukum W aris Isl am Marzuki, P.M. ,2 005, Pen eliti an H ukum, J akart a : Kenca na

d ernan , J akarta: Pener bit P aramadina

Sarmadi ,

Tran sformatif.: Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada . Masud, Muh amm ad Khalid , 1996, Fi lsafa t Hukum I slam , Bandun g:

Schuon , Frithjof , 2002 , Transfigurasi Manusia, R ejleksi Antro sophia Pustaka.

Per ennialis, Yogyakarta: Penerbit Qalam . Mertokusumo ,S udikno, 1 996, Men genal Hu kutn (S uatu Pe nga ntar),

Setiardja , A. Gunawan, 1990, Dial ektika Hukum dan M oral, Yogyakarta: Li berty, c et 2

Yogyakarta : Kanisius.

Mulkan , Abdul Munir, "M a 'rifat Queti ont , J alan Pe mbebasan Manu - Shihab, Quraish , 1994 , M embumikan AI-Qur 'an , Bandung: Mizan . sia dari M ekani sme Konflik" d alam B egawa n Muh ammadiyah:

Snare , Franci s, 1992 , Th e Natur e of Moral Thinking , London:

Bun ga Rampai Pidato Pe ngu kuhan G uru Besa rT okoh Muh am -

Routledge.

tnadiyah, J akarta: PSAP Muhamm adiy ah, 20 05 .

Soejadi . Pan casila s ebagai Sumb er T ertib Hukutn Indon esia.

Soekadijo, R.G. , 2001, Log ika Dasar , tradisional, simbolik , dan Revis ed ed ., London : Westview.

Murphy, Jeffri eG . and Jul es L. Colem an, 1 990 , P hilosop hy of Law ,

induktif , Jakarta : Gramedia Pustaka Umum

Soetiksno, 1989 , FilsaJat Hukum , Jakarta : Pradnya Paramita. talist , N ew Delhi: Ta j Company.

Muslehuddin , M ., 1986 , Philosophy oJ I slam ic La w A nd Th e Ori en-

Starke, JG., 1989, Inroduction To Int enational Law , Butterworth & Co

- -----, 1991 , Filsafat Hukum Is lam da n Pe mikiran Ori en-

Publisher Ltd talis; Studi P erbandingan Sistem Hukum Is lam. Terjemah ol eh Subekti , 1996, Pokok-pokok Hukum P erdata, Jakarta: Intermasa , cet

XXVIII.

I NDEKS

-- - - - - , 1992, Kitab Undan g-Undang Hukum Perdata (Bur- gerlijk W etboek), Jakarta : Pradnya Param ita, cet XXv.

A 61 -72,100, 104- 106, 12 1, Sukardja, Ahmad , 1995 , Pi agam Madinah dan UUD 1945, Cet 1 ,

123 , 125, 132,1 33,135 , Jak arta: P enerbit VI.

Abb asiyah , 14 1 37 , 1 38

I us Co nstituendum. 1 0 agama" , Komp as, Jumat ,

Sukidi , "Dari Plur alisme A gama Menuju Konv ergensi Agama-

Ab dul W ahab Kh alaf, 69 , 104

A gustinus, 1 6, 1 7 Iu s Co nstitutum, 10 Thalib , Sajuti , 1974 , Hukutn K ekeluargaan Indonesia, Jakarta: VI

17 Oktober 1997

Aksiolo gi, 1 Iu s ge ntium, 12 , 1 8 Pre ss.

Akhlak , 10 ,58

Titus , Harold H. , 1970 , Livin g Is sues in

New York: Van

Al Farabi ,

Nostrand Rein Hold.

Al G hazali, 15 , 16

Ya zdi, M ehdi Ha 'iri , 1994 , Ilmu Hudluri, Prinsip-prinsip Epsitimo- Al Hadi st, 17 , 126 , 1 27 J urisprudence, 5 , 6, 9 3

logi dalam Fil safat I slam , Bandung: Mizan.

Al Kindi, 14 , 15

Kap italisme, 3 0, 51

Hakim , 5 , 7 , 12 , 13,4 8, 54 , 56 ,

K arl M arx, 25

94 ,148, 151 , 152 , 156-158

K asyf, 3 4

H egel, 2 4, 25 , 83, 15 3 Kea dilan, 1 2 , 1 6, 1 8, 25, 35,

Hukum a lam, 12 , 13 , 16-18 ,

46-57 ,60,63-66,68,69,

Hukum kod rat, 4 ,37,

Hukum po sitif, 4 , 7 , 10 , 12 ,

R ene D escartes , 27

9 4, 98 , 102 , 15 3 R omawi, 5 ,12 - 14,18, 33, 108

Ibnu Ru syd , 14 Sey yed Hosse in N asr, 3 3

lmmanu el Kan t, 2 2, 23, 35 ,

Sos iologi H ukum, 9,2 5, 150

74-79 , 83, 99, 101 , 112,

Sp ekul atif,7

S tuJenbau th eorie, 42 , 1 00

Islam , 1 3-1 9 ,2 8-33 , 57-59,

Sufi ,3 3,34

Wahyu , 16-18,31,32, 102, 104,129 ,132,133 T

Taqdir , 118, 119, 121, 123, 124, 126, 127

Yunani,ll, 14,33, 74, 75, 87, Tasawuf,33

111

45, 92-94 Teori proporsionalitas, 153 Tradisionalisme , 28-31

Teori hukum mumi , 98 , 101

Yurisprudensi, 5 ,