DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 2.2 Kerangka Pemikiran ……………………………………… 34
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Perbankan memiliki kedudukan yang strategis, yakni sebagai penunjang kelancaran sistem pembayaran, pelaksanaan kebijakan moneter dan pencapaian
Universitas Sumatera Utara
stabilitas sistem keuangan, sehingga diperlukan perbankan yang sehat, transparan dan dapat dipertanggungjawabkan. Perbankan terdiri dari 2 dua yaitu Bank
Konvensional dan Bank Syariah. Bank Syariah memiliki peranan sebagai lembaga perantara antara unit – unit ekonomi yang mengalami kelebihan dana dengan unit-unit
lain yang kekurangan dana. Melalui bank kesulitan tersebut dapat disalurkan kepada pihak – pihak yang memerlukan sehingga memberikan manfaat kepada kedua belah
pihak. Sejak diperkenalkan pertama kali di Indonesia pada tahun 1992, dan menjadi
sejarah baru perkembangan perbankan Indonesia, ditandai dengan berdirinya Bank Muamalat Indonesia BMI pada tahun 1992 dan dikeluarkannya UU No.71992,
tentang perbankan. Dimana pada UU No.71992 pasal 6 huruf “m” menyebutkan bahwa bank umum dapat melakukan usaha pembiayaan bagi nasabah berdasarkan
“prinsip bagi hasil”sesuai dengan ketentuan yang berlaku yang ditetapkan dalam Peraturan Pemerintah. Selanjutnya kemudian dilakukan amandemen terhadap UU
No.71992 yaitu dengan dikeluarkannya UU No. 101998. Pada UU No.101998 pasal 6 huruf “m” makin diperjelas bahwa bank umum dapat melakukan usaha
“menyediakan pembiayaan danatau melakukan kegiatan lain berdasarkan “Prinsip Syariah”, sesuai dengan ketentuan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia. Untuk
mempercepat implementasi UU No.101998, Bank Indonesia mengeluarkan PBI No.41PBI2002 tanggal 27 Maret 2002 tentang perubahan kegiatan usaha bank
umum konvensional menjadi bank umum berdasarkan prinsip syariah dan pembukaan
Universitas Sumatera Utara
kantor bank berdasarkan prinsip syariah oleh bank umum konvensional. Momentum penting lainnya yang mendukung perkembangan bank syariah di Indonesia adalah
tepat tanggal 16 Desember 2003 Majelis Ulama Indonesia mengeluarkan Fatwa MUI yang menyatakan bahwa bunga bank adalah haram. Hal ini menjadi pendorong
sejumlah bank untuk mulai membuka unit usaha berdasarkan prinsip syariah.
Persaingan antar bank syariah yang semakin ketat, secara langsung ataupun tidak langsung, akan berpengaruh terhadap pencapaian profitabilitas bank syariah.
Meskipun bank syariah memiliki motivasi lebih daripada sekedar bisnis, keamampuan bank syariah dalam menghasilkan profit menjadi indikator penting
keberlanjutan entitas bisnis. Selain itu, kemampuan menghasilkan profit menjadi indikator penting untuk mengukur kemampuan bersaing bank syariah dalam jangka
panjang. Bank syariah yang berfungsi sebagai lembaga intermediasi keuangan,
melaksanakan kegiatan operasionalnya dengan menghimpun dana dari masyarakat dan kemudian menyalurkannya kembali kepada masyarakat melalui pembiayaan.
Dana yang dihimpun dari masyarakat biasanya disimpan dalam bentuk giro, tabungan dan deposito baik dengan prinsip wadiah maupun prinsip mudharabah. Sedangkan
penyaluran dana dilakukan oleh bank syariah melalui pembiayaan dengan empat pola penyaluran yaitu prinsip jual beli, prinsip bagi hasil, prinsip ujroh dan akad pelengkap
Karim, 2008.
Universitas Sumatera Utara
Prospek perbakan syariah kedepannya sangat cerah, apalagi mengingat pangsa pasarnya yang cukup besar. sehingga wajar jika kemudian banyak bank – bank konvensional
yang membuka cabang syariah secara langsung maupun melalui konversi cabang – cabang konvensionalnya menjadi bank syariah. Prospek perkembangn produk bank syariah masih
terbuka lebar, jika bank syariah melakukan kajian mendalam untuk pengembangan produk baru. Sehingga muncul inovasi dalam membuat produk-produk baru yang customized bagi
customers. Pemahaman akan produk product knowledge dan skim-skim syariah menjadi dasar dalam pengembangan produk bank syariah. Minimnya pengetahuan mengenal aspek
fiqh dalam perbankan syariah juga menjadi salah satu kendala dalam pengembangan produk di bank syariah. Berdasarkan perkembangan perkembangan secara nasional maka ada
kecenderungan ke depan trennya adalah kepeminjaman konsumen. Disisi lain pemberian pinjaman kepada kelompok UKM Usaha Kecil Menengah juga menjadi salah satu pilihan
karena hal ini dapat mengurangi resiko kemacetan kredit yang biasanya disebabkan oleh debitur-debitur besar, jika satu debitur besar mengalami kemacetan maka akan mempengaruhi
posisi CAR suatu bank secara signifikan Abirizal,2013
Hubungan antara bank dan nasabah dalam bank syariah bukan hubungan antara debitur dengan kreditur, melaikan hubungan kemitraan antara penyandang
dana shohibul maal dengan pengelola dana mudharib, sehingga tingkat laba bank syariah tidak saja berpengaruh terhadap tingkat bagi hasil untuk para pemegang
saham, tetapi juga berpengaruh terhadap bagi hasil yang dapat diberikan terhadap nasabah penyimpan dana Heri Sudarsono, 2004.
Universitas Sumatera Utara
Penilaian kelayakan pembiayaan pada bank syariah, selain didasarkan pada business wise, juga harus mempertimbangkan syariah wise. Artinya, bisnis
tersebut layak dibiayai dari segi usahanya dan acceptable dari segi syariahnya Muhammad, 2005. Diantara empat pola penyaluran pembiayaan yang ada pada bank
syariah, terdapat dua pola utama yang saat ini dijalankan oleh bank dalam penyaluran pembiayaan, yakni pembiayaan dengan prinsip jual beli dan pembiayaan dengan
prinsip bagi hasil. Pendapatan bank sangat ditentukan oleh berapa banyak keuntungan yang diterima dari pembiyaan yang disalurkan.
Keuntungan yang diterima dari prinsip jual beli berasal dari mark up yang ditentukan berdasarkan kesepakatan antara bank dengan nasabah. sedangkan
pendapatan dari prinsip bagi hasil ditentukan bersadarkan kesepakatan besarnya nisbah, keuntungan bank tergantung pada keuntungan nasabah. pola bagi hasil banyak
mengandung resiko, oleh karena itu pihak bank harus aktif berusaha mengantisipasi kemungkinan terjadinya kerugian nasabah sejak awal Muhammad,2005
Harahap et al. 2005 menyebutkan bahwa akad yang banyak digunakan dalam pembiayaan pada prinsip jual beli adalah murabahah, salam dan istishna’.
Sedangkan pada prinsip bagi hasil, akad yang banyak digunakan adalah mudharabah dan musyarakah. Berdasarkan statistik Bank Indonesia, akad murabahah
mendominasi pembiayaan yang disalurkan bank syariah dan disusul dengan akad mudharabah
dan musyarakah. Dengan diperolehnya pendapatan dari pembiayaan yang disalurkan, diharapkan profitabilitas bank akan membaik, yang tercermin dari
Universitas Sumatera Utara
perolehan laba yang meningkat Firdaus, 2009. Oleh karena itu, pengelolaan pembiayaan baik pembiayaan jual beli, pembiayaan bagi hasil, maupun jenis
pembiyaan lainnya akan sangat mempengaruhi profitabilitas yang diterima bank syariah.
Dana untuk melakukan pembiayaan dalam bank syariah, sebgaian besar berasal dari dana pihak ketiga DPK yang bersal dari masyarakat yang menjadi nasabah
bank tersebut. porsi pembiayaan pada bank syariah, pada umumnya mencapai 60 dari totak aktiva. oleh karena itu, bank syariah harus benar – benar mempersiapkan strategi
penggunaan dana-dananya agar tingkat penghasilan dari pembiayaan merupakan tingkat penghasilan yang menempati porsi terbesar. sehingga baik syariah selaku mudharib harus
mampu memaksimalkan profit yang didapatnya guna memberikan return yang berarti bagi nasabahnya Muhaamad,2002
Pembiayaan yang disalurkan oleh bank syariah dapat menimbulkan potensi
Dan terbukti dengan melihat tabel di bawah ini menunjukkan peningkatan yang cukup signifikan dari perkembangan perbankan syariah dilihat dari jumlah dana pihak ketiga dan
pembiayaan yang diberikan.
Tabel 1.1
Perkembangan perbankan syariah dilihat dari jumlah dana pihak ketiga dan pembiayaan yang diberikan dalam triliun rupiah
Maret 2012 Agustus
2012 Desember
2012 Januari
2013
Universitas Sumatera Utara
Jumlah Dana Pihak Ketiga 9,07
9,62 10,84
10,98 Pembiayaan 1,54
1,97 2,51
2,64
Sumber: Bank Indonesia
Namun ada masalah seiring dengan pesatnya perkembangan jumlah bank syariah
dan jumlah aset dari bank syariah tersebut. Yaitu pembiayaan mayoritas disalurkan pada debt financing yaitu sebesar 66,93 dengan komposisi murabahah 61,45;lainnya
5,48, sedangkan pembiayaan bagi hasil equity financing hanya sebesar 30,45
dengan komposisi mudharabah 10,39;musyarakah 20,06
. Hal ini dimaklumi bahwa debt financing
mendominasi dunia perbankan syariah di awal – awal perkembangannya sebagian masih memandangnya wajar, karena berbagai kendala yang dihadapi dalam
pembiayaan bagi hasilequity financing. Kendala itu dapat bersifat internal maupun eksternal. Menurut Ascarya peneliti senior Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan
Bank Indonesia “Kendala internal adalah perbankan syariah masih terdapat masalah seperti
pemahaman akan esensi perbankan syariah yang masih kurang, adanya orientasi bisnis dan usaha yang lebih diutamakan, kualitas serta kuantitas Sumber Daya yang
belum memadai, sikap aversion to effort serta aversion to risk.”
Sehingga bank syariah menilai bahwa pembiayaan dengan sistem bagi hasil equity financing
memiliki resiko tinggi dalam hal kerugian yang dapat terjadi dalam kurun waktu pembiayaan tersebut sehingga dapat menurunkan laba perusahaan
karena pembiayaan bagi hasil tidak hanya bersifat berbagi untung tetapi juga berbagi rugi
tetapi bila kerugian itu bukan merupakan kesalahankelalaian pihak yang diberi pembiayaan. Hal tersebutlah yang menjadi kendala eksternal karena karakter pembiayaan
Universitas Sumatera Utara
bagi hasil yang memerlukan tingkat kejujuran yang sangat tinggi dari pihak yang
mendapatkan pembiayaan. Untuk mendapatkan keyakinan yang memadai bahwa usaha yang akan dibiayai dengan sistem bagi hasil menguntungkan dan dalam kondisi bagus
serta memiliki prospek yang bagus pula maka bank syariah harus melakukan penelitian yang cermat dan membutuhkan biaya yang tidak kecil
. Inilah yang membuat bank syariah belum berani berekspansi dalam pembiayaan bagi hasil equity financing.
Hal ini sangat ironis mengingat tujuan pendirian bank syariah menurut A. Wirman Syafei adalah
“Dalam rangka mencapai falaah kemenangan dunia dan akhirat dan turut menciptakan kehidupan yang lebih baik.”
Lebih lanjut A. Wirman Syafei mengutip pernyataan El-Ashker yang menyatakan bahwa
“Tujuan bank syariah menggambarkan bahwa bank syariah dilarang untuk menghasilkan laba maksimum profit maximization. Tetapi bank syariah tetap
didorong untuk menghasilkan laba tanpa harus melanggar prinsip syariah dan tanpa harus meninggalkan kontribusinya dalam peningkatan kualitas perekonomian umat
masyarakat muslim.”
Sebagai lembaga yang mengedepankan kepercayaan, bank syariah harus dapat menjaga kinerja keuangannya dengan baik dalam operasionalya. sehubungan
dengan kepercayaan masyarakat, bank syariah harus memiliki permodalan yang memadai, sarana manajemen permodalan yang dapat mengembangkan earning asset,
Universitas Sumatera Utara
dan dapat menjaga tingkat profitabilitas dan likuiditasnya. Karena itu dalam menilai kinerja bank syariah tidak hanya menitikberatkan kepada kemampuan bank syariah
dalam menghasilkan laba tetapi juga pada kepatuhan terhadap prinsip – pronsip syariah dan tujuan bank syariah tersebut. Abdus Samad dan M. Khabir Hassan dalam
jurnalnya “The Performance of Malaysian Islamic Bank During 1984-1997: An Exploratory Study
”, mereka menilai profitabilitas dengan kriteria ROA Return On Asset
,ROE Return On Equity dimana kedua rasio ini menilai efisiensi manajemen,
juga menggunakan PER Profit Expense Ratio yang menilai efisiensi biaya dimana menilai kemampuan bank menghasilkan profit tinggi dengan beban –
beban yang harus ditanggungnya
; tingkat likuiditas menggunakan CDR Cash Deposit Ratio,
LDR Loan to Deposit Ratio,Current Ratio; tingkat solvabilitas dan risiko menggunakan DER Debt to Equity Ratio, DTAR Debt to Total Asset Ratio
, mereka juga menilai komitmen bank terhadap perekonomian dan komunitas muslim. Dimana penilaian ini berdasarkan pada seberapa besar bank syariah
tersebut melakukan pembiayaan bersifat bagi hasil Mudharabah dan
Musyarakah, menggunakan MMR Mudharaba-Musyarakah Ratio dimana semakin besar dana digunakan untuk pembiayaan bagi hasil maka menunjukan
bahwa bank tersebut memiliki komitmen kuat dalam turut serta membangun kualitas umat muslim.
Menghadapi kenyataan seperti itu membuat penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul :
Universitas Sumatera Utara
“PENGARUH TINGKAT DEBT FINANCING DAN EQUITY
FINANCING TERHADAP PROFIT EXPENSE RATIO PERBANKAN SYARIAH”
1.2 PERUMUSAN MASALAH