Gambaran Umum Bank Syariah Perbedaan Bank Konvesional dan Bank Syariah

1. Bagi Bagi Dunia Perbankan Dapat memberikan masukan yang berguna bagi pihak manajemen perbankan syariah terhadap kebijakan-kebijakan yang akan diambil terutama prioritas jenis produk pembiayaan yang dipilihnya. 2. Bagi Penulis Untuk menambah wawasan dan pengetahuan tentang faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi bank syariah dalam menentukan jenis produk pembiayaan yang dipilihnya. 3. Bagi Peneliti Lain Penulis mengharapkan hasil penelitian ini dapat berguna bagi peneliti selanjutnya untuk lebih mengkaji lebih dalam permasalahan yang terjadi di bank syariah.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Gambaran Umum Bank Syariah

Universitas Sumatera Utara Bank syariah adalah bank yang aktivitasnya meninggalkan masalah riba. Dengan demikian, penghindaran bunga yang dianggap riba merupakan salah satu tantangan yang dihadapi dunia Islam dewasa ini. Suatu hal yang sangat menggembirakan bahwa belakangan ini para ekonom Muslim telah mencurahkan perhatian besar, guna menemukan cara untuk menggantikan sistem bunga dalam transaksi perbankan dan membangun model teori ekonomi yang bebas dan pengujiannya terhadap pertumbuhan ekonomi, alokasi dan distribusi pendapatan. Oleh karena itu, maka mekanisme perbankan bebas bunga yang biasa disebut dengan bank syariah didirikan. Tujuan perbankan syariah didirikan dikarenakan pengambilan riba dalam transaksi keuangan maupun non keuangan QS. Al-Baqarah 2 : 275. Dalam sistem bunga, bank tidak akan tertarik dalam kemitraan usaha kecuali bila ada jaminan kepastian pengembalian modal dan pendapatan bunga Zaenul Arifin, 2002. Bank syariah didirikan dengan tujuan untuk mempromosikan dan mengembangkan penerapan prinsip syariah dan tradisinya ke dalam transaksi keuangan dan perbankan serta bisnis lain yang terkait. Sepanjang praktek perbankan konvensional tidak bertentangan dengan prinsip syariah, bank syariah telah mengadopsi sistem dan prosedur perbankan yang ada. Bila terjadi pertentangan dengan prinsip syariah, maka bank-bank islam merencanakan dan menerapkan prosedur mereka sendiri guna menyesuaikan aktivitas perbankan mereka dengan prinsip syariah islam. Universitas Sumatera Utara

2.2 Perbedaan Bank Konvesional dan Bank Syariah

Perbedaan antara bank syariah dan bank konvesional disajikan dalam tabel berikut. Tabel 2.1 Perbedaan bank syariah dan bank konvesional 1. Hanya melakukan investasi yang halal Investasi yang halal dan haram 2. Berdasarkan prinsip bagi hasil, jual beli, atau sewa Memakai perangkat bunga 3. Profit dan falah oriented Profit oriented 4. Hubungan yang terbentuk dengan nasabah adalah hubungan kemitraan Hubungan yang terbentuk dengan nasabah adalah kreditur-debitur 5. Penghimpunan dan penyaluran harus sesuai dengan fatwa Dewan Pengawas Syariah Tidak terdapat dewan sejenis “Dalam rangka mencapai falaah kemenangan dunia dan akhirat dan turut menciptakan kehidupan yang lebih baik. “ Oleh karena itu bank syariah tetap didorong untuk menghasilkan laba tanpa harus melanggar prinsip syariah dan tanpa harus meninggalkan kontribusinya dalam peningkatan kualitas perekonomian umat masyarakat muslim. Selain itu sebagaimana halnya bank konvensional, bank syariah juga merupakan lembaga perantara intermediary. Sebagai Universitas Sumatera Utara lembaga intermediasi keuangan, bank syariah dituntut untuk memenuhi kriteria demand, brand image, dan pangsa pasar dalam penciptaan usahanya. Karena itu bank syariah harus mampu membangun kepercayaan dan emosi umat bahwa keberadaannya akan bermanfaat bagi masyarakat umum, sehingga harus dikelola atas dasar visi yang kuat untuk memberdayakan ekonomi kerakyatan. Maka upaya yang dilakukan bank syariah adalah melalui pembiayaan. Pembiayaan dalam konteks perbankan syariah yang tertuang dalam PAPSI: “Pembiayaan yang dilakukan oleh perbankan syariah merupakan bagian dari aktivitas pendanaan yang mengakibatkan perubahan dalam jumlah serta komposisi modal dan pinjaman bank”. Fungsi Bank Syariah  Intermediary agent sama seperti bank konvensional  Fund atau investment manager  Penyedia jasa perbankan pada umumnya sama seperti bank konvensional sepanjang tidak melanggar syariah  Pengelola fungsi sosial ZISWA  Alat transmisi kebijakan moneter sama seperti bank Konvensional Falsafah Operasional Bank Syariah Setiap lembaga keuangan syariah mempunyai falsafah mencari keridhoan Allah untuk memperoleh kebajikan dunia dan akhirat. Oleh karena itu, setiap kegiatan Universitas Sumatera Utara lembaga keuangan yang dikhawatirkan menyimpang dari tuntunan agama, harus dihindari ibid. a Menjauhkan diri dari unsur riba, caranya : 1. Menghindari penggunaan sistem yang menetapkan dimuka secara pasti keberhasilan usaha QS. Luqman, ayat :34 2. Menghindari penggunaan sistem prosentasi untuk pembebanan biaya terhadap hutang atau pemberian imbalan terhadap simpanan yang mengandung unsur melipat gandakan secara otomatis hutangsimpanan tersebut hanya karena berjalannya waktu QS. Ali-Imron, 130 3. Menghindari penggunaan sistem perdaganganpenyewaan barang ribawi dengan imbalan barang ribawi lainnya dengan memperoleh kelebihan baik kuantitas maupun kualitas HR. Muslim Bab Riba No. 1551 sd 1567 4. Menghindari penggunaan sistem yang menetapkan tambahan dimuka atas hutang yang bukan atas prakarsa yang mempunyai hutang secara sukarela HR. Muslim, Bab Riba No. 1569 sd 1572. b Menerapkan sistem bagi hasil dan perdagangan. Dengan mengacu pada Qur’an surat Al-Baqarah ayat 275 dan An-Nisa ayat 29, maka setiap transaksi kelembagaan syariah harus dilandasi atas dasar sistem bagi hasil dan perdagangan atau transaksinya didasari oleh adanya pertukaran antara uang dan barang. Akibatnya pada kegiatan muamalah berlaku prinsip ada barangjasa uang dengan barang, sehingga akan mendorong produksi barangjasa, mendorong kelancaran arus barangjasa, dapat dihindari adanya penyalahgunaan kredit, spekulasi, dan inflasi. Universitas Sumatera Utara Menurut Bank Indonesia dalam hal ini Direktorat Perbankan Syariah, jenis produk pembiayaan yang dapat dilakukan bank syariah adalah : 1. Pembiayaan dengan sistem bagi hasil Equity financing yaitu : a. Musyarakah adalah akad kerjasama antara dua pihak atau lebih untuk usaha tertentu di mana masing – masing pihak memberikan kontribusi dana atau amalexpertise dengan kesepakatan bahwa keuntungan dan risiko akan ditanggung bersama sesuai dengan kesepakatan. Aplikasi Perbankan 1. Pembiayaan proyek Musyarakah biasanya diaplikasikan untuk pembiayaan proyek di mana nasabah dan bank sama – sama menyediakan dana untuk membiayai proyek tersebut. Setelah proyek itu selesai, nasabah mengembalikan dana tersebut bersama bagi hasil yang telah disepakati untuk bank. 2. Modal ventura Pada lembaga keuangan khusus yang dibolehkan melakukan investasi dalam kepemilikan perusahaan, musyarakah diterapkan dalam skema modal ventura. Penanaman modal dilakukan untuk jangka waktu tertentu, dan setelah itu bank melakukan divestasi Universitas Sumatera Utara atau menjual bagian sahamnya, baik secara singkat maupun bertahap. Manfaat 1. Bak akan menikmati peningkatan bagi hasil pada saat keuntungan usaha nasabah meningkat 2. Bank tidak berkewajiban membayar dalam jumlah tertentu kepada nasabah pendanaan secara tetap, tetapi disesuaikan dengan pendapatanhasil usaha bank, sehingga bank tidak akan pernah mengalami negative spread 3. Pengembalian pokok pembiayaan disesuaikan dengan cashflow arus kas usaha nasabah, sehingga tidak memberatkan nasabah 4. Bank akan lebih selektif dan hati – hati prudent mencari usaha yang benar – benar halal, aman, dan menguntungkan. Hal ini karena keuntungan yang riil dan benar – benar terjadi itulah yang akan dibagikan 5. Prinsip bagi hasil dalam musyarakah ini berbeda dengan prinsip bunga tetap di mana bank akan menagih penerima pembiayaan nasabah satu jumlah bunga tetap berapa pun keuntungan yang dihasilkan nasabah, bahkan sekalipun merugi dan terjadi krisis ekonomi Universitas Sumatera Utara Risiko 1. Side streaming ; nasabah menggunakan dana itu bukan seperti yang disebut dalam kontrak 2. Lalai dan kesalahan yang disengaja 3. Penyembunyian keuntungan oleh nasabah, bila nasabahnya tidak jujur b. Mudharabah adalah akad kerjasama usaha antara dua pihak dimana pihak pertama menyediakan seluruh modal shahibul maal, sedangkan pihak kedua menjadi pengelola. Dimana keuntungan dibagi menurut kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan kerugian seluruhnya ditanggung pemilik modal asalkan kerugian bukan karena kelalaian pengelola tapi bila sebaliknya maka kerugian ditanggung pengelola. c. Muzara’ah adalah kerjasama pengolahan pertanian antara pemilik lahan dengan penggarap di mana pemilik lahan memberikan lahan pertanian kepada penggarap untuk ditanami dan dipelihara dengan imbalan bagian tertentu persentase dari hasil panen. Dalam konteks ini lembaga keuangan islam dapat memberikan pembiayaan bagi nasabah yang bergerak dalam bidang plantation atas dasar prinsip bagi hasil dari hasil panen. d. Musaqah adalah bentuk yang lebih sederhana dari muzara’ah di mana penggarap hanya bertnggung jawab atas penyiraman dan pemeliharaan. Sebagai imbalan, si penggarap berhak atas nisbah tertentu dari hasil panen. 2. Pembiayaan dengan sistem jual – beli Debt financing yaitu : Universitas Sumatera Utara a. Murabahah adalah jual – beli barang pada harga asal dengan tambahan keuntungan yang disepakati. Syarat Bai’al Murabahah 1. Penjual memberitahu biaya modal kepada nasabah 2. Kontrak pertama harus sah sesuai dengan rukun yang ditetapkan 3. Kontrak harus bebas dari riba 4. Penjual harus menjelaskan kepada pembeli bila terjadi cacat atas barang sesudah pembelian 5. Penjual harus menyampaikan semua hal yang berkaitan dengan pembelian, misalnya jika pembelian dilakukan secara hutang. Aplikasi dalam Perbankan Murabahah KPP umumnya dapat diterapkan pada produk pembiayaan untuk pembelian barang – barang investasi, baik domestik maupun luar negeri, seperti melalui Letter of credit LC. Skema ini paling banyak digunakan karena sederhana dan tidak terlalu asing bagi yang sudah biasa bertransaksi dengan dunia perbankan pada umumnya. Manfaat Adalah adanya keuntungan yang muncul dari selisih harga beli dari penjual dengan harga jual kepada nasabah. Selain itu, sistem bai’ al murabahah juga sangat sederhana. Hal tersebut memudahkan penanganan administrasinya di bank syariah. Universitas Sumatera Utara Risiko 1. Default atau kelalaian; nasabah sengaja tidak membayar angsuran 2. Fluktuasi harga komparatif; ini terjadi bila harga suatu barang di pasar naik setelah bank membelikannya untuk nasabah. Bank tidak bisa mengubah harga jual – beli tersebut 3. Penolakan nasabah; barang yang sudah dikirim bisa saja ditolak oleh nasabah 4. Dijual; Nasabah bebas menjual asetnya sehingga risiko untuk default akan besar. b. Salam berarti pembelian barang yang diserahkan di kemudian hari sementara pembayaran dilakukan di muka. Aplikasi dalam Perbankan 1. Dipergunakan pada pembiayaan bagi petani dengan jangka waktu yang relatif pendek, yaitu 2-6 bulan. Dan bank melakukan akad bai’as salam dengan pembeli kedua. Inilah yang disebut sebagai Salam Paralel . 2. Dipergunakan pada pembiayaan barang industri Manfaat Universitas Sumatera Utara Adalah selisih harga yang didapat dari nasabah dengan harga jual kepada pembeli. c. Istishna merupakan kontrak penjualan antara pembelidan pembuat barang. Dalam kontrak ini, pembuat barang menerima pesanan dari pembeli. Pembuat barang lalu berusaha melalui orang lain untuk membuat atau membeli barang menurut spesifikasi yang telah disepakati dan menjualnya kepada pembeli akhir. Kedua belah pihak bersepakat atas harga serta sistem pembayaran. d. Ijarah al Muntahia Bittamlik adalah sejenis perpaduan kontrak jual – beli dan sewa atau lebih tepatnya akad sewa yang diakhiri dengan kepemilikan barang di tangan si penyewa. Aplikasi dalam Perbankan Bank Islam yang mengoperasikan produk ijarah, dapat melakukan leasing, baik dalam bentuk operating lease maupun financial lease. Namun pada umumnya, bank – bank tersebut lebih banyak menggunakan ijarah muntahia bittamlik lantaran lebih sederhana dari sisi pembukuan. Selain itu, bank pun tidak direpotkan untuk mengurus pemeliharaan aset, baik pada saat leasing maupun sesudahnya. Universitas Sumatera Utara Manfaat Adalah keuntungan sewa dan kembalinya uang pokok Risiko 1. Default; nasabah tidak membayar cicilan dengan sengaja 2. Rusak; aset ijarah rusak sehingga menyebabkan biaya pemeliharaan bertambah, terutama bila disebutkan dalam kontrak bahwa pemeliharaan harus dilakukan oleh pihak bank 3. Berhenti; nasabah berhenti di tengah kontrak dan tidak mau membeli aset tersebut. Akibatnya bank harus menghitung kembali keuntungan dan mengembalikan sebagian kepada nasabah e. Qardh adalah pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali atau dengan kata lain meminjamkan tanpa mengharapkan imbalan. Aplikasi dalam Perbankan 1. Sebagai produk pelengkap kepada nasabah yang telah terbukti loyalitas dan bonafiditasnya yang membutuhkan dana talangan segera untuk masa yang relatif pendek. Nasabah tersebut akan mengembalikan secepatnya sejumlah uang yang dipinjamnya itu. Misalnya sebagai dana talangan haji, pinjaman kepada pengurus bank Universitas Sumatera Utara 2. Sebagai fasilitas nasabah yang memerlukan dana cepat sedangkan ia tidak bisa menarik dananya karena, misalnya tersimpan dalam bentuk deposito. Sebagai produk kartu kredit syariah, dimana nasabah diberi keleluasaan untuk menarik uang tunai milik bank melalui ATM 3. Sebagai pinjaman kepada pengusaha kecil, dimana menurut perhitungan bank akan memberatkan si pengusaha bila diberikan pembiayaan dengan skema jual beli, ijarah, atau bagi hasil Manfaat 1. Memungkinkan nasabah yang sedang dalam kesulitan mendesak untuk mendapat talangan jangka pendek 2. Qardh al hasan juga merupakan salah satu ciri pembeda bank syariah dengan bank konvensional yang didalamnya terkandung misi sosial, disamping misi komersial 3. Adanya misi sosial kemasyarakatn ini akan meningkatkan citra baik dan meningkatkan loyalitas masyarakat terhadap bank syariah Risiko Risiko yang terkandung dalam qardh terhitung tinggi karena ia dianggap pembiayaan yang tidak ditutup dengan jaminan. f. Rahn Universitas Sumatera Utara Rahn adalah menahan salah satu harta milik si peminjam sebagai jaminan atas pinjaman yang diterimanya. Barang yang ditahan tersebut memiliki nilai ekonomis. Dengan demikian, pihak yang menahan memperoleh jaminan untuk dapat mengambil kembali seluruh atau sebagian piutangnya. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa rahn adalah semacam jaminan hutang atau gadai. Aplikasi dalam Perbankan 1. Sebagai produk pelengkap Rahn dipakai produk pelengkap, artinya sebagai akad tambahan jaminancollateral terhadap produk lain seperti dalam pembiayaan bai’al murabahah . Bank dapat menahan barang nasabah sebagai konsekuensi akad tersebut. 2. Sebagai produk tersendiri Dibeberapa negara Islam termasuk di antaranya adalah Malaysia, akad rahn telah dipakai sebagai alternatif dari pegadaian konvensional. Bedanya dengan pegadaian biasa, dalam rahn tidak dikenakan bunga, yang dipungut dari nsbah adalah biaya penitipan, pemeliharaan, penjagaan, serta penaksiran Universitas Sumatera Utara Barang yang digadaikan wajib memenuhi kriteria :  Milik nasabah sendiri  Jelas ukuran, sifat, dan nilainya ditentukan berdasarkan nilai riil pasar  Dapat dikuasai namun tidak boleh dimanfaatkan oleh bank Manfaat 1. Menjaga kemungkinan nasabah untuk lalai atau bermain – main dengan fasilitas pembiayaan yang diberikan bank 2. Memberikan keamanan bagi segenap penabung dan pemegang deposito bahwa dananya tidak akan hilang begitu saja jika nasabah peminjam ingkar janji karena ada suatu aset atau barang marhun yang dipegang oleh bank. 3. Jika rahn ditetapkan dalam mekanisme pegadaian, maka sudah barang tentu akan sangat membantu saudara kita yang kesulitan dana Risiko 1. Risiko tidak terbayarnya hutang nasabah wanprestasi 2. Risiko penurunan nilai aset yang ditahan atau rusak g. Hiwalah Hiwalah adalah pengalihan hutang dari orang yang berhutang kepada orang lain yang wajib menanggungnya. Dalam istilah Universitas Sumatera Utara para ulama, hal ini merupakan pemindahan beban hutang dari muhil orang yang berhutang menjadi tanggungan muhal’alaih atau orang yang berkewajiban membayar hutang. Aplikasi dalam Perbankan Kontrak hiwalah dalam perbankan biasanya diterapkan pada: 1. Factoring atau anjak piutang, dimana para nasabah yang memiliki piutang kepada pihak ketiga memindahkan piutang itu kepada bank, bank lalu membayar piutang tersebut dan menagihnya dari pihak ketiga itu. 2. Post-dated check, di mana bank bertindak sebagai juru tagih, tanpa membayarkan dulu piutang tersebut. 3. Bill discounting. Secara prinsip, bill discounting serupa dengan hiwalah. Hanya, dalam bill discounting, nasabah harus membayar fee, sementara pembahasan fee tidak didapati dalam kontrak hiwalah. Manfaat 1. Memungkinkan penyelesaian hutang dan piutang dengan cepat dan simultan 2. Tersedianya talangan dana untuk hibah bagi yang membutuhkan Universitas Sumatera Utara 3. Dapat menjadi salah satu fee-based incomesumber pendapatan non – pembiayaan bagi bank syariah. Risiko Adanya kecurangan yang harus diwaspadai dari kontrak hiwalah adalah adanya kecurangan nasabah dengan memberi invoice palsu atau wanprestasiingkar janji untuk memenuhi kewajiban hiwalah ke bank. Dari hasil musyawarah ijma internasional para ahli ekonomi Muslim beserta para ahli fiqih dari Academi Fiqh di Mekkah pada tahun 1973, dapat disimpulkan bahwa konsep dasar hubungan ekonomi berdasarkan syariah Islam dalam bentuk sistem ekonomi Islam ternyata dapat diterapkan dalm operasional lembaga keuangan bank maupun lembaga keuangan non bank. Penerapan atas konsep tersebut terwujud dengan munculnya lembaga keuangan Islam di persada nusantara ini. Pada sisi pengerahan dana masyarakat, shahibul maal berhak atas bagi hasil dari usaha lembaga keuangan sesuai dengan porsi yang telah disepakati bersama, bagi hasil yang diterima shahibul maal akan naik turun secara wajar sesuai dengan keberhasilan lembaga keuangan dalam mengelola dana yang dipercayakan kepaanya. tidak ada biaya yang perlu digeserkan karena konsep bagi hasil bukan konsep biaya. Pada penyaluran dana kepada masyarakat, sebagian besar pembiayaan Bank Islam untuk nasabahnya. dengan demikian, pembiayaan hanya diberikan apabila barang dan jasanya telah ada terlebih dahulu. dengan metode ada barang dahulu, baru ada uang maka masyarakat dipacu untuk memproduksi barang dan jasa atau mengadakan barang dan jasa. selanjutnya Universitas Sumatera Utara barang yang dibelidiadakan menjadi jaminan collateral hutang. Secara garis besar, hubungan ekonomi berdasarkan syariah Islam tersebut ditentukkan oleh hubungan aqad yang terdiri dari lima konsep aqad. Bersumber dari lima konsep ini bank syariah dapat menerapkan produk-produk lembaga keuangan bank syariah dan lembaga keuangan bukan bank syariah yang dapat dioperasionalkan. Kelima Konsep tersebut adalah : 1. Prinsip Simpanan Murni al’Wadiah. Prinsip simpanan murni merupakan fasilitas yang diberikan oleh bank islam yang memberikan kesempatan kepada pihak yang elebihan dana untuk menyimpan dananya dalam bentuk al’Wadiah. Fasilitas al’Wadiah diberikan bertujuan untuk investasi guna mendapatkan keuntungan seperti halnya tabungan dan deposito. 2. Bagi Hasil Syirkah. Sistem ini adalah suatu system yang meliputi tata cara pembagian hasil usaha penyedia dana dengan pengelola dana. pembagian hasil usaha ini dapat terjadi anatara bank dengan penyimpan dana, maupun antara bank dengan nasabah penerima dana. bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini adalah mudharabah dan musyarakah . 3. Prinsip Jual Beli at-Tijarah. Prinsip ini merupakan system yang menerapkan tata cara jual beli, dimana bank akan membeli terlebih dahulu barang yang dibutuhkan atau mengagkat nasabah sebagai agen, bank melakukan pembelian atas nama bank, kemudian bank menjual Universitas Sumatera Utara barang tersebut kepada nasabah dengan harga beli ditambah keuntungan Margin 4. Perinsip Sewa al-Ijarah. Prinsip ini secara garis besar terbagi atas 2 dua jenis : a. Ijarah, sewa muni, seperti halnya penyewaan alat – alat produk operating lease. dalam teknis perbankan, bank dapat membeli equipment yang dibutuhkan nasabah kemudian menyewakan dalam waktu dan hanya telah disepakati kepada nasabah. b. Bai al takjiri atau ijarah al muntahiya bit tamlik merupakan penggabungan sewa dan beli, dimana si penyewa mempunyai hak untuk memiliki barang pada akhir masa sewa financial lease 5. Prinsip jasafee al-Ajr walumullah. Prinsip ini meliputi seluruh layanan non- pembiayaan yang diberikan bank. bentuk produk yang berdasarkan prinsip ini antara lain Bank Garansi, Kliring, Jasa, Inkaso,Transfer, dll. Bank harus mampu memaksimalkan profit yang didapatnya guna memberikan return yang berarti bagi nasabahnya. Tingkat keuntungan bersih net income yang dihasilkan oleh bank dipengaruhi oleh faktor – faktor yang dapat dikendalikan controlable factors dan faktor – faktor yang tidak dapat dikendalikan uncontrolable factors. Controlable factors adalah faktor – faktor yang dapat dipengaruhi oleh manajemen seperti segmentasi bisnis Universitas Sumatera Utara orientasinya kepada wholesale dan retail, pengendalian pendapatan tingkat bagi hasil, keuntungan atas transaksi jual – beli, pendapatan fee atas layanan yang diberikan dan pengendalian biaya – biaya. Uncontrolable factors atau faktor – faktor eksternal adalah faktor – faktor yang dapat mempemgaruhi kinerja bank seperti kondisi ekonomi secara umum dan situasi persaingan di lingkungan wilayah operasinya. Bank tidak dapat mengendalikan faktor – faktor eksternal, tetapi mereka dapat membangun fleksibilitas dalam rencana operasi mereka untuk menghadapi perubahan faktor – faktor eksternal. Karena itu, bank syariah harus dapat melakukan ekspansi kreditpembiayaan untuk dapat menjaga tingkat likuiditas dan profitabilitas sehingga nisbah bagi hasil yang diberikan tidak berfluktuasi. Hal itulah yang melatarbelakangi bank syariah memilih jenis produk pembiayaan yang dilakukan. Dan jenis produk yang mendominasi pembiayaan yang dilakukan oleh bank syariah di Indonesia adalah jenis debt financing karena alasan mudah karena dalam memutuskan pemberian debt financing tidak diperlukan biaya yang besar karena tidak perlunya ada proses tinjauan terlebih dahulu oleh pihak bank mengenai prospek usaha, risiko kerugian kecil karena margin keuntungan telah ditetapkan sebelumnya sehingga bank sudah dapat memperhitungkan profit yang dihasilkan pada pembiayaan tersebut. Sebaliknya dalam memutuskan pemberian equity financing terlebih dahulu bank harus melakukan tinjauan terhadap pihak yang akan diberi pembiayaan. Tinjauan itu menyangkut prospek usaha untuk melihat profitabilitas, kondisi usaha untuk menilai kemampuan mengembalikan pembiayaan yang tentunya mengeluarkan biaya yang akan menjadi beban bagi bank dalam melakukan pembiayaan, selain itu profit yang dihasilkan tidak dapat diperhitungkan karena bergantung pada hasil usaha yang bisa ditetapkan hanya nisbah bagi hasil saja. Belum adanya risiko kerugian yang harus ditanggung bersama sehingga dapat menyebabkan profit yang dihasilkan Universitas Sumatera Utara bank menurun. Tapi apakah benar bahwa equity financing sangat berisiko tinggi dan memerlukan biaya yang lebih besar dalam operasionalnya dibandingkan debt financing dalam meningkatkan profit bank syariah? Padahal equity financing lebih memiliki keunggulan dibandingkan debt financing, karena dalam equity financing menggunakan sistem yang adil dimana berbagi untung profit rugiloss, sehingga memacu pengguna dana untuk meningkatkan kinerja usahanya karena sadar bahwa tanggung jawab dipikul bersama dan adanya group control dimana pihak bank melakukan pengawasan terhadap kinerja usaha pengguna dana sehingga jalannya usaha terkendali, berbeda dengan debt financing yang hanya mengandalkan peminjam dana saja tanpa adanya pengawasan dari pihak bank. Selain itu berdasarkan penelitian yang telah dilakukan saudara Nur Anisa Qadriyah pada tahun 2003 dengan judul “Pengaruh Jenis Produk Pembiayaan, Jenis Pembiayaan, dan Jenis Sektor Ekonomi Pembiayaan terhadap Non Performing Financing pada Perbankan Syariah”, yang membuktikan bahwa “Perbedaan jenis produk pembiayaan equity financing dan debt financing yang disalurkan oleh bank – bank syariah tidak memiliki pengaruh pada tingkat NPF padahal diduga equity financing lebih memiliki risiko kredit macet lebih tinggi dibanding debt financing. Artinya semua jenis produk pembiayaan memiliki risiko kredit macet yang relatif sama.” Berdasarkan itu penulis ingin melihat pengaruh jenis produk pembiayaan equity financing dan debt financing terhadap profitabilitas bank syariah berdasarkan tingkat profit Universitas Sumatera Utara yang dihasilkan dengan memperhitungkan biaya atau beban yang harus ditanggung bank syariah dalam melakukan pembiayaan tersebut. Profit Expense Ratio PER adalah rasio yang digunakan DR. Abdus Samad dan DR. M. Khabir Hassan dalam menilai kinerja Bank Islam Malaysia periode 1984-1997 dalam hal profitabilitas. Dimana bila rasio ini menunjukkan nilai yang tinggi mengindikasikan bahwa bank menggunakan biaya secara efisien dan menghasilkan profit yang tinggi dengan beban – beban yang harus ditanggungnya. Efisiensi merupakan salah satu parameter kinerja yang secara teoritis merupakan salah satu kinerja yang mendasari seluruh kinerja sebuah organisasi. Manajemen di dalam suatu badan usaha, baik industri, niaga dan jasa, tidak terkecuali jasa perbankan, didorong oleh motif mendapatkan keuntungan profit. Untuk mendapatkan keuntungan yang besar, manajemen haruslah diselenggarakan dengan efisien. Sikap ini harus dimiliki oleh setiap pengusaha dan manajer di mana pun mereka berada, baik dalam organisasi bisnis, pelayanan publik, maupun organisasi sosial kemasyarakatan. Kemampuan menghasilkan output yang maksimal dengan input yang ada, adalah merupakan ukuran kinerja yang diharapkan. Pada saat pengukuran efisiensi dilakukan, bank dihadapkan pada kondisi bagaimana mendapatkan tingkat output yang optimal dengan tingkat input yang ada, atau mendapatkan tingkat input yang minimum dengan tingkat output tertentu. Di samping itu, dengan adanya pemisahan antara unit dan harga ini, dapat diidentifikasi berapa tingkat efisiensi teknologi, efisiensi alokasi, dan total efisiensi. Dimana hasil penelitiannya adalah “Profitability PER performance when compared with a conventional bankbanks show that BIMB is lagging behind the conventional bank. An average profit of BIMB is 21 whereas the average profit of the conventional bank for the same periods was Universitas Sumatera Utara 36. This difference in profitability performance is statistically significant at 5 level. There are various reasons for lower profitability performance of BIMB. First, BIMB does not have wide scope for investment in any stock or security because of religious constraints. It can only invest in Shariah approved projects. It can not invest beyond the Shariah Board approved investments even if it can earn higher rate of returns. Shariah Board supervises bank investment. Secondly, investment in government bond is a major source of earnings. The rate of return of government bond is lower than other types investments. Thirdly, in order to provide the guarantee of depositors deposits and trust amanah, BIMB maintains more liquidity than the conventional banks.” Berdasarkan hal di atas penulis menarik hipotesis bahwa tingkat debt financing dan equity financing baik secara parsial maupun simultan mempengaruhi Profit Expense Ratio perbankan syariah. Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Bank Syariah Jenis Produk Pembiayaan Equity Financing Debt Financing Universitas Sumatera Utara

BAB III METODE PENELITIAN

Dokumen yang terkait

Pengaruh Financing to Deposit Ratio dan Non Performing Financing terhadap Profitabilitas Bank Syariah di Indonesia

1 65 87

Pengaruh Debt Financing,Equity Financing dan Non Performing Financing Terhadap Profitabilitas Perbankan syariah (Studi Kasus Pada Perbankan Syariah di Indonesia Periode 2010-2015)

0 10 139

PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO (FDR), NON PERFORMING FINANCING (NPF), DEBT TO EQUITY RATIO (DER), QUICK RATIO (QR), DAN RETURN ON EQUITY (ROE) TERHADAP PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA BANK UMUM SYARIAH

1 11 100

PENGARUH GENDER DAN TEKANAN KETAATAN TERHADAP AUDIT JUDGEMENT : Studi Kasus pada BPK-RI Perwakilan Provinsi Jawa Barat.

1 3 42

PEMETAAN PROFIL RISIKO SPEKULATIF : Studi Kasus pada PDAM Tirta Raharja Kabupaten Bandung.

2 5 43

PENGARUH DEBT FINANCING DAN EQUITY FINANCING TERHADAP PROFIT EXPENSE RATIO PADA PERUSAHAAN JAKARTA ISLAMIC INDEX (JII).

0 2 112

PENGARUH FINANCING TO DEPOSIT RATIO, NON PERFORMING FINANCING, DEBT TO EQUITY RATIO, QUICK RATIO, RETURN ON EQUITY, DANA PIHAK KETIGA, DAN SERTIFIKAT WADIAH BANK INDONESIA TERHADAP PEMBIAYAAN MURABAHAH PADA BANK UMUM SYARIAH PERIODE 2012- 2015

0 1 17

PENGARUH DEBT FINANCING DAN EQUITY FINANCING TERHADAP PROFIT EXPENSE RATIO (PER) PADA BANK UMUM SYARIAH - Perbanas Institutional Repository

0 3 12

PENGARUH DEBT FINANCING DAN EQUITY FINANCING TERHADAP PROFIT EXPENSE RATIO (PER) PADA BANK UMUM SYARIAH - Perbanas Institutional Repository

2 5 15

BAB II TINJAUAN PUSTAKA - PENGARUH DEBT FINANCING DAN EQUITY FINANCING TERHADAP PROFIT EXPENSE RATIO (PER) PADA BANK UMUM SYARIAH - Perbanas Institutional Repository

0 1 22