Analisis pandangan para mufassir dalam Surah Al-Maidah ayat 8 tentang Adil

C. Analisis pandangan para mufassir dalam Surah Al-Maidah ayat 8 tentang Adil

1. Jangan sampai karena kebencian/ condong kepada salah satu mengakibatkan tidak berlaku adil.

Pendidik adalah pemimpin. Layaknya seorang pemimpin, nilai utama yang harus dimiliki setiap pendidik adalah adil. Allah SWT berfirman dalam surah al-Maidah [5]: 8.

Artinya: “Dan janganlah kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa.” (Kementerian Agama RI, 2013: 108). Tantangan terbesar seorang pendidik sebagai pemimpin adalah

konsisten menegakkan keadilan. Menurut Prof. Yusuf Qaradhawi, adil adalah memberikan segala hal kepada yang berhak akan haknya, baik secara pribadi atau secara berjamaah, atau secara nilai apa pun, tanpa konsisten menegakkan keadilan. Menurut Prof. Yusuf Qaradhawi, adil adalah memberikan segala hal kepada yang berhak akan haknya, baik secara pribadi atau secara berjamaah, atau secara nilai apa pun, tanpa

Bagi pendidik, adil bukan perkara gampang. Sebab, tiap pendidik harus memenuhi hak-hak semua anak untuk belajar dan dididik dengan penuh kasih sayang. Pendidik bisa memaknai adil dalam arti sama (al- Musawat) , yaitu perlakuan yang sama atau tidak membedakan antara yang satu dengan yang lain. Pendidik memiliki anak didik cerdas yang cepat belajar, tidak sedikit pula ada anak didik yang lambat. Ada anak didik yang baik perangainya, ada juga anak didik yang berperangai buruk. Tanpa sikap adil, pendidik akan cenderung menyukai anak didik yang cerdas dan berperangai baik. Tanpa disadari, anak didik cerdas dan berperangai baik kerap mendapatkan pujian. Sebaliknya, anak didik yang lambat belajar dan berperangai buruk sering mendapatkan celaan.

Jika saat kedua kelompok anak didik ini berkonflik, sikap pendidik akan tampak berat sebelah, lebih condong memihak anak didik yang cerdas dan berperilaku baik. Maka apabila hal ini terjadi, tindakan pendidik memang tidak adil. Padahal, sejatinya pendidik harus bisa menetapkan suatu keputusan yang adil bagi semua anak didik. Lihat firman Allah SWT dalam surah An-Nisa’ [4]: 58.

Artinya: “Sungguh Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia hendaknya kamu Artinya: “Sungguh Allah menyuruhmu menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan apabila kamu menetapkan hukum di antara manusia hendaknya kamu

Rasulullah SAW memberikan contoh bagaimana metode terbaik untuk menegur sekaligus memuji kapasitas para sahabat secara wajar dan proporsional. Memuji secara berlebihan berpotensi membuat anak didik menjadi tinggi hati. Sebaliknya, celaan yang berlebihan justru akan membuat anak didik makin berani melakukan tindakan keburukan dan hal-hal tercela.

Di sinilah pendidik harus bersikap adil dalam mengatasi persoalan anak didik yang beragam dan kompleks. Anak didik yang berperilaku tercela mesti ditegur sesekali saja. Cara menegur didasari rasa kasih sayang dan lemah lembut, bukan didorong rasa amarah akibat hawa nafsu yang tak terkendali. Rasulullah SAW memilih sikap tidak banyak melakukan teguran dan tidak banyak pula mencela sikap anak. Hal itu dilakukan beliau untuk menanamkan rasa malu serta menumbuhkan keutamaan sikap mawas diri di dalam jiwa anak.

Keadilan pendidik tampak dari kesabarannya saat dia punya kewenangan. Pendidik tidak boleh sewenang-wenang. Ujian terbesar seorang pendidik adalah bisa tulus ikhlas menyayangi anak didiknya, sama seperti menyayangi anaknya sendiri. Kalau pun anak kandungnya menjadi salah satu anak didiknya dan berperilaku salah, dia tetap menghukumnya sama seperti anak didik lainnya yang berbuat kesalahan. Inilah konsep keadilan yang sesungguhnya, adil bijaksana.

2. Pendidik yang adil akan takut bermaksiat kepada Allah SWT.

Rasa takut kepada Allah merupakan salah satu bentuk amalan hati seorang hamba kepada Rabb-nya, rasa takut kepada Allah adalah sifat seorang yang bertakwa. Bahkan, hal tersebut merupakan bukti keimanan kepada Allah Ta’ala. Rasa takut kepada Allah muncul dari sikap ma’rifatullah (mengenal Allah) yang mendalam. Seseorang yang berani berrmaksiat kepada Allah, tidak lain disebabkan oleh minimnya rasa takut kepada Allah, dan hal tersebut tidak lain disebabkan kurangnya ilmu agama dan ma’rifatullah.

Pendidik yang tidak adil akan mudah bermaksiat melakukan hal- hal yang tidak disukai oleh Allah SWT, dikarenakan buta mata hatinya tidak mampu mengenal Allah SWT. Jadi sangat penting seorang pendidik selain memiliki sifat adil, juga dituntut agar memiliki sifat ma’rifatullah (mengenal Allah) lebih dekat, sehingga takut untuk berbuat zhalim kepada orang lain terkhusus kepada siswa sendiri, baik dalam memberikan hukuman maupun dalam memberikan pujian/ganjaran.