Analisis pandangan para mufassir dalam Surah Al-Qalam ayat 4 tentang Berakhlak Mulia)

B. Analisis pandangan para mufassir dalam Surah Al-Qalam ayat 4 tentang Berakhlak Mulia)

1. Bukti keagungan akhlak Nabi Muhammad SAW, yang menjadi contoh bagi pendidik.

Kemampuan beliau menerima pujian dari sumber Yang Maha Agung dalam keadaan mantap tidak luluh di bawah tekanan pujian yang demikian besar itu, tidak pula guncang kepribadian beliau yakni tidak menjadikan beliau angkuh. Beliau menerima pujian itu dengan penuh ketenangan dan keseimbangan. Keadaan beliau itu menurut Sayyid Quthub menjadi bukti melebihi bukti yang lain tentang keagungan beliau.

Demikian pribadi seorang pendidik agar mampu menata hati disaat dipuji, disanjung diberi penghargaan, gelar, pangkat dan kedudukan tidak menjadikannya sebagai seorang yang angkuh, sombong dan takabur sehingga tidak membuatnya jatuh kedalam lembah kemurka Allah SWT, atas pujian orang yang salah dalam niatnya. Firman Allah SWT, dalam surah Az-Zumar [39] 60:

Artinya: “Dan pada hari kiamat kamu akan melihat orang-orang yang berbuat dusta terhadap Allah, wajahnya menghitam. Bukankah neraka Jahannam itu tempat tinggal bagi orang yang menyombongkan diri.” (Kementerian Agama RI, 2013: 464)

2. Keteguhan sikap Nabi Muhammad SAW ketika berdakwah, pelajaran berharga bagi pendidik untuk mengatasi masalah dalam mendidik.

Sebagai seorang pendidik yang siap mengabdikan hidupnya dalam dunia pendidikan sudah seharusnya mulai menata diri, meluruskan niat dan menguhkan hati untuk mengajar dan mendidik siswa-siswa dengan penuh khidmat. Agar kelak ketika berhadapan dengan siswa yang bermaslah tidak mudah dipenuhi sikap emosi yang membawa konflik dan kekerasan fisik karena ketidakmampuan mengendalikan diri, sebagai pendidik perlu mengingat bahwa niat mengajar adalah adalah profesi yang menuntut kecerdasan dan kearifan dalam bersikap.

3. Akhlak-akhlak yang agung pada diri Nabi Muhammad SAW, sudah sepatutnya menjadi akhlak seorang pendidik.

Akhlak yang agung menurut pandangan Ibnu Katsir terhadap surah Al-Qalam ayat 4 ini di antaranya: seorang pendidik, harus memiliki sifat rasa malu, murah hati, berani, suka memaafkan, dan lemah lembut. (Muhammad Nasib Rifa’i, 2002: 776). Muhammad Ali ash-Shabuni (2013: 401) mengatakan bahwa di antara akhlak Nabi SAW adalah berilmu, sabar, pemalu, ahli ibadah, dermawan, pandai bersyukur, tawadhu’, zuhud, belas kasih dan baik interaksi sosialnya.

Sehingga hal ini sesuai dengan tujuan utama risalah (misi) Nabi SAW, yaitu untuk membawa rahmat bagi alam semesta, sebagaimana firman Allah SWT dalam surah Al-Anbiya’ [21]: 107.

Artinya: “Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad), melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam”. (Kementerian Agama RI, 2013: 331) Yang dimaksud ”rahmat” di sini adalah tata cara hidup dalam

segala bidang kehidupan, tidak terkecuali akhlak. Dan aplikasi dari rahmat tersebut adalah:

a. An-Yakuna Kullu Fardin Masdara Khoirin Lijama’atihi (hendaknya setiap indiividu menjadi sumber kebaikan bagi komunitasnya).

b. Iqamah al-Adalah (menegakkan keadilan).

c. Tahqiq al-Maslahah (mewujudkan kemaslahatan). Dan konsep al- Maslahah selalu dikembangkan pada pemenuhan dan penjagaan 5 hal pokok (al-Umur al-Khams) yang menjadi kebutuhan dasar c. Tahqiq al-Maslahah (mewujudkan kemaslahatan). Dan konsep al- Maslahah selalu dikembangkan pada pemenuhan dan penjagaan 5 hal pokok (al-Umur al-Khams) yang menjadi kebutuhan dasar

d. Dan memperbaiki budi pekerti umat manusia seluruh dunia, disebabkan telah lahir kerusakan yang diperbuat mereka. (Masy’ari Anwar, 2008: 47).

Tidak akan pernah ada sepanjang sejarah bahwa manusia yang paling terbaik akhlaknya selain Nabi Muhammad SAW, seperti Firman Allah SWT dalam surah Al-Ahzab [33]: 21.

Artinya: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.” (Kementerian Agama RI, 2013: 420)

Nabi Muhammad SAW, adalah orang yang paling baik, paling dermawan dan paling berani. Jadi, sudah sewajarnyalah tiada yang pantas di idolakan untuk menjadi panutan seorang pendidik selain Nabi Muhammad SAW, beliaulah sebaik-baiknya manusia yang ada dipermukaan bumi ini. Bagi pendidik sepantasnya untuk mengikuti akhlak-akhlak mulia Rasulullah SAW, seperti seorang pendidik harus punya rasa malu yang amat tinggi jika terbesit di dalam hatinya ingin melakukan perbuatan yang tidak baik, maka sesegera mungkin untuk mengendalikannya, karena tidak mungkin seorang pendidik berperilaku yang mencerminkan sifat yang tidak baik. Tidak akan terusik hatinya Nabi Muhammad SAW, adalah orang yang paling baik, paling dermawan dan paling berani. Jadi, sudah sewajarnyalah tiada yang pantas di idolakan untuk menjadi panutan seorang pendidik selain Nabi Muhammad SAW, beliaulah sebaik-baiknya manusia yang ada dipermukaan bumi ini. Bagi pendidik sepantasnya untuk mengikuti akhlak-akhlak mulia Rasulullah SAW, seperti seorang pendidik harus punya rasa malu yang amat tinggi jika terbesit di dalam hatinya ingin melakukan perbuatan yang tidak baik, maka sesegera mungkin untuk mengendalikannya, karena tidak mungkin seorang pendidik berperilaku yang mencerminkan sifat yang tidak baik. Tidak akan terusik hatinya