Profil Pasar Tanah Abang

4.3 Profil Pasar Tanah Abang

Pasar Tanah Abang merupakan salah satu wilayah yang cukup tua di Jakarta. Dalam hal ini, dari runutan sejarahnya terdapat dua pendapat mengenai asal mula nama Tanah Abang. Pertama, dihubungkan dengan penyerangan Kota Batavia oleh pasukan Mataram pada tahun 1628. Serangan dilancarkan ke arah kota melalui daerah selatan, yaitu Tanah Abang. Tempat tersebut digunakan sebagai pangkalan karena kondisinya yang berupa tanah bukit dengan daerah rawa-rawa dan ada Kali Krukut di sekitarnya. Karena tanahnya yang merah, maka mereka menyebutnya "tanah abang" yang dalam bahasa Jawa berarti merah. Kedua, adanya pendapat yang mengartikan Tanah Abang dari kata "abang dan adik", yaitu dua orang bersaudara kakak dan adik. Dalam hal ini, adiknya tidak mempunyai rumah, kemudian sang adik minta kepada abangnya untuk mendirikan rumah. Tanah yang ditempati disebut tanah abang.

Nama Tanah Abang mulai dikenal ketika seorang kapten Cina bernama Phoa Bhingam yang meminta izin kepada Pemerintah Belanda untuk membuat sebuah terusan pada tahun 1648. Penggalian terusan dimulai dari arah selatan sampai dekat hutan kemudian dipecah menjadi dua bagian, daerah timur sampai ke Kali Ciliwung dan ke arah Barat sampai Kali Krukut. Terusan ini bernama Molenvliet dan berfungsi sebagai sarana transportasi untuk mengangkut hasil bumi dengan menggunakan perahu ke arah selatan sampai dekat hutan. Adanya Molenvliet memperlancar hubungan dan perkembangan daerah kota ke selatan. Bahkan jalan-jalan yang berada di sebelah kiri dan kanan terusan itu Nama Tanah Abang mulai dikenal ketika seorang kapten Cina bernama Phoa Bhingam yang meminta izin kepada Pemerintah Belanda untuk membuat sebuah terusan pada tahun 1648. Penggalian terusan dimulai dari arah selatan sampai dekat hutan kemudian dipecah menjadi dua bagian, daerah timur sampai ke Kali Ciliwung dan ke arah Barat sampai Kali Krukut. Terusan ini bernama Molenvliet dan berfungsi sebagai sarana transportasi untuk mengangkut hasil bumi dengan menggunakan perahu ke arah selatan sampai dekat hutan. Adanya Molenvliet memperlancar hubungan dan perkembangan daerah kota ke selatan. Bahkan jalan-jalan yang berada di sebelah kiri dan kanan terusan itu

Perkembangan Pasar Tanah Abang yang meningkat kemudian muncul menjadi daerah perkebunan yang diusahakan oleh tuan tanah orang Belanda dan Cina. Jenis perkebunan yang diusahakan antara lain kebun kacang, kebun jahe, kebun melati, kebun sirih, dan lainnya yang kemudian menjadi nama wilayah sampai sekarang. Karena melimpahnya hasil- hasil perkebunan di daerah tersebut mendorong Justinus Vinck untuk mengajukan permohonan mendirikan sebuah pasar di daerah Tanah Abang dan Senen. Setelah mendapat izin dari Gubernur Jenderal Abraham Patras pada tanggal 30 Agustus 1735, Vinck membangun dua pasar, yaitu Pasar Tanah Abang dan Pasar Senen. Peranan Kali Krukut pun makin penting sebagai tempat berlabuhnya perahu yang memuat barang-barang yang akan djual ke Pasar Tanah Abang. Selain digunakan sebagai sarana transportasi, Kali Krukut juga digunakan untuk keperluan sehari-sehari penduduk. Untuk menjaga kebersihan dan mencegah banjir, Pemerintah Belanda membuat pintu air pada tahun 1917.

Wilayah Tanah Abang meliputi Kelurahan Kampung Bali, Kebon Kacang, dan Kebon Melati. Tetapi yang menjadi inti Kampung Tanah Abang adalah di sekeliling Pasar Tanah Abang. Asal mula nama Kampung Bali berawal dari banyaknya orang Bali yang tinggal di sana. Pada waktu itu pemerintah Belanda memberikan pangkat kapten kepada kepala kelompok suku-suku bangsa yang ada di Batavia. Sehingga muncul nama Kampung Bali, Kampung Bugis, Kampung Melayu, Kampung Ambon, Kampung Cina, dll. Bahkan menjelang Wilayah Tanah Abang meliputi Kelurahan Kampung Bali, Kebon Kacang, dan Kebon Melati. Tetapi yang menjadi inti Kampung Tanah Abang adalah di sekeliling Pasar Tanah Abang. Asal mula nama Kampung Bali berawal dari banyaknya orang Bali yang tinggal di sana. Pada waktu itu pemerintah Belanda memberikan pangkat kapten kepada kepala kelompok suku-suku bangsa yang ada di Batavia. Sehingga muncul nama Kampung Bali, Kampung Bugis, Kampung Melayu, Kampung Ambon, Kampung Cina, dll. Bahkan menjelang

Perkembangan yang kian pesat di Pasar Tanah Abang telah menjadi salah satu fenomena tersendiri bagi masyarakat. Pasalnya hiruk pikuk kegiatan ekonomi di Pasar Tanah Abang tidak hanya didominasi oleh toko-toko besar yang ada, tetapi juga banyak pedagang eceran yang menjual skala kecil. Hal inilah yang kemudian menjadi daya tarik para masyarakat untuk ikut mencoba peruntungannya di Pasar Tanah Abang. Bentuk dari hal tersebut adalah salah satunya yaitu dengan mendirikan kios dagang non-permanen. Para PKL yang mendiami di Pasar Tanah Abang juga telah berdiri selama puluhan tahun.

Pasar Tanah Abang menjual segala kelengkapan kebutuhan masyarakat. Dalam hal ini, terdapat kios-kios yang menjual elektronik, pakaian, aksesoris, makanan, dan lain- lainnya. Jumlah total para PKL di Pasar Tanah Abang dilansir sebanyak 942 orang. Kemudian jumlah kios atau lapak PKL yang dilansir mencapai 1025 unit. Dalam hal ini, para PKL juga mempunyai lebih dari satu kios. Berikut data-data yang menjelaskan mengenai jumlah PKL dan kiosnya

yaitu sebagai berikut ini: 49

49. Data Laporan Suku Dinas Usaha Menengah Kecil, Koperasi, dan Perdagangan Jakarta

Tabel 9. Jumlah Pedagang Kaki Lima dan Kios Kaki Lima di Pasar Tanah Abang

Jenis Dagangan

Pedagang Kaki Lima

Kios Kaki Lima

458 Kios Aksesoris

Pakaian

425 PKL

237 Kios Elektronik

211 PKL

132 Kios Makanan dan Minuman

124 PKL

40 Kios Perlengkapan Olahraga

36 PKL

64 Kios Lain- lainnya

Jumlah 942 PKL

Jumlah 1025 Kios

Sumber: Data Laporan Suku Dinas Usaha Menengah Kecil, Koperasi, dan

Perdagangan Jakarta Pusat