Kepemimpinan Politik Gubernur Jokowi dal

KEPEMIMPINAN POLITIK GUBERNUR JOKOWI DALAM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR TANAH ABANG JAKARTA TAHUN 2013 SKRIPSI DISUSUN OLEH: MARA HASAYANGAN F1D009039 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK JURUSAN ILMU POLITIK PURWOKERTO 2014

SKRIPSI KEPEMIMPINAN POLITIK GUBERNUR JOKOWI DALAM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR TANAH ABANG JAKARTA TAHUN 2013

Oleh: Mara Hasayangan F1D009039

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu (S1) Ilmu Politik Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Jenderal Soedirman

Diterima dan disetujui

Pada tanggal :……………………………….

Tim Penguji

Nama Tanda Tangan

1. Drs. Syah Firdaus, M.Si. …………………. Ketua

2. Drs. Bambang Suswanto, M.Si. …………………. Anggota

3. Triana Ahdiati, M.Si. …………………. Anggota

Mengetahui, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Dr. Ali Rokhman, M.Si NIP. 196710171993031003

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di Perguruan Tinggi manapun, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara

tertulis menjadi acuan dalam makalah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka

Jika nanti di kemudian hari terbukti skripsi saya tidak sesuai dengan pernyataan ini, saya berani mempertanggungjawabkannya, termasuk resiko pencabutan gelar kesarjanaan yang saya sandang.

Purwokerto, Juni 2014

` Mara Hasayangan

MOTTO

Insanity is: Doing the same thing over

and over again, and expecting different result

-Albert Einstein-

PERSEMBAHAN DAN UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan Terima Kasih Kepada ALLAH SWT

Terima kasih kepada ALLAH SWT atas segala nikmat dan karunianya sehingga

penulisan skripsi ini bisa terselesaikan dengan baik.

Sebuah karya ini saya persembahkan untuk : Orang Tua Tercinta,

Ayahanda H. Mahyudin Simatupang dan Ibunda Sri Sugianti. Terima Kasih Atas Segala Dukungannya di Berbagai Aspek Dalam Hidup Saya. Maaf Papa Mama,

Abang Mara Membutuhkan Waktu Yang Cukup Lama Dalam Menyelesaikan Studi Strata 1. Terima Kasih Atas Kesabaran Papa Mama Dalam Menunggu Selesainya Studi Kuliah Abang Mara.

My Big Brothers,

Abdul Malik Saridima Simatupang (Bang Ginda), Terima kasih atas segala dukungannya dan Semoga selalu menjadi orang yang sukses di dunia dan akhirat.

Febby Fiorentino Simatupang (Bang Bento), Terima kasih atas segala dukungannya dan Semoga Menjadi orang yang sukses di dunia dan akhirat

Rekan-rekan Jurusan Ilmu Politik Fisip Unsoed

Tetap semangat, Pantang Menyerah, dan Berdoa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji bagi ALLAH SWT Tuhan semesta alam atas taufik dan hidayah-Nya sehingga penulisan skripsi yang berjudul “KEPEMIMPINAN POLITIK GUBERNUR JOKOWI DALAM RELOKASI PEDAGANG KAKI LIMA DI PASAR TANAH ABANG JAKARTA TAHUN 2013” dapat terselesaikan dengan baik. Penulis menyadari kiranya skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, baik dalam tehnik penyajian, susunan kalimat maupun dari segi materinya, mengingat terbatasnya pengalaman serta pengetahuan yang penulis miliki. Namun demikian, untuk mencapai tujuan yang diharapkan, penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam pengkajian serta penyajian dalam skripsi ini.

Selama penyusunan skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bantuan dan dorongan yang sangat berharga dari berbagai pihak. Tentunya penyusunan skripsi ini tidak dapat berjalan dengan baik tanpa adanya bantuan dari orang lain. Oleh karena itu, pertama-tama penulis mengucapkan terima kasih sebesar- besarnya kepada ALLAH SWT Tuhan yang maha esa atas segala limpahan karunianya sehingga skripsi ini bisa terselesaikan dengan baik. Kemudian penulis mengucapkan terima kasih sebanyak-banyaknya kepada orang-orang yang penulis cintai yaitu, Ayahanda H. Mahyudin Simatupang dan Ibunda Sri Sugiyanti yang telah memberikan sumbangsih yang sangat besar dalam berbagai aspek di hidup saya. Kepada Abang-abang saya Abdul Malik Saridima Simatupang S.T dan Febby Fiorentino S.E terima kasih atas segala dukungan, dorongan dan motivasinya selama ini.

Disamping itu tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada mereka yang selama ini telah mendidik dan mencerahkan saya melalui ilmu- ilmu yang bermanfaat. Dalam hal ini, ditujukan kepada yang terhormat:

1. Bapak Drs. Syah Firdaus, M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi saya yang telah memberikan arahan serta kemudahan-kemudahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

2. Bapak Drs. Bambang Suswanto, M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi yang telah memberikan banyak bantuan dan arahan serta kemudahan-kemudahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

3. Miss Triana Ahdiati, M.Si selaku Dosen Penguji Skripsi saya yang telah memberikan banyak saran, arahan-arahan serta pencerahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini.

4. Bapak Drs. Solahudin Kusumanegara, M.Si. yang telah memberikan pencerahan dalam penulisan skripsi ini.

5. Bapak Andi Ali Said Akbar, M.Si. yang telah memberikan pencerahan dalam penulisan skripsi ini.

6. Bapak Khairu Roojiqien Soebandi, MA., M.Si. selaku Dosen Pembimbing Akademik saya yang telah banyak meluangkan waktunya untuk membimbing, mengarahkan, dan memberikan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.

7. Seluruh Dosen-Dosen Jurusan Ilmu Politik beserta Staff Jurusan Ilmu Politik yang telah memberikan Ilmu-Ilmu yang bermanfaat, khususnya Ilmu Politik.

8. Bapak Walikota Jakarta Pusat H. Saefullah, Bapak Jabungka Situmorang Kasie Sudin Satpol Pamong Praja Jak-Pus, Bapak Nano Sunarto Kasie Sudin UMKM, Koperasi, dan Perdagangan Jak-Pus, Bapak Mohammad Hatta Kasie Sudin Disdukcapil Jak-Pus, Bapak Harlem Simanjuntak Kasie Sudin Perhubungan Jak-Pus, dan Bapak Muhammad Yusuf Bin Muhi (Bang Ucu) Tokoh Masyarakat Pasar Tanah Abang.

9. Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu-persatu.

Semoga Allah SWT selalu memberikan rahmat dan hidayah-Nya serta membalas semua kebaikan yang telah diberikan kepada penulis sehingga penyus unan skripsi ini dapat berjalan dengan baik. Akhirnya penulis berharap skripsi ini dapat berguna khususnya bagi penulis dan pembaca umumnya.

Purwokerto, Juni 2014

Penulis

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Pemikiran Penelitian…………..……………………… 54 Gambar 2. Model Analisis Interaktif…….………………………………….. 52

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Pedoman Wawancara Lampiran 2. Matrik Wawancara

Lampiran 3 .Ijin Penelitian Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Jenderal Soedirman

Lampiran 4. Surat Rekomendasi Penelitian Badan Kesatuan Bangsa, Politik,

dan Perlindungan Masyarakat Provinsi Jawa Tengah

Lampiran 5. Surat Ijin Penelitian Pemerintah Provinsi DKI Jakarta Biro Kepala Daerah dan Kerjasama Luar Negeri

Lampiran 6. Surat Ijin Penelitian Kota Administrasi Jakarta Pusat

Lampiran 7. Rencana Operasi Penertiban Dan Penataan Kawasan Pasar Tanah Abang, Kota Administrasi Jakarta Pusat

RINGKASAN

Penelitian ini berjudul “Kepemimpinan Politik Gubernur Jokowi dalam Relokasi Pedagang Kaki Lima di Pasar Tanah Abang Jakarta Tahun 2013”. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan gaya kepemimpinan politik Gubernur Jokowi dan untuk mengetahui strategi Gubernur Jokowi dalam relokasi pedagang kaki lima (PKL) di Pasar Tanah Abang Jakarta Tahun 2013. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif dengan teknik penetapan informan menggunakan purposive sampling dan snowball sampling. Pengumpulan data dalam penelitian ini melalui wawancara, observasi, dan dokumentasi.

Hasil penelitian ini adalah Gubernur Jokowi dalam upaya relokasi pedagang kaki lima di Pasar Tanah Abang Jakarta Tahun 2013 menggunakan gaya kepemimpinan kontingensi. Gaya kepemimpinan ini yaitu Gubernur Jokowi menggabungkan beberapa jenis kepemimpinan seperti tipe demokratik, partisipatif, dan otoriter. Gubernur Jokowi menerapkan gaya kepemimpinan tersebut berdasarkan pertiimbangan kondisi dan situasi yang ada dalam wadah kepemimpinannya. Tipe kepemimpinan demokratik yang diterapkan yaitu dengan membuka ruang-ruang dialog baik dari segi internal ataupun eksternal Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta. Kemudian tipe Partisipatif yang diterapkan yaitu dengan partisipasi aktif Gubernur Jokowi baik dalam ranah internal ataupun eksternal Pemprov DKI Jakarta. Tipe Otokratik yang diterapkan yaitu dengan melakukan pola reward and punishment terhadap tubuh internal Pemprov DKI Jakarta sebagai bentuk memberikan efek kesadaran bukan karena paksaan.

Strategi kepemimpinan politik Gubernur Jokowi dilakukan melalui pembenahan secara internal dalam jajarannya. Dalam hal ini, Gubernur Jokowi kerap melakukan diskusi-diskusi langsung terhadap jajarannya, menerima kritik dan pendapat dari bawahannya, dan selalu memberikan percontohan yang baik agar diikuti oleh jajarannya. Tidak hanya dari sisi internal saja, Gubernur Jokowi juga kerap kali melakukan pendekatan-pendekatan secara personal kepada Tokoh Masyarakat Pasar Tanah Abang. Hal ini dilakukan sebagai bentuk suksesi program kerja relokasi. Kemudian Gubernur Jokowi juga sering melakukan kunjungan kerja langsung ke masyarakat (blusukan) untuk melihat langsung permasalahan yang ada di Pasar Tanah Abang. Selanjutnya Gubernur Jokowi juga menerapkan beberapa rute baru untuk angkutan umum agar melewati Pasar Tanah Abang, agar akses publik menjadi mudah untuk berbelanja di Pasar Blok G Tanah Abang. Membebaskan biaya sewa kios selama 6 bulan bagi para PKL yang telah direlokasi ke Pasar Blok G Tanah Abang.

Kata Kunci: Kepemimpinan Politik, Strategi Politik, Gubernur Jokowi

SUMMARY

This research is entitled "Political Leadership in Relocation Jokowi Governor Street Vendors in Jakarta Tanah Abang market in 2013". The purpose of this study was to describe the style of political leadership and the Governor Jokowi to know the strategies Governor Jokowi the relocation of street vendors (PKL) in Jakarta Tanah Abang market in 2013. Study uses qualitative research methods to the determination of the informant technique using purposive sampling and snowball sampling. Collecting data in this study through interviews, observation, and documentation.

Results of this study was Governor Jokowi in relocation efforts street vendors in Jakarta Tanah Abang market in 2013 using the contingention leadership style. This leadership style is Governor Jokowi incorporate some kind of leadership such as the type of democratic, participatory, and authoritarian. Governor Jokowi apply pertiimbangan leadership style is based on the conditions and situations that exist in the container leadership. Type of democratic leadership that is applied is to open dialogue spaces both in terms of internal or external Provincial Government (Provincial) Jakarta. Then type Participatory applied ie with the active participation of the Governor Jokowi either internal or external to the realm of the city government. Type autocratic applied by performing the pattern of reward and punishment to the internal body as a form of Jakarta Provincial Government gives effect consciousness not because of coercion.

Political leadership strategies Governor Jokowi done internally through improvements in its ranks. In this case, the Governor Jokowi often make direct discussions towards its ranks, accept criticism and opinions of subordinates, and always gives a good demonstration that followed by his staff. Not only from the internal side of the course, the Governor Jokowi also often perform personal approaches to community leaders Tanah Abang market. This is done as a form of succession relocation work program. Then Governor Jokowi also work directly frequent visits to the community (blusukan) to see first hand the problems that exist in Tanah Abang Market. Furthermore, Governor Jokowi also implement several new routes for public transport that passes Tanah Abang market, so that the public becomes easy access to shopping at Tanah Abang Market Block G. Freeing stall rental fee for 6 months for the street vendors who have relocated to Tanah Abang Market Block G.

Keywords: Political Leadership, Political Strategies, Governor Jokowi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyelenggaraan pemerintah di suatu negara tentu terdiri dari instansi- instansi tertentu dalam melaksanakan tata kelola masyarakat. Dalam hal ini, instansi tersebut mempunyai tugas-tugas tertentu sebagai elemen pendukung penyelenggaraan negara. Instansi pemerintah terdiri dari struktur individu- individu yang mempunyai tugas khusus sesuai dengan jabatan masing- masing. Hal ini semakin mempertegas bahwa fungsi masing- masing jabatan tersebut mempunyai peranan yang penting dala m kesuksesan suatu organisasi. Oleh karena itu, perlunya keseriusan dalam melakukan tugas dan fungsi masing- masing anggota sangat diperlukan demi tercapainya tata kelola masyarakat yang baik.

Berbicara mengenai organisasi pemerintah, tentu tidak terlepas dari peran aktif masing- masing anggotanya. Hal ini dikarenakan dalam suatu organisasi terdapat hubungan-hubungan kerja antara anggota dan pemimpinnya. Selain itu, pola pengaturan individu dalam suatu organisasi tentu dipengaruhi dari figur pemimpin yang menjadi pimpinan organisasi tersebut. Dalam hal ini, Pemerintah Provinsi DKI Jakarta selaku pemegang otoritas dalam tata kelola masayarakat di Jakarta menjadi lebih baik dalam melakukan tugasnya. Hal ini terlihat dari keberhasilan upaya relokasi pedagang kaki lima (PKL) di Pasar Tanah Abang pada masa kepemimpinan Gubernur Joko Widodo. Keberhasilan tersebut merupakan salah satu prestasi terbaik yang berhasil dicapai oleh Pemprov DKI

Jakarta dalam tata kelola masyarakat di Pasar Tanah Abang, khususnya PKL Pasar Tanah Abang

Sejarah singkat Pasar Tanah Abang berdiri semenjak tahun 1735 yang didirikan oleh seorang pengusaha Belanda bernama Justinus Vinck. Beberapa abad kemudian pada tahun 1973 Gubernur Ali Sadikin menambahkan beberapa gedung lengkap dengan fasilitas pendingin ruangan (air conditioner). Pembangunan tersebut antara lain pembangunan gedung blok A dan Blok B Pasar Tanah Abang. Kegiatan ekonomi di Pasar Tanah Abang sudah berjalan lebih dari

2 abad. Dalam hal ini, eksistensi Pasar Tanah Abang tetap terjaga dikarenakan lokasinya yang strategis dan sudah dikenal sejak lama. Pasar Tanah Abang dikenal sebagai sentra tekstil terbesar di Asia

Tenggara. 1 Volume arus perdagangan yang besar di Pasar Tanah Abang telah menarik banyak minat masyarakat untuk mencoba peruntungannya. Salah satunya

adalah dengan mendirikan kios-kios dagang non-permanen atau yang biasa dikenal dengan sebutan pedagang kaki lima (PKL). Keberadaan PKL di Pasar

Tanah Abang sudah ada semenjak tahun 1970-an. 2 Pada masa itu, geliat pertumbuhan ekonomi di Pasar Tanah Abang semakin meningkat. Hal ini terlihat

dari arus perdagangan internasional yang ada di Pasar Tanah Abang yang semakin berkembang.

Memasuki era modern periode akhir abad ke-20 yaitu tepatnya tahun 1990-an, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin meningkat. Hal

1. Budi Suhendri, “Pasar Tanah Abang Sentra Ekonomi Sejak Dulu,” Merdeka.com, terakhir diubah 09 Mei, 2014 , http://www.merdeka.com/jakarta/pasar -tanah-abang-sentra- ekonomi-sejak-dulu.html , sentra ekonomi pasar tanah abang.

2. Yusuf Bin Muhi, “Kilas Balik Pasar Tanah Abang,” Wawancara Mendalam Dengan

ini tentu berpengaruh terhadap mobilitas dan dinamika kehidupan masyarakat yang juga semakin meningkat. Dalam hal ini, keberadaan PKL di Pasar Tanah Abang mulai menjadi suatu masalah yang harus ditangani secara serius oleh pemerintah. Permasalahan yang timbul akibat adanya lapak- lapak PKL yang berada di ruas bahu jalan Pasar Tanah Abang, dinilai menjadi penyebab utama terjadinya kemacetan dan banjir akibat tata kelola kebersihan yang tidak teratur. Selain itu, keberadaan PKL di Pasar Tanah Abang juga merugikan banyak pihak. Pihak-pihak yang dirugikan diantaranya adalah pemerintah dan masyarakat. Kerugian pemerintah atas kegiatan PKL berupa penggunaan lahan- lahan negara tanpa adanya kontribusi berupa pajak resmi. Tidak hanya itu saja, kerugian juga dialami oleh masyarakat karena terganggunya akses ruang-ruang publik dan jaminan keamanan karena tingkat kriminalitas yang tinggi.

Upaya penertiban yang dilakukan Pemprov DKI pada masa kepemimpinan Gubernur Sutiyoso (1997-2007), yaitu dengan penertiban melalui Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP). Namun, upaya tersebut dinilai selalu gagal dan tidak memberikan solusi yang permanen terhadap permasalahan PKL. Kegagalan tersebut terlihat dari upaya penertiban yang berujung pada bentrok fisik antara Satpol PP dengan PKL. Selain itu, kegagalan terlihat dari kembalinya aktifitas para PKL yang berjualan di ruas-ruas bahu jala n Pasar Tanah Abang pasca penertiban.

Pada periode pemerintahan Gubernur Fauzi Bowo (2007-2012), penanggulangan permasalahan PKL di Jakarta dilakukan tidak secara maksimal. Dalam hal ini, pelaksanaan penertiban dan penataan PKL di Jakarta hanya Pada periode pemerintahan Gubernur Fauzi Bowo (2007-2012), penanggulangan permasalahan PKL di Jakarta dilakukan tidak secara maksimal. Dalam hal ini, pelaksanaan penertiban dan penataan PKL di Jakarta hanya

Memasuki periode pemerintahan Gubernur Joko Widodo (2012-sekarang) atau yang biasa dikenal dengan Jokowi, penanganan yang dilakukan oleh Pemprov DKI Jakarta dinilai membuahkan hasil. Pada periode kepemimpinan Jokowi, upaya yang dilakukan adalah upaya relokasi bagi PKL di Pasar Tanah Abang dan sentra-sentra PKL lainnya di Jakarta. Hal ini dilakukan karena Pemprov DKI Jakarta tidak ingin mengulang kesalahan yang sama dalam menangani permasalahan PKL di Pasar Tanah Abang. Selain itu, hal ini dilakukan sebagai bentuk keseriusan Pemprov DKI Jakarta dalam menanggulangi permasalahan PKL di Pasar Tanah Abang.

Upaya relokasi yang dilakukan Pemprov DKI pada masa periode kepemimpinan Gubernur Jokowi dinilai memberikan suatu solusi terhadap permasalahan PKL di Pasar Tanah Abang. Dalam hal ini, kebijakan relokasi PKL yang dilakukan Pemprov DKI tidak hanya mengusir atau melarang PKL untuk berjualan di ruas-ruas jalan Pasar Tanah Abang. Dalam program ini Pemprov DKI menyediakan tempat ganti untuk para PKL agar tetap bisa berjualan di Pasar Tanah Abang. Upaya tersebut dilakukan atas dasar pertimbangan sosial dan ekonomi terhadap hajat hidup para PKL. Hal ini yang kemudian menjadi salah Upaya relokasi yang dilakukan Pemprov DKI pada masa periode kepemimpinan Gubernur Jokowi dinilai memberikan suatu solusi terhadap permasalahan PKL di Pasar Tanah Abang. Dalam hal ini, kebijakan relokasi PKL yang dilakukan Pemprov DKI tidak hanya mengusir atau melarang PKL untuk berjualan di ruas-ruas jalan Pasar Tanah Abang. Dalam program ini Pemprov DKI menyediakan tempat ganti untuk para PKL agar tetap bisa berjualan di Pasar Tanah Abang. Upaya tersebut dilakukan atas dasar pertimbangan sosial dan ekonomi terhadap hajat hidup para PKL. Hal ini yang kemudian menjadi salah

Upaya relokasi PKL di Pasar Tanah Abang oleh Pemprov DKI Jakarta dilakukan dengan beberapa perubahan dalam pelaksanaan teknisnya. Dalam hal ini, salah satu perubahan dalam pelaksanaan teknisnya adalah dengan merubah stigma atau mindset Satpol PP dalam melakukan penertiban kepada PKL. Seperti yang sudah diketahui secara umum, bahwa selama ini pelaksanaan teknis upaya penertiban oleh Satpol PP dilakukan secara represif. Namun, pada masa periode kepemimpinan Jokowi, perubahan yang dilakukan adalah dengan merubah pelaksanaan teknis Satpol PP menjadi lebih persuasif. Perubahan tersebut juga terjadi didalam tubuh Satpol PP tersebut. Dalam hal ini, langkah yang dilakukan adalah mengganti Ketua Satpol PP yang sebelumnya dijabat oleh laki- laki, kini dijabat oleh perempuan. Hal ini dilakukan untuk menghapus mindset kasar terhadap Satpol PP dalam menertibkan masyarakat, khususnya para PKL di Pasar Tanah Abang.

Pada awal upaya relokasi PKL di Pasar Tanah Abang, Pemprov DKI Jakarta menemukan beberapa kesulitan dalam melaksanakan program kerjanya. 3

Dalam hal ini, kesulitan tersebut disebabkan karena beberapa PKL menolak untuk direlokasi dan tetap berdagang di ruas-ruas bahu jalan Pasar Tanah Abang. PKL yang menolak direlokasi tidak semerta- merta menolak begitu saja. PKL menilai bahwa daerah tujuan relokasi dinilai kurang strategis dan tidak layak ditempati.

3. Hendri Hardianto, “Oknum Mafia Pasar Tanah Abang,”Merdeka.com, terakhir diubah 12

Sikap protes dan penolakan yang selama ini dilakukan oleh PKL ternyata tidak murni dari keinginan PKL itu sendiri. Dalam hal ini, sikap penolakan tersebut disinyalir karena adanya oknum tertentu yang melatarbelakangi dan

menghasut para PKL untuk menolak direlokasi. 4 Oknum-oknum tersebut diperkirakan mempunyai kepentingan khusus seperti kepentingan bisnis di daerah

Pasar Tanah Abang. Kepentingan bisnis yang dijalankan oleh oknum-oknum tersebut di Pasar Tanah Abang, dilakukan dengan mekanisme sistem sewa bagi setiap lapak PKL.

Selama proses upaya relokasi yang dilakukan oleh Pemprov DKI Jakarta, ditemukan indikasi- indikasi adanya keterlibatan oknum pemerintah yang

‘bermain’ di Pasar Tanah Abang. 5 Dalam hal ini, oknum tersebut salah satunya adalah anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Jakarta. Melalui

pemberitaan di media massa disebutkan bahwa Abraham Lunggana atau yang biasa dikenal sebagai H. Lulung terlibat sebagai salah satu oknum yang ‘bermain’

di Pasar Tanah Abang. 6 Perseteruan yang terjadi antara Pemprov DKI Jakarta dengan salah satu

anggota DPRD DKI Jakarta tersebut kemudian berujung pada konflik. Konflik tersebut terlihat dari sikap kecewa dan makian yang diungkapkan H. Lulung

4. Deni Purwanto, “Provokasi Mafia Tanah Abang Terhadap Pedagang Kaki lima,” Liputan6.news, terakhir diubah 19 November, 2013, http://news.liputan6.com/read/650919/jokowi- ahok-vs-http://youtu.be/Nj7pRk3PaRAmafia-tanah-abang provokasi mafia trhadap pkl untuk menolak direlokasi.

5. Rudi Mangganis, “H. Lulung Pendekar Tanah Abang,”Merdeka.com, terakhir diubah 17 Maret, 2014, http:news.merdeka.com/read/tanahabang/09371/h.lulung-pendekar-pasar-tanah- abang.

6. Rangga Kusuma, “Menengok Kerajaan Bisnis Haji Lulung di Tanah Abang,” Merdeka.com, terakhir diubah 19 November, 2013, http://www.merdeka.com/jakarta/menengok- 6. Rangga Kusuma, “Menengok Kerajaan Bisnis Haji Lulung di Tanah Abang,” Merdeka.com, terakhir diubah 19 November, 2013, http://www.merdeka.com/jakarta/menengok-

PKL di Pasar Tanah Abang kurang tepat. Selain itu, H.Lulung juga menilai sikap arogansi yang ditunjukan wakil Gubernur DKI Basuki Tjahya Purnama atau yang

dikenal sebagai Ahok dalam pemberitaannya di media massa. 8 Setelah proses upaya relokasi tersebut berjalan, akhirnya Pemprov DKI

Jakarta berhasil melakukan upaya relokasi terhitung dari tanggal 2 September 2013. PKL di Pasar Tanah Abang yang akan direlokasi bersedia pindah ke kompleks Blok-G Pasar Tanah Abang. Proses relokasi berjalan dengan lancar dan kondusif. Tidak ada bentrok fisik yang terjadi antara Pemprov DKI Jakarta dengan PKL.

Keberhasilan Pemprov DKI Jakarta dalam melaksanakan program kerja upaya relokasi pedagang kaki lima di Pasar Tanah Abang terlihat dari peran aktif Pemerintah dalam melihat permasalahan yang ada. Dalam hal ini, peran aktif tersebut tercermin dari kepemimpinan politik Jokowi selaku Gubernur DKI Jakarta untuk terjun langsung melihat inti permasalahan yang ada. Jejak rekam Jokowi merupakan salah satu dari pemimpin politik yang berhasil dalam mewujudkan tata pemerintahan yang baik. Contoh nyata dari keberhasilan tersebut terlihat dari keberhasilan Pemprov DKI Jakarta dalam melakukan penataan ruang dan menjaga ketertiban umum berupa relokasi PKL di Pasar

7. Hendra Wijaya, “Jokowi-Ahok vs Haji Lulung,” Kompas.com, terakhir diubah 19 November,2013, http://nasional.kompas.com/read/2013/07/12/1846209/Basuki.Mafia.PKL.Tanah. Abang.Terlalu.Besar mafia tanah abang.

8. Sony Riandi, “Perseteruan Ahok Dengan Haji Lulung Lunggana,” Merdeka.com, terakhir diubah 19 November, 2013, http://www.merdeka.com/jakarta/warga-tanah-abang-tidak-respek-

Tanah Abang. Tidak hanya itu, sebelum menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta Jokowi telah berhasil melakukan beberapa perubahan yang signifikan ketika beliau menjabat sebagai Walikota Surakarta pada tahun 2005-2012. Perubahan- perubahan tersebut berupa reformasi birokrasi, penataan PKL dengan pendekatan persuasif dan penerapan e-government di Surakarta.

Keberhasilan Jokowi dalam melakukan tata pemerintahan yang baik, telah mendapat beberapa penghargaan dari kancah lokal ataupun internasional. Dalam hal ini, The City Mayors Foundation menempatkan Jokowi di urutan ketiga dalam pemilihan walikota terbaik dunia pada ajang World Mayor Project 2012. Pemilihan ini diselenggarakan oleh The City Mayors Foundation yaitu, yayasan walikota dunia yang berbasis di Inggris. Situs resmi World Mayor Project menyebut keberhasilannya mengubah Surakarta dari kota yang banyak tindak kriminal menjadi pusat seni dan budaya, yang kemudian berhasil menarik turis internasional untuk datang. Dalam penghargaan ini, kriteria-kriteria yang menjadi penilaian dari walikota terbaik dunia yaitu pertama, mengedepankan kejujuran, memiliki visi jelas selama kepemimpinannya dan mampu mengatur kota dengan baik. Selain itu, tingkat kepedulian yang tinggi terhadap aspek ekonomi dan sosial, mampu meningkatkan keamanan dan lingkungan sekitarnya dan juga memiliki kedekatan dengan warganya.

Keberhasilan suatu organisasi dalam melaksanakan program kerjanya tentu tidak terlepas dari pengaruh dan peran pimpinan organisasi. Dalam hal ini, Kepemimpinan politik Gubernur Jokowi dinilai menjadi salah satu kunci dari keberhasilan tersebut. Dewasa ini, kajian-kajian yang membahas mengenai Keberhasilan suatu organisasi dalam melaksanakan program kerjanya tentu tidak terlepas dari pengaruh dan peran pimpinan organisasi. Dalam hal ini, Kepemimpinan politik Gubernur Jokowi dinilai menjadi salah satu kunci dari keberhasilan tersebut. Dewasa ini, kajian-kajian yang membahas mengenai

Pemimpin politik mempunyai urgensi yang tinggi terhadap citra kelompoknya. Hal ini dikarenakan mindset umum masyarakat awam menilai suatu kelompok politik dilihat dari sepak terjang, kinerja, dan interaksi pemimpinnya. Selain itu, kajian mengenai kepemimpinan politik menjadi semakin menarik dalam perkembangan ilmu politik khususnya di Indonesia. Dengan demikian, penelitian yang akan dilakukan ini menarik untuk dikaji dan dianalisis terkait kepemimpinan politik Jokowi dalam relokasi pedagang kaki lima di Pasar Tanah Abang Jakarta.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan dari latar belakangnya, maka perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1) Bagaimanakah gaya kepemimpinan politik Gubernur Jokowi dalam relokasi pedagang kaki lima di Pasar Tanah Abang ?

2) Strategi yang diterapkan Gubernur Jokowi dalam relokasi pedagang kaki lima di Pasar Tanah Abang ?

1.3 Pembatasan Masalah

Berdasarkan dari perumusan masalahnya, maka penelitian ini dibatasi pada gaya kepemimpinan politik Gubernur Jokowi dalam relokasi pedagang kaki lima di Pasar Tanah Abang, dan strategi yang diterapkan Gubernur Jokowi dalam relokasi pedagang kaki lima di Pasar Tanah Abang.

1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan kepada pembatasan masalahnya, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk :

1) memahami dan mendeskripsikan kepemimpinan politik Gubernur Jokowi dalam relokasi pedagang kaki lima di Pasar Tanah Abang tahun 2013

2) untuk mengetahui dan menjelaskan strategi Gubernur Jokowi dalam relokasi pedagang kaki lima di Pasar Tanah Abang tahun 2013.

1.5 Manfaat Penelitian

1) Manfaat Teoritis

Dengan adanya penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi (data) tentang kepemimpinan politik Gubernur Jokowi dalam relokasi pedagang kaki lima di Pasar Tanah Abang tahun 2013, dan untuk memperkaya khazanah serta perkembangan ilmu politik pada umumnya dan kepemimpinan politik secara khusus.

2) Manfaat Praktis

Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang metode dan model kepemimpinan politik di Indonesia dengan melihat kepemimpinan politik Gubernur Jokowi dalam relokasi pedagang kaki lima di Pasar Tanah Abang tahun 2013.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kepemimpinan

Pemimpin dengan kepemimpinan merupakan dua konsep yang hampir sama tapi memiliki perbedaan yang cukup signifikan. Dalam hal ini, perbedaan tersebut terletak dari definisi dan penjelasan dari konsep tersebut. Menurut Winardi, pemimpin adalah seorang yang dengan kecakapan-kecakapan pribadinya dengan atau tanpa pengangkatan resmi dapat mempengaruhi kelompok yang dipimpinnya untuk mengarahkan usaha bersama kearah pencapaian sasaran-

sasaran tertentu 9 . Interaksi yang terjadi antara pemimpin dengan yang dipimpinnya tidak berjalan satu arah, yaitu harus mempunyai interaksi dua arah.

Dalam hal ini, interaksi tersebut harus terjadi dari pemimpin kepada bawahannya dan dari bawahannya kepada pemimpinnya. Oleh karena itu, hubungan yang seperti itulah yang merupakan hubungan kerjasama dalam kelompok yaitu antara pemimpin dengan yang dipimpinnya.

Deskripsi mengenai kepemimpinan mempunyai banyak definisi tergantung dari wadah dan situasi seorang pemimpin. Dalam hal ini, menurut Burns kepemimpinan transformasional merupakan suatu kepemimpinan yang menekankan pada kesadaran para pengikut dengan mengarahkan kepada cita-cita

dan nilai- nilai moral yang lebih tinggi 10 . Pemimpin dalam kepemimpinan ini mencoba menimbulkan kesadaran para pengikut dengan menyerukan cita-cita

9. Winardi, “Kepemimpinan Dalam Manajemen”, (Jakarta: Rinneka Cipta, 1990), 21. 10. Rivai Veithzal, “Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi”, (Jakarta: PT Raja Grafindo

yang lebih tinggi dan nilai-nilai moral seperti keadilan, kemerdekaan dan kemanusiaan. Kepemimpinan ini berusaha untuk menekankan pentingnya aspek sosial yang ingin dicapai dengan menekankan pentingnya moralitas dalam suatu wadah organisasi. Pengikut dari pemimpin transformasional merasa adanya kepercayaan, kekaguman, dan rasa hormat terhadap pemimpin tersebut. Aspek- aspek dalam kepemimpinan transformasional yaitu sebuah proses seorang pemimpin dalam mempengaruhi para pengikut dengan menimbulkan emosi-emosi yang kuat. Kemudian stimulasi intelektual sebagai sebuah proses para pemimpin dalam meningkatkan kesadaran para pengikut terhadap masalah- masalah dan mempengaruhi para pengikut untuk memandang masalah- masalah dari sebuah perspektif yang baru. Selanjutnya perhatian yang diindividualisasi termasuk memberikan dukungan dan membesarkan hati para pengikut. Menurut Burns,

kepemimpinan transformasional mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: 11 - mengembangkan visi yang jelas dan menarik serta mengembangkan

strategi untuk mencapai visi - mengartikulasikan dan mempromosikan visi, dan bertindak dengan rasa percaya diri dan optimis - mengekspresikan rasa percaya kepada para pengikut serta menggunakan keberhasilan sebelumnya dalam tahap-tahap kecil untuk membangun rasa percaya diri

- merayakan keberhasilan dengan memberikan semacam penghargaan kepada anggota organisasi, baik dalam bentuk apapun

- menggunakan tindakan-tindakan yang dramatis dan simbolik untuk menekankan nilai- nilai utama - memimpin melalui contoh, menciptakan, memodifikasi atau menghapuskan bentuk-bentuk kultural - menggunakan upacara-upacara transisi untuk membantu orang melewati perubahan Kepemimpinan merupakan kemampuan untuk mempengaruhi dan

mengorganisir suatu tindakan pada individu atau kelompok demi mencapai tujuan tertentu. Dalam hal ini, makna kepemimpinan mempunyai arti yang cukup banyak dan perlu dijelaskan secara detail. Seperti yang disampaikan oleh Yukl secara lebih jelas mengenai definisi dari kepemimpinan yang dikarakteristikan secara komprehensif. Yukl berpendapat bahwa kepemimpinan merupakan perilaku seorang individu yang memimpin aktifitas-aktifitas suatu kelompok kedalam

suatu tujuan yang ingin dicapai secara bersama 12 . Pengertian ini menjelaskan bahwa fungsi dan tugas dari seorang pemimpin mempunyai fungsi dan peran

sentral dalam pencapaian tujuan suatu organisasi atau kelompok. Kemudian selain hal tersebut, kepemimpinan juga merupakan pengruh antar pribadi yang dijalankan dalam suatu situasi tertentu, serta diarahkan melalui proses komunikasi, kearah pencapaian tertentu. Pengertian ini menjelaskan bahwa kepribadian-kepribadian dalam seorang pemimpin perlu adanya suatu sikap dalam membangun kebersamaan dalam suatu kelompok atau organisasi. Selanjutnya kepemimpinan adalah suatu peningkatan pengaruh yang dijalankan secara

12. Yukl, Gary, “Kepemimpinan Dalam Organisasi, terj : Jusuf Udaya”, (Jakarta: Prehalindo,

berkesinambungan yang berada diatas tingkat kepatuhan mekanis terhadap pengarahan rutin organisasi atau kelompok. Pemaknaan dari hal ini yaitu bahwa pemimpin mempunyai kewenangan yang secara legal untuk dapat meningkatkan kinerja dan mutu kelompok atau organisasinya. Selain itu, kepemimpinan adalah seseorang atau individu yang secara konsisten memberi kontribusi yang efektif terhadap orde sosial dan yang diharapkan dan dipersepsikan melakukannya. Pengertian ini memberikan gambaran bahwa suatu proses kepemimpinan mempunyai andil yang cukup besar dalam membangun kinerja kelompok. Selajutnya kepemimpinan sebagai sebuah proses pengaruh sosial yang dalam hal ini pengaruh yang sengaja dijalankan oleh seseorang terhadap orang lain untuk menstruktur aktifitas-aktifitas serta hubungan-hubungan didalam sebuah kelompok atau organisasi. Dalam hal ini, pemaknaan dari definisi kepemimpinan ini terletak pada proses dan kewenangan yang dimiliki oleh pemimpin dalam mengolah seni mempengaruhi yang bertujuan demi kemajuan dan target suatu kelompok atau organisasi.

Kepemimpinan merupakan suatu elemen yang penting dalam pembangunan organisasinya. Dalam hal ini, menurut Rivai bahwa fungsi kepemimpinan merupakan suatu gejala sosial, karena harus diwujudkan dalam

interaksi antar individu di dalam situasi sosial kelompok atau organisasi. 13 Kemudian lebih jauh lagi Rivai menjelaskan fungsi kepemimpinan secara

operasional dapat dibedakan dalam delapan fungsi pokok kepemimpinan yang

13 . Rivai Veithzal, “Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi”, (Jakarta: PT Raja Grafindo 13 . Rivai Veithzal, “Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi”, (Jakarta: PT Raja Grafindo

merupakan pihak yang menentukan apa, bagaimana, dan dimana perintah itu dikerjakan agar keputusan dapat dilaksanakan secara efektif. Kemudian fungsi konsultasi yaitu fungsi ini bersifat komunikasi dua arah. Pemaknaan akan hal ini adalah bahwa konsultasi antara pemimpin dan bawahan dilakukan secara dua tahap, yaitu pada saat menetapkan keputusan dan setelah keputusan ditetapkan maupun sedang dalam pelaksanaan. Konsultasi tahap kedua dimaksudkan untuk memperoleh umpan balik untuk memperbaiki dan menyempurnakan keputusan- keputusan yang telah ditetapkan dan dilaksanakan.

Fungsi- fungsi kepemimpinan selanjutnya yaitu terdapat fungsi partisipasi dalam hal ini, pemimpin berusaha mengaktifkan orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam keikutsertaan pengambilan keputusan maupun dalam melaksanakannya. Partisipasi tidak berarti bebas berbuat semaunya, tetapi dilakukan secara terkendali dan terarah berupa kerja sama dengan tidak mencampuri atau mengambil tugas orang lain. Selanjutnya fungsi delegasi yang dilaksanakan dengan memberikan pelimpahan wewenang membuat atau menetapkan keputusan baik melalui persetujuan maupun tanpa persetujuan dari pimpinan. Fungsi delegasi pada dasarnya berarti kepercayaan. Orang-orang penerima delegasi itu harus diyakini merupakan pembantu pemimpin yang memiliki kesamaan prinsip, persepsi, dan aspirasi. kemudian fungsi pengendalian yaitu kepemimpinan yang sukses atau efektif mampu mengatur aktivitas

14 . Rivai Veithzal, “Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi”, (Jakarta: PT Raja Grafindo

anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang efektif, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal. Fungsi pengendalian dapat diwujudkan melalui kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan pengawasan. Selanjutnya fungsi komunikator yaitu seorang pemimpin mempunyai komunikasi dua arah antara atasan dan bawahan sehingga tercipta sinergi dalam suatu organisasi, serta mengkomunikasikan hal- hal yang berkaitan dengan pencapaian organisasi. Kemudian fungsi mediator yaitu seorang pemimpin merupakan wakil dan juru bicara organisasi dalam hubungan dengan pihak eksternal suatu organisasi. Dan fungsi integrator yaitu seorang pemimpin mempunyai kemampuan dan pengetahuan untuk mengintegrasikan berbagai elemen dalam suatu organisasi, ataupun hubungan kerjasama eksternal organisasi.

Kepemimpinan merupakan kemampuan yang melekat pada diri seseorang pemimpin dimana kepemimpinanya dilakukan berdasarkan dari berbagai macam faktor, baik internal ataupun eksternal. Munculnya kepemimpinan merupakan proses dari dinamika interaksi yang terjadi di masyarakat. Dalam hal ini, individu yang mempunyai tingkat keaktifan dan kemampuan yang lebih menonjol dibanding individu lainnya,berpotensi untuk dianggap sebagai pemimpin. Urgensi kepemimpinan tentu mempunyai pengaruh yang besar di dalam suatu kelompok atau masyarakat. Hal ini diperlukan untuk memanajemen potensi dalam kelompok dalam mencapai tujuan-tujuan tertentu yang dilakukan secara bersama.

Dalam melakukan penelitian mengenai kepemimpinan tentunya diperlukan teori-teori pendukung sebagai bahan untuk menganalisis suatu kejadian. Dalam hal ini, menurut Siagian dalam kepemimpinan terdapat lima tipe pemimpin dalam Dalam melakukan penelitian mengenai kepemimpinan tentunya diperlukan teori-teori pendukung sebagai bahan untuk menganalisis suatu kejadian. Dalam hal ini, menurut Siagian dalam kepemimpinan terdapat lima tipe pemimpin dalam

kepemimpinan menurut Siagian dijelaskan sebagai berikut, yaitu : 15

a. Tipe Otokratik Dilihat dari persepsinya, seorang pemimpin yang otokratik adalah

pemimpin yang egois. Egois dalam hal ini adalah memutarbalikan kenyataan yang sebenarnya sehingga sesuai dengan apa yang secara subjektif diinterprestasikan sebagai kenyataan. Kriteria pemimpin sebagai tipe yang otokratik diantaranya adalah kekuasaan yang tidak perlu dibagi dengan orang lain dalam suatu kelompok, ketergantungan total kepada para anggota organisasi, pemimpin adalah seseorang yang selalu benar dalam sebuah kelompok atau organisasi. Seorang pemimpin yang otokratik dalam praktek di kelompok atau organisasi akan menggunakan beberapa cara seperti menuntut ketaatan penuh dari para bawahannya, dalam menegakkan disiplin menunjukkan kekakuan dan ketika member mandat atau perintah bernada keras. Tipe otokratik ini sebagai salah satu teori yang digunakan dalam menganalisis terkait kepemimpinan politik Gubernur Jokowi dalam relokasi PKL di Pasar Tanah Abang Jakarta.

b. Tipe Paternalistik Pemimpin yang paternalistik banyak ditemui di lingkungan masyarakat

yang sifatnya masih tradisional. Lingkungan tradisional ini identik dengan rasa hormat yang tinggi yang ditujukan oleh masyarakat kepada orang yang

15 . Siagian, Sondang P. 1994. “Teori dan Praktek Kepemimpin an”, (Jakarta: Rinneka Cipta,

“dituakan”. Seseorang yang dituakan ini biasanya mampu menyelesaikan permasalahan dengan baik dan gaya hidupnya yang mampu dijadikan contoh teladan bagi para anggota masyarakatnya.

Dalam kehidupan organisasi, pemimpin paternalistik ini diwarnai oleh harapan yang tinggi dari para pengikutnya, pemimpin tersebut mampu berperan sebagai bapak yang bersifat melindungi dan menjadi tempat untuk memperoleh petunjuk. Kriteria dari pemimpin tipe paternalistik ini adalah kewenangan memerintah dan mengambil keputusan tanpa harus berkonsultasi dengan para pengikutnya, memberlakukan keadilan yang penuh terhadap pengikutnya, hubungan yang terjadi antara pemimpin dengan para pengikutnya lebih cenderung kepada informal sehingga pemimpin terkesan selalu melindungi terhadap para bawahannya . Teori dari tipe Paternalistik ini umumnya berlaku dalam kondisi masyarakat yang masih menjunjung tinggi adat istiadat setempat, yaitu seperti di pedesaan dan masyarakat yang hidup

dalam kesukuan yang kental. Penggunaan teori ini dalam pembahasan terkait analisis kepemimpinan politik Gubernur Jokowi dalam relokasi PKL di Pasar Tanah Abang tidak digunakan, hal ini dikarenakan sasaran dari penelitian yang tidak mencakup dalam kondisi masyarakat pedesaan dan kesuk uan yang tinggi.

c. Tipe Kharismatik Seorang pemimpin dapat dikatakan sebagai pemimpin yang

kharismatik apabila pemimpin tersebut memiliki daya pengaruh yang kuat sehingga para pengikutnya berjumlah sangat besar. Pemimpin kharismatik kharismatik apabila pemimpin tersebut memiliki daya pengaruh yang kuat sehingga para pengikutnya berjumlah sangat besar. Pemimpin kharismatik

Tolak ukur dari pemimpin kharismatik sangat banyak, bukan hanya dilihat dari penampilan fisik, usia, atau harta yang dimiliki, tetapi ada “kekuatan-kekuatan” lain yang dimiliki seorang pemimpin, sehingga banyak anggapan bahwa pemimpin kharismatik ini adalah orang yang memiliki “kekuatan ajaib”. Seorang pemimpin kharismatik bisa saja menggunakan gaya kepemimpinan yang otokratik, tetapi tetap saja pengikutnya selalu setia kepada pemimpin. Pengikut pemimpin kharismatik ini tidak mempersoalkan bagaimana gaya ya ng digunakan oleh pemimpinnya tersebut. Pendekatan yang baik dan pengaruh yang kuat yang dilakukan seorang pemimpin kharismatik kepada para pengikutnya menyebabkan kondisi pengikut yang setia kepada pemimpinnya. Hanya saja seorang pemimpin yang kharismatik ini memiliki jumlah yang sedikit karena tidak semua jiwa kharismatik dapat melekat dan diterapkan oleh tiap pemimpin. Tipe kepemimpinan kharismatik ini bisa dikatakan tidak melekat dalam diri Gubernur Jokowi, karena sampai dengan saat ini kepemimpinan kharismatik hanya dimiliki oleh Alm. Ir. Soekarno sebagai presiden pertama Republik Indonesia.

d. Tipe Laissez Faire Pemimpin yang tipe laissez faire adalah pemimpin yang bertindak

membiarkan saja (pasif) kepada para pengikutnya, para pengikutnya ini dipercaya oleh pemimpin sebagai orang-orang yang sudah dewasa dan paham membiarkan saja (pasif) kepada para pengikutnya, para pengikutnya ini dipercaya oleh pemimpin sebagai orang-orang yang sudah dewasa dan paham

Karakteristik utama dari pemimpin tipe laissez faire adalah : pengambilan keputusan diserahkan kepada para pejabat pimpinan yang lebih rendah, status quo organisasional tidak terganggu, pertumbuhan dan pengembangan kehidupan organisasi diserahkan kepada para pengikutnya, dan intervensi pemimpin dalam organisasi berada pada tingkatan yang rendah.

e. Tipe Demokratik Banyak kalangan praktisi yang menyepakati bahwa pemimpin yang

demokratik inilah yang menjadi tipe ideal dalam kehidupan suatu organisasi. Memang tidak selamanya tipe demokratik itu selalu baik tetapi di dalamnya memiliki banyak nilai- nilai positif dalam upaya mengembangkan sebuah wadah organisasi. Kriteria-kriteria pokok dari pemimpin demokratik adalah pemimpin merupakan koordinator dan integrator dari berbagai unsur dan komponen organisasi, pemimpin mengetahui spesifikasi semua jabatan dalam wadah organisasi sehingga setiap pengikut bekerja sesuai dengan kapasitasnya, mengaktifkan peran serta dari para pengikutnya dalam pengambilan keputusan, perilaku pemimpin dapat mendorong para demokratik inilah yang menjadi tipe ideal dalam kehidupan suatu organisasi. Memang tidak selamanya tipe demokratik itu selalu baik tetapi di dalamnya memiliki banyak nilai- nilai positif dalam upaya mengembangkan sebuah wadah organisasi. Kriteria-kriteria pokok dari pemimpin demokratik adalah pemimpin merupakan koordinator dan integrator dari berbagai unsur dan komponen organisasi, pemimpin mengetahui spesifikasi semua jabatan dalam wadah organisasi sehingga setiap pengikut bekerja sesuai dengan kapasitasnya, mengaktifkan peran serta dari para pengikutnya dalam pengambilan keputusan, perilaku pemimpin dapat mendorong para

f. Tipe Partisipatif Dalam tipe ini, seorang pemimpin selalu menempatkan dirinya di tengah-tengah para bawahannya, sehingga pemimpin terlibat secara langsung dan berpartisipasi aktif dalam kegiatan organisasinya. Selalu memberikan kesempatan bagi anggota tim untuk mengembangkan strategi dan pemecahan masalah yang ada. Mengawal dan mengarahkan tim kearah tercapainya suatu keputusan. Selalu turun tangan pada tindakan-tindakan teknis dilapangan, baik secara internal ataupun eksternal.

Tipe kepemimpinan partisipatif ini dinilai merupakan salah satau tipe yang harus dimiliki oleh setiap pemimpin dalam ranah kelompok atau organisasi apapun. Dalam hal ini, tipe ini memberikan nilai tambahan bagi seorang pemimpin untuk mengikuti dengan baik jalanannya suatu program kelompok atau organisasi. Selain itu, tipe ini juga berguna dalam membangunan vitalitas kerja suatu organisasi karena hadirnya seorang Tipe kepemimpinan partisipatif ini dinilai merupakan salah satau tipe yang harus dimiliki oleh setiap pemimpin dalam ranah kelompok atau organisasi apapun. Dalam hal ini, tipe ini memberikan nilai tambahan bagi seorang pemimpin untuk mengikuti dengan baik jalanannya suatu program kelompok atau organisasi. Selain itu, tipe ini juga berguna dalam membangunan vitalitas kerja suatu organisasi karena hadirnya seorang

Kepemimpinan dalam suatu organisasi mempunyai pendekatan yang menyatakan bahwa semua kepemimpinan tergantung kepada keadaan atau situasi lingkungannya. Dalam hal ini, situasi tersebut keadaan yang perlu bagi pemimpin untuk bekerja dan melakukan tugasnya. Situasi dan kondisi yang ada disekitar dapat menentukan suatu keberhasilan seorang pemimpin. Untuk itu perlunya dalam menerapkan teori kepemimpinan situasional, maka pemimpin harus didasarkan pada hasil analisis terhadap situasi yang dihadapi. Selain itu, ketika pada suatu saat tertentu dapat mengidentifikasikan kondisi anggota yang dipimpinnya.

Dalam penelitian ini, model atau teori kepemimpinan yang digunakan yaitu menggunakan teori dari Fiedler (1967) yang terdapat dalam buku Rivai. Dalam hal ini, model atau teori ini disebut sebagai model kontingensi karena model tersebut beranggapan bahwa kontribusi pemimpin terhadap efektifitas kinerja kelompok tergantung pada cara atau gaya kepemimpinan (leadership style)

dan kesesuaian situasi (the favourableness of the situation) yang dihadapinya. 16 Menurut Fiedler, ada tiga faktor utama yang mempengaruhi kesesuaian situasi dan

mempengaruhi keefektifan pemimpin. Ketiga faktor tersebut adalah hubungan antara pemimpin dan bawahan (leader-member relations), struktur tugas (the task

structure 17 ) dan kekuatan posisi (position power). Hubungan antara pemimpin dan

16. Rivai Veithzal, “Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi”, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2004), 62. 17. Rivai Veithzal, “Kepemimpinan dan Perilaku Organisasi”, (Jakarta: PT Raja Grafindo

bawahan menjelaskan sampai sejauh mana pemimpin itu dipercaya dan disukai oleh bawahan, dan kemauan bawahan untuk mengikuti petunjuk pemimpin. Struktur tugas menjelaskan sampai sejauh mana tugas-tugas dalam organisasi didefinisikan secara jelas dan sampai sejauh mana definisi tugas-tugas tersebut dilengkapi dengan petunjuk yang rinci dan prosedur yang baku. Kekuatan posisi menjelaskan sampai sejauh mana kekuatan atau kekuasaan yang dimiliki oleh pemimpin karena posisinya diterapkan dalam organisasi untuk menanamkan rasa memiliki akan arti penting dan nilai dari tugas-tugas mereka masing- masing. Kekuatan posisi juga menjelaskan sampai sejauh mana pemimpin menggunakan otoritasnya dalam memberikan hukuman dan penghargaan, promosi dan penurunan pangkat (demotions).

Beberapa konsep dan teori mengenai kepemimpinan sangat diperlukan oleh penulis dalam penelitian ini. Hal ini digunakan sebagai landasan untuk mendeskripsikan dan menganalisis hal- hal yang terkait dalam penelitian ini. Gubernur Jokowi selaku pemimpin provinsi merupakan sosok kepemimpinan baik secara formal ataupun non formal. Dalam hal ini, secara formal kedudukan Jokowi sebagai Gubernur DKI Jakarta merupakan pemimpin yang dipilih langsung oleh masyarakat DKI Jakarta melalui pemilu (pemilihan gubernur). Sedangkan secara informal kedudukan Jokowi sebagai Gubernur merupakan pimpinan dari Pemprov DKI Jakarta.

2.2 Kepemimpinan Politik

Dalam penelitian mengenai kepemimpinan politik Gubernur Jokowi dalam relokasi PKL Pasar Tanah Abang tentunya tidak terlepas dari teori-teori yang terkait kepemimpinan politik. Seorang pemimpin harus bisa dengan baik dalam menjalankan fungsi dan tugasnya dalam mengemban suatu tujuan bersama. Dalam hal ini, seorang pemimpin harus mempunyai modal- modal yang kuat dalam mengorganisir potensi-potensi yang ada dalam kelompoknya. Selain itu, kepemimpinan politik biasa diartikan sebagai suatu kepemimpinan seorang pemimpin dalam memimpin suatu institusi atau lembaga politik. Secara konsep yang mendasar kepemimpinan politik sama dengan konsep dasar kepemimpinan seperti yang diungkap oleh Sutarto yang menyebutkan bahwa aktifitas mempengaruhi orang-orang agar mau bekerja sama untuk mencapai beberapa

tujuan yang mereka inginkan 18 . Kemudian kemampuan untuk menciptakan kegiatan kelompok, mencapai tujuan organisasi dari efektifitas dan semaksimal

mungkin dan kerjasama dari tiap-tiap individu, dan kepemimpinan adalah membuat wewenang dan membuat keputusan.

Konsep dasar dari sebuah kepemimpinan politik mempunyai konsep yang hampir sama dengan konsep kepemimpinan. Dalam hal ini, perbedaan mendasar dari konsep tersebut terletak dari ruang peran pemimpin itu sendiri. Ruang peran seorang kepemimpinan politik terletak pada seorang pemimpin yang memimpin suatu institusi atau lembaga politik. Berbeda dengan konsep kepemimpinan yang hanya mempunyai batasan seorang pemimpin yang memimpin suatu kelompok