S ebab-sebab Keraton Kasunanan Surakarta Mengal ami Kebak aran Pada

B. S ebab-sebab Keraton Kasunanan Surakarta Mengal ami Kebak aran Pada

Tahun 1985

Pada tanggal 31 Januari 1985. Lonceng di atas Kori Brajanala berdentang 9 kali. Keraton sudah didekap sepi. Sudah tidak nampak hilir mudik abdi dalem , kecuali yang tengah berjaga di Kam andungan. Dalam kesenyapan, sepercik cahaya bak kunang-kunang hinggap di atas Bangsal Parasdya. Ditiup semilirnya angin, cahaya biru kem erahan tersebut berpendar-pendar mem besar menjadi kobaran api, kemudian Keraton terbakar.

Usaha penyelamatan awal gagal mem bawa hasil. Tabung pemadam kebakaran ukuran besar sumbangan PT.Caltex yang disem protkan Kanjeng Gusti Pangeran Harya Hangabehi - putra tertua Sinuhun - tak m ampu m enjinakkan nyala api yang justru m engam uk sem akin ganas.

T eriakan saling mengomando, suara-suara kaki berlarian dan derit barang- barang berat yang digeser serta diangkat dari tempat nya berbaur riuh dengan gem eret ak kayu dim akan api yang m eninggalkan desis keras di tengah asap berjelaga berkepul-kepul mirip lokom otif uap yang terengah-engah setelah menem puh perjalanan jauh serta melelahkan.

Dua perangkat gamelan Kiai Kadukmanis, Manisrenggo dan Kiai Sem arngigel Lokananta yang tersimpan di Sasana Handrawina pertama kali diselam atkan. Bersam a gamelan pusaka Sekaten, Kiai Gunturmadu dan Gunt ursari yang berada di Bangsal Langenkatong, diungsikan ke Purwohamijayan sisi Selatan keraton m asih dalam tembok Baluwart i. Sementara gamelan-gam elan di Smarakat a dipindah ke Bangsal Witana yang dinilai lebih am an. Begitu pula dengan wayang kulit Kiai Kadung di Sasana Wilapa diamankan ke keraton Kilen.

Api yang bertam bah besar tak memungkinkan penyelam atan Kiai Rem eng. Lam pu kristal besar yang tergant ung tepat di tengah Sasono sewoko ini hancur terbant ing, ke lant ai bersama dengan ambruknya atap pendapa ageng tersebut.

Sejum lah m obil pemadam kebakaran Pemerintah Daerah Kot am adya

Surakart a yang dibant u unit-unit dari luar kota seperti Kabupaten Sukoharjo, Sragen, Klaten m aupun TNI Angkatan Udara Pangkalan Adisum arm o sulit menerobos mendekati lokasi. Pintu Magangan di pelataran Selatan yang relatif sem pit tidak m em ungkinkan mobil-m obil itu masuk ke halaman dalam keraton.

Penyemprot an air terpaksa harus dilakukan dengan m engulur selang dari jarak cukup jauh. Ditambah gerak pergantian unit-unit mobil pem adam yang ikut tersendat, m enjadikan kebakaran sulit dikuasai.

Bangsal Parasdya m enjadi korban pert ama. Api sepert i m elawan arah tiupan angin ke Barat-justru m enjalar ke arah T imur terus berbelok menuju Selatan bert urut-turut menghabiskan Sasono sewoko, Paningrat, Maligi dan Sasana Handrawina. Setelah itu api kembali marak ke Barat m eloncati bangunan- bangunan yang sudah hangus m enjilat dan melahap Prabasuyasa berikut Krobongan; Kamar Gadhing, Gedong Pusaka dan Bangsal Prabasana. Berunt ung sebagian besar pusaka bertuah yang semula tersimpan rapat di dalam Gedong Pusaka berhasil diungsikan ke Keraton Kilen.

Menjelang tengah malam kebakaran mulai tampak m enyusut. Dan baru benar-benar padam pada Jum at dini hari, 1 Februari dengan meninggalkan bekas memilukan. Keraton Kasunanan yang dibangun bert ahap selama ham pir sepuluh generasi sejak Pakoe Boewono II di sekit ar tahun 1745 hinaga Pakoe Boewono X pada tahun 1939 tersebut telah m usnah menjadi abu. Menurut kesaksian Kangjeng Raden Mas Haryo Riyo Yosodipuro-kini alm arhum – api kem bali ke satu titik di tengah puing Parasdya sebelum akhirnya melam bung ke angkasa bak komet berwarna m erah kuning kebiruan.

Silang pendapat segera m uncul. Tim peneliti yang belakangan dibentuk menyimpulkan, kebakaran disebabkan karena hubungan arus pendek listrik. Sem ent ara versi lain m enghubungkan m usibah dengan ramalan kuno yang rnenyebut tent ang um ur Kasunanan yang hanya akan bertahan selama 200 tahun, terhitung sejak didirikan Sinuhun Pakoe Boewono II pada hari Rabu, 17 Sura tahun Je 1670 atau Februari 1745.

Sinuhun Pakoe Boewono XII sendiri cenderung berpendapat hubungan arus pendek listrik sebagai penyebab musibah. Loncatan bunga api akibat hubungan Sinuhun Pakoe Boewono XII sendiri cenderung berpendapat hubungan arus pendek listrik sebagai penyebab musibah. Loncatan bunga api akibat hubungan

Kebakaran yang terjadi tanggal 31 Januari 1985 secara kasat mata disebabkan oleh hubungan arus pendek listrik (hasil wawancara kepada narasum ber KGPH Poeger).Nyala api yang berasal dari hubungan arus pendek listrik tersebut hanya m erupakan kelalaian para abdi dalem m aupun kerabat keraton. T etapi ini bukan merupakan hal yang aneh sebab pengam anan akan kem ungkinan bahaya sem acam itu bagi bangunan-bangunan tua justru lebih sulit dilakukan.

Sunan Pakoe Boewono XII m engatakan bahwa m usibah keraton Kasunanan Surakart a sudah pinasti (t ak bisa diingkari) lebih jauh ia mengemukakan bahwa menurut ram alan pujangga Ageng Surakart a Ronggowarsito, usia keraton Kasunanan Surakart a m em ang tidak sam pai 250 tahun. Hal ini tertera dalam buku Jangka Ronggowarsito. Pakoe Boewono XII juga m enyebutkan kebakaran keraton itu terjadi tepat pada wafatnya Kangjeng Ratu (Ibu Sri Sunan). (Berita Buana, 5 Pebruari 1985).

Jumat siang hari itu pula, puing-puing reruntuhan keraton langsung dibersihkan. Bersama personil m iliter dari kesatuan Brigif VI Kostrad dan petugas Dinas Pekerjaan Umum Kotapraja Surakart a, para abdi dalem dikerahkan lem bur siang malam. Sedikitnya dibutuhkan 2115 karung ukuran satu kuintal untuk mewadahi abu dan arang bekas kebakaran.

Sementara reruntuhan Dalem Ageng Prabasuyasa khusus dikerjakan oleh putra-putri Sinuhun sendiri dibantu kerabat dekat dan abdi dalem terpercaya lainnya. Persoalannya selain beberapa pusaka m asih tercecer, banyak pula berlian sert a emas perhiasan maupun kelengkapan upacara regalia lainnya belum ditemukan.

Sedikitnya 10 pusaka berupa tombak dan keris hilang dalam musibah tersebut. Satu diant aranya yang terpenting, menurut Sinuhun Pakoe Boewono XII adalah pusaka sarana mendatangkan hujan.

Kuat dugaan benda bert uah tersebut hancur saat terpanggang kobaran api menjadi serpihan kecil yang ikut terserak dalam timbunan abu bekas Bangsal Prabasuyasa. Sementara pusaka pasangannya yang dipakai unt uk menolak hujan beruntung dapat diselamatkan. Padahal, di puncak m usim kem arau keraton sering memohon turunnya hujan lewat tuah pusaka yang hilang itu untuk membantu kehidupan masyarakat tani. Sekarang hal yang sama tak mem ungkinkan lagi dilakukan.

Pada tanggal 4 Februari 1985 Sinuhun bert olak ke Jakart a unt uk menghadap Presiden Soeharto. Kepada Kepala Negara ia m engaku sangat terpukul disam ping amat m enyesal karena seolah tak m am pu menjaga keselamatan keraton sebagai warisan budaya yang tak ternilai.

Pada kesempatan t ersebut Presiden menyatakan tak hendak m enyalahkan siapapun. Bahkan ia menjanjikan akan m embant u pem bangunan kem bali secepatnya mengingat keraton merupakan salah satu aset budaya nasional.

Kebutuhan anggaran, akan diusahakan dicukupi sepenuhnya secara swadaya. Di antaranya didukung dari sum bangan pribadi. Bersama para menteri kabinet yang bersedia bersimpati, Kepala Negara menyum bangkan beberapa bulan gajinya. Sem ent ara sejumlah besar koran membuka dom pet bencana untuk menggalang dana part isipan dari masyarkat luas.

T anggal 5 Februari 1985, Presiden Soehart o m em bent uk Panitia Swasta Pembangunan Kembali Kerat on Surakarta (PSPKKS). Panitia terdiri atas 13 orang- sehingga populer di sebut tim 13 – dengan susunan sebagai berikut : Ketua

: H. Surono (Menko Polkam ) Anggot a : 1. Dr. R. Soedjarwo (Meteri Kehutanan)

2. L. Benny Murdani (Menhakam-Pangab)

3. Prof. Dr. Subrot o (Ment eri Pertam bangan)

4. Dr. Ir. Suyono Sosrodarsono

5. H. Harm oko (M ent eri Penerangan)

6. Dr. Ir Purnomosidi Hadjisarosa (M ent eri PU)

7. Ir. Hart arto (Menteri Perindustrian)

8. Ir Tungki Ari W ibowo

9. Sudwikatmono (Pengusaha Nasional)

10. Kanjeng Pangeran Haryo Mardjono Poerbonagoro (Sekjen Departemen Kesehatan)

11. Soedjono Humardani

12. Arjodarmoko Sementara keraton sendiri telah pula menyiapkan penasihat-penasihat yang akan m em bant u bergerak di bidang spiritual. Langkah yang kem udian ditempuh di antarnya :

Senin, 11 Februari pukul 01.00 lewat tengah m alam, Sinuhun Pakoe Boewono XII didam pingi Kanjeng Pangeran Haryo Mloyom iluhur bersama beberapa putranya melakukan sesaji di Parangkusum a, disusul bertikarat berendam dan menabur bunga di Parangtritis, tepian Laut Kidul.

Empat puluh hari setelah kebakaran, tepat nya 4 April diselenggarakan upacara melabuh abu dan arang kerat on. Persiapan dim ulai sejak pukul 04.00 di depan Kori Kamandungan ditunggui langsung oleh Sinuhun.

Sebanyak 30 mobil truk yang disediakan ternyata hanya dapat m enganggkut 1115 dari 2000 lebih karung berisi reruntuhan keraton. Sekitar 100 abdi dalem Pakasa harus bekerja keras unt uk menatanya di atas bak kendaraan.

Pukul 10.00 rombongan diberangkatkan dalam kawalan pet ugas polisi menuju Parangtritis di Laut Kidul yang masuk dalam wilayah Yogyakarta. Tam pak hadir pada saat pemberangkat an, Walikotamadya Surakart a Hartomo.

Hari yang sama pukul 21.00 gelom bang II pesert a upacara Labuhan bert olak dari Bangsal Balerata, Kamandungan. Mengerahkan 15 m obil, rombongan yang terdiri dari keluarga kerat on ini di bawah pim pinan Pengageng Putra Sent ana, Gusti Pangeran Haryo Hadiprabowo. T erm asuk di dalam nya adalah Pengageng Parentah Keputren, Raden Ayu Mandayaningrum didampingi NyaiTum enggung Pamardi-srimpi.

T epat tengah m alam - setelah kesem uanya berkum pul. Kanjeng Pangeran Haryo Mloyomiluhur salah seorang tokoh spiritual Kasunanan, m engawali sesaji di Parangkusuma, sebuah petilasan Panembahan Senapati, pendiri dinasti Mataram. Tirakat dengan m em bakar kemenyan dan dupa, setanggi berlanjut di T epat tengah m alam - setelah kesem uanya berkum pul. Kanjeng Pangeran Haryo Mloyomiluhur salah seorang tokoh spiritual Kasunanan, m engawali sesaji di Parangkusuma, sebuah petilasan Panembahan Senapati, pendiri dinasti Mataram. Tirakat dengan m em bakar kemenyan dan dupa, setanggi berlanjut di

Menjelang dini hari Sinuhun Pakoe Boewono XII menyusul ke lokasi sesaji. Setelah menerima laporan, ia memperkenankan rombongan kem bali ke keraton. Upacara yang sam a diulang pada 6April. Sebanyak 1000 karung, sisanya dilabuh dalam kesempatan ini. Sejak itu Parangtritis beruhah m enjadi pasar tiban. Setiap huri ribuan penduduk berduyun-duyun menyerbu pant ai. Bukan hanya untuk melihat unpacara. tetapi sekaligus saling desak berebut rejeki.

Abu yang tercecer di pesisir pant ai dikorek-korek. Malah ada pula yang mencoba mendulang pasir di tepian laut. Ada di antaranya yang berunt ung memperoleh butiran-butiran berlian atau emas beberapa gram, mungkin bekas perhiasan regalia yang m eleleh ketika Prabasuyasa dan Gedong Pusaka hangus dilalap kobaran api.

T em uan-tem uan kecil tersebut segera menjadi buah mulut. Tak pelak mengundang jumlah pendatang yang sem akin bertambah. Tidak ketinggalan para pedagang emaspun ikut beraksi lengkap dengan peralatan timbangannya. Transaksi jual beli langsung m arak di Parangtritis dan Parangkusum a.

T ak ada laporan tent ang berat em as yang terkumpul. Namun. sesuai kesaksian abdi dalem Suripno, jum lahnva diduga cukup besar. "Saya menyaksikan sendiri, ketika ikut dipercaya membersihkan keraton, benda-benda kecil berkerlap-kerlip layaknya bint ang di langit bert ebaran di antara abu bekas puing Sasono sewoko, Parasdya, Prabasuyasa dan Gedong Pusaka". T ak aneh kalau keramaian berburu perhiasan Pant ai Laut Selatan sempat bertahan selama beberapa hari.

Selasa,13 Agustus pagi. Sinuhun m em bent uk 7 kelompok utusan ke berbagai tempat tujuan yanga berbeda. Rombongan pert ama, diketuai Kanjeng Gusti Pangeran Haryo Hangabehi. T ugasnya mengambil tanah makam leluhur di

Sela, Dem ak dan Kadilangu. Sela adalah desa kelahiran Ki Ageng Sela, cikal bakal raja-raja Mataram yang dim itoskan m am pu menangkar petir. Sedang Kadilangu di Dem ak merupakan pusara Sunan. Kalijaga atau Syech Malaya, satu di antara 9 Wali penyiar Islam paling terkem uka di tanah Jawa.

Rom bongan kedua, dipimpin Gusti Pangeran Haryo Hadiprabowo, diperint ahkan mengam bil bunga tabur dari makam Sultan Agung di Pajim atan Imogiri-Yogyakart a.

Rom bongan ketiga, bert ugas "caos dahar" atau m elakukan sesaji di Pandan Segege yang dipercaya merupakan pintu gerbang pertama menuju ke kerat on gaib Laut Kidul Rombongan dipim pin Kangjeng Pangeran Haryo M loyomiluhur.

Rom bongan keempat, Gusti Pangeran Haryo Puspo hadikusum o bersama beberapa saudaranya diminta mencari tanah dari makam Sunan Bayat sert a air umbul Pengging Nggonowelang, Mungup sert a Jolot undo dekat Cokrotulung Kabupaten Klaten.

Rom bongan kelima. Gusti Pangeran Haryo Puger disert ai abdi dalem Juru Suranata ditugasi m engadakan sesaji dan mengambil tanah dari makam Ki Ageng Butuh di daerah Banyubiru.

Rom bongan keenam , Gusti Pangeran Haryo Suryo Darsono ditemani Gusti Raden Mas Nur Muhamad diminta mencari air bening dari Dlepih. Kahyangan Kabupaten Wonogiri, tem pat petilasan Panembahan Senapati saat mencari wahyu keraton Mataram.

Rom bongan ketujuh. Gusti Raden Mas Suryo Supart o bersama saudaranya, Gusti Raden Mas Suryo Suharso, bertugas mengambil air dari Candi Cetha di daerah Kem uning, lereng Gunung Lawu.

Rabu m alam hari, 14 Agustus. seluruh barang tersebut dikumpulkan menjadi satu di Keraton Kulon. Dua hari kemudian. Jum’at. 16 Agustus malam diselenggarakan selam atan dan sesaji di bekas Bangsal Prabasuyasan Dilanjutkan keesokan harinya. tepat 17 Agustus puku 15.00 dilakukan upacara Sesaji Raja Suya berupa penanam an tum bal kepala harimau, m enjangan. sato iwen (unggas) dan iber-iberan (burun) disam ping berbagai air, tanah serta bunga dari makam dan tem pat keramat yang, berhasil dikum pulkan oleh kelom pok utusan.

Sesaji Raja Suya sekaligus unt uk menandai peletakan batu pert am a calon bangunan Dalem Ageng Prabasuyasa oleh Kanjeng Gusti Pangeran Haryo Hangabehi, putra sulung Sinuhun Pakoe Boewono XII. Dengan dem ikian tahap paling awal dari rangkaian panjang sert a rumit kegiatan renovasi Keraton Kasunanan telah dimulai.

Pengerjaan struktur bangunan bagian bawah berlangsung lancar tanpa ham batan berarti. Batas setiap bangsal lam a m asih terlihat jelas. sehingga luas bangunan baru penggantinya tak mungkin berubah dari ukuran yang semestinya.

Pembuatan fondasi cor beton dipercayakan kepada CV.Ciptorini, perusahaan jasa konstruksi milik Kanjeng Raden T um enggung Ciptonegoro. seorang abdi dalem keraton. Tahap berikutnya, m ulai awal Desember, renovasi fisik dilanjutkan oleh PT. Pembangunan Perum ahan (PP), Depart emen Pekerjaan Um um. Ditunjuk sebagai Ketua Pelaksana Proyek adalah Kolonel Soem arno.