Keberhasilan Pe mbangunan Kembali Keraton Kasunanan Surakarta
D. Keberhasilan Pe mbangunan Kembali Keraton Kasunanan Surakarta
Tahun 1987
Setelah melalui proses pembangunan yang cukup lama akhirnya keraton kasunanan Surakart a yang m engalam i kebakaran pada tahun 1985 telah selesai dibangun. Hasil dari pembangunan kem bali keraton Kasunanan Surakart a dipandang secara fisik sam a dengan wujud bangunan Keraton saat sebelum terbakar tahun 1985 (hasil wawancara dengan narasumber KGPH Poeger), meskipun ada sedikit perbedaan yang berkaitan dengan usia kayu yang digunakan untuk kerangka bangunan.
1. Pendopo Ageng Sasono Sewoko
Makna sebutan “kerat on Surakarta “m enurut ajaran Jawa yang terdapat pada kesusasteraan Jawa bahwa kerat on adalah bangunan keraton, yaitu tempat kediam an para pangeran yang m engemban tugas yang disebut dengan wahyu dari Ratu (Ratu: untuk sebutan Raja di Keraton Surakart a Hadiningrat). Berhubung bangunan tersebut sebagai tempat kediaman Ratu, maka dinamakan dengan Ka-
ra-t on, dengan ucapan Kra-ton. Keraton Surakart a ditinjau dari kebudayaan Jawa, justru dapat disebut bahwa “kebudayaan Jawa bersum ber dari keraton Surakart a” (K.R.M.H. Yosodipuro). Dari kata tersebut dapat disim ak, bahwa pada dasarnya manusia itu hanya m elaksanakan petunjuk Tuhan (papadhanging pangeran). Dan Papadhanging Pangeran tersebut terkadang (sinuksma) di dalam budi manusia. Budi tersebut merupakan cahaya yang dapat m em buka /m enunjukkan kebenaran
(pepadhang),terhadap manusia dan harus diam alkan. Setelah diamalkan dengan baik m aka disebut dengan budaya. Hasil dari budaya m anusia tersebut dapat berarti sebagai kebudayaan, sehingga menurut perilaku orang Jawa berart i kebudayaan Jawa.
Pada pokoknya bahwa budi itu segala sesuatu yang halus dan luhur seperti: suci, asih, adil, rahayu, utama dan sebagainya. Sedangkan kebudayaan yang bersumber dari Kerat on Surakart a tersebut dapat kita artikan secara lahiriyah seperti: T ata cara, adat, kesusilaan, tata karm a/kesopanan, gam elan, gendhing, begsan, kesusasteraan, tata bahasa, tata bangunan yang semuanya itu dapat memberikan rasa temtram lahir dan batin m anusia (raos hayem -hayom -temt eram - aprabowo).
Keraton juga dapat disebut sebagai m anunggalnya tiga perkara, yaitu:
1. Pangemban wahyu bagi Hingkang Sinuwun Kangjeng Susuhunan.
2. Kerabat keraton (sentono, abdi dalem, kawula hangadep)
3. Keraton sebagai pengayom /pelindung lahir dan batin para kerabatnya Sedangkan yang disebut dengan bangunan kerat on Surakarta Hadiningrat secara keseluruhan adalah m ulai dari Gapura Gladhag ke selatan sampai gapura alun-alun Gadhing yang luasnya sekit ar 127.500 m 2 yang di dalamnya terdapat banyak bangunan term asuk bangunan Keraton Utara.
Bangunan Keraton Utam a adalah dari Kam andungan ke selatan sam pai kom plek Waroenggoendeng, dan dari kant or Sjaikara ke barat sam pai sam pai Wreksodipuran seluas 235.000 m 2 yang di dalamnya terdapat bangunan ndalem Ageng dan Pendopo Sasono sewoko sert a Keraton Kulon.
Pada prinsipnya bahwa susunan bangunan keraton di Jawa selalu menghadap ke timur sejak jaman Sultan Agung. Menurut pimulang Sunan Kalijaga bahwa timur berarti menghadap sinar matahari yang mem punyai makna sum ber kekuatan. Disini dapat kita lihat seperti pada keraton Surakart a, m aka Pendopo Ageng Kedhaton / Pendopo Sasono Sewoko dan Sasono Parasdyo menghadap ke Tim ur.
Pendopo Sasono Dajinto dan Sasono Praboe m enghadap ke Selatan (segoro Kidul). Menurut kepercayaan mempunyai makna bahwa Ratu kidul Pendopo Sasono Dajinto dan Sasono Praboe m enghadap ke Selatan (segoro Kidul). Menurut kepercayaan mempunyai makna bahwa Ratu kidul
Bangunan utama pada Keraton, baik Kratron Surakart a m aupun Keraton Yogyakarta selalu terdiri dari Pendopo dan nDalem Ageng, sepert i juga bangunan rum ah tradisional Jawa pada umumnya. Nam un bangunan Keraton m em iliki kekhususan yaitu bent uknya dan ukuran yang lebih besar di banding dengan rum ah tradisional Jawa biasa.
Pendopo Sasono Sewoko merupakan bangunan utama Keraton Surakart a Hadiningrat yang didirikan pada masa Pakoe Boewono ke II pada tahun 1698 (tahun Jawa) dengan seorang arsitektur yaitu Sultan Ham engku Boewono ke I. bangunan tersebut didirikan di desa Surakarta (sekarang kodya Surakarta). Menurut informasi bahwa bangunan Pendopo Sasono Sewoko tersebut di perkirakan bukan merupakan bangunan yang berasal dari pendopo pindahan dari Keraton Kart osuro. Padahal menurut kepercayaan pada jam an Mataram , Panembahan Senopati dari Mataram m endapat wahyu, bahwa kalau m em buat Keraton harus dari kayu yang berasal dari hutan Donoloyo secara turun temurun, sehingga kalau terjadi perpindahan Keraton, maka soko guru pada pendopo tersebut selalu dibawa pindah dim ana Keraton didirikan kembali. Oleh karena itu maka Pakoe Boewono II waktu itu tetap m elestarikan hal-hal tert ent u saja yang tetap digunakan pada Pendopo Sasono Sewoko tersebut. Sepert i sesajian kain tum bal pada saka guru, juga kayunya diambil dari Donoloyo tersebut.
Bangunan Pendopo yang asli dari Keraton Kart osuro pada waktu perpindahan ke Surakarta tahun 1770, oleh Pakoe Boewono ke III diberikan dan didirikan di Mangkunegaran yang kini disebut Istana Mangkunegaran. Hal ini terjadi dikarenakan oleh kepercayaan Pakoe Boewono III pada waktu itu.
Pendopo Sasono Sewoko dalam kondisi sekarang setelah mengalam i pem ugaran akibat kebakaran pada tanggal 5 Januari 1995, bahkan penggunaan kayu Soko Guru dan soko-soko lainnya, semuanya dari hutan Donoloyo. Hal ini dikarenakan sulitnya m endapat kan jum lah kayu m aupun kwalitas yang diinginkan, sebab sem akin kurang jumlah kayu tersebut yang ada di hutan.
Donoloyo. Demikian juga bahan –bahan lainnya, kebanyakan digunakan bahan- bahan produk baru dan dalam negeri yarg tidak sesuai dengan aslinya lagi. Hal ini dikarenakan sulitnya mendapatkan bahan-bahan yang sesuai dengan aslinya, juga karena terbatasnya biaya pemugaran Keraton tersebut. Dengan dem ikian dapat dikat akan bahwa pendopo Sasono Sewoko yang kini selesai dipugar, disebut sebagai m onumen bukan lagi sebagai Keraton aslinya. Nam un demikian, fungsi Pendopo Sasono Sewoko sam pai sekarang masih tetap dilestarikan sesuai dengan aturan-aturan (Jawa: pakem) menurut kebudayaan Kerat on, baik yang bersifat tradisi maupun keagamaan yang dibawa secara turun temurun sejak berdirinya Keraton Surakarta Hadiningrat tersebut.
Ruang-ruan g pada Pendopo Ageng Sasono Sewoko
a. Ruang Maligi
Maligi atau m alige m erupakan nam a ruang yang berada pada bangunan pendopo Ageng Sasono Sewoko. Nama tersebut tidak mempunyai art i khusus. Ruarg tersebut berfungsi sobagai tempat untuk khitanan ( bahasa Jawa : supitan) bagi para putra dalem yaitu, putra ratu dan para petra pangeran Keraton. Juga pernah diikutsertakan para putra abdi dalem dikhitankan bersama-sam a di sekitar tempat tersebut yang dilakukan secara masal.
Dahulu ruang ini hanya berupa halaman tanah pasir saja yang berada di bagian depan bangunan Pendopo Ageng Sasono Sewoko tepat nya bagian timur yang berfungsi sejak berdirinya pendopo tersebut yaitu pada tahun Wawu 1697. Acara supitan tersebut biasanya dilakukan pada waktu hari Jum at 19 Robingulakhir. Upacara supit an dilakukan di Ruang Maligi tersebut, yaitu putra-putra yang disupit didudukkan pada sebuah krobongan yang dinamakan dengan Kadorengga (nama tempat supitan yang terbuat dari kayu jati mem bentuk segi em pat dengan ukuran ± 2 m X 2 m dengan ukiran motif Mataram Pada waktu acara supitan tersebut, supitan tersebut dilakukan di Ruang Maligi menghadap ke timur., yaitu menghadap menuju Dahulu ruang ini hanya berupa halaman tanah pasir saja yang berada di bagian depan bangunan Pendopo Ageng Sasono Sewoko tepat nya bagian timur yang berfungsi sejak berdirinya pendopo tersebut yaitu pada tahun Wawu 1697. Acara supitan tersebut biasanya dilakukan pada waktu hari Jum at 19 Robingulakhir. Upacara supit an dilakukan di Ruang Maligi tersebut, yaitu putra-putra yang disupit didudukkan pada sebuah krobongan yang dinamakan dengan Kadorengga (nama tempat supitan yang terbuat dari kayu jati mem bentuk segi em pat dengan ukuran ± 2 m X 2 m dengan ukiran motif Mataram Pada waktu acara supitan tersebut, supitan tersebut dilakukan di Ruang Maligi menghadap ke timur., yaitu menghadap menuju
Upacara supitan tersebut disaksikan oleh Ratu yang duduk/lenggah di kursi (dam par) yang berada di ruang Sasono Sewoko, tepat nya di bagian ruang antara keempat saka guru yaitu di sebelah barat ruang m aligi. Beliau menyaksikan upacara tersebut m enghadap ke tim ur dengan didampingi para pangeran sert a para sent ana yang duduk silo di lantai sekit ar ruang Paringrat bagian Timur dekat sekali, juga Ruang Sasono Sewoko dimana ruang untuk duduk Ratu langsung berhadapan dengan ruang Maligi. Sedangkan para tamu yang berhadapan dengan Ruang Maligi. Sedangkan para tam u yang berpangkatkan abdi dalem duduk silo di tanah pasir plataran/ halaman bagian timur, selatan dan utara Maligi m aupun Pendopo tersebut.
Acara supitan tersebut dilakukan dengan upacara khusus berdasarkan agama Islam yaitu dengan doa-doa yang dipim pin oleh tokoh agam a secara hikmat , sehingga ruang Maligi tersebut dapat bersifat spiritual. Untuk halaman maka krobongan tersebut ditutup, dikelilingi dengan kain dan trataknya /atap dengan tarup. Jika acara sudah selesai, krobongan tersebut diambil dan disimpan di Bale Mercukunda. Ruang Maligi juga bisa digunakan sebagai tempat unt uk berdiri Ratu, yaitu pada waktu Ratu dan para pandam pingnya berdiri untuk m emberi hormat menyaksikan upacara pert unjukan "detile" (baris berbaris) tentara m aupun satuan-satuan Keraton yang berbaris di halam an Tim ur Maligi tersebut, juga baris-berbaris satuan pandu / Pram uka dan anak-anak sekolah. Disamping itu ruang Maligi juga sebagai tempat untuk sowan / bertemu para abdi dalem Sent ono Panji sert a para buyutnya (keturunannya). Bentuk Maligi m engalam i perubahan yaitu setelah dibangun menjadi bangunan yang manpunyai ruang dan atap sert a lant ai yang permanen dengan bentuk yang disebut. Topengan yang manempel di bagian Tim ur Pendopo Sasona Sewoko tersebut . Topengan ini dibangun o1eh Pakoe Boewono ke IX sejak beliau bertahta yaitu pada bari Jumat tanggal 19 Rabingulakhir tahun Alip 1811 (1 0 Maret 1882 Masehi). Sejak Acara supitan tersebut dilakukan dengan upacara khusus berdasarkan agama Islam yaitu dengan doa-doa yang dipim pin oleh tokoh agam a secara hikmat , sehingga ruang Maligi tersebut dapat bersifat spiritual. Untuk halaman maka krobongan tersebut ditutup, dikelilingi dengan kain dan trataknya /atap dengan tarup. Jika acara sudah selesai, krobongan tersebut diambil dan disimpan di Bale Mercukunda. Ruang Maligi juga bisa digunakan sebagai tempat unt uk berdiri Ratu, yaitu pada waktu Ratu dan para pandam pingnya berdiri untuk m emberi hormat menyaksikan upacara pert unjukan "detile" (baris berbaris) tentara m aupun satuan-satuan Keraton yang berbaris di halam an Tim ur Maligi tersebut, juga baris-berbaris satuan pandu / Pram uka dan anak-anak sekolah. Disamping itu ruang Maligi juga sebagai tempat untuk sowan / bertemu para abdi dalem Sent ono Panji sert a para buyutnya (keturunannya). Bentuk Maligi m engalam i perubahan yaitu setelah dibangun menjadi bangunan yang manpunyai ruang dan atap sert a lant ai yang permanen dengan bentuk yang disebut. Topengan yang manempel di bagian Tim ur Pendopo Sasona Sewoko tersebut . Topengan ini dibangun o1eh Pakoe Boewono ke IX sejak beliau bertahta yaitu pada bari Jumat tanggal 19 Rabingulakhir tahun Alip 1811 (1 0 Maret 1882 Masehi). Sejak
Ruang Maligi m empunyai luas lant ai 8,5 m kali 18,10 m dengan bentuk atap “limasan Jubungan” dan Saka (tiang) 8 buah dengan lantai marmer alam bersih dan m engkilat yang mem buat kesan m ewah. Ruang ini sering digunakan unt uk keluar masuk para abdi dalem yang berkunjung menghadap Ratu maupun dalam upacara-upacara tradisi lainnya. Dengan demikian ruang ini bisa disebut sebagai pint u m asuk utam a, sebab merupakan ruang yang paling depan / tim ur dari Pendopo Sasono Sewoko.
b. Ruang Pendopo Sasono Sewoko. Ruang Pendopo Sasono Sowoko, pada dasarnya adalah ruang Sasono
Sewoko yang m erupakan bagian utama yang terpent ing dari bangunan Pandopo Sasono Sewoko. Arti dari nama Sasono Sewoko tersebut adalah : Sasono berart i tempat dan Sewoko berart i m enghadap ke suatu arah ialah Tuhan Yang Maha Esa. Ruang tersebut tidak sembarang orang diperbolehkan masuk, dikarenakan hubungannya dengan kepercayaan dan berfungsi untuk Siniwoko(semedhi).
Sesuai dengan art i nama Sasono Sewoko tersebut maka fungsi utama dari ruang tersebut adalah digunakan Ratu /Sri Susuhunan untuk duduk "lenggah Siniwoko”. Yang dim aksud dengan lenggah siniwoko ialah Ratu duduk di atas sebuah kursi untuk m elakukan semedhi (mengheningkan cipta) memohon kesejahteraan Keraton seisinya dan lingkungan sekitarnya. secara lahir dan bathin. Keselam atan lahir dalam hal ini merupakan tanggung jawab pepatih dalem unt uk menjaga keselamatan bathin dilakukan oleh Ratu sendiri.
Di dalam melakukan sem edhi, Ratu dalam posisi duduk siniwoko yang berarti dilayani (dihadap), yaitu Ratu duduk di Dampar Kencono (bangku tempat duduk Ratu tanpa sandaran tangan dan belakang) yang di
tempatkan sebelah barat Soko Guru dan m enghadap ke timur. Menurut kepercayaan Ratu duduk siniwoko menghadap ke timur m enyongsong terbitnya matahari, dimana m atahari merupakan sum ber kehidupan.
Pada upacara Ratudi dam pingi oleh orang-orang yang hadir menghadap (sewoko), yaitu para Pangeran, para Sentono dan keluarganya yang duduk silo di sampingnya, bersam a-sama sem edhi m enghadap ke timur juga. Para pendamping yang hadir tersebut sem uanya duduk silo di lantai berkelompok-kelompok menurut hirarkhi Kepangkatannya. Yang duduk silo disamping kanan - kiri dan belakang Ratu di ruang daerah Soko Penanggap dan Soko Rowo adalah untuk para pangeran, di ruang tepi / daerah Paningrat utara dan selatan adalah para Riyo Inggil / atas dan sent ono, sert a di daerah luar/ halam an utara dan Selatan untuk para abdi dalem.
Semasa Keraton mempunyai pemerint ahan sendiri, upacara sem edhi siniwoko tersebut dilakukan setiap hari Senin dan Kamis. Pada masa Pakoe Boewono ke X upacara tersebut dilakukan hanya sebulan sekali pada hari Senin atau Kamis karena beliau sibuk m engurusi perjuangan m asa perang Ke- merdekaan Republik Indonesia. Dan setelah jam an R.I hanya dilakukan secara tetap yaitu setiap peringatan hari penobatan Jum enengan Ratu pada tanggal 2 Ruwah setahun sekali.
Di dalam jalannya Upacara hari Ulang T ahun Penobatan Ratu tersebut, terdapat suatu acara khusus yaitu pagelaran tari Bedhaya Ketawang yang diiringi dengan musik gam elan khusus pula. T ari Bedhaya Ketawang ini dilakukan setelah upacara semedhi lenggah sinuwoko. T arian ini dimainkan oleh putra-putri abdi dalem yang digelarkan di tengah-t engah ruang sasono sewoko, m enghadap kearah Ratu yang duduk siniwoko di dampar Kencono, dan disaksikan.pula oleh para abdi dalem yang hadir duduk silo di lant ai.
Menurut kepercayaan, tarian Bedhaya Ketawang ini bersifat m agis- spiritual. Yang dimaksudkan adalah m erupakan ungkapan secara fisik yang menggambarkan tentang perkawinan antara sinuhun dengan roh halus Kangjeng Ratu Kidul. Sehingga, tari Bedhaya Ketawang dianggap sebagai sim bol yang mempunyai kekuatan magis bagi Ratu Keraton Surakarta dan para abdi pengikutnya. Dengan demikian ruang Pendopo Sasono Sewoko, juga berfungsi sebagai tem pat pagelaran tari Bedhaya Ketawang sebagai acara khusus di dalam upacara Ulang Tahun Penobatan Raja Keraton
Surakarta. Sasana Sewoko disam ping sebagai tem pat upacara semedhi siniwoko juga digunakan untuk keperluan kerajaan yang bersifat Keraton maupun Keagamaan.
Fungsi lainnya dari ruang Sasono Sewoko tersebut adalah untuk upacara keagamaan seperti: sekaten, maleman, malam satu suro, mahesa lawung dan juga untuk mant u(pernikahan putra-putri Raja). Upacara-upacara keagam aan tersebut dilaksanakan setahun sekali dan m erupakan tradisi turun- temurun sam pai sekarang masih diselenggarakan. Hal tersebut dikarenakan menurut kepercayaan piwulang Sunan Kalijogo, bahwa Kerat on merupakan titik temu ant ara Islam dan Jawa, sehingga tradisi Jawa di dalam Keraton dilakukan berdasarkan agama Islam.
Upacara tradisi Sekat en merupakan peristiwa yang bersifat spiritual dari agam a Islam , yaitu hubungan m anusia dengan Tuhannya dan untuk memperingati hari lahirnya Nabi Muhamm ad Saw sebagai Rasul Allah, tepatnya pada tanggal 12 Maulud. Sehingga upacara Sekaten tersebut dilakukan setiap bulan Maulud tanggal 5 sam pai 12 di lingkungan Keraton Surakarta, seperti halnya di Kerat on Yogyakarta.
Upacara Sekaten dipusatkan di Ruang Sasono Sewoko, yaitu diwujudkan dengan nasi tum pengan berbentuk gunungan besar dan sesajian sebagai sarat-sarat tertent u menurut kepercayaan. Gunungan tersebut diletakkan di tengah-tengah daerah Soko Guru dan diberi doa oleh seorang tokoh Agama Islam Keraton, disaksikan Ratu yang duduk di dampar kencono bersam a-sama pula dengan para abdinya yang hadir duduk silo di sekitarnya. Jum lah gunungan tersebut disesuaikan menurut jumlah tahun Raja tersebut bert aht a. Jadi setiap tahun jumlah gunungan bert am bah.
Setelah upacara doa selesai, maka gunungan tersebut dibawa para abdi dalem disaksikan oleh khalayak (dahulu rakyat penganutnya) diarak sambil berbaris ke alun-alun Utara m enuju ka halaman Masjid Agung Keraton Surakarta pada siang hari. Sesam painya di halam an m asjid, gunungan tersebut dibagi-bagikan kepada para jem aah yang berada di Masjid dan Setelah upacara doa selesai, maka gunungan tersebut dibawa para abdi dalem disaksikan oleh khalayak (dahulu rakyat penganutnya) diarak sambil berbaris ke alun-alun Utara m enuju ka halaman Masjid Agung Keraton Surakarta pada siang hari. Sesam painya di halam an m asjid, gunungan tersebut dibagi-bagikan kepada para jem aah yang berada di Masjid dan
Sejak keraton tidak memiliki kekuasaan lagi (Negara) seperti dulu, yaitu sejak Pakoe Boewono ke XII bert aht a, m aka jumlah gunungan tersebut hanya berjum lah dua. Hal tersebut karena hanya faktor biaya yang tidak mencukupi, namun upacara Sekaten tetap dilakukan secara hikmat . Disam ping itu juga upacara pesta tradisi rakyat di sekit ar alun-alun Utara untuk menyambut gunungan Sekat en tersebut, kini sudah berkembang menjadi sarana promosi perdagangan dan industri.
Upacara tradisi Maleman yang dilakukan satu tahun sekali di bulan puasa, yaitu pada hari Puasa ke 21 sam pai selesai puasa. Upacara Maleman tersebut juga dipusatkan di ruang Sasono Sewoko dengan upacara doa yang dipimpin oleh seorang tokoh agama Islam dari Keraton. Dalam upacara Malem an yang dilakukan pada malam hari tersebut, Ratu duduk di dam par Kencono menghadap ke T im ur. Para abdi dalem yang hadir, bersam a-sama duduk silo di lant ai ruang sekitar Soko Penanggap, Soko Rowo dan Paningrat mengelilingi Nasi T umpengan yang akan dibagikan kepada semua yang hadir. Disam ping itu juga ada sesajian sebagai syarat unt uk m emenuhi kepercayaan Jawa yang mengandung makna-makna tertent u menurut kepercayaan Kerat on.
Selanjutnya untuk upacara m alam Satu Suro yang juga di lakukan di Ruang Sasono Sewoko tersebut, sama sepert i halnya upacara malam Satu Suro ini dilaksanakan setahun sekali pada malam tanggal 1 Bulan Suro. Pada malam tersebut merupakan upacara khusus, yaitu upacara kirap Pusaka Keraton.
Pusaka-pusaka milik Keraton yang disimpan berada di nDalem Ageng Probosuyoso dikeluarkan sem ua dan dibawa keluar m elalui Sasono Parasdya dan Ruang Sasono Sewoko. Setelah melalui upacara doa yang dipimpin oleh seorang tokoh Agama Islam di Ruang Sasono Sewoko tersebut dan Pusaka-pusaka milik Keraton yang disimpan berada di nDalem Ageng Probosuyoso dikeluarkan sem ua dan dibawa keluar m elalui Sasono Parasdya dan Ruang Sasono Sewoko. Setelah melalui upacara doa yang dipimpin oleh seorang tokoh Agama Islam di Ruang Sasono Sewoko tersebut dan
Upacara keagam aan yang disebut Mahesa Lawung yang juga di pusatkan di Ruang Sasono Sewoko, dilakukan setahun sekali pada hari Senin atau Kam is di Bulan Robingulakhir (Bulan terakhir pada bulan Jawa). Upacara ini m enggunakan sesajian dan yang utama ialah dalam bentuk kepala kerbau sebagai sim bol rasa syukur kepada T uhan. Kerbau tersebut disem belih di halaman muka Ruang Maligi. Kepala kerbau tersebut kemudian dibawa melalui ruang Maligi yang diletakkan di ruang Sasono Sewoko unt u diberi doa oleh seorang tokoh Agama Islam , disaksikan oleh Ratu yang duduk di dampar bersama-sam a dengan para abdinya yang duduk silo mengelilingi sesajian tersebut. Para abdi yang hadir mengikuti upacara tersebut duduk silo di lant ai sesuai dengan hirarkhi kepangkatan Kerat on sepert i waktu upacara keagam aan yang lain setelah upacara doa selesai, maka sesajian kepala kerbau tersebut diangkut oleh para abdinya dan diletakkan di daerah Kaliyoso.
Ruang Sasono Sewoko disamping berfungsi sebagai tempat untuk upacara-upacara keagamaan, juga untuk upacara mantu (pernikahan putra Ratu).
Upacara m ant u ini dilakukan dengan cara Agama Islam dan upacara pernikahan adat Jawa kebesaran Keraton Surakarta Hadiningrat . Jalannya upacara mantu ini antara lain, yaitu diawali dengan upacara ijab kedua m em pelai dipim pin oleh tokoh / penghulu agama islam dan dilakukan di ruang tengah/ Soko Guru yang disaksikan oleh orang tua kedua belah pihak. Selanjutnya kedua m em pelai duduk dikursi pengant in yang menghadap ke T imur di ruang tersebut. Sem ent ara itu, Ratu dan Mertua mempelai duduk sebelah kanan kiri mem pelai. Dan undangan yang hadir duduk silo di lantai menurut hirarkhi/ urutan tingkat kapangkatannya mengelilingi mem pelai.
Aengelom pokan secara hirarkhis tersebut, pada dasarnya dibagi menjadi 3 kelom pok sesuai dengan pengelompokan Ruang yang ada ada pada
Pandopo Ageng Sasono Sewoko tersebut. Ruang-ruang tersebut adalah :
1) Daerah yang utama, yaitu ruang bagian, tengah (Ruang Sasono Sewoko) yang m em iliki em pat buah soko Guru, 12 buah Soko Penanggap dan 20 buah Soko Rowo dengan luas lant ai 21,35 m 23,35 m serta bent uk atap “Joglo Pangrawit” ruang ini mem iliki lantai yang paling tinggi sekitar 75 cm dari tanah. Yang berhak duduk di ruang ini yaitu disamping Ratu itu sendiri, juga para abdi dalem yang m em iliki pangkat tert inggi sesuai dengan lantainya yang paling tinggi tersebut. Disini duduk berurutan seperti para Adipati dan Kanjeng Pangeran sert a Pepatih.
2) Daerah yang kedua, yaitu ruang daerah tepi (Paningrat Timur, Selatan, Barat dan Utara) yang mengelilingi Sasono Sewoko, Ruang ini m em iliki
40 buah tiang besi dengan atap em peran yang m enempel pada Sasono Sewoko, dengan lant ai yang lebih rendah dari Sasono Sewoko. Yang berhak duduk di ruang ini yaitu unt uk para abdi dalem yang m em iliki kepangkatan yang lebih rendah dari kepangkatan yang berada di Sasono Sewoko, sepert i para Riyo Inggil / tinggi, Sentono dan Bupat i.
3) Daerah yang ketiga yaitu daerah halaman luar di bagian depan dan kanan kiri Pendopo Sasono Sewoko, m erupakan urutan tingkat an yang terendah, karena halaman yang terbuka ini rendah dan luas. Yang berhak duduk di halaman dengan tanah pasir yang bersih dari Gunung Merapi ini, yaitu golongan pangkat yang paling rendah, sepert i para Riyo Ngandap / rendah, sam pai para abdi dalem Jajar.
Pada dasarnya Ruang Pendopo Sasono Sewoko ini menghadap ke Timur sesuai dengan art i dari “lenggah siniwiko” tersebut. Ruang ini juga mempunyai hubungnn yang dekat dan erat sekali dengan fungsi ruang yang berada di Paningrat dan Maligi. Juga hubungannya dengan Sasono Parasya karena dekat dan terbuka berhadapan langsung dengan Paningrat bagian Barat. Sifat dari ruang Sasono Sewoko ini bersifat khusus (bahasa Inggris : Private) karena fungsi kegiatannya untuk Ratu dan para Abdi dalem tingkatan tertinggi dan sebagai pusat upacara, adat dan keagam ann yang bersifat spiritual batiniyah.
Menurut kepercayaan, bahwa ruang Pendopo Sasono Sewoko ini mempunyai kekuatan m agis. Hal ini dapat dilihat dari fungsi utam a ruang tersebut, yaitu sebagai pusat upacara-upacara tradisi Keraton. Hal ini juga terbukt i bahwa pada jam an Belanda m asa Pakoe Boewono II, pernah akan diadakan suatu perundingan ant ara pihak Belanda dengan Kerat on tentang tanah Jawa dan permasalahannya. Setelah rombongan Gubernur Belanda diterim a pihak Ratu di Pendopo Sasono Sewoko, rombongan dijamu makan- minum dan tari Bedhaya Ketawang yang sakral. Sehingga, pihak Belanda menjadi lupa akan tujuan semula dan kem udian pam itan pulang tidak jadi berunding.
Presiden Republik Indonesia Soekarno juga pernah berkunjung menghadap Pakoe Boewono XI. Tetapi pada wakt u Presiden akan m emasuki Pendopo Sasono Sewoko, tiba-t iba Presiden menolak karena saat itu ada perasaan tert entu hingga terpaksa diterim a di ruang lain yaitu di Sasono Handriwino.
Pada akhir Pakoe Boewono ke XI bert akta, tradisi duduk silo dilantai tersebut m ulai berubah m enjadi duduk di kursi. Demikian pula yang duduk di Paningrat m aupun di halaman, semua duduk di kursi. Hal tersebut dikarenakan pada waktu itu merupakan masa pergolakan penjajahan Belanda, sehingga pihak Keraton sering dikunjungi Belanda. Unt uk menghormat i tamu Belanda tersebut, maka Ratu Paku Boewono ke XI berani m em berikan ijin- ijin tertent u diluar peraturan Keraton yang disebut dengan lilah dalem (ijin), sepert i menerima t am u dengan duduk di kursi tersebut.
Perubahan tradisi m enjadi duduk di kursi tersebut, diteruskan oleh Pakoe Boewono ke XII bahkan pada wakt u upacara Keraton lainnya. Hal tersebut juga dikarenakan untuk m enyesuaikan dengan kondisi masyarakat setelah jaman kemerdekaan, yang agaknya kurang berm inat duduk dengan silo, sebab kurang menghargai m art abat seseorang. Sekalipun demikian, upacara-upacara Keraton tersebut tetap dilakukan secara hikmat sesuai dengan aturan-aturan atau pernatan Kerat on yang berlaku.
Tetapi setelah Pendopo Sasono Sewoko mengalami kebakaran dan Tetapi setelah Pendopo Sasono Sewoko mengalami kebakaran dan
Selama pembangunan keraton yang terbakar tersebut, upacara-upacara keraton tetap dilakukan di keraton kilen. T etapi untuk tumpengan, gunungan dan sajian kepala kerbau, ditempatkan di Pendopo Mariokoto yang terletak di Sri Manganti. Hal ini dilakukan karena hubungan dengan adat yang berdasarkan ilham atau sasmito Sinuhun tersebut. Sebab, menurut sejarah bahwa sejak Pakoe Boewono ke X, Pakoe Boewono XI sam pai Pakoe Boewono XII. Ratu dianggap sebagai Pujangga yang memegang penuh urusan kebatinan atau spiritual dalam kerajaan.
Setelah Pendopo Ageng Sasono Sewoko selesai dipugar kem bali dan mulai berfungsi tahun 1988, upacara-upacara Kerat on dilakukan di Pendopo Ageng Sasono Sewoko lagi. Demikian pula tradisi duduk silo di lantai dan urutan sesuai dengan hirarkhi kepangkatan, dilakukan sepert i tradisi semula yang dibawa dari Keraton Kilen tersebut. Jadi tidak dilakukan duduk di kursi lagi sampai sekarang. Hal ini disebabkan oleh keinginan Ratu untuk tetap melestarikan tradisi Kerat on tersebut secara turun temurun.
c. Ruang Paningrat
Nama Paningrat dalam hal ini tidak m emiliki art i khusus, sebab Paningrat m erupakan bagian ruang penunjang saja unt uk melengkapi
bangunan tradisional pada umumnya, maupun pada Pendopo di Kerat on. Ruang Paningrat ini dahulu dibuat tidak permanen, yaitu hanya dengan em peran lant ai biasa dan tratak tarup yang sangat sederhana. Paningrat ini bangunan tradisional pada umumnya, maupun pada Pendopo di Kerat on. Ruang Paningrat ini dahulu dibuat tidak permanen, yaitu hanya dengan em peran lant ai biasa dan tratak tarup yang sangat sederhana. Paningrat ini
Lantai Paningrat ini berlantai m arm er, dengan bent uk atap “trajumas” yng m em anjang mengelilingi dan m enyatu dengan Pendopo Sasono Sewoko. Lantai Paningrat ini lebih rendah dari lantai di Ruang Pendopo Sasono Sewoko, dikarenakan berdasarkan fungsi m enurut hirarkhi tingkat kepangkatan di bawah tingkat kepangkatan yang ada di Sasono Sewoko tersebut.
Fungsi utama dari Ruang Paningrat ini adalah unt uk menerima para abdi dalem tingkatan m enengah, yaitu para Riyo Inggil atau Sentono dan Bupati unt uk menghadap Ratu dalam upacara-upacara tradisi Keraton yang dipusatkan di Ruang Sasono Sewoko tersebut.
Di Ruang Paningrat yang terdiri dari Paningrat T imur, Utara, Barat dan Selatan, para abdi dalem yang m enghadap harus duduk silo di lantai, disebabkan berdasarkan aturan adat atau tradisi dan tingkatan kepangkatan pada kerat on tersebut. Mereka yang m enghadap tersebut, duduk mengelilingi Ratu dan para pendampingnya yang berada di Ruang Sasono sewoko untuk mengikuti upacara-upacara tradisi tersebut dengan hikm at.
Fungsi lain dari Paningrat tersebut, terutama Paningrat Barat, adalah unt uk latihan Bedhaya Ketawang yang dianggap sakral lengkap dengan seperangakt gamelan tari tersebut yang diletakkan di bagian selatan ruang tersebut. Latihan tari tersebut hanya dilakukan sebulan sekali pada hari anggoro kasih atau Selasa Kliwon, dimana tarian tersebut menghadap ke Barat unt uk disaksikan oleh Ratu yang duduk di kursi singgasana Sasono Parasdya (sebelah barat Peningrat tersebut).
Ruang Pangningrat Barat dan Utara berfungsi juga untuk m enerima para utusan dari luar maupun dari rakyatnya, maupun tam u para menteri dan pejabat pemerintahan republik Indonesia. Mereka biasanya diterim a oleh Ratu dibagian Utara Paningrat tersebut, tetap diterima dengan cara duduk silo di lant ai tersebut sesuai dengan adat keraton.
Fungsi Paningrat Selatan, disamping digunakan untuk m enabuh gamelan pengiring latihan maupun Pegelaran tari Bedhoyo Ketawang dan upacara-upacara lainya, juga unt uk menerima tamu kunjungan pada waktu akan dijam u makan besar di Sasono Handrowino (Pendhopo Khusus untuk menjamu makan para tam u ratu).
Hubungan kegiatan yang ada di ruang Peningrat tersebut sangat erat dengan Ruang Sasono Sewoko, sebab term asuk di dalam kegiatan upacara- upacara tradisi yang ada di Ruang Sasono tersebut, sepert i upacara Siniwoko, malem an, sekaten, m alem satu Suro, m ahesa lawung, tari Bedhayo Ketawang dan m ant u juga supitan. Paningrat juga berhubungan erat dengan Sasono Parasdya karena unt uk latihan tari Bedhaya ketawang. Dem ikian juga hubungannya dengan Sasana Handrawina dalam acara jam uan makan dengan tamu dari luar atau um um , Sehingga ruang Paningrat disamping bersifat khusus unt uk upacara dengan Sasono Sewoko, juga bersifat semi um um karena hubunganya dengan tamu um um atau luar.
d. Ruang Parasdya.
Ruang Parasdya merupakan bagian dari dalem Ageng Probosuyoso. Ruang Parasdya ini sebagai perantara antara Pendopo Ageng Sasono Sewoko dengan dalem Ageng Probosuyoso tersebut. Sehingga leteknya di bagian Barat Pendopo Ageng Sasono Sewoko.
Fungsi utama Ruang Parasdya tersebut sebagai tempat untuk duduk harian Ratu di kursi singgasana yang dilengkapi dengan dua buah meja kecil di kanan kiri kursi tersebut. Biasanya Ratu duduk di tempat tersebut, menghadap ke T imur (ke Ruang Panigrat Barat ) sambil m enyaksikan latihan tari Bedhaya Ketawang yang berada di Paningrat Barat tersebut dibarengi dengan iringan gendingnya latihan ini dilakukan sebulan sekali setiap hari Selasa Kliwon. Disam ping itu juga berfungsi unt uk menerima para kurir atau utusan yanng diberi tugas tert entu untuk disam paikan kepada para pengikutnya atau rakyat, sepert i pepatih, Bupati dan sebagainya. Di dalam memberi tugas m aupun pesan-pesan tersebut, disini Ratu bisa dengan cara Fungsi utama Ruang Parasdya tersebut sebagai tempat untuk duduk harian Ratu di kursi singgasana yang dilengkapi dengan dua buah meja kecil di kanan kiri kursi tersebut. Biasanya Ratu duduk di tempat tersebut, menghadap ke T imur (ke Ruang Panigrat Barat ) sambil m enyaksikan latihan tari Bedhaya Ketawang yang berada di Paningrat Barat tersebut dibarengi dengan iringan gendingnya latihan ini dilakukan sebulan sekali setiap hari Selasa Kliwon. Disam ping itu juga berfungsi unt uk menerima para kurir atau utusan yanng diberi tugas tert entu untuk disam paikan kepada para pengikutnya atau rakyat, sepert i pepatih, Bupati dan sebagainya. Di dalam memberi tugas m aupun pesan-pesan tersebut, disini Ratu bisa dengan cara
Mereka m enghadap, duduk silo di lantai yang lebih rendah dari lantai Parasdya tersebut. Dengan dem ikian, dahulu ruang tersebut dapat dikatakan membagi ruang kerja / kant or. Sekarang ruang kerja pribradi Ratu yakni Sri Susuhunan Pakoe Boewono XII. Dim ana bert em pat di ruang khusus yang berada di sebelah Utara dan Selatan Parasdya yang tertutup dengan pintu jendela kaca.
Ruang Parasdya juga berfungsi untuk m enerim a kunjungan tamu dari luar, seperti para m ent eri dan pejabat tinggi Republik Indonesia. T amu tersebut diterima di bagian Utara Parasdya dengan duduk silo di lantai dan Ratu duduk di kursi Singgasana Parasdya. Tapi, sejak akhir Paku Boewono
XI bert aht a sampai Paku Boewono ke XII sekarang cara m enerim a tamu tersebut tidak dengan duduk silo, melainkan dengan duduk di kursi karena bersifat um um . Untuk m enerim a kunjungan tamu dari keluarga Ratu sendiri, diterim a dibagian selatan Parasdya, yaitu dengan duduk silo di lantai dan Ratu duduk di Kursi singgasana Parasdya tersebut.
Ruang Parsdya tersebut bisa disebut sebagai ruang yang bersifat ant ara khusus dan umum. Hal ini karena merupakan ruang yang berfungsi unt uk kegiatan harian m enyaksikan latihan tari dan m enerima tamu keluarga maupun kenegaraan yang bersifat umum, tetapi untuk utusan surat m enyurat secara rahasia. Jadi sifat ruang ini disam ping khusus, juga lebih banyak untuk um um sehingga disebut semi um um.
Ruang Parasdya ini menghadap ke Timur sesuai dengan arah hadap kursi singgasana Ratu tersebut dan dibagian belakang terdapat tiga buah pintu gerbang tengah dan kanan-kiri atau Kori Gebyok Parasdya yang menghubungkan dengan Dalem Ageng Probosuyoso
Ruang ini m emiliki em pat buah Soko Guru di tengah dan delapan Ruang ini m emiliki em pat buah Soko Guru di tengah dan delapan
1400m 850m = 1.190.000m 2 , dengan bentuk atap "Joglo Kepuhan" yang menyat u dengan atap ruang Paningrat Barat.
Hirarkhi urutan duduk di Pendopo Ageng Sasono Sewoko menurut kepangkatan Kerat on :
1. Panembahan
2. Adipati
Di Ruang tengah Pendopo
3. Pangeran
Sasono Sewoka
4. Sentono
5. Riyo Inggil
6. Bupati
7. Riyo Ngandap
Di Ruang Paningrat
8. Bupati Anom
Di halaman Pasir / luar
13. Jajar
2. Sasana Handrawina
a. Sejarah Sasana H andrawina
Keraton Surakarta Hadiningrat berdiri pada hari rabu Pahing 17 Suro Je 1670 atau tanggal 17 Februari 1745 atas prakasa Ingkang Sinuhun kanjeng
Susuhun an Pakoe Boewono II Pada masa pemerintahan ingkang sinuhun Kanjeng Susuhunan Pakoe Boewono III (1749 – 1788) beliau membangun kori (pintu gerbang) brojonolo sebagai pint u masuk ke Istana, tem bok baluwarti, Bangsal semorokoto, bangsal Mercukundo, menara yang diberi nama Panggung Songgobuwono, Pendopo Ageng Sasono Sewoko, semuanya itu dimaksudkan untuk m elengkapi dan Susuhun an Pakoe Boewono II Pada masa pemerintahan ingkang sinuhun Kanjeng Susuhunan Pakoe Boewono III (1749 – 1788) beliau membangun kori (pintu gerbang) brojonolo sebagai pint u masuk ke Istana, tem bok baluwarti, Bangsal semorokoto, bangsal Mercukundo, menara yang diberi nama Panggung Songgobuwono, Pendopo Ageng Sasono Sewoko, semuanya itu dimaksudkan untuk m elengkapi dan
Salah satu bagian dari keraton Kasunanan Surakarta adalah sasono Handrowino yang didirikan oleh Ingkang Sinuhun Kanjeng Susuhunan Pakoe Boewono V, Pada hari Selasa kliwon tanggal 17 Rajab Je 1750 “Luhuring gati
Sukaning Janm a”, wuku Dhukut windu kunt hara. Bangsal seluas 1040 m 2 yang terletak m enyambung disisi selatan Sasono Sewoko ini merupakan tempat untuk
menjam u tamu-t am u kehorm atan saat Keraton Kasunanan Surakart a menyelenggarakan perhelatan resmi. Berarsitektur cakrik atau model lim asan Sinom Klabang Nyander, Sasono Handriwino dilengkapi paningrat semacam emperan disam ping kiri dan kanannya. Seperti bangunan-bangunan tradisional pada umumnya, dinding sekelilingnya berbentuk gebyok kayu jati bercat hijau sehingga sering pula disebut pendopo ijo.
Sem asa Pemerintahan Sinuhun Pakoe Boewono X, sekit ar tahun 1919 Sasono Handrowino pernah mengalami rehabilitasi total. Bangunan dipert inggi dengan m engangkat tiang-t iang saka sert a menam bah panjang um pak penyangganya. Sem ent ara dinding keliling m aupun lant ainya digant i dengan kaca tebal bening dan marmer putih yang didatangkan dari Italia. Sedangkan atap plafont dibangun baru penuh dengan ornamen rumit. Bersamaan dengan itu, dibangun pula Bangsal Bujono yang berhadapan dengan sisi timur Sasono handrowino. Bangsal yang berfungsi sebagai tempat penjam u para abdi dalem sert a m engant ar tamu agung ini, diapit dua bangunan kem bar Pradonggo Lor di bagian utara dan Pradonggo kidul di bagian selatan sebagai tempat m enabuh gam elan selam a perhelatan berlangsun g.
Beberapa kejadian pent ing yang pernah berlangsung di Sasono Handrowino :
1) Tahun 1963 : Pertemuan SESKOAD yang melahirkan TRI UBHAYA
SAKT I sebagai embrio konsep dwi fungsi ABRI.
2) Tahun 1965 : Pertemuan RPKAD (Sarwo Edi) dalam pem am tapan
Hamkamnas.
3) Tahun 1970 : Konfrensi Pankomwilham I, II, III
4) Tahun 1982 : Kunjungan Ratu Juliana
5) Tahun 1983 : Kunjungan David Bowie
6) Tahun 1984 : Kunjungan Raja Sihanouk. Beberapa kali menjadi tempat konferensi PATA Dalam musibah kebakaran 31 januari 1985 , Sasono Handrowino musnah menjadi abu bersama sejum lah besar bangsal lainya. Sepert i Sasono Sewoko, Malige, Paningrat, Sasono Prasdyo, Dalem Ageng Probosuyoso dan Bangsal Pakoe Boewono. Kecuali Sasono Handrowino bangunan-bangunan inti Keraton
dengan tot al luas 5.217 m 2 tersebut berhasil rampung dibangun kembali pada 17 Desember 1987 atas prakarsa Presiden Soehart o dan menghabiskan dana sekitar Rp 4 milyar.
Jum lah anggaran sudah termasuk dana untuk m erehabilitasi bangunan keraton yang lapuk m aupun terjilat api, diantaranya adalah Srimanganti lor sert a kidul, Sasono Pustaka, W iworo kenya, Sasono Wilopo, Selasar Pokoe Boewono. Selebihnya dana tersebut digunakan unt uk membiayai fasilitas pendukung sert a pengadaan perabot , sepert i drainase dalam serta luar keraton. Pem belian 200 kursi tegak, 30 lemari dan 40 buah meja yang berbagai ragam .
b. Keraton Kasunanan Surakarta Mengalami Musibah Kebak aran
Sebagian besar Keraton Kasunanan Surakart a terbakar habis hari kamis malam. Tepatnya tanggal 31 Januari 1985. kobaran api m ulai terlihat pada pukul
21 : 30 dan baru dapat dikuasai pukul 03 : 00 Jum’at dini hari. Kebakaran ini merupakan yang terbesar m enimpa Keraton Kasunanan Surakart a sejak tahun 1745. Api diperkirakan dari bangsal Paningrat dan dalam wakt u yang sangat
singkat kobaran api terus m enjalar dan m em usnahkan gedung Sasono Sewoko, tem pat dimana para bangsawan menghadap raja pada upacara kebesaran. Bangunan utama Keraton sepert i Sasono Sewoko, SasonoHandrowino, Sasono singkat kobaran api terus m enjalar dan m em usnahkan gedung Sasono Sewoko, tem pat dimana para bangsawan menghadap raja pada upacara kebesaran. Bangunan utama Keraton sepert i Sasono Sewoko, SasonoHandrowino, Sasono
Musibah serupa sebenarnya sudah beberapa kali terjadi di Keraton Surakart a. Pada tahun 1955, kebakaran terjadi di sekitar Panggung Sangga Buwana, namun bangunannya sendiri tidak m engalam i kerusakan. Pada tahun 1971 Sasono parasedyo juga pernah m engalami hal yang sama. Sedangkan di tahun 1981 gedung pusaka tempat menyim pan dandang (t em pat memasak nasi) Kyai Dudo nyaris hangus terbakar.Walaupun alat pemadam kebakaran tersedia disekitar keraton, api tidak mudah ditangani karena sebagian besar bangunan keraton terbuat dari kayu. Beberapa unit m obil pemadam kebakaran yang tiba di lokasi juga mengalam i kesulitan untuk mendekati bangunan yang terbakar karena terhalang oleh kori (pint u gerbang) taman pemandangan yang berundak tinggi. Menjelang pukul 03:00 W IB Jum at dini hari, api baru m engecil setelah melalap habis 10 bangunan di dalam keraton.
Dalam kesempatan terpisah, Pakoe Boewono XII m engatakan bencana yang m elanda Keraton Surakart a sudah merupakan ramalan seperti yang ditulis pujangga Kerat on raden Ngabehi ranggo Warsito (14 m aret 1802 sam pai 24 desember 1873) bahwa usia Kerat on tidak akan mencapai 250 tahun.
Sejauh ini kebakaran diduga akibat dari arus pendek listrik berdasarkan bukt i-bukti berupa pot ongan kabel 100 volt yang sudah rapuh. Juga diperkirakan bahwa kebakaran berawal dari percikan-percikan api yang berasal dari kabel- kabel yang sudah rapuh tadi, kem udian m enyulut bagian atap bangunan yang terbuat dari ijuk-ijuk kayu jati, sehingga m em bent uk gugusan api yang sem akin membesar dan meram bat ke bagian lainya.
Tiga jenis pusaka Kasunanan, m asing – m asing golongan Kanjeng Kyai Ageng yang m erupakan cikal bakal pusaka warisan Majapahit, jenis Kanjeng Kyai berupa sekelompok pusaka lebih muda dari kerajaan Mataram islam sert a golongan Kyai yang merupakan pusaka generasi m uda buatan raja-raja Surakart a sendiri,ham pir seluruhnya dapat diselamatkan dan kini disimpan di Keraton Kulon.
Diakui pula bahwa sebagian besar pusaka terselamatkan, nam un beberapa Diakui pula bahwa sebagian besar pusaka terselamatkan, nam un beberapa
Atas musibah yang m elanda Keraton Kasunanan Surakarta, Bapak Presiden m enyam paikan rasa prihatin yang dalam serta m enyatakan bencana kebakaran tersebut merupakan bencana Nasional.
c. Pem ugaran Sasana H andrawina
Tanpa Sasana Handrawina, Keraton terasa kurang utuh.Perasaan ini telah menggugah keluarga Kasunanan untuk menyelesaikan bangsal tersebut,yang pada saat istana selesai direnovasi oleh Panitia 13 di tahun 1987,hanya m em peroleh jatah pembuatan pondasi berlantai plester sem en.
Ide dasar pembangunan kembali Sasana Handrawina pernah dicoba direalisasikan melalui penggalangan dana mandiri sebagai modal awal.Apabila jum lah yang bisa terkum pul kurang m encukupi,sisa kekurangannya akan dim ohonkan kepada Panit ia 13. T etapi rencana itu sulit terwujud,sebab diantara keluarga internal Keraton tak ada yang bersedia tampil m enjadi pem rakarsa penggalangan dana.Masyarakat pun nyaris m elupakan Sasana Handrawina.Sem pat tenggelam selama hampir sewindu,keinginan serupa mulai m uncul lagi setelah didorong perkembangan baru yang menyusul terjadi. Pertengahan 1995, arus kunjungan wisatawan Keraton Kasunanan Surakarta sebagai obyek pariwisata budaya unggulan di Jawa Tengah mengalam i perkem bangan yang sangat pesat.
Tawaran penyelenggaraan jam uan m akan m alam m aupun jam uan makan siang dan acara-acara serupa lainnya mulai banyak diterima.Karena tak mempunyai tempat khusus, kegiatan – kegiatan ini terpaksa dilaksanakan dengan memanfaatkan fasilitas seadanya yang sesungguhnya kurang layak unt uk kegiatan perjamuan tingkat Keraton.
Dari sejum lah surat yang masuk dalam kotak suara, umumnya tamu term asuk wisatawan asing menghendaki penyelenggaraan yang lebih khas ,
mereka ingin memperoleh kesan sebagai tamu kenegaraan atau royal guest ataupun tamu raja.
Berdasarkan hal tersebut disimpulkan bahwa Sasana Handrawina perlu secepatnya diupayakan untuk di bangun kembali. Ketika usulan pembangunan kem bali Sasana Handrawina diajukan kepada Sinuhun Pakoe Boewono XII, terbesit pert anyaan, “Lalu, siapa yang bersedia m em pelopori?”.
Merasa sebagai anggota keluarga dalam, KRMH W irabhumi bersama istrinya GRAy. Koes Moertiyah salah seorang putri Sinuhun Pakoe Boewono XII mencoba m erintis langkah untuk m enghadap Menparpostel Joop Ave. Dari lobi awal inilah m uncul proposal resmi pembangunan kembali Sasana Handrawina pada akhir 1995, dengan pengajuaan dana sebesar Rp 5,3 m ilyar.
Usulan tersebut selanjutnya dilaporkan Ment eri Pariwisata Pos dan Telekomunikasi kepada Presiden Soehart o. Dalam pengarahannya Presiden menggariskan 3 prinsip :
1) Sisa pekerjaan pembangunan kembali Keraton yang belum tergarap Panit ia 13, disetujui diselesaikan sejauh bermanfaat unt uk mendukung pengem bangan kepariwisataan dan budaya.
2) Pengartian Keraton bukan hanya terbatas pada Kasunanan di Solo, melainkan juga mengartikan Mangkunegaran Cirebon m aupun kerat on- kerat on lain di Indonesia.
3) Bantuan pembangunan untuk keperluan tersebut bukan berasal dari anggaran negara. Menindaklanjuti kebijakan yang sudah digariskan Presiden tersebut, Menteri Joop Ave m ulai m elakukan pendekat an terhadap sejum lah pengusaha nasional. Langkah ini berhasil menghimpun 15 perusahaan terkemuka maupun perseorangan (pada umumnya) dari Jakarta yang mempunyai kepedulian tinggi terhadap kelestarian peninggalan kebudayaan tradisi, khususnya nasib keraton Indonesia. Sebagian dari dana yang terkumpul telah ditetapkan untuk m embantu pelestarian dan pengem bangan aset wisata budaya keraton.
d. Tah ap Pelaksanaan
Sem ent ara khusus unt uk Sasana Handrawina sebelum persetujuan dana ditetapkan, keraton Kasunanan telah diundang guna mem present asikan rencana Sem ent ara khusus unt uk Sasana Handrawina sebelum persetujuan dana ditetapkan, keraton Kasunanan telah diundang guna mem present asikan rencana
Tujuan proyek ini bukan semata-mata didasarkan pada pembangunan keraton secara lengkap dan utuh sebagaimana yang pernah ada di jaman silam , tetapi justru lebih terkait pada aspek m asa depan yakni pem berdayaan Keraton Kasunanan Surakart a dalam posisinya sebagai salah satu pusat kebudayaan Jawa.
Keraton m enyadari bahwa bobot keberadaannya kini akan lebih ditent ukan oleh seberapa jauh m anfaat yang bisa diberikan kepada m asyarakat. Sehubungan dengan itu, seluruh aset keraton yang tetap dalam bingkai nilai-nilai adat maupun kepercayaan religius pada prinsipnya terbuka unt uk dinikmati khalayak um um .
Pengert ian aset keraton term asuk diant aranya Sasana Handrawina seusai dibangun kembali penggunaannya bukan hanya terbatas lagi kepent ingan acara keraton kasunanan, melainkan akan dikembangkan fungsinya sebagai tempat penyelenggaraan sajian pariwisata. Dengan demikian, keraton pada gilirannya diharapkan m ampu menghidupi serta m engembangkan dirinya sendiri pada kerinduan masa lampau dengan melihat hadirnya lagi secara selffinancing atau swadana.
Mempertimbangkan konsep tersebut Menteri Pariwisata Pos dan Telekomunikasi RI Joop Ave kemudian meminta para donatur m enunjuk sebuah perusahaan guna mempelajari dan m eninjau proposal pem bangunan kem bali Sasana Handrawina baik dari aspek teknis m aupun pem biayaannya. Pada akhirnya setelah dilakukan penyempurnaan pada rancangan fisik m aupun struktur bangunan, proyek ini direkomendasikan dan m em peroleh dana sebesar Rp 3,6 milyar dari anggaran yang pernah diusulkan Keraton Sebesar Rp 5,3 m ilyar.
Dalam upaya menjam in kelancaran pelaksanaan program besar pelestarian dan pengem bangan warisan budaya dan obyek wisata term asuk pem bangunn Sasono Handrowino tersebut dibent uk suatu kepanitiaan.
e. Pengadaan Kayu
Sejarah mencatat bahwa sem ua bangunan keraton Kasunanan Surakart a Sejarah mencatat bahwa sem ua bangunan keraton Kasunanan Surakart a
Kebutuhan kayu lainnya dicukupi dari enam wilayah kesatuan pem angkuan hutan (KPH) Perhutani di Jawa T engah, yaitu KPH Randu Blatung, Cepu, Blora, Purwodadi, Mantingan dan KPH Kebonharjo. Untuk bisa mem ilih kayu berkualitas prima dari enam wilayah hutan jati yang berbeda ini m eski m asih dibawah m utu Donoloyo bukanlah hal yang m udah. Pohon jati yang diinginkan Keraton sering berada diluar kawasan jadwal tebang yang yang telah direncanakan KPH setempat, tetapi berkat bantuan Perum Perhutani Jawa Tengah, memungkinkan penebangan diprioritaskan tanpa harus menunggu terlampau lama sam pa jadwal tebang mencapai kawasan yang di maksud.
Sem ent ara itu rencana waktu penebangan yang ditawarkan Perhutani tak jarang mengalami penundaan lagi, karena harus m engikuti perhitungan hari baik dari Keraton yang m em persyarat kan penyelenggaraan upacara sesaji pada setiap tahap pem bangunan Sasana Handrawina.akibatnya jadwal penyelesaian bangsal ini mengalami penjadwalan kembali, mengingat pengerjaan konstruksi kayu pada bangunan adat tidak dapat dilakukan terpisah bagian-dem i bagian.
f. Penyelesai an akhir
Setelah melewati tahap persiapan panjang yang penuh diwarnai upacara ritual sert a berbagai kendala, bangsal bersejarah peninggalan Sinuhun Pakoe
Boewono V yang kemudian musnah terbakar ini akhirnya berhasil dihadirkan kem bali dengan bentuk yang sam a dengan aslinya.
Sem ent ara dengan mempert imbangkan aspek m asa kini dan masa depan sesuai peran dan fungsi baru Sasana Handrawina dipandang perlu adanya penyem purnaan pada beberapa bagian ant ara lain:
1) Pondasi yang pada bangunan lama hanya berupa pasangan batu merah, kini menggunakan beton sumuran sedalam 2 meter.
2) Bangunan lantai yang dulu berstruktur bata merah, sekarang berlantaikan marmer Tulungagung di atas lapisan pelat beton setebal 7 centimeter.
3) Sistim ventilasi yang semula berupa lubang-lubang angin pada dinding kini memakai sistim Air Condisioner (AC) sentral.
4) Gebyok dinding kaca yang semula polos, ditambah dengan ornamen ukir.
5) Struktur plafont yang pada bangunan lama dipasang dibawah usuk, sekarang dibalik berada di atas. Dengan menonjolkan garis-garis usuk akan diperoleh kesan lebiih art istik sebagai m ana terlihat pada Sasono Sewoko.
6) Perlengkapan furnitur terutama meja dan kursi diperbesar dalam standar Internasional, sehingga lebih lapang serta nyaman dipakai.
7) Dinding kaca tebal 8 milimeter berhiaskan grafir ornamen Radya laksana- sim bol Keraton Surakarta lengkap dengan tulisan Pakoe Boewono XII.
8) Sistem pasak dalam penyambungan kayu diperkuat dengan klem besi. Masih dalam
rangkaian proyek pem bangunan kembali Sasana Handrawina, dilakukan pem buatan sejumlah sarana penunjang serta fasilitas tam bahan seperti:
a) Renovasi bangsal kokem (dhapur) yang selain dilengkapi peralatan masak
moderen, juga berusaha m em pert ahankan tungku bakar peninggalan lama.
b) Membangun kamar kecil disebelah Kori Wiworo Kenya, terpisah dengan Sasana Handrawina.
c) Pembuatan koridor yang menghubungkan bangunan utama Sasana Handrawina dengan m enggeser tiang em peran Sasono Pustaka, untuk meraih aspek simetris.
d) Pengadaan dapur bersih untuk memisahkan makanan yang sudah siap di hidangkan dengan makanan yang masih dalam proses pemasakan Lewat penyem purnaan dan penguatan konstruksi tersebut Sasono Sewoko d) Pengadaan dapur bersih untuk memisahkan makanan yang sudah siap di hidangkan dengan makanan yang masih dalam proses pemasakan Lewat penyem purnaan dan penguatan konstruksi tersebut Sasono Sewoko
Ucapan terim akasih kepada penyandang dana atas dibangunnya kem bali Sasana Handrawina. Antara lain kepada: PT. Telkom sel
= Ir. Koesmarihat i
PT. Bahana Securities
= Sudjiono T iman
Barito Pasific Group
= Prayogo Pangestu
PT. Indocita Graha Buwana = Henri Pribadi dan Gunawan S PT. Makindo Securities
= Ny. Rachm iwaty dan Gunawan Yusuf PT. Jardine Fleming Nusantara = Jonathan PT. Astratel Nusant ara
= Abdulrachm an Ramli dan Thomas B. Sugiyanto PT. Danareksa
= Glenn S. Yusuf
PT. Jatimas Fajar Satriya
= Boyke P. Soebroto
PT. Batara Ism aya
= Edwin Suryajaya
PT. Indo T rias Mukti Jaya
= Dewi Motik Pram ono
PT. Dewata Agung Wibawa
= Henri Liem
Ponco Sutowo Am ir Abdulrachman
3. Pedom an Pemeliharaan Fasilitas Bangunan Keraton Surakarta
a. Arsitektur
1) Atap
Sebagian besar atap adalah dari bahan sirap kayu jati. Jenis sirap tersebut adalah : a). Sirap besar : ukuran lebar = 39 cm
b). Sirap kecil : ukuran lebar = 24 cm panjang
= 60 cm = 60 cm
= 2 cm .
Pemasangan atap sirap ini adalah berlapis 3, yang dipakukan pada reng, dibawah reng terdapat lapisan Aluminium foil.
Pemeliharaan :
Secara um um, m aka kayu jati ketahanannya bila tidak terkena pengaruh cuaca adalah tidak terbatas, sedangkan bila terkena cuaca adalah 20 s/d 30 tahun. Dengan demikian maka yang perlu diperhatikan adalah lapisan terat as sirap yang terkena pengaruh cuaca secara langsung. Adapun kerusakan yang terjadi adalah : (1) Sirap pecah atau retak.
Unt uk ini sirap harus diganti. (2) Sirap menipis karena pelapukan (proses weathering). Unt uk ini sirap harus diganti. (3) Permukaan sirap memudar, karena catnya aus, terkelupas atau rusak. Harus dilakukan pengecatan ulang, disarankan m enggunakan cat yang berkwalitas baik. Untuk cat sirap, warna cat disesuaikan dengan warna cat sebelum nya.
Persediaan :
Unt uk penggantian sirap, maka disediakan sirap cadangan bagi kebutuhan penggant ian, adapun jumlah sirap yang disediakan adalah : Sirap kecil = 340 buah.
Metode Pe nggantian :
Disarankan unt uk penggantian sirap ini m enggunakan tenaga tukang kayu yang ahli. Cara m embongkar sirap adalah dengan mencabut pakunya terlebih dahulu. Jangan m encoba membongkarnya dengan mengungkit lem bar sirapnya untuk m embuka pakunya. Bongkar sampai bagian sirap yang akan diganti.
Cara m em asang sirap adalah dengan memakukan pada lapisan di bawahnya, sebelum dipaku m aka tempat/posisi pemakuan harus dibor secukupnya agar sirap tidak pecah/retak. Unt uk paku yang terakhir (sirap paling atas), m aka lubang pengeboran diberi flinkote atau sejenisnya sehingga Cara m em asang sirap adalah dengan memakukan pada lapisan di bawahnya, sebelum dipaku m aka tempat/posisi pemakuan harus dibor secukupnya agar sirap tidak pecah/retak. Unt uk paku yang terakhir (sirap paling atas), m aka lubang pengeboran diberi flinkote atau sejenisnya sehingga
Pengecatan & Penambalan
Atap sirap harus diperiksa setiap tahun (satu tahun sekali), pengecatan dilakukan 1 (satu) tahun sekali, dan sebaiknya pengecatan dilakukan sebelum musim hujan.
Bagian-bagian sirap yang retak dapat dilakukan dengan m enambalnya (sebelum pengecatan). Bahan yang digunakan unt uk menam bal kebocoran tersebut adalah sejenis Aquaseal.
2) Ta l a n g
Seluruh talang yang dipasang adalah talang dari bahan tembaga yang telah diberi coat ing/lapisan hit am . Pemeliharaan: Periksa talang datar (naik dengan tangga) apakah banyak
kotoran (daun-daunan) yang tertim bun di permukaan talang dan juga periksa apakah saringan tembaga tertutup oleh kotoran. Bersihkan kotoran-kot oran tersebut.
Wa k t u
: Pemeriksaan talang datar dilakukan 1 (satu) bulan sekali. Apabila telah banyak daun-daun yang tertimbun di talang dilakukan pembersihan, sehingga kotoran tersebut tidak m enutupi lubang saringan talang tegak.
Peralatan
: - Tangga besi. - Sapu lidi kecil. - Tem pat sam pah.
3) Langi t-Langit/Plafond
Langit-langit adalah dari papan jati dan usuk yang diekspose. Akhiran (finishing) dengan cat atau politur. a). Akhiran (finishing) dengan politur
Pemeliharaan : - Pem bersihan adalah dengan bulu ayam (sulak) untuk m em bersihkan debu/kot oran yang menem pel. - Menghilangkan kotoran yang melekat dan tidak bisa dibersihkan dengan sulak adalah menggunakan wax politur yang disem protkan, kem udian digosok dengan Pemeliharaan : - Pem bersihan adalah dengan bulu ayam (sulak) untuk m em bersihkan debu/kot oran yang menem pel. - Menghilangkan kotoran yang melekat dan tidak bisa dibersihkan dengan sulak adalah menggunakan wax politur yang disem protkan, kem udian digosok dengan
Waktu : Pembersihan dilakukan setiap bulan apabila dipandang
perlu.
b). Akhiran (finishing) dengan cat Pemeliharaan : - Pem bersihan dengan sulak dan lap dari kain
lembut/halus. - Apabila cat mengelupas, pecah dan rusak diadakan pengecatan ulang. Sebelum pengecatan ulang m aka bagian yang akan dicat dikerok dan dibersihkan dari sisa cat lama, diampelas dengan kertas am pelas no.1 sehingga halus kemudian baru dicat.
Waktu : - Pem bersihan dilakukan setiap bulan sert a saat lainnya
yang dipandang perlu. - Pemeriksaan dan pembersihan untuk mengetahui perlu dicat kem bali atau tidak adalah setiap 2 (dua) tahun. c). Peralatan
:- Sebuah steiger-werk beroda.
- Sebuah sulak atau sapu yang lembut dipasang pada bambu/galah sepanjang lebih kurang 2 s/d 3 m eter. - Tangga apabila perlu. - Kain halus flanel atau kain kaos (untuk membersihkan
polituran) - Wax-politur untuk mengkilatkan dan membersihkan polituran, dapat dipakai jenis spray m isalnya buatan Johnson.
- Vaccum-cleaner.
C at-Catan & Polituran
Yang dimaksudkan dalam hal ini adalah akhiran (finishing) berupa pengecatan baik pengecatan biasa maupun sungging, serta polituran pada konstruksi kolom, panil, ukiran, tebeng, gebyok, daun pint u dan jendela, plafond, lis-lis dan sebagainya.
Unt uk akhiran yang menggunakan politur maka perm ukaan tersebut Unt uk akhiran yang menggunakan politur maka perm ukaan tersebut
5) Prodo
Terdapat akhiran/finishing pada ukiran, kuku-bim o, lis-lis dan lain- lainnya dengan cat prodo. Cara pem eliharaannya dengan membersihkan dari debu-debu yang melekat adalah dengan bulu-ayam (sulak), ataupun menggunakan vaccum -cleaner untuk bagian-bagian yang sulit (t ebeng, ukir- ukiran dll.) sert a tinggi.
Perlu diperhatikan bahwa pekerjaan prodo hanya boleh dilakukan oleh orang
yang m ahir (um um nya adalah orang yang berkeahlian menyungging/m em prodo wayang kulit).
6) Lantai
Secara umum terdapat 2 jenis lant ai yang dipasang, yakni marmer dan Keramik. Adapun pem eliharaannya adalah :
a) Marmer : - Sapu/bersihkan dari debu - kotoran setiap hari. - Hindari terperciknya air hujan dengan menggunakan kain krei (unt uk Paningrat Sasono Sewoko). - Hindari tertumpahnya air teh, kopi, sofdrink dan sebagainya ke lantai. Jika tertumpah segera bersihkan. - Hindari jatuhnya benda-benda keras, tajarn dan berat yang dapat berakibat cacatnya perm ukaan marmer. - Hindari terkena cairan asam dan basa, misalnya asam
cuka, air aki dll. - Untuk membersihkan marmer, cukup menggunakan kain pel yang airnya telah diperas, sehingga kain pel tersebut lembab.
- Air pengepel dilarang untuk dicampur dengan bahan kimia pembersih, misalnya Porstex, Lysol, Karbol atau bahan lainnya. Jadi hanya m enggunakan air bersih saja.
- Cadangan:
T elah disiapkan m arm er untuk penggant i kemungkinan T elah disiapkan m arm er untuk penggant i kemungkinan
b) Keramik : - Umumnya keramik lebih tahan terhadap cairan daripada marmer karena perm ukaannya dilapis glasir. - Pemeliharaan umumnya cukup disapu atau dilap. - Jikalau terdapat noda-noda yang sulit dibersihkan
gunakan
cairan Porstex atau sejenisnya untuk
m em bersihkannya.
7) Kaca
Unt uk membersihkan kaca pada jendela, pintu, bovenlicht atau pada tem pat lainnya, baik berupa kaca etsa, kaca "glass in lead", kaca biasa, kaca buram sert a cermin digunakan cairan pembersih kaca (glass-cleaner) misalnya merk "Clear", dan alat yang digunakan adalah kain halus/flanel.
Sebelum dibersihkan dengan kain, m aka kotoran pada kaca "glass in lead" disedot dulu dengan vaccum -cleaner.
8) Tembok
Tem bok harus dicat m inimum satu tahun sekali dan jenis cat tembok dapat diperiksa pada bab I. daftar bahan di bawah ini.
9) Alat Gantung
Terdapat berbagai jenis alat gantung dari bahan logam/ metal yang dipasang pada pint u dan jendela.
a). Slot.
Periksa dan beri m inyak secara berkala 1 (satu) tahun sekali. b). Engsel. Periksa, bersihkan jika ada kotoran dan beri minyak 1 (satu) tahun sekali. c). Espanyolet. Periksa dan bersihkan jika ada kot oran dan beri m inyak pada bagian penjepit dan grendelnya. Pem berian minyak adalah 1 (satu) tahun sekali.
d). Kunci. Periksa kelancarannya, dan beri m inyak pada m ekanismenya setahun sekali.
e). Jenis Minyak.
Minyak pelum as yang digunakan adalah dari jenis "light", sebagai contoh minyak mesin jahit .
f). Hak Angin.
Periksa baut yang menahan hak dengan ram jendela/ pintu biasanya t erjadi kendor, lalu kencangkan.
10) Kuningan
Logam kuningan digunakan sebagai pengikat /kemben pada ujung bawah daripada kolom /tiang kayu. Selain sebagai hiasan maka kuningan ini berfungsi sebagai pengikat ujung kayu agar tidak retak menahan beban.
Pemeliharaan kuningan ini adalah dengan menggosoknya, bahan penggosok digunakan kain halus/flanel diberi Brasso ataupun Autosol.
11) Tembaga Ukir
Tem baga ukir yang menem pel sebagai hiasan, telah dilapis bahan coating, namun terdapat kemungkinan pula akan lunt ur dalam wakt u yang lam a.
Peralatan pem bersihnya sehari-hari adalah cukup dengan kain lap, sulak ataupun vaccum cleaner.
12) Teralis
Teralis besi yang dipasang pada jendela, lubang angin maupun lubang cahaya (boven-licht), cukup dibersihkan dengan kain lap, sulak ataupun vaccum cleaner untuk mencegah adanya sarang laba-laba, ataupun debu. Periksa setiap tahun terhadap adanya karat, cat t erkelupas atau kerusakan lain.
Apabila terdapat cat terkelupas atau karat dilakukan tindakan dengan mengam pelas bagian yang berkarat atau terkelupas dengan am pelas halus (no.0 atau 1) kem udian dicat meni atau zinc chromat, kem udian setelah kering dicat sepert i warna semula.
13) Batu Candi
Batu candi dipasang pada halam an-halaman dalam (openspace), pem eliharaan yang perlu dilakukan adalah dengan mem eriksanya secara tetap
2 (dua) bulan sekali akan tum buhnyn lum ut. Apabila permukaan batu candi ini ditumbuhi lum ut maka harus dibersihkan dengan menggunakan sikat kawat 2 (dua) bulan sekali akan tum buhnyn lum ut. Apabila permukaan batu candi ini ditumbuhi lum ut maka harus dibersihkan dengan menggunakan sikat kawat
14) Krei
Krei yang dipasang sekeliling Paningrat Sasono Sewoko, harus sering diperiksa secara berkala, terutama setelah dipasang wakt u hujan. Krei ini sebaiknya digulung dalam keadaan kering. Jikalau m asih basah (setelah hujan) agar ditunggu dulu sampai kering, kemudian dapat digulung.
Mekanisme penggulungnya perlu diperiksa setiap bulan, untuk mengetahui adanya karat, timbunan kot oran m aupun kerusakan lain. Apabila perlu bagian-bagian yang bergerak baru; diberi pelum as jika bagian tersebut kering.
Periksa kabel baja penariknya dari atas sampai pada penggulungnya, jika terdapat tumpukan kot oran segera bersihkan.
15) Daftar C at